Code Etik Djurnalistik.
Undang-Undang jang memuat code etik dan moral tidak ber- arti mengekang kemerdekaan pers. Dengan adanja Undang-Un- dang itu maka Pemerintah dan Pers bersama-sama memikul tanggung-djawab terhadap kesedjahteraan umum.
Di-Swedia terdapat Undang-Undang sematjam itu dan dapat berlaku dengan baik, karena civilisasi dinegara tersebut sudah tinggi dan djuga karena djumlah penduduknja tidak begitu be- sar dan tidak pula beraneka warna. Daerahnja ketjil, bahasa dan agamanja sama.
Di-Amerika Serikat sendiri djuga sulit untuk mengadakan co de etik jang umum, karena daerahnja sangat luas dan apa jang
baik bagi bagian Utara belum tentu baik bagi bagian Selatan. Ren- tjana code etik jang diadjukan didalam sidang UNESCO djuga ditolak oleh Amerika Serikat, karena adanja kemungkinan bah wa code itu tidak diterima oleh sebagian rakjat Amerika Serikat. Di-Indonesia kiranja djuga demikianlah halnja. Kesulitan- kesulitan tidak terletak pada masih rendahnja civilisasi disini, tetapi karena luasnja negara dan banjaknja penduduk dan jang beraneka warna pula. Masing-masing daerah mempunjai adat istiadat dan etiknja sendiri, sehingga akan sukarlah membikin suatu code etik jang dapat berlaku umum untuk seluruh negara.
Di-Amerika Serikat pertentangan faham mengenai code etik djurnalistik pernah kuat sekali. Djumlah koran sensasi waktu itu tak seditat. Sjukur sekarang djumlahnja sudah sangat ber- kurang.
Orang jang pertama-tama berusaha untuk menghentikan ko- ran-koran sensasi itu jalah Pulitzer.
Mengenai salah satu surat kabar Amerika Serikat jang pada permulaan Perang Dunia Kedua menghina almarhum Presiden R oosevelt, O’Flaherty mengatakan bahwa hal sematjam itu tidak
dapat dianggap sebagai sesuatu jang „ideal” bagi kemerdekaan pers. Dimanapun djuga suatu pernjataan jang mentjap seorang kepala negara sebagai pengchianat tidaklah ideal.
Persaingan antara surat kabar dengan surat kabar, hal mana .‘•ering terdjadi di-Amerika Serikat, tidak pernah dibawa kemu- ka Pengadilan, karena hal sematjam itu adalah soal biasa dida lam dunia persuratkabaran. Jang selalu harus diperhatikan jalah supaja orang djangan sampai melanggar kesopanan dan itu su dah tentu tergantung pada pribadi para wartawan orang seorang. Tentang terbentuknja suatu Dewan Kehormatan Wartawan di-Indonesia O’Flaherty menjatakan bahwa hal itu sudah terang baik.
Tuntutan terhadap Pers.
Pemerintah Amerika Serikat dapat menuntut surat kabar jang menulis sesuatu jang bertentangan dengan hukum. Kalau ada berita jang m enjinggung kepentingan nasional, maika dibentuk- lah suatu ikomisi untuk menjelidiiki hal itu. Surat kabar jang ber- sangkutan diwadjibkan menjiarkan hasil-hasil penjelidikan ter sebut disertai dengan pendjelasan-pendjelasannja.
Djuga mengenai soal-soad ketjil surat kabar dapat dituntut, misalmja tentang berita fitnahan, penghinaan, merusak nama baik seseorang dan sebagainja. Tuntutan kepada pers dapat di- lakukan oleh Pemerintah Negara Bagian atau oleh Pemerintah Federal. Jang memeriksa seorang wartawan jang diperkarakan karena hal-hal tersebut jalah buikan sembarang orang alat Nega ra, melainkan seorang djaksa. Adapun kalau perkaranja bersifat kriminil, maka barulah polisi tjampur tangan.
Tanggung-djawab Penerbit dan Editor.
Suatu kebiasaan di-Amerika Serikat jalah bahwa Penerbitlah jang bertanggung-djawab terhadap Pemerintali atas tulisan-tu- lisan dalam surat kabarnja, sedang Editor bertanggung-djawab kepada Penerbit. Mengenai kesalahan-kesalahan dalam surat-ka- barnja Penerbit harus memberikan ipendjelasan-pendjelasannja dan meminta maaf kepada pembatjanja. Tetapi kalau kesalahan- nja bersifait sebuah fitnahan, maka Editorlah jang dihaidapkan dimuka Pengadilan.
Tjatatan : Oleh pihak peserta dikemukakan bahwa di-Indo- nesia oleh sebagian Penerbit diadakan perdjandjian
diba-wah tangan dengan Editornja tentang pertanggungan djawab itu dan ada kalanja djuga P enerbit bertanggung- djaiuab atas tulisan Editornja. Pernah soal tersebut dibitja- rakan dalam kongres P.W.I., tetapi tidak dapat diambil keputusan mengenai hal tersebut, karena para wartawan tidak man ditentukan oleh para Penerbit m engenai apa jang m ereka boleh dan tidak boleh menulis. Sebaiknja Edi- torlah jang bertanggung-djawab untuk tulisan-tulisan dalam surat kabarnja, sedang Penerbit bertanggung-dja wab atas djalannja perusahaannja.
Kemerdekaan Pers.
Di-Amerika Serikat pers tidak mengalami kekangan dari Pe merintah. Congress tidak boleh mengeluarkan Undang-Undang jang melarang kemerdekaan pers. Hak untuk mengeluarkan pendapat didjamin oleh undang-undang. Di-Amerika Serikat orang menuntut supaja ikemerdekaan pers itu didjalankan.
Kalau ada seorang wartawan misalnja jang membenarkan pendapat, bahwa R.R.T.-lah jang memiliki Taiwan, hal mana tidak dibenarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat sendiri, ma ka siwartawan itu tidak akan dihadapkan dimuka Pengadilan, selama dia tidak menulis dengan maksud untuk mendjatuhkan Pemerintah.
Sum ber berita.
Tiap wartawan berhak untuk tidak memberikan keterangan tentang sumber berita, tetapi hakim mempunjai djuga hak un tuk memasukkan( wartawan dalam pendjara dan ini adalah risiko dari pekerdjaan djurnalistik. Tentang pengakuan Hak Ingkar wartawan di-Amerika Serikat semata-mata terletak pada penda pat hakim.
Wartawan jang mendapat hukuman, karena menolak untuk menjebutkan sumber beritanja dapat naik appel, supaja perka- ranja diperiksa lagi oleh Pengadilan jang lebih tinggi. Dan hu kuman jang didjatuhkan itu, adil atau tidak, tentunja didasar- kan atas Undang-Undang jang berlaku. Hakim di-Amerika Se rikat akan berpikir pandjang, sebelum ia mendjatuhkan huku man kepada seorang wartawan dalam perkara-perkara seru- pa itu.
Dalam ikeadaan perang (di-Amerika Serikat diadakan sensur pers oleh Pemerintah, karena didalam keadaan perang sensur adalah mutlak dem i kepentingan perang. Dalam pekerdjaan sen sur itu pers menjumbangkan para wartawan-wartawannja sen diri pada Biro Sensur.
Pada umumnja para wartawan mengetahui berita-berita mana jang harus dimintakan pertimbangan Biro Sensur, umpamanja berita-berita jang dapat mengandung hal-hal jang harus diraha- siakan. Berita tentang bom atom umpamanja tidak bisa didja- dikan berita begitu sadja, sebagaimana djuga halnja dengan be rita mengenai strategi militer. Ada kalanja memang berita-berita jang sifatnja umum oleh sementara orang ditjap sebagai rahasia, tapi sebenarnja adalah berita-berita biasa sadja.
Para wartawan jang dikirim kemedan perang biasanja menge tahui dan insjaf pula berita-berita mana jang tidak boleh disiar- kan, umpamanja tentang datangnja kapal-kapal, perdjalanan pa- sukan-pasukan tentara, pengiriman sendjata dan lain-lain seba gainja.
Perintah jang tertentu dari pimpinan Angkatan Perang ten tang apa jang boleh dan apa jang tidak boleh diberitakan, tidak ada. Para wartawan harus dapat meredakan dengan sendirinja berita-berita mana jang membahajakan penduduk dan mana jang tidak.
Berita-berita jang dibikin sendiri oleh O’Flaherty sewaktu dia m endjadi wartawan perang, sedikit sekali jang dipotong oleh sensur. Ia djuga pernah menulis berita tentang Angkatan Udara dan berita tersebut tidak dipotong oleh sensur, walaupun tulisan itu harus melalui Sensur Angkatan Perang sampai tiga ting- katan.
Mengenai hal-hal jang bergandengan dengan soal-soal tehnis pertjetakan atau soal graphisnja, umpamanja mengenai pema- kaian letter ketjil kalau memberitakan musuh (tjontoh : serdadu djerman, pada hal seharusnja serdadu Djerman !) dan lain-lain sebagainja, sensur tidak turut tjampur tangan dan redaksi le- luasa dan bebas untuk menjelesaikan pekerdjaan itu.
Djaminan Pemerintah Amerika Serikat mengenai wartawan- wartawan perang jang mendjadi korban peperangan tidak ada sama sekali, tetapi semua wartawan Amerika mempunjai asu- ransi diiwa.
Mengenai pengusiran-pengusiran mahasiswa-mahasiswa Negro dari beberapa Universitas di-Amerika dan lain-lain masalah dis- kriminasi terhadap orang-orang Negro, maka pendirian Pers Amerika berbeda-beda dan kelainannja satu sama lainnja diten- tukan oleh politik redaksionil jang dianut oleh masing-masing surat kabar. Tentang adanja wartawan-wartawan Amerika jang mendiskriminasikan orang-orang Negro, O’Flaherty menerang- kan lebih landjut bahwa dalam hubungan itu orang harus ingat pula, bahwa dalam Demokrasi hak orang untuk mengeluarkan pendapat didjamin. Bergandengan dengan itu maka orang tidak boleh menjamaratakan semua surat kabar di-Amerika Serikat.
Pendirian Bagian Utara Amerika Serikat berbeda dari pada pendirian Bagian Selatan. Ada sementara orang jang mengata- kan bahwa Bagian Selatan Amerika Serikat itu masih ketingga- lan djaman dan banjak dilakukan pelanggaran-pelanggaran ter hadap azas-azas Demokrasi.
Lain-lain.
1) Mengenai kurangnja perhatian pers Amerika kepada ma salah Irian Barat, O’Flaherty mengatakan bahwa djanganlah orang dalam hal itu mentjampur-adukkan soal-soal politik luar negeri Pemerintah Amerika dengan Pers Amerika.
Kalau Pers Amerika tidak banjak memperhatikan masalah Irian Barat ketika soal tersebut diadjukan dalam sidang P.B.B., maka djanganlah itu diartikan bahwa Pers Amerika membuntut politik Pemerintahnja. Soalnja jalah bahwa masalah Irian Barat pada waktu itu belum begitu dimengerti oleh Pers Amerika dan para wartawannja umumnja mentjurahkan perhatiannja kepada soal-soal jang mereka pandang lebih besar atau pada soal-soal jang lebih dekat.
2) Tentang gedjala-gedjala jang tidak sehat didalam masja rakat terhadap pers, umpamanja dengan main hakim-hakiman sendiri terhadap para wartawan, merusak alat-alat kantor dan pertjetakan surat-surat kabar dan lain-lain sebagainja, O’Flaher ty menjatakan bahwa segala sesuatunja itu seharusnja disalur- kan melewati dan menurut hukum.
Pada waktu dahulu di-Amerika djuga terdjadi main hakim- hakiman sendiri itu terhadap orang-orang surat kabar. Djiwa manusia pada waktu itu seakan-akan tidak ada harganja, sehing ga terdjadi djuga penembakan-penembakan pada wartawan-war tawan oleh orang-orang jang tidak bertanggung-djawab.
3) Bergandengan dengan pernjataan fihak peserta seminar bahwa di-Indonesia terdapat larangan bagi para tahanan politik untuk m em batja beberapa surat kabar tertentu, maka O’ Flaherty m enerangkan bahwa larangan sematjam itu tidak ada di-Am e rika. Para tahanan politik di-Amerika bebas untuk m em batja su- rat-surat kabar jang mereka kehendaki.
4) Pemerintah Am erika Serikat tidak memberikan subsidi berupa apapun kepada sesuatu Persbiro, baik jang ada di-Am eri ka maupun jang ada diluar negeri.
5) Tentang hubungan antara Pers dan Pemerintah dinegara- negara ,,dibelakang Tirai Besi” , O’ Flaherty menjatakan bahwa dinegara-negara tersebut hanja terdapat s a t u s u a r a s a il j a, jaitu suara dari Partai Komunis, sedang kepada suara- suara dari faham-faham atau aliran-aliran lain tidak diberi tem pat sama sekali.
Hal itu adalah sangat berlainan dengan negara-negara Demo- krasi jang m em beri kesempatan bersuara seluas-luasnja kepada semua faham dan aliran.
R eferat Hal O 'Flaherty :
A P A K A H POLA JANG IDEAL UNTUK HUBUNGAN