• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEGI-SEGI DJURNALISTIK D4KIPADA PERS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEGI-SEGI DJURNALISTIK D4KIPADA PERS"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR PERS KEDUA L E M B A G A P E R S D A N P E N D A P A T U M U M DJAKARTA HAL O’FLAHERTY^

SEGI-SEGI

DJURNALISTIK

D 4 KIPADA PERS

‘rCHMBAGA PERS DAN PENDAPAT UM UM DJAKARTA

(2)

Perpustaiasn Soedirnan Kartohadiprodjo FHUI Buka ini harus dikembaKkanpada:

(KetedambatHn pengtmbalim pads tanggal dibswah. ini dJkenakan denda Up. 500.- (perhari/1 buku)

(3)

.,.ry '<% SEMINAR PERS KEDUA ' .

L E M B A G A P E R S D A N P E N D A P A T U M U M DJAKARTA *

J

■ * ~v , &

SEGI-SEGI

DJURNALISTIK

DAKIFADA PERS

/ cP /

/

*£ /

EMPAT\ REFERAT ■ ^ / dengan diskusi oleh HAL O ’FLAHERTY

o h

/J 4 C?) M f

■i

£

Universitas Indonesia v f V p^rp ,•>. . . PENERBITAN

<2, JAJASAN LEMBAGA PERS DAN PENDAPAT UMUM PEGANGSAAN TIMUR 19/B — DJAKARTA

(4)

r

P E R P U S T A K A A

n

F A K L L T A S H l i K t r f t J u . i . . r f e t d l g h Ta n g g a l No m o r Sil As a l Buku

t

jsnsm

(5)

Halaman.

Kata pengantar ... 5

Tjatatan ringkas Seminar Pers ke-II. Segi-Segi Djurnalistik daripada Pers ... 7

Riwajat hidup Hal 0 ’Flaherty ... 12

Dasar-Dasar Djurnalistik ... 14

Tjatatan diskusi atjara : Dasar-Dasar Djurnalistik ... 20

Berita jang pantas disiankan ... 27

Tjatatan diskusi atjara : Berita jang pantas disiarkan ... 34

Apakah pola jang ideal bagi hubungan antara Pers dan Pe-merintah ? ... 42

Tjatatan diskusi atjara : Apakah pola jang ideal bagi hu­ bungan antara Pers dan Pemerintah ? ... 49

Apakah pola jang ideal untuk hubungan antara Penerbit dan Peminpin Redaksi ? ... 55

Tjatatan diskusi a tjara : Apakah pola jang ideal untuk hu­ bungan antara Penerbit dan Pemimpin R ed a k si? ... 61

Professional training fo r Journalists and Principles o f Jour­ nalism ... ... 64

News that is fit to print ... 68

What is the ideal pattern fo r Press-Governm ent relation­ ship ? ... ... 73

(6)
(7)

Djurnalistik dalam arti tehnik pekerdjaan redaksionil jang orang lakukan pada pers m em punjai sifat-sifat universil. Kalau- pun terdapat perbedaan antara djurnalistik negara jang satu d e­ ngan djurnalistik negara jang lainnja, maka perbedaan itu tidak- lah prinsipiil. Melainkan hanja bersifat sematjam „cou leu r lo ­ cale” jang ditentukan oleh watak serta sedjarah bangsanja dan oleh tjo r2ik masjarakatnja.

Ini telah terbukti djuga didalam seminar pers jang diseleng- garakan oleh Lembaga Pers dan Pendapat Umum, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat dan Serikat Perusahaan Surat- kabar (SPS) pada bulan-bufan Pebruari dan Maret 1956 dengan mendapat bantuan iberupa seorang tenaga wartawan Am erika berpengalam an jang sanggup membawakan persoalan-persoalan pers dan djurnalistik untuk di-seminar^kan.

Hal O'Flaherty — demikian nama wartawan A m erika jang telah diundang ke Indonesia didalam rangka kerdja-sam a terse- but diatas — itelah mengemukakan persoalan-persoalan jang se- benarnja chusus Amerika. Tapi anehnja ialah bahwa para peser- ta dan pendengar seminar dengan mudah dapat m enangkapnja, bahkan dalam banjak hal dapat merasakannja pula sebagai per- s o a la n-p er s o aia nn j a sendiri.

Oleh karena itupun tidaklah begitu mengherankan, bahwa dis- kusi-diskusi jan g terdjadi disekitar persoalan-persoalan tersebut pada uimumnja berdjalan dengan lantjar. Lebih-lebih kalau di- ingat bahwa bahasa Inggeris sebagai bahasa sem inar tak sedikit dapat merupakan penghalang bagi djalannja dis-kusi-diskusi. De­ ngan demikian dapat dikatakan djuga kiranja, bahwa pers dan djurnalistik adalah suatu bidang dimana tanpa pandang bahasa dan bangsa orang mudah dapat bertukar piikiran.

Pembukuan daripada referat-referat Hal O'Flaherty ini dengan disertai diskusi-diskusinja mudah-mudahan dapat memberikan sekedar bahan perbandingan bukan sadja bagi kita jang aktif didalam djurnalistik, melainkan djuga bagi kita jang menaruh minat pada pertumbuhan pers Indonesia.

Djakarta, achir D esem ber 1957 Lembaga Pers dan Pendapat Umum

(8)

Sekretaris-Djenderal Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdulgani sedang' menguraikan tjeramah- nja „Pers dan Diplo.'nasi” pada peringatan iilang taliun ke-10 P.W.I. di Solo. Duduk dari kiri kek^nan : Sekretaris-Ujenderal Kementerian Penerangan Harjoto, Mr. Moll. Yamin, Ketua P.W.I. Pusat T. Sjahril dan S. Taiisin (Penulis P.W.I. Pusat).

(9)

T J A T A T ViY RIIVGKAS SEM INAR P E R S K E -II SEGI-SEGI D JU R N A LISTIK D A R I P A D A P E R S

Pendahuluan.

Sesuai dengan saran-saran jang diadjukan dalam seminar pers jang pertama jang dilangsungkan di-Tugu Bogor pada bulan Djuli 1955 maka oleh pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (P.W.I.) Pusat, Serikat Perusahaan Surat Kabar (S.P.S.) dan Lem- baga Pers dan Pendapat Umum telah diputuskan untuk melak- sanakan bersama seminar pers jang kedua dengan bantuan se- orang tenaga-ahli dari luar negeri. Dengan bantuan The Asia Foundation jang mendatangkan tenaga-ahli tersebut dan Kemen- terian Penerangan jang memberikan bantuan berupa tenaga dan uang, maka rentjana seminar seluruhnja itu telah dapat dilak- sanakan.

Sebagai tenaga-ahli didatangkan tuan Hal O’ Flaherty dari Amerika Serikat, seorang bekas wartawan jang mempunjai pe- ngalaman djurnalistik jang luas sekali.

Penjelenggaraan seminar didaerah-daerah dilakukan oleh pa- nitia-panitia setempat jang terdiri dari wakil-wakil P.W.I., S.P.S., Djawatan Penerangan, Radio Republik Indonesia, Perpustakaan Lembaga Pers dan lain-lain. Berkat bantuan jang berharga dari panitia-panitia itu maka seminar didaerah dapat berdjalan lantjar dan memuaskan. Urusan pelaltsanaan seminar seluruhnja dipim- pin oleh Lembaga Pers dan Pendapat Umum di-Djakarta.

Dalam perdjalanan di-Indonesia tuan O’Flaherty selain oleh petugas dari Kementerian Penerangan jang merangkap pula se­ bagai penterdjemah, ditemani djuga oleh wakil dari Lembaga Pers. Dari Kementerian Penerangan jang mengikuti perdjalanan ada- lah Saudara-Saudara Soekarno, A. Madjid dan T.M. Siregar, se- dang dari Lembaga Pers Saudara-saudara Drs. Marbangun, Khouw Giok Po dan Soegijanto. •

(10)

Rentjana dan atjara.

12 — 13 Pebruari 1956 : Seminar di-Solo,

14 id : Tjeramah di-Jogjakarta* 20 id : Tjeramah di-Surabaja, 21 — 22 id : Seminar di-Makasar, 24 — 25 id : Seminar di-Bandjarmasin. 29 id : Seminar di-Medan, 1 Maret 1956 : id id 7 id : Tjeramah di-Djakarta. Atjara sem in a r:

a) Apakah pola jang ideal bagi hubungan antara Pers dan Pemerintah ?

b) Dasar-dasar djurnalistik. c) Berita jang pantas disiarkan. Atjara tjera m a h :

d) Pendidikan wartaioan.

e) Apakah pola jang ideal bagi hubungan antara penerbit dan pemimpin redaksi ?

Para pengundjung seminar dibagi dalam dua golon ga n : pe- serta dan pendengar. Peserta adalah pemimpin redaksi harian atau wakilnja, sedang lain-lain pengundjung merupakan pende­ ngar. Jang ikut berdiSkusi hanja para peserta. Pembatasan ini dilakukan untuk kelantjaran sidang-sidang. Umumnja djuga para pendengar dapat mengadjukan pertanjaan atau pandangan de- ngan perantaraan para peserta. Djumlah pengundjung pada sidang-sidang seminar dan tjeramah memuaskan.

Pembukaan seminar di-Solo.

Pembukaan resmi seminar pers seluruhnja dilangsungkan di Solo pada tanggal 12 Pebruari 1956 bertepatan dengan perajaan peringatan 10 tahun berdirinja P.W.I. dan seminar ini memang sengadja dimasukkan dalam rangka peringatan tersebut. Kepada semua pimpinan surat kabar harian diseluruh Indonesia dikirim- kan surat undangan untuk mengundjungi seminar pers di-Solo itu. Semula diharapkan kedatangan mereka dari daerah-daerah,

(11)

jang sambil merajakan peringatan P.W.I. tersebut djuga dapat mengikuti seminar sekali. Walaupun kundjungan mereka tidak seperti jang diharapkan, tetapi djumlah pengundjung seminar seluruhnja tjukup memuaskan.

Sebagai peserta dalam seminar tersebut tampak para pemim- pin redaksi atau wakilnia dari berbagai-bagai surat kabar harian jang terbit di-Djaikarta, Pontianak, Surabaja, Jogjakarta dan Se- marang dan dari Kantor Berita ANTARA. Baik sebagai pende ngar maupun sebagai penindjau hadir selain beberapa wartawan surat kabar harian dan madjalah djuga petugas-petugas dari Ke- menterian Penerangan, Djawatan-Djawatan Penerangan propinsi Djawa-Tengah, Kotabesar Surakarta dan Kesatuan Penerangan Mobil, Radio Republik Indonesia pusat dan dari Studio-Studionja di Semarang, Solo dan Jogjakarta, beberapa mahasiswa Univer- sitas Gadjah Mada di-Jogjakarta dan lain-lain.

Sidang-sidang seminar pertama ini dipimpin sendiri oleh Direktur Lembaga Pers dan Pendapat Umum, Drs. Marbangun. Sebagai interpreter bertindak Nona Samijati Ali Sjahbana, M.A.

Seminar di daerah.

Pada umumnja sebagai eksperimen jang pertama kali seminar didaerah berdjalan dengan memuaskan. Sidang-sidang selain oleh para wartawan, dikundjungi djuga oleh beberapa orang wakil dari Djawatan-Djawatan Penerangan propinsi, kotapradja atau kabupaten, dari Kesatuan-Kesatuan Angkatan Perang se­ tempat, dari Penerangan/Public Relations Kepolisian dan lain- lain instansi, dari Radio Republik Indonesia dan lain-lainnja.

Penjelenggaraan seminar didaerah diserahkan pada kebidjak- sanaan panitia setempat dan sifat serta udjudnja tergantung pada usaha panitia dan keadaan setempat.

Makasar. T em p a t: Balai Perwira. Ketua : Sdr. Hasan Usman, selaku wakil tjabang P.W.I.

Sidang pertama jang dilangsungkan pada malam hari didahului dengan pertemuan perkenalan. Tampak dalam pertemuan itu beberapa wakil instansi. Diantara para peserta terdapat seorang wartawan dari Menado.

Bandjarmasin. T em p at: Kantin Tentara. Ketua : Sdr. Gt A. Soegian Noor, selaku wakil tjabang P.W.I.

Sebelum sidang jang pertama pada malam hari dimulai, maka pada sore-harinja diadakan pertemuan perkenalan, pada

(12)

perte-muan mana diberikan sambutan-sambutan oleh residen A. P. A flo es sebagai wakil gubernur Kalimantan jang tidak ada ditem- pat dan oleh walikota Bandjarmasin. Selandjutnja hadir pula residen Kalimantan, ketua Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Sementara Kotabesar Bandjarmasin dan wakil Kepala Kepolisian propinsi Kalimantan.

Medan. T em p a t: Gedung Nasional. K e tu a : Sdr. Amanillah O. Lubis selaku wakil tjabang P.W.I.

Sidang pertama dilangsungkan pada siang-hari sedang pada malam sebelumnja diselenggarakan resepsi bertempat di-Gedung Nasional dengan mendapat perhatian besar dari masjarakat se- tempat. Tampak hadir beberapa wakil dari Pemerintah Daerah,

dari Korps Konsuler dan lain-lain. Tjeramah.

Tjeramah-tjeramah diadakan di Jogjakarta, Suarabaja dan Djakarta. Di-Jogjakarta dan di-Surabaja jang dibitjarakan adalah

sekitar pendidikan wartawan dandasar-dasar djurnalistik, sedang di-Djakarta jang dibahas adalah ; hubungan antara pemimpin redaksi harian dengan penerbitnja. Di-Jogjakarta mendapat kundjungan dari beberapayoran^ mahasiswa Universitas Gadjah Mada sedang di-Surabaja/r^siften Surabaja memerlukan djuga hadir pada malam tjeramaJi., Tjeramah di-Djakarta selain oleh

beberapa pemimpin redaksi surat kabar harian Indonesia dan asing serta kantor-kantor berita, dikundjungi djuga oleh wakil- wakil dari Kementerian Penerangan, Radio Republik Indonesia dan beberapa press-officer Kedutaan asing. Pertemuan dipimpin sendiri oleh direktur Lembaga Pers.

Perpisahan.

Pada tanggal 8 Maret 1956 bertempat digedung Lembaga Pers dan Pendapat Umum, Djalan Pegangsaan Timur Djakarta dilang­ sungkan malam resepsi perpisahan jang mendapat kundjungan dari beberapa pemimpin redaksi surat-surat kabar harian dan kantor berita Indonesia dan asing, para press-officer, wakil-wakil

Kementerian Penerangan dan lain-lain dan tidak ketinggalan pula sudah tentu wakil-wakil pengurus pusat PWI dan SPS. Se­ bagai tanda-mata oleh Drs. Marbangun diterimakan kepada tuan Hal O’Flaherty dua buah wajang-kulit buatan Solo, disertai utjap- an-utjapan terima kasih.

(13)

Dengan diantarkan oleh wakil-wakil Kem enterian Penerangan, PW I Pusat, SPS dan staf Lembaga Pers tuan Hal O’Flaherty pada tanggal 15 Maret 1956 meninggalkan lapangan-terbang Kema- joran Djakarta menudju ketanah-airnja setelah lebih dari satu bulan lamanja menunaikan tugasnja di-Indonesia.

(14)

R IW A JAT H ID U P'H AL O’ FLAHERTY. Nama : H A L O 'F L A H E R T Y Lahir : 1890 Pengalaman djurnalistik : 1909 — 1952 Tempat : O RINDA

tinggal (CALIFO RN IA). U.S.A.

Hal O’ Flaherty adalah seorang bekas wartawan jang mem- punjai pengalaman luas dilapangan djurnalistik. Djabatan ter- achir jang dipangku ialah Managing-Editor dari surat kabar harian Chicago Daily News, djabatan mana ditinggalkan pada tahun 1952 sebagai penutup karierenja dari dunia pers. Sebagai seorang pemuda jang baru berumur 19 tahun ia telah mentje- burkan diri dalam lapangan djurnalistik, suatu lapangan peker- djaan jang pertama-tama ia pilih untuk disetiainja selama- iamanja.

Pada waktu itu Perguruan-Perguruan Tinggi Djurnalistik di- Amerika Serikat baru dalam taraf nertumbuhan. Pemuda O’ Flaherty tidak mengikuti pendidikan form il djurnalistik, tetapi namun demikian dalam waktu-waktu selandjutnja ia berusaha sendiri menambah pengetahuannja dengan mengikuti kuliah- kuliah Universitas. Dengan demikian maka ia termasuk salah seorang djurnalis jang „dibesarkan” dari dan dalam praktek.

Ada dua hal jang istimewa baginja jang patut ditjatat: a) masa-kerdja pada satu surat kabar, Chicago Daily News ter-

sebut, ialah selama 33 tahun, dari seorang koresponden biasa sampai mendjadi seorang Managing-Editor ;

b) 43 tahun lamanja ia mengabdi pada pers, dari tahun 1909 sampai tahun 1952.

(15)

Baik sebagai wartawan biasa maupun sebagai Managing-Editor ja mempunjai pengalaman jang luas, mitsalnja sebagai wartawan surat kabar harian dan kantor berita di-Amerika Serikat dan di- Eropah, sebagai wartawan perang jang mengikuti pertempuran pertempuran dalaim perang dunia jang kedua dimedan pertem ­ puran Pasifik, diantaranja di-Irian bagian Australia (New-Gui- nea) sebagai Editor dan Managing-Editor suatu surat kabar ha­ rian besar.

Hal O’Flaherty termasuk pula salah seorang pendiri dari International Press Institute (IPl) jang pada waktu sekarang kantor pusatnja berkedudukan di-Zurich. IPI adalah sebuah Lembaga jang anggota-anggotanja terdiri dari para pemimpin redaksi surat-surat kabar harian dari seluruh dunia, sebagian besar dari negara-negara Blok Barat dan beberapa negara Asia, termasuk Indonesia.

Berkeliling diberbagai-bagai negara untuk mengadakan konpe- rensi bagi O’Flaherty bukanlah hal jang asing. Disertai oleh 4sterinja ia telah mengadakan pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin redaksi harian diberbagai tempat di-Eropah sampai se- belas kali, pertemuan-pei'temuan mana diselenggarakan oleh Institute of Curent World Affairs.

Daftar ringkas djabatan-djabatan jang dipangku : 1909 : Reporters Des Moines,

1912 : Wartawan Kantor Berita United Press di-Amerika Serikat,

1917 : Korresponden luar negeri di-London dari harian New York Sun,

1919 : Korresponden luar negeri di-Skandinavia, 1922 : Korresponden luar negeri di-London,

1924 : Manager untuk Eropah, Chicago

1926 : Foreign Editor/Dir. N ew s/Foreign Ser- > Daily Nexos vice,

1932 : Ass. Managing-Editor, 1946 : Managing-Editor,

(16)

Referat Hal O'FIaherty:

DASAR-DASAR DJURNALISTIK. Pekerdjaan djurnalistik.

Menurut pendapat saja, jang saja akui agak berat sebelah, djabatan djurnalistik itu tidak sadja jang paling bersemangat, tapi djuga jang paling menarik dan memuaskan. Pekerdjaan itu terutama meliputi suatu pengubahan idee-idee jang ada dalam kalbu mendjadi bentuk abadi, ialah perkataan-perkataan tertulis. Lapangannja luas sekali, ialah dari soal-soal mengenai keindahan kehidupan sampai soal-soal jang menggelikan h a t i; dari ketjin- taan sampai kesedihan dan keburukan dalam kehidupan sehari- hari. Memilih pekerdjaan sebagai wartawan adalah sama dengan mengambil bagian dalam pelajanan vital kepada masjarakat dan negara. Ikut-serta dalam pekerdjaan mentjatat kedjadian-kedja- dian sehari-hari dengan teliti, sesuai dengan kenjataan dan se- tjara menarik akan memberi ikepuasan jang sama besarnja se- perti menjembuhkan seorang sakit, atau bekerdja sebagai ahli hukum atau sebagai pegawai negeri.

Masjarakat m odern makin lama makin banjak memerlukan wartawan. Permintaan akan wartawan muda, baik laki-laki mau- pun wanita, dari kalangan industri, dari pemerintah, dari pers dan radio hampir tidak terbatas. Sekolah-sekolah di-Amerika jang mendidik orang-orang muda mendjadi wartawan, tidak da- pat memenuhi kebutuhan jang ada. Djumlah lowongan dalam lapangan ini lebih besar dari pada djumlah pelamar-pelamar jang tjakap.

Sjarat-sjarat ketjakapan wartawan.

Sjarat-sjarat apakah jang harus dipenuhi hingga seorang war­ tawan dapat dikatakan tjakap ? Basil L. W alters, jang mendjabat Exucutive Editor dari lima surat kabar dari persekutuan surat- surat kabar Knight, waktu ditanja oleh American Newspaper Publishers Association, mengemukakan beberapa sjarat. Antara lain ia mengatakan seperti b erik u t: „Keinginan untuk

(17)

menge-tahui dan ketjakapan meng-observir dengan teliti adalah sjarat- sjarat pertama bagi seorang reporter atau editor jang baik. Ke- hausan akan pengertian tentang segala soal diikuti oleh ketja­ kapan untuk menjiarkan kebenaran jang telah diselidiki, ber- semangat dan tegas. Seorang wartawan jang tjakap harus me- njelidiki sesuatu, ia tidak boleh menerima sesuatu begitu sadja, akan tetapi sebaliknja ia harus mendjaga supaja tidaklah men- djadi seorang tukang korek kesalahan jang cynis. Ia harus me- naruh perhatian besar akan sedjarah ; ia harus selalu hidup dalam waktu sekarang dengan penuh kejakinan, bahwa ia sedang mentjatat sedjarah dari satu zaman jang paling menarik” .

Seorang pengarang jang telah lama meninggal pernah menga- iakan : „Waktu kita dilahirkan kita menerima dua ketjakapan, jalah ketjakapan untuk mengetahui dan ketjakapan untuk meng- ingat apa jang diketahui. Djika kedua ketjakapan ini dilatih, 'naka kita mendapat ketjakapan baru lagi ialah ketjakapan untuk berpikir, dan djika ketjakapan untuk berpikir sudah ter- latih, maka kita mempunjai kebidjaksanaan. Seorang wartawan dapat tjepat memperkembangkan perasaannja untuk mengetahui

dan djuga memperbaiki ingatannja, djika ia sudah berlatih untuk mengingat apa jang telah dilihat, didengar atau dipikirkan” . Gerak-gerik dan orientasi penulis.

Selama saja bekerdja disurat kabar saja, ialah Chicago Daily News, saja selalu mengawasi rekan-rekan saja tjara bagaimana mereka duduk didepan mesin tulis dan melewati proces me- ngumpulkan pikiran-pikiran mereka. Kadang-kadang gerak- gerik mereka menggelikan hati, dan kadang-kadang perbuatan mereka mendjengkelkan, hingga kita tidak tahan lagi untuk mengawasi mereka lebih lama. Seorang reporter dalam staf saja, djika ia sedang berpikir selalu menggaruk-garuk kepalanja hing­ ga ditempat itu rambutnja mendjadi botak. Seorang reporter lain merobek-robek sehelai surat kabar hingga mendjadi po- longan kertas ketjil-pandjang. Saja sendiri tidak dapat memulai karangan saja djika saja tidak lebih dulu menggosok-gosok tangan saja. Orang lain lagi tidak dapat memikir djika tidak merokok. Biar bagaimanapun djuga seorang reporter atau editor harus dapat melihat apa jang dipikir dalam bentuk perkataan dan perkataan-perkataan itu dalam bentuk kolom-kolom jang tertjetak atau dalam bentuk halaman-halaman dari surat kabar. Ketjaikapan untuk melihat gambaran itu setjara tjepat dan tegas memang merupakan satu kesenian.

(18)

Dalam mengarang satu karangan terdapatlah satu fase jang dapat dikatakan „orientasi” . Tiap pengarang m empunjai suatu sudut penglihatan. Sudut itu boleh djadi dari atas atau dari

bawah, atau dari tempat jang sama tingginja, atau dari dalam atau sebagai X-rays menembuskan sesuatu, biar bagaimanapun djuga ia m em punjai satu sudut. Dalam menulis tentang politik atau soal internasional, saja sendiri mengalami bahwa sudut penglihatan saja adalah dari atas, tjukup tinggi untuk mendapat suatu gambaran jang agak luas. Dari sudut itu saja memilih orang-orangnja jang tersangkut dalam kedjadian-kedjadian jang bersangkutan. Orang-orang itu saja lukiskan setjara singkat da­ lam kedudukannja, selandjutnja saja melaporkan apa-apa jang mereka katakan, saja tjeritakan gerak-geriknja, lagu dari per- kataan-perkataan jang mereka utjapkan dan effectnja dari utjapan-utjapan mereka pada orang-orang disekitarnja.

Tanggung djawab wartawan.

Apa jang saja tjeritakan tadi hanja mengenai soal detail dari pekerdjaan sulit untuk mengumpulkan kenjataan-kenjataan (facts), membandingkan 'kenjataan-kenjataan itu hingga men­ djadi sebuah karangan jang menarik untuk dibatja. Kesukaran- kesukaran jang harus kita atasi dalam pekerdjaan ini merupakan sumbangan kita kepada drama manusia jang terdjadi tiap hari, dan kita berlaku sebagai penulis atau pentjatat. Saja sang- sikan, apakah seorang dokter jang menjiapkan satu pembe- dahan atau seorang ahli hukum jang mengutjapkan pembelaannja didepan hakim, memikul satu beban jang lebih berat. Tjobalah pikirkan sadja apa jang akan terdjadi djika tuan-tuan tidak ber- hasil untuk melaksanakan pekerdjaan tuan-tuan sebaik-baiknja. Diruangan lain ahli-ahli opmak dan mesin-mesin tjetak sedang menunggu karangan tuan-tuan. Djika tuan-tuan membuat ke- chilafan ketjil sadja, kechilafan tuan itu akan diperlipatganda- kan hingga mendjadi djumlah jang amat besar. Didalam surat kabar saja, kechilafan saja itu diulangi 500.000 kali. Bagaimana lagi djika pers-tpers itu digunakan untuk memperlipatgandakan suatu kebohongan jang disengadja ? Hal ini telah ditjoba dan telah memusnakan masjarakat jang diwakili oleh surat kabar jang bersangkutan. (Djanganlah sekali-kali djurnalistik meng- chianati alat untuk mengeluarkan pendapat jang terbaik ini.

(19)

Pemusatan berita.

Di-Chicago kami merasa beruntung, bahwa kami mempunjai satu kantor berita pusat jang dimiliki dan diusahakan oleh se- mua harian-harian dikota itu. Kantor berita pusat ini mempe- kerdjakan reporter-reporter dari colleges dan universitas-uni- versitas. Mereka dididik untuk mengumpulkan beiita sehari- hari dalam kota Chicago sebagai pekerdjaan routine mereka. Berita-berita jang mereka kumpulkan ialah tentang angka- angka statistik penting, kelahiran, kematian, perkawinan, pe- nangkapan-penangkapan, perkara-perkara ketjil didepan penga- dilan dan kabar-kabar routine dari pengadilan, seperti penga- duan-pengaduan, keputusan-keputusan hakim dalam perkara- perkara ketjil dan kadang-kadang djuga perkara-perkara pen­ ting. Tjatatan tentang kedjadian sehari-hari jang berdjumlah sangat besar ini meliwati kantor berita pusat dan sampai di- medja editor. Bilamana sebuah surat kabar memerlukan per- tolongan editorial, ia dapat berhubungan dengan pemimpin kan­ tor berita pusat itu dan kepadanja akan dipindjamkan seorang reporter jang telah mendapat didikan chusus hingga ia menge- nal tempat-tempat, djalan-djalan dikota atau tempat-tempat dari kantor-kantor polisi tjabang, kantor pembesar-pembesar kota, pendek kata semua tempat-tempat dalam kota Chicago. Pemin- djaman reporter ini banjak menghemat waktu dan tenaga untiik niendidik wartawan muda sendiri. Bilamana disatu tempat ter- dapat banjak surat-surat kabar, maka* usaha bersama untuk mengumpulkan berita-berita routine adalah usaha jang terbaik.

Pekerdjaan Reporter.

Saja sendiri selalu menganggap bahwa pekerdjaan disebuah surat kabar adalah jang terbaik bagi seorang reporter. Ia dapat merasakan irama kehidupan, ia berdiri dekat pada soal-soal jang merupakan dorongan baginja, ialah kedjadian-kedjadian jang menggerakkan hatinja. Ia mengetahui apa jang sedang terdjadi. la hidup ditengah-tengah masjarakat. Itulah kehidupan jang amat besar. Tiap pagi waktu ia bangun, ia dapat m engatakan: ,Hari ini saja akan mengalami suatu peristiwa jang menarik” . Djarang ia diketjewakan. Kemudian ia harus menahan siksaan dari pekerdjaannja untuk mentjiptakan sebuah karangan jang achirnja ia menikmati kepuasan, jang datang dari penjiaran hasil pekerdjaannja. Kepuasan itu adalah upah jang sangat besar.

(20)

Pekerdjaan korresponden luar negeri.

Dari semua pekerdjaan-pekerdjaan djurnalistik, saja rasa pe­ kerdjaan korresponden luar negeri adalah jang paling menarik. Setelah bekerdja hampir setengah abad dalam persuratkabaran, hati saja masih tergerak oleh kemungkinan-kemungkinan un­ tuk dikirim keternpat-tempat djauh diseluruh dunia untuk me- lihat-lihat dan menulis untuk sebuah surat kabar. Hanja sedjum- lah ketjil dari surat-surat kabar di-Amerika mempunjai korres­ ponden diluar negeri. Biajanja sangat besar dan masing-masing surat kabar merasa berat untuk membajar luxe ini. Surat kabar saja, Chicago Daily News, sudah mempunjai koresponden luar negeri sedjak tahun 1900. Dari pengalaman saja, saja berpen- dapat bahwa tiap wartawan harus diberi kesempatan untuk ber­ keliling. Mereka harus tjakap untuk menulis berita-berita jang didapat dari sumber-sumber aseli jang terletak dipelosok-pelo- sok dunia. Pemerintah saja telah m enjokong usaha ini dengan mengurtdang ke-Amerika wartawan-wartawan dari berbagai bangsa. Saja harap usaha ini dapat dilandjutkan dan diperluas.

Pekerdjaan korresponden perang.

Saja rasakan sebagai satu kerugian, bahwa dalam kehidupan saja, telah dua kali petjah perang dunia dan bahwa saja ditugas- kan untuk mentjatat perbuatan-perbuatan manusia jang ter- buruk, ialah penjelesaian perbedaan paham dengan kekuatan sendjata. Saja harap akan masih dapat mengalami, bahwa kesa- lahan demikian itu dapait diberantas. Saja harap dengan per- antaraan pers dunia jang luas pikirannja, supaja semua bangsa didunia ini dapat dididik umtuk bisa hidup dalam kerukunan satu dengan jang lain.

Memang pekerdjaan koresponden perang mempunjai daja pe- narik dan mempunjai detik-detik jang bersedjarah, akan tetapi koresponden dalam zaman damai tidak kurang ,,opwindend” - nja. Koresponden diluar negeri mendapat kesempatan untuk mendjumpai orang-orang ternama, untuk berkeliling dan untuk beladjar. Sering kali mereka mempunjai lebih banjak informasi- informasi tentang keadaan politik dari pada reporter-reporter setempat, karena ia sudah biasa berkeliling, mendjumpai dan bertjakap-tjakap dengan lebih banjak orang. Saja ingin sekali melihat surat-surat kabar mengirimkan koresponden-korespon- dennja keluar negeri, karena saja jakin mereka itu dapat

(21)

mem-bantu mempersatukan dunia dan mengurangi ketegangan-ke- tegangan dan dapat pula memudahkan hidup bersama. Menurut perasaan saja, tugas jang terbesar jarfg dapat dibenikan kepada seorang korresponden adalah ditempatkan pada Perserikatan BangsaBangsa.

Tjeramah pers digedung Adhuc Stat Djakarta. Dari kiri kekanan : Hal O’Flaherty, Drs. Marbangun (dlrektur

Lembaga Pers), T. Sjahril (ketna PW I-Pusat).

(22)

Tjatatan diskusi atjara :

D AS4R -D A SA R DJURNALISTIK.

Tjatatan diskusi atjara ini dan lain-lain atjara selandjutnja adalah keterangan-keterangan dan djawaban-djawaban jang diberikan oleh Hal O’Flaherty atas pandangan-pandangan dan pertanjaan- pertanjaan jang dikemukakan oleh para peserta seminar disemua tempat, pertanjaan-pertanjaan mana pada umumnja banjak jang sama. Untuk mendapatkan gambaran jang agak terang mengenai tiap-tiap persoalan, maka keterangan dan djawaban tersebut kami susun soal demi soal.

Redaksi. Dasar djurnalistik.

Dimana-mana pada umumnja tidak terdapat perbedaan ten­ tang dasar djurnalistik karena dasar itu sama, ialah mentjari ke- benaran. Oleh karena itu maka dasar tersebut adalah lepas dari tjoraknja Pemerintah dari masing-masing negara. Dasar-dasar itu sama iisem ua negara, baik di-Amerika maupun di-Indonesia, di-Inggeris, di-Rusia ataupun dilain-lain negara.

Perbedaan memang ada, tetapi hanja diluarnja sadja, sedang didalam batin sesungguhnja tidak ada perbedaan, karena dasar- nja ialah mentjari kebenaran.

Dalam sesuatu konflik kebenaran akan selalu menang dan salah satu fihak mesti ada iang benar.

Seperti halnja dilain-lain negara, maka djuga di-Amerika Se­ rikat terdapat wartawan-wartawan jang suka menjiarkan kebo- hongan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan, bahwa wartawan- wartawan surat-surat kabar komunis di-Amerika Serikat relatif lebih banjak menjiarkan kebohongan.

Pada umumnja dimana-mana tidak ada demokrasi jang se­ sungguhnja dan ini adalah ideal belaka.

Tjatatan. O’ Flaherty memberikan pendjelasan-pendjeln.san tersebut diatas itu bergandengan dengan

(23)

perlanjaan-perta-njaan dan pendapat-pendapat jang diadjukan dalam diskusi jang antara lain adalah seperti berikut.

Kebenaran jang dilihat oleh Am erika Serikat belum ten- tu sama dengan jang dilihat oleh Rusia. Fungsi pers di- Blok Timur mungkin berlainan dari pada di-Blok Barat. Jang mendjadi pokok perbedaan ialah adanja pandangan jang berlainan mengenai pengertian terhadap „k em erd e- kaan mengeluarkan pendapat

Menjatakan pendapat di-Rusia akan berlainan dari pada di-Amerika Serikat. Dengan terdapatnja perbedaan ang- gapan itidah maka dasar djurnalistik dari satu negara akan berlainan pula dengan lain negara, karena dipengaruhi atau dibatasi oleh tjorak pemerintahan masing-masing negara.

Demokrasi di-Amerika adalah kenjataan dan bagi orang- orang Am erika demokrasi m ereka itu adalah suatu kebenar­ an dan kebenaran m ereka itidah jang disiarkan oleh Pers Amerika.

Diktatur proletariat di-Rusia adalah pula suatu kenja­ taan dan itu adalah satu kebenaran pida bagi Pers Rusia. Tanggung-djawab wartawan.

Editor dan reporter harus saling mengerti dan mereka harus mempunjai rasa tanggung-djawab. Wartawan jang tidak mempu­ njai rasa tanggung-djawab terhadap masjarakat adalah sangat berbahaja. Oleh karena itu sangatlah perlu wartawan mendapat latihan dan pendidikan jang diperlukan. Wartawan harus dju- djur dan mempunjai kesadaran akan rasa susila.

Latihan mengingat-ingat sangat penting untuk dapat menulis sesuatunja diluar kepala dan untuk dapat mentjari hubungan antara peristiwa jang satu dengan jang lain.

Seorang wartawan jang baik harus dapat membebaskan diri dari sentimen dan ini tergantung pada kesadaran dan rasa tang- gung-djawabnja terhadap masjarakat. Hati murninja akan ber- bitjara, kalau ia menulis tentang hal-hal jang tidak benar. Hati murninja itulah jang membedakan manusia dari machluk lain. Kedjudjuran, kesadaran dan rasa susila harus dimiliki oleh se- tiap wartawan.

Kalau seorang wartawan dari pers pendukung Pemerintah me- nginterpiu seorang itokoh opposisi dan tokoh tersebut dalam interpiunja mentjela atau mengritik Pemerintah tanpa alasan,

(24)

maka siwartawan harus mempertimbangkan betul-betul hasil mterpiunja itu. Disamping itu dia harus insaf pula, bahwa se­ orang wartawan harus membela jang benar.

Objektivitet.

Objektivitet jang mutlak tidak mungkin ada, tetapi dalam tulisan-tulisan dapat diusahakan untuk memberikan pandangan- pandangan jang objektif. Seorang penulis pada umumnja meng- ambil untuk tulisan-tulisannja melakukan penindjauan dari satu sudut dengan memperhatikan benar-benar fact-factnja.

Pemberitaan.

Pemberitaan hendaknja djangan berat sebelah, sebab kaiau berat sebelah dapat memberikan gambaran jang tidak benar dan dapat menimbulkan kekatjauan didalam masjarakat. Oleh kare- na itu maka segala sesuatunja terutama tergantung pada kesa- daran para wartawan.

Berita harus objektif. Dia harus memuat facts dan didalamnja tidak boleh dimasukkan ,,opinion” ; dengan demikian maka pen-

dirian seorang wartawan tidak boleh dimuat dalam berita. Fact adalah kenjataan. Mengenai sebuah peristiwa kebakaran umpamanja ada desas-desus, bahwa djumlah korban jang me- ninggal banjak. Dalam pada itu reporter jang menjaksikan peris­ tiwa itu menulis dalam beritanja bahwa jang meninggal hanja dua orang sadja. Dalam hal demikian si-reporter harus dapat me- ngatakan kepada pemimpin redaksinja, bahwa dia sendiri benar- benar telah hadir ditempat kebakaran dan dengan matanja sen­

diri telah melihat pula, bahwa djumlah orang jang mati hanja dua.

Seorang reporter jang mengumumkan keterangan dari sese- orang mengenai sesuatu fact, harus menjebutkan sumber berita itu supaja dia djangan dituduh menjiarkan kabar bohong, kalau keterangan itu tidak benar.

Di-Amerika Serikat setiap kedjadian dapat disiarkan.

Tadjuk rentjana.

Tadjuk rentjana mungkin tidak dapat objektif dan memang boleh subjektif menurut penglihatan dan pendirian penulisnja. Tadjuk rentjana dapat memimpin suatu lingkungan dalam masja- rakaL dan karena itu harus prang berhati-hati dalam menulisnja.

(25)

Fungsi surat kabar didalam masjarakat sebagai penghubung massa adalah sangat penting. Berlainan dengan lain-lain alat penghubung massa, seperti radio, film dan tele.visi, maka surat kabar dapat dibatja berulang-ulang dan dibawa kemana-mana.

Sjarat m utlak untuk .dapat mempengaruhi pembatja jalah adanja kesungguhan pada penulis tadjuk rentjana.

isi surat kabar.

Pada umumnja Pers Amerika memperhatikan scmua per- soalan, dari soal-soal jang seketjil-ketjilnja sampai pada soal-soal pemerintahan, pembangunan negara dan lain-lain. karena surat- surat kabar Amerika itu terbit dengan djumlah haJaman jang banjak, maka dengan sendirinja dapatlah dimuat banjak berita dan tulisan jang beraneka vvarna tjorak ragarnnja, termasuk pula tulisan-tulisan hiburan ringan, comic-strips dan lain-lain.

Tjatatan. Keterangan tersebut diberikan oleh O’Flaherty bergandengan dengan pandangan-pandanga-i berikut, jang diadjukan oleh pihak peserta.

Tjara menghidangkan berita oleh pers dibeberapa n e­ gara agaknja berlainan dan banjak jang dipengaruhi oleh keadaan negaranja masing-masing. Dinegara-negara jang masih atau setengah didjadjah tulisan-tulisan dalam pers banjak meliputi soal-soal politik, ekonom i dan sosial. Te- tapi Pers Amerika banjak jang memperhatikan kepribadi- an seseorang, misalnja mengenai bintang-bintang film, gangster dan lain-lain. Jang mendjadi pertanjaan ialah apakah itu terbaioa oleh kepribadiannja para wartawan Am erika ataukah oleh filsafah hidup m ereka.

Pers diwaktu perang.

Waktu perang adalah waktu jang memperkosa kebenaran. Hubungan Pers dengan Angkatan Perang Amerika Serikat, baik dalam waktu damai maupun dalam waktu perang, adalah selalu baik dan tidak pernah terdapat ketegangan. Banjak wartawan Amerika menggabungkan diri dalam Angkatan Perang diwaktu perang dan selama itu hubungan selalu memuaskan. Wartawan- wartawan perang mendapat status sipil tetapi didalam mess atau dalam pengangkutan-pengangkutan mereka mendapat prioritet dan kedudukannja disamakan dengan kapten.

Di-Amerika selama perang belum pernah ada pembreidelan surat kabar.

(26)

Mengenai kabar bahwa dalam perang Korea jang terachir ini banjak berita pers jang menguntungkan pihak Korea Utara, OrFlaherty menjatakan bahwa dia sendiri tidak mengetahui hal itu tetapi dia mengetahui dengan pasti, bahwa sensur pada wak- tu perang itu amat keras dilakukan.

Pers dan kepartaian.

Tjaranja wartawan Amerika jang mendjadi anggota sesuatu partai politik menulis ialah tergantung pada dirinja sendiri. Kalau ia menulis karangan-karangan, maka namanja harus dise- butkan. Sebagai reporter sebaliknja ia harus bekerdja setjara anonim dan harus berusaha membuat berita jang objektif. Seba­

gai pengarang ia leluasa untuk menulis sesuka hatinja.

Menurut kata orang surat-surat kabar di-Amerika Serikat se- bagian besar memihak partai Republik, tetapi sungguhpun demi- kian selama pemilihan umum terdapat pemberitaan jang fair.

Surat kabar dapat dipergunakan oleh suatu aliran politik, tetapi surat kabar jang baik harus memberikan kesempatan ke- pada setiap orang untuk menjiarkan pendapatnja. Seperti hal- nja dilain-lain negara djuga di-Amerika Serikat terdapat surat- surat kabar jang merupakan alat partai politik dan para reporternja menulis sesuai dengan kehendak editornja. Sebe- narnja tidak mengapa kalau sesuatu surat kabar dipengaruhi oleh aliran politik tertentu, asal sadja dia tidak mengabaikan sendi-sendi djurnalistik. Surat kabar Daily Herald dari Partai Buruh di-Inggeris umpamanja memuat berita-berita mengenai kaum konservatif disamping berita-berita dari Labour Party sendiri.

Diberbagai-bagai negara terdapat surat-surat kabar jang di­ pengaruhi oleh partai-partai politik, geredja dan lain-lain.

Dalam perdebatan-perdebatan politik di-Amerika Serikat para redaksi surat kabar tidak lupa melihat kenjataan-kenjataan dan membanding-bandingkan dengan keadaan-keadaan jang sesungguhnja.

Seorang pemimpin redaksi tidak selalu mengambil 01’ang- orang jang sealiran politiknja. Karena itu maka berbagai-bagai surat kabar mempunjai wartawan-wartawan dari kedua partai,

jalah partai Demokrat dan partai Republik. Biasanja mereka hanja menulis berita-berita sadja, sedang editorlah jang menu­ lis opinion. Walaupun demikian pada umumnja seorang editor tidak akan meaolak suatu tulisan jang objektif dari seorang

(27)

wartawannja, sekalipun wartawan itu bertentangan dengan dia mengenai faham politiknja.

Pers dan komunisme.

Di-Amerika Serikat surat kabar Komunis diperbolehkan terbit clan terhadap surat kabar Komunispun tidak ada ketjurigaan. Daily W orker adalah surat kabar kaum Komunis jang diterbit- kan ditiga tempat dan selama mereka itu tidak mentjoba mero- bohkan kekuasaan, maka mereka tidak akan dihalang-halangi penerbitannja.

Di-Amerika tidak ada Partai Komunis kai'ena untuk mendiri- kan partai tersebut sjarat-sjaratnja tidak dapat dipenuhi. Menu­ rut Undang-Undang sesuatu partai politik harus sedikitnja men- dapatkan 10% suara dari rakjat Amerika. Dan kaum komunis di-Amerika Serikat tidak bisa mendapatkan djumlah 10% suara jang dibutuhkan itu, sehingga larangan pendirian Partai Kom u­ nis itu adalah kehendak rakjat Amerika sendiri, artinja menurut Undang-Undang.

Tjatatan. Keterangan ini diberikan oleh O’Flaherty berhu- bung dengan dikemukakannja pendapat dari pihak peserta, bahwa larangan pembentukan Partai Komunis di-Amerika Serikat itu adalah bertentangan dengan sendi-sendi demo- krasi.

Pengaruh pemerintah.

Suasana didalam negeri mempunjai effek djuga pada kemer- dekaan pers. Untuk keselamatan negara, sesuatu Pemerintah selalu dapat menjampaikan sesuatu hal kepada pers sebagai sa- ran atau sugesti untuk meminta bantuan pers dalam membela kepentingan negara dalam keadaan jang dianggap perlu.

Antara Pers dan Pemerintah di-Amerika Serikat tidak ada ke-

legangan dan tidak ada ketjurigaan, baik diwaktu damai maupun diwaktu perang. Dalam kata pers tersebut termasuk djuga surat kabar dari kaum Komunis di-Amerika Serikat.

Kritik dari pers terhadap Pemerintah memang ada dan kritik jang membangun itu diharapkan pula oleh Pemerintah. Peme- rintah Amerika Serikat adalah sebagian dari rakjat dan mewakili rakjat sedang Pers Amerika djuga mewakili rakjat, sehingga ke-

(28)

Pendidikan wartawan.

Sjarat-sjarat untuk m endjadi wartawan jang baik diantaranja ialah m em punjai pengetahuan umum jang luas, terutama ten- tang hukum, sedjarah, politik dan lain-lain sebagainja supaja dengan pengetahuan itu dia dapat menulis setjara jang bertang- gung-djawab. Bagi tiap wartawan adalah suatu keharusan untuk selalu menambah pengetahuannja.

Di-Amerika terdapat banjak Perguruan-Perguruan Tinggi Djurnalistik jang biasanja disebut School o f Journalism dan jang merupakan salah satu bagian dari Universitet-Universitet.

Pada umumnja memang benar bahwa kebanjakan dari para akademikus tidak mau mentjeburkan diri didalam djurnalistik karena pertimbangan-pertimbangan materiil.

Lain-lain.

1) Di-Amerika terdapat banjak wartawan jang pekerdjaannja melulu menulis ,,orientation” untuk berbag'ai-bagai surat kabar. Dengan dimuatnja tulisan-tulisan dari para ahli itu, maka surat- surat kabar dapat m enjadjikan berbagai-bagai pandangan.

2) Mengutip isi lain-lain surat kabar merupakan suatu kebia- saan jang baik sekali dan O’Flaherty sendiri mengandjurkan supaja koran-.koran di-Indonesia djuga melakukan hal tersebut.

3) Pengaruh para pemasang adpertensi terhadap surat-surat kabar tidak ada walaupun njatanja ikemadjuan pada penerbit surat kabar memang kebanjakan tergantung dari pada para pe­ masang adpertensi.

4) Para wartawan Amerika bekerdjanja bebas dan dalam ke- bebasan ini mereka menganggap dirinja sama sadja seperti nc- gawai-pegawai sesuatu Djawatan.

(29)

Referat Ha! O 'F laherty:

BERITA JANG PANTAS DISIARKAN. Penjaringan berita.

Berapa banjaknja berita-berita jang pantas untuk disiarkan jang sampai dimedja redaksi dari suatu surat kabar modern *7 Djawab s a ja : Hampir semua ; hanja sebahagian keljil sadja tidak disiarkan.

Reporter jang menjusun berita-berita setempat djarang sekali menulis tentang hal-hal jang melanggar norma-norma kesusilaan atau jang merupakan penghinaan atau fitnahan.

Berita jang mengalir dari kantor berita, sebelumnja dikawat- kan keseluruh dunia, lebih dahulu disusun dengan sangat teliti dan oleh karena itu pantas disiarkan menurut kesukaan masing- masing redaktur.

Seorang redaktur, djika ia ingin mendapat nama baik, tidak akan sengadja-menjiarkan suatu berita bohong, penghinaan atau mentjemarkan nama baiknja suatu organisasi. Hukuman- hu- kuman atas perbuatan demikian terlalu berat. Siksaan djiwa jang dirasakan oleh seorang wartawan, djika ia melihat suatu kechilafan dalam surat kabarnja, tidak asing lagi bagi mereka jang telah berpengalaman dalam djurnalistik.

Akan tetapi diantara kesalahan dan kebenaran terdapat ba­ njak soal-soal jang tidak dapat dimasukkan kesalah satu golong- an ini, misalnja berita tentang kemungkinan-kemungkinan siapa jang akan menang dalam suatu pertaruhan dan berita-berita ten­ tang kuda-kuda jang besar kemungkinannja untuk menang da­ lam patjuan jang akan diadakan. Pada waktu dulu banjak surat- surat kabar Amerika tidak mau memuat berita-berita tentang hasil-hasil patjuan kuda, apalagi mengenai kuda-kuda jang mungkin akan menang.

Berita-berita tentang soal-soal jang dapat dianggap m elanggar norma-norma kesusilaan atau perasaan halus memang tidak ter- batas djumlahnja. Ditiap masjarakat memang terdapat orang- orang jang rendah perbuatannja. Ditiap kantor polisi tersimpan

(30)

daftar pandjang tentang soal-soal jang menarik perhatian dari orang-orang jang rendah perasaannja. Maka tugasnja seorang redaktur ialah m endjaga agar surat kabarnja bersih dari berita- berita demikian atau djika dirasa perlu berita-berita jang sema- tjam itu dimuat djuga, tetapi susunannja dan perkataannja di- pilih begitu rupa sehingga tidak m enjinggung perasaan pem- batja.

Norma-norma kesusilaan.

Surat kabar saja, The Chicago Daily Neivs, masih terkenal se­ bagai surat kabar ..keluarga” . Maksud mereka jang mendirikan surat kabar itu ialah agar surat kabarnja dapat dibatja ditengah- tengah keluarga. Tiap anggota keluarga, baik orang tua maupun anak-anak, dapat mendengarkan isi surat kabar itu kalau dibatja- kan. Demikianlah diwaktu dulu. Pada waktu sekarang membatja tiap halaman dari surat kabar saja memerlukan beberapa djam. Maka tidak ada pembatja lagi jang ingin membatja semua ha- laman-halamannja.

Tapi biar bagaimana djuga, sikan tentang tjorak-tjorak berita jang dimuat tetap sama dan penjusunan berita-berita masih sa­ ma nilainja. Mereka jang ditugaskan untuk memilih berita-berita tetap memperhatikan norma-norma kesusilaan, kehormatan dan kebenaran.

Dalam bahasa Inggeris terdapat lima perkataan jang tidak da­ pat dimuat dalam surat ikabar. Kami jang menggunakan bahasa Inggeris tidak sadar bahwa kami tidak menggunakan perkataan- perkataan itu. Perkataan-perkataan itu tidak dapat ditjetak dan kalau sekali-sekali masuk didalam halaman-halaman surat kabar, maka itu adalah karena kechilafan. Akan tetapi perkataan-per- kataan itu, biasa dipakai oleh rakjat Inggeris, apalagi diantara anggota-anggota tentara pada waktu mereka berada dimedan pertempuran. Dalam perang dunia kedua kelima perkataan itu sering kali dipakai dalam suatu kalimat. Tapi djikalau tentara itu telah pulang kerumah, seketika itu djuga bahasa jang me­ reka pakai berubah mendjadi lebih pantas dan sopan.

Saja pertjaja bahwa tiap orang mempunjai penghargaan kesu­ silaan. Saja belurn pernah mendjumpai seorang wartawan jang menjetudjui suatu artikel jang melanggar norma-norma kesusi­ laan disiarkan atau jang mengupas soal-soal prive seseorang dji­ ka keadaan tidak memaksa ; atau sengadja menjiarkan suatu

(31)

artikel dengan perkataan-perkataan hysteris atau dengan penka- taan-perkataan jang berlebih-lebOian, kalau ia masih dapat menggunakan perkataan-perkataan jang lunak. Saja tidak ingin mengemukakan bahwa tidak ada wartawan-wartawan jang m e­ langgar balas-batas kesopanan. Memang surat-surat kabar jang bernilai rendah ada, akan tetapi surat-surat kabar demikian itu merupakan suatu ketjualian.

Berita-berita kedjahatan.

Djurnalistik Amerika seringkali sangsi tentang tjaranja me- njiarkan berita-berita mengenai kedjahatan. Di-Amerika memang ada tendens jang tjondong pada sensasi dalam berita-berita ke­ djahatan dan sering kali sebelum persakitan diperiksa didepan pengadilan. Disuratjsurat kabar telali dimuat laporan-laporan jang mengedjutkan tentang kedjahatan jang diperbuat olehnja. Ahli-ahli huikum sering kali menuduh surat-surat kabar telah mengadili client-clientnja sebelum mereka itu didengar oleh ha­ kim. Sering kali kritik-kritik matjam ini beralasan. Kita sudah menjimpang kesatu djurusan dimana surat-surat kabar telah bia- sa mentjari bukti-bukti tanpa perantaraan polisi atau pembesar- pembesar jang bersangkutan. Bukti ini disadjikan kepada chala- jak umum seolah-olah perkara itu telah diperiksa dalam penga­ dilan. Karena pers sendiri sadar akan kemerdekaannja jang se­ ring disalah gunakan, maka saja rasa kesalahan sematjam ini dapat diperbaiki. Kalau tidak dan kalau pers terus berdjalan kearah jang tidak baik ini, saja jakin bahwa nanti dari kalangan ahli-ahli hukum aikan terdengar protes keras dan djuga dai’i cha- lajak umum sendiri.

Pengalaman persdelik.

Selama 7 tahun saja memegang djabatan Managing Editor di- sebuah surat kabar metropolitan ; dalam waktu itu hanja satu kali saja mengalami surat kabar saja dituntut karena melaku- kan penghinaan dan saja merasa puas bahwa surat kabar saja mengakui bahwa dalam artikel itu terdapat unsur-unsur penghi­ naan. Maka dalam edisi kedua artikel itu dikeluankan. Esok hari- nja dimuat satu koreksi dan satu permintaan maaf. Artikel jang mengandung penghinaan itu dimuat oleh seorang wartawan muda jang lupa menjelidiki kebenaran informasi jang telah di- terimanja. Wartawan itu tidak dipetjat, tapi saja jakin bahwa ia tidak akan melupakan makian-makian jang diterimanja dari

(32)

Managing Editor. Inilah tjara jang terbaik untuk mendidik war­ tawan.

Comic-Strips dan tofo.

Tuan-tuan tentu sudah mendengar kritik-kritik terhadap apa jang dinamakan Comic-strips. Satu waktu Comic-strips itu tidak lain dari pada menggambarkan pembunuhan-pembunuhan, ke- ganasan-keganasan dan keburukan-keburukan manusia. Tapi mulanja Comic-strips itu memang lutju. Waktu saja masih mu­ da saja suka membatja Comic-strips karena saja dapat tertawa. Perubahan tentang gambaran kedjahatan datangnja lambat laun. Perubahan itu telah mengandung unsur-unsur jang dapat me- musnahkan dirinja, karena orang-orang tua meinberontak dan editor-editor sendiri jang kalah karena djuga desakan dari Cir­ culation Manager. Semua strip sekarang telah dibikin lunak dan strips-strips jang paling buruk diberantas.

Dalam pengalaman kami dengan foto-foto terdapat beberapa fase. Satu waktu tjorak foto-foto itu sangat sensasionil dan ke- mudian titik beratnja diletakkan pada sex (kelamin). Surat-surat kabar jang baik mendapat satu code mengenai tjorak foto-foto jang boleh dimuat. Foto muika seorang mati sekarang dianggap tidak pantas dimuat, foto-foto jang menggambarkan luka-luka berat sekarang sudah lebih sukar diterima untuk dimuat dari pada beberapa tahun jang laiu. Persoaian tentang dapat tidak- nja dimuat foto tanpa persetudjuan dari orang jang bersangku- tan, sekarang rupanja telah dilupakan. Dulu soal ini adalah soai jang hangat. Banjak surat-surat kabar dituntut karena mereka dianggap mengganggu kehidupan prive perseorangan dengan memuat fotonja. Tapi beberapa pengadilan telah menjetudjui, bahwa muka dan foto orang tidak dapat diperlindungi oleh Ha'c Tjipta.

Pemasangan ikian.

Pemasang-pemasang iklan sangat memusingkan redaksi-redak- si surat kabar. Mereka membeli ruangan dari halaman-halaman surat kabar, dan oleh karena itu mereka merasa bahwa sedikit banjak mereka mempunjai hak untuk turut menentukan soal-soal apa jang boleh atau jang tidak boleh dimuat. Saja sen­ diri tidak banjak memperdulikan tjelaanntjelaan dari pemasang iklan, tapi pada suatu waktu saja mendjadi marah ketika saja

(33)

diminta memuat artikel-artikel dalam kolom jang disediakan untuk berita, sedang artikel-artikel itu tidak lain maksudnja dari pada m endjual barang-barang belaka. Djuga terdapat pe- masang-pemasang iklan jang bersedia m em beri prem i djika m e­ reka diberi hak untuk menulis artikel tentang barang-barang mereka, sedang kwalitet barang-barang itu biasanja rendah atau tidak berharga. Surat kabar saja tidak memuat iklan-iklan dari dokter-tukang-obat atau iklan-iklan tentang obat-obat jang ke- faedahannja masih disangsikan. Banjak surat kabar lain meno- lak pemasangan iklan-iklan whiskey, bukan karena mereka anti minuman keras, akan tetapi karena ada hubungar. rapat antara pendjualan whiskey dan kalangan gelap didalam masjarakat. Su- rat-surat kabar jang terbaiik mempunjai satu laboratorium sen­ diri untuk memeriksa kwalitet barang-barang jang diiklankan. Koran-koran ini djuga mengawasi dengan teliti tjara pendjualan barang-barang jang diiklankan.

Objektivitet dalam pemberitaan.

Soal-soal jang sangat ipenting bagi editor-editor adalah tjorak- nja headlines (kepala-kepala berita), tjara-tjara menulis tentang kenjataan2 dan soal kedjudjuran dalam m enjadjikan berita-berita. Semua pengarang sadar akan ikeharusan untuk berhati-hati da­ lam menjusun b e rita ; semua kenjataan-kenjataan harus disadji- kan seobjektip-objektipnja. Saja sangsikan kemungkinan untuk menulis benar-benar objektip, tapi kita semua tjakap untuk me- misahkan pendapat pribadi dari pada berita-berita. Begitu djuga kita semua sadar bahwa kita tidak boleh memasukkan pendapat- pendapat tentang politik, agama atau keadaan masjarakat keda- lam berita-berita.

Objektivitet sewadjarnja memang hanja suatu ideal. Tapi kita dapat menghara-p bahwa kolom -kolom untuk berita djuga diisi dengan berita, bukanlah dengan artikel jang merupakan edito­ rial. Kemungkinan-kemungkman terdjadinja kechilafan-ikechi- lafan mem ang tetap ada, sehingga berita-berita jang harus objeik- tip m endjadi tjondong kesalah satu pihak. Saja rasa memang ti­ dak dapat ditjegah bahwa dikolom-kolom untuk berita termasuk djuga pendapat-pendapat. Tiap pendjelasan sudah merupakan pengurangan objektivitet. Tiap orang jang m em beri pendjelasan tidak berbuat lain dari pada mengeluarkan pendapat atau pikir- an sendiri atau berfilsafat. Ini memang suatu kekurangan jang tidak dapat dielakan.

(34)

Pada tahun achir-achir ini surat-surat kabar Am erika dapat menambah oplahnja karena memuat karangan colum nist jang ternama. Bagian terbesar dari columnist-columnist ini dapat di- katakan mendjual ,,editorial-editorial dalam kaleng” jang seha- rusnja dimuat terpisah dari berita-berita, ialah sebagai editorial dalam surat-surat kabar daerah.

Tapi sajang sekali karangan-karangan sindikat sematjam ini begitu populer sehingga dimuat dihalaman pertama atau diha- laman berita-berita. Terdapat beberapa surat kabar jang memuat sampai lima atau enam columnist, meskipun karangan-karangan itu dalam mempersoalkan sesuatu tjondong kesalah satu pihak. Sebagai alasan dikemukakan oleh surat-surat kabar itu bahwa mereka ingin memberikan semua pendapat tentang sesuatu. Saja rasa djumlah karangan-karangan matjam ini harus dibatasi dan hanja dimuat dalam kolom-kolom editorial, sedang karangan jang dimuat harus disaring dulu. Jang dimuat ialah hanja kara- ngan-fkarangan jang bernilai, bukanlah oleh karena haluan po- litiknja.

Keadilan dan tugas Pers.

Soal terachir tentang berita-berita adalah hal mengemukakan hanja satu sudut sadja dari suatu persoalan, pada chususnja m e­ ngenai soal-soal politik. Salah satu tjara untuk mentjegah kesa- lahan jang timbul dari penjiaran jang tidak lengkap, adalah me- njiarkan pendapat kedua belah pihak dalam perdebatan tentang sesuatu. Dalam satu kampanje pemilihan, djika dua tjalon se­ dang berebut suara dan chalajak umum berada dalam suasana panas, saja rasa surat kabar jang baik harus memuat pidato-pi- dato dari kedua tjalon-tjalon itu. Pidato-pidato itu diberi kepala jang sama besarnja dan dimuat dihalaman jang sama. Menurut pengalaman saja tjara ini adalah jang paling memuaskan dan pada waktu sekarang surat-surat kabar Amerika lebih banjak berbuat demikian dari pada dulu-dulu. Pembatja-pembatja lekas mengetahui djika dalam suatu konflik politik hanja satu pihak jang ditondjol-tondjolkan.

Kaiena saja pertjaja bahwa lugas pokok dari c>atu surat kabar ac alah m em beri penerangan, maka saja tidak menietudjui te- kanan-lekanan terhadap editor-editor supaja tulisan-tulisannja

(35)

m eliputi semua lapangan. Ada kalangan-kalangan jang menase- hatkan supaja pers djuga melakukan pendidikan dan m engguna­ kan kolom -kolom nja untuk m em beri peladjaran. Ada kalangan lain lagi jang ingin melihat supaja pers terutama mem beri hiburan.

Tugasnja pers ialah memberikan penerangan dan mentjatat kedjadian-kedjadian sehari-hari. Kita harus merasa puas djika tugas kita hanja berbatas sampai disitu sadja.

Pemandangan pada Seminar Pers di Solo. Kedua dari kiri Hal O’Flaherty jang- sedang membatja referatnja.

(36)

Tjatatan diskusi atjara :

BERITA JANG PANTAS DISIARKAN Norma-norma kesusilaan.

Perkataan-perkataan jang buruk dapat merusakkan hubungan antara orang jang satu dengan orang jang lain. Pada zamannja G eorge W ashington surat-surat kabar di-Amerika Serikat leluasa m elem parkan kritik-kritik dengan m empergunakan kata-kata jang tidak baik. Kemudian hal sematjam itu tidak disukai oleh masjarakat sendiri. Lalu dibuatlah undang-undang jang mela- rang tjatjian-tjatjian dan fitnahan-fitnahan.

Tulisan-tulisan mengenai soal sex harus dipikirkan benar-be- nar, apakah didalamnja tidak terdapat pelanggaran kesusilaan. Demikian pula halnja dengan tulisan-tulisan mengenai kedjaha­ tan, pemerasan, fitnahan dan lain-lain sebagainja. Ramalan ten­ tang perdjalanan bintang-bintang djuga tidak baik dimuat dalam surat kabar, karena ramalan-ramalan itu kebanjakan tidak benar.

Dalam menjadjikan tulisan mengenai sex orang sebaiknja su­ paja m enjingkiri pemakaian perkataan-perkataan jang tidak so- pan. Penuturan tentang sesuatu kedjahatan, pelanggaran kesu­ silaan dan sebagainja djanganlah dilakukan selengkap-lengkap- nja, karena ada bahajanja hal itu akan ditiru oleh para pemuda. O’Flaherty pernah berusaha untuk menghapuskan berita-berita sematjam itu dari surat kabarnja, tetapi tidak berhasil, karena pemberitaan itu merupakan sematjam kewadjiban sosial djuga terhadap masjarakat. Berita demikian harus disusun sebegitu rupa, supaja djangan merupakan suatu andjuran bagi kanak- kanak dan djanganlah dipergunakan kata-kata jang tidak seno- noh. Sebagai tjontoh dikemukakan tulisan-tulisan kaum Komu- nis di-Amerika Serikat jang selalu melantjarkan fitnahan dan tjatjian, jang kemudian ternjata hal itu tidak disukai oleh ma­ sjarakat dan menimbulkan kemunduran pada surat-surat kabar jang bersangkutan, sehingga achirnja tulisan-tulisan seperti itupun tidak dimuat lagi.

(37)

Berita tentang bunuh diri mendapat perhatian penuh dari Pers Amerika dan telah diputuskan oleh para wartawan supaja dalam berita sematjam itu tidak disebutkan nama-nama ratjun jang dipergunaikan untuk bunuh diri. D akm hubungan itu dite- rangkan bahwa pernah disiarkan nama sebuah pil jang diper- gunakan dalam peristiwa pembunuh diri seorang gadis. Setelah berita tersebut tersiar, maka ternjata kemudian ada gadis-gadis jang membunuh diri dengan mempergunakan pil jang sama.

Tentang terdjadinja pembunuh diri boleh dikabarkan tetapi dengan tidak menjebut tjara-tjaranja jang dapat ditiru oleh orang lain. Diketjualikan ialah bunuh diri dengan menggan- tung atau melompat kedalam sungai, karena hal-hal sematjam itu adalah terlalu mudah untuk dimengerti dan dilakukan.

Berita-berita jang dapat menimbulkan kerusuhan-kerusuhan sebaiknja djangan dimuat. Umpamanja berita mengatakan bah­ wa seorang pedagang membakar rumahnja untuk mendapatkan uang assuransinja dapat menimbulikan malapetaka, karena orang itu dapat dibunuh oleh orang-orang lain sebelum perkaranja di- putus oleh Pengadilan.

Kalau ada seorang pendjahat jang kepalanja tertembak sam- pai hantjur, maka pemberitaan persitiwa itu adalah baik sekali karena pendjahat adalaih musuh umum.

Foto-foto jang menimbulkan ngeri supaja djuga djangan di­ muat. Kalau mau memuat gambarnja orang mati sebaiknja ba- dannja sadja, djanganlah mukanja.

Untuk memberikan definisi tentang ,,berita jang pantas di­ muat” , adalah sangat sulit. Semua hal sekitar penghidupan ma- nusia, segala kedjadian didalam masjarakat dan sebagainja da­ pat disiarkan, asal sadja didalam batas-batas kesopanan, kehor- matan dan kesusilaan.

Mengenai soal pemberitaan dalam Pers Inggeris jang menjing- gung pertunangan Puteri Margaret, O’Flaherty menerangkan bahwa hal itu di-Inggeris sangat diperhatikan tapi di-Amerika tidak. Tjerita-'tjerita sematjam itu seringkali djuga dibikin sen­ diri oleh para wartawan.

Di-Amerika Serikat tjerita-tjerita tentang pribadi Presiden biasanja dapat diselidiki akan kebenarannja pada Sekertaris

(38)

Presiden. Ada djuga surat-surat kabar di-Amerika Serikat jang m enjiarkan berita-berita tentang kesediaan Presiden untuk cli- tjalonkan kem bali pada waktu jang akan datang, meskipun para wartawan sendiri belum m engetahui bagaimana pendirian Pre­ siden dalam hal itu. Tulisan-tulisan sematjam itu biasanja masuk dalam golongan komentar.

Code etik dan moral.

Code etak dan m oral merupakan pedoman berharga dalam djurnalistik. Seorang pemimpin surat kabar harus berpegang tidak sadja pada hukum tetapi djuga kepada moral dan perasaan.

Di-Amerika Serikat terdapat code moral dan kesusilaan dan code ini diadjarkan diperguruan-perguruan tinggi supaja para mahasiswa itu m engerti batas-batas kesopanan. Di-Amerika Se­ rikat terdapat suatu badan jang menerima laporan-laporan ten­ tang pelanggaran-pelanggaran code kesusilaan dari surat-surat kabar, baiik jang mengenai bahasanja, gambarnja atau berita- beritanja dan lain-lain sebagainja. Pelanggaran-pelanggaran itu kemudian diumumkan dihadapan para Editor lainnja sehingga surat-surat kabar jang bersangkutan itu dengan sendirinja me- rasa malu.

Menurut code di-Amerika Serikat, dalam berita kedjahatan tidak boleh disebutkan asal suku bangsa dan asal daerah dan kalau ada surat-surat kabar jang menjebutkan asal suku bangsa, seperti orang Negro, maika hal tersebut adalah bertentangan dengan code. Walaupun itu adalah suatu fact, tetapi kalau men- datangkan keburukan didalam masjarakat maika hal tersebut tidak baik untuk dimuat.

Selama O’Flaherty bekerdja di-Chicago Daily News jang terbit ditengah-tengah berdjenis-djenis suku bangsa dengan adat istia- dat dan kebudajaan jang berlainan, ia selalu berhati-hati dja­ ngan sampai menjinggung perasaan salah satu suku bangsa itu untuk mendjaga djangan timbul kekatjauan didalam masjarakat.

Mendjawab pertanjaan tentang perbedaaan antara „morai bordjuis” dan „m oral proletar” menurut pengertian ikaum K o­ munis, O’Flaherty mengatakan bahwa di-Amerika Serikat tidak terdapat perbedaan itu.

(39)

Tentang pemberitaan soal-soal prive seseorang, wartawan ha­ rus memperhatikan kenjataan-kenjataan disamping mendengar- kan kabar-kabar angin jang kadang-kadang mempunjai maksud- maksud tertentu, jakni untuk memburukkan nama orang. Ini dianggap sebagai ,,black mail” dan untuk itu orang dapat diha- dapkan dimuka Pengadilan.

Tanggung-djawab Editor.

Seorang Editor harus mempunjai rasa tanggung-djawab jang besar karena mempunjai peranan jang penting, jalah dapat me- nentukan tindakan dan kelakuan masjarakat. Editor jang mem- pergunakan kata-kata jang tidak sopan dapat merusak pula moral masjarakat.

Untuk berita jang tidak benar, terutama jang m enjinggung kesusilaan, maka wartawan dari surat kabar jang bersangkutan harus meminta maaf didalam surat kabarnja.

Kewadjiban para wartawan jalah memberikan berita-berita sebanjak-banjaknja kepada para pembatja dan djanganlah mere­ ka selalu mendasai'kan pemuatan tulisan-tulisan Ikarena desakan- desakan dari pihak luar ataupun dari pihak direksi surat kabar­

nja sendiri. O’Flaherty pernah menolak memuat banjak comic- strips, sekalipun ada tekanan^tekanan dari pihak direksinja. Pun desakan-desakan dari lain-lain pihak, umpamanja dari kalangan

film, selamanja ia tolak walaupun misalnja ia dibajar.

Seorang Managing Editor turut djuga menentukan apakah se­ suatu tulisan dapat dimuat atau tidak, karena umumnja ia m e­ ngetahui apakah tulisan-tulisan itu disukai atau .tidak oleh para

pembatja surat kabarnja. Dalam menentukan mengenai dimuat atau tidaknja ia selalu harus berpegang pada code etik dan moral.

Hal-hal jang walaupun benar, tetapi kalau diberitakan dapat merugikan rakjat dan negara, tentu tidak akan disiarkan. Tetapi umpamanja ada saluran air jang b otjor sehingga menimbulkan penjakit disentri sehingga lebih dari 100 orang diserang penja- kit itu, maka hal tersebut harus diberitakan karena kalau tidak diumumkan masjarakat dapat lebih banjak lagi dirugikan.

Tetapi ada kalanja suatu, berita, walaupun dapat menimbulkan huru-hara, terpaksa djuga dimuat karena rakjat harus mengeta- huinja.

(40)

Keringkasan berita dan tulisan.

Tulisan-tulisan umumnja harus dapat dim engerti oleh semua pembatja. Menurut pengalamannja O’Flaherty selama ia beker- dja di-The Chicago Daily News, maka tulisan-tulisan mengenai soal-soal dalam negeri jang hanja dim engerti oleh kaum intelek- tuil, ternjata tidak disiikai oleh sebagian besar pembatjanja.

Hendaklah para wartawan mempergunakan kata-kata jang se- derhana seperti jang dimuat d alammadjalah TIME jang menjadji- kan tulisan-tulisan pendek tetapi djelas dan mudah dimengerti. Tulisan-tulisan sematjam itu disukai oleh masjarakat dan menga- kibatkan tambahnja sirkulasi.

Tjara-tjara menjusun berita dan tulisan selama sepuluh tahun terachir ini sudah banjak berobah di-Amerika Serikat. Menurut pengalamannja O’Flaherty menjatakan bahwa para pembatja tidak dapat mengikuti tulisan-tulisan djika digunakan kalimat-kalimat jang terlalu pamdjang atau kata-kata jang samar-samar. Oleh ka­ rena itu maka kalimat-kalimat harus disusun sedemikian rupa, hingga lebih kurang setaraf dengan kata-kata jang diperguna- kan disekolah-sekolah menengah.

Di-Amerika Serikat terdapat perusahaan-perusahaan jang membuat service perkataan-perkataan jang memudahkan orang membuat berita-berita disurat kabar. Perusahaan-perusahaan tersebut menghimpun suatu daftar dari perkataan-perkataan jang dapat dimengerti oleh orang-orang seder ad j at dengan ta- matan college.

O’Flaherty mentjeritakan pengalamannja sewaktu ia mendjadi wartawan di-London, pada waktu mana ia mengirimkan berita- berita dengan djumlah perkataan lebih dari 2500. Sesudah tahun

1925 timbul kebiasaan untuk menjingkat berita-berita dan jang ditjeritakan hanjalah apa-apa jang betul-betul njata dan terdjadi.

Di-metropolitan newspaper sekarang sudah mendjadi kebia­ saan, bahwa semua redaktur memeriksa kolom-kolom surat ka-

barnja supaja jang penting sadja dimuat, agar pembatja dapat mengikuti dengan tjepat isinja tulisan-tulisan itu.

Sebelum tahun 1913 beium ada kebiasaan pemasangan gam- bar-gambar dalam surat kabar tetapi lambat laun pemasangan gambar-gambar dengan teks bertambah banjak. Dengan demi­ kian tulisan-tulisan dan tadjuk-tadjuk rentjana dapat disingkat, hal mana membikinnja lebih mudah untuk dimengerti.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa menemukan pecahan senilai bisa dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama melalui WA

Soal-soal tipe PISA merupakan salah satu tipe soal yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) siswa, salah

De#nisi akuntansi manajemen 'an mempun'ai linkup luas di!erikan &amp;le$ Manaement A))&amp;untin Pra)ti)es -MAP2 6&amp;mite 'an di!entuk &amp;le$

Keadaan ini bertepatan dengan kenyataan yang disebutkan oleh Khadher Ahmad dalam sebuah artikel bahawa kebanyakan di dalam kitab-kitab Jawi di Nusantara,

Berdasarkan hasil pengujjian hipotesis 2 menunjukan bahwa rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap efisiensi (BOPO)

Tabel 1. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan nilai pH sosis dengan penggantian susu skim oleh susu kedelai pada taraf 6% nyata lebih rendah dibandingkan

Arab SMA/MA Kls XI Ganjil Genap Kumpulan Perangkat Penjaskes SMA/MA Kls XI Ganjil Genap Perangkat Pembelajaran Matematika SMA/MA Kls XII Ganjil/Genap Perangkat Pembelajaran

Skripsi ini disusun sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya