• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Pola Integrasi antara Tanaman Salak Pondoh dan Ternak Kambing

Usahatani tanaman salak pondoh merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat di Desa Girikerto. Kondisi agroklimat yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman salak pondoh menjadikan buah salak pondoh sebagai komoditas unggulan di Desa Girikerto. Pada umumnya, usahatani tanaman salak pondoh diusahakan secara bersama-sama dengan usahaternak kambing PE pada lahan yang berbeda. Adapun lahan yang digunakan untuk tanaman salak pondoh berupa lahan kering baik pekarangan maupun tegalan sedangkan lahan yang digunakan untuk pemeliharaan ternak kambing PE terkonsentrasi pada satu lokasi dengan jarak mulai dari 300 m hingga 1.000 m dari rumah peternak.

6.1.1 Penanganan Kotoran Ternak Kambing Peranakan Etawa

Usaha pemeliharaan tanaman salak pondoh dan ternak kambing PE yang dilakukan di Desa Girikerto menunjukkan adanya integrasi diantara kedua usaha tersebut. Hal ini terlihat dari pemanfaatan kotoran kambing sebagai pupuk kandang di kebun salak milik petani. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh petani responden menyatakan bahwa mereka memanfaatkan kotoran ternak kambing sebagai pupuk kandang di kebun salak tanpa melalui proses pengolahan. Pupuk kandang yang digunakan petani responden merupakan campuran antara inthil (feses), urin dan sisa pakan. Mathius (1994) menyatakan bahwa campuran feses, urin dan sisa pakan ternak dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat dan menyimpan air serta membantu komponen hara tanah untuk tetap berada dalam lapisan bagian atas tanah sehingga bahan organik untuk tanaman tersedia setiap saat.

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa belum ada petani responden yang memisahkan antara inthil (feses) dengan urin dari ternak kambing yang dipelihara. Pemanfaatan pupuk kandang untuk tanaman merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh petani. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani responden bermanfaat dalam mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran tersebut

tidak dibuang di sembarang tempat dan dapat menghemat pembelian pupuk untuk kebun salak sehingga dapat mengurangi biaya produksi salak pondoh. Hal ini menjadi salah satu keuntungan petani integrasi dibandingkan dengan petani non integrasi yang harus membeli pupuk untuk kebun salak pondoh.

Pada umumnya, petani integrasi di Desa Girikerto menggunakan langsung kotoran kambing ini tanpa melalui proses pengolahan. Hartatik dan Widiowati (2006) menyatakan bahwa nilai rasio C/N pupuk kandang kambing diatas 30 sehingga pupuk kandang kambing akan lebih baik penggunaannya apabila dikomposkan terlebih dahulu karena pupuk kandang yang baik harus memiliki rasio C/N < 20. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pemanfaatan kotoran ternak kambing tidak berdampak pada kondisi lahan maupun tanaman salak pondoh meskipun tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan petani belum melakukan proses pengolahan terhadap kotoran ternak kambing diantaranya kekurangan tenaga dan waktu, kekurangan modal (menambah biaya) dan faktor kemalasan petani.

6.1.2 Penanganan Limbah Daun Salak

Penanganan limbah daun salak yang dilakukan oleh petani responden di Desa Girikerto diantaranya dengan memanfaatkan daun salak sebagai pakan ternak kambing PE dan tambahan pupuk di kebun salak melalui proses pencacahan. Pemanfaatan daun salak sebagai pakan dilakukan oleh petani responden ketika musim kemarau tiba dimana hijauan untuk pakan ternak kambing sulit untuk diperoleh. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan daun salak untuk pakan hanya bersifat sebagai tambahan (campuran) hijauan saja bukan sebagai makanan pokok bagi ternak kambing. Hal ini dikarenakan para petani responden menganggap hijauan lain terutama kaliandra merupakan hijauan yang paling baik bagi pertumbuhan ternak kambing yang dipelihara sehingga daun salak hanya digunakan sebagai campuran dengan frekuensi pemberian yang tidak rutin. Berdasarkan hasil uji laboratorium, daun salak memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat diketahui pada Tabel 17.

Tabel 17 Kandungan nutrisi berbagai hijauan

Jenis Hijauan

Macam Analisa Proksimat

Air (%) Abu (%) Lemak (%) Protein (%)

Daun Salak 57,91 6,41 2,02 4,28

Daun Wilada 74,36 5,03 1,29 2,44

Rumput Gajah 40,15 11,7 1,6 10,2

Kaliandra 60,23 8,04 4,1 22,4

Sumber: KKN PPM UGM (2011)

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa daun salak memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daun wilada meskipun masih lebih rendah dibandingkan daun kaliandra dan rumput gajah. Hal tersebut menunjukkan bahwa daun salak memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan. Adapun bagian daun salak yang digunakan sebagai pakan kambing PE adalah daun yang sudah tua yang siap untuk dipangkas. Petani memberikan secara langsung daun salak kepada ternak kambingnya tanpa proses penggilingan atau pengolahan. Proporsi daun salak yang digunakan sebagai tambahan pakan ternak antara 1 hingga 5 pelepah setiap satu kali pemberian. Para petani responden biasanya akan membersihkan duri-duri yang terdapat pada pelepah daun sebelum digunakan sebagai pakan. Proses pemberian pakan daun salak maupun hijauan lain dilakukan secara cut and carry system dimana petani responden mencari pakan dengan menyabit dan diberikan pada ternak yang berada dalam kandang.

Selain digunakan sebagai tambahan pakan, seluruh petani responden menyatakan bahwa mereka melakukan proses pencacahan limbah daun salak yang kemudian diletakkan di sela-sela tanaman dan dibiarkan terurai menjadi pupuk. Pada umumnya, mereka melakukan pencacahan setelah proses pemangkasan sehingga tidak ada daun salak yang dibakar atau dibuang di sembarang tempat. Hal tersebut dilakukan oleh petani salak baik petani integrasi maupun non integrasi dalam menangani limbah daun salak.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pola integrasi yang terjadi antara tanaman salak pondoh dan kambing peranakan etawa di Desa Girikerto masih bersifat tradisional tanpa sentuhan teknologi modern terhadap by product yang dihasilkan oleh masing-masing jenis usaha. Penanganan yang dilakukan para

petani terhadap by product tersebut memperlihatkan adanya penggunaan sumberdaya lokal dalam menjalankan usahataninya.

Penanganan kotoran ternak kambing PE dan limbah daun salak melalui usahatani integrasi ini tidak hanya dapat menekan biaya produksi tetapi juga sebagai upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya usahatani integrasi memberikan keuntungan baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Manfaat ekonomi dari usahatani integrasi ini adalah adanya penghematan biaya dalam hal pembelian input pupuk untuk kebun salak dibandingkan petani non integrasi yang harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk membeli pupuk. Kondisi tersebut terjadi karena petani integrasi mampu memanfaatkan kotoran ternak kambing yang dipeliharanya sebagai pupuk kandang di kebun salak. Selain itu, apabila terdapat sisa pupuk kandang dari kebun salak petani integrasi bisa menjualnya sehingga dapat menjadi tambahan penghasilan. Apabila dilihat dari aspek sosial, adanya usahatani integrasi ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan sehingga bisa menekan arus urbanisasi dan berpotensi menggerakkan roda perekonomian pedesaan baik dari adanya kegiatan dari budidaya salak pondoh maupun ternak kambing PE.

Sementara itu, manfaat yang dirasakan dari aspek lingkungan adalah terciptanya sistem pertanian yang ramah lingkungan karena adanya pupuk kandang ini dapat meminimalisasi penggunaan pupuk kimia. Petani berupaya memanfaatkan limbah dari usahatani salak dan usahaternak kambing PE sebagai unsur hara untuk tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Dengan demikian, penerapan usahatani integrasi ini juga mampu menciptakan kondisi lingkungan yang asri dan nyaman.

6.2 Perbandingan Pendapatan Petani Integrasi (Salak Pondoh dan Ternak

Dokumen terkait