• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Asuh Laissez-Faire

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

3) Pola Asuh Laissez-Faire

(a) Pengertian Pola Asuh Orang Tua yang Laissez-Faire

Pola asuh laissez faire ini terlihat pada sikap orang tua yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anaknya untuk menentukan tingkah lakunya sendiri yang dianggap benar oleh anak tanpa adanya kendali dari orang tua. Anak sedikit sekali dituntut suatu tanggung jawab dan kewajiban sehingga orang tua seakan acuh tak acuh melepas tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan anak.

Menurut pendapat Singgih (1991) menyatakan bahwa :

“Pimpinan dari orang tua yang laissez-faire kurang begitu tegas”

(hlm.81). Anak menentukan sendiri apa yang dikehendaki, orang tua tidak menggunakan fungsinya sebagai pimpinan yang mempunyai kewibawaan.

Menurut pendapat Gerungan (1996) menjelaskan bahwa

“pada kepemimpinan laissez faire pemimpin bertindak acuh tak acuh dan menyerahkan penentuan segala cara, penentuan tujuan, kegiatan cara-cara pelaksanaan dan lain-lain kepada anggota

dapat ditarik suatu pengertian bahwa pimpinan bersikap acuh dan menyerahkan segala keputusan kepada anggota kelompok tanpa memberikan pengarahan, sehingga pimpinan hampir tidak memberikan nasihat dan bertindak seperti seseorang yang hanya datang sebagai formalitas untuk melihat-lihat apa yang sedang dilakukan dalam kelompoknya, dalam hal ini yang dimaksud pimpinan adalah orang tua.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang disebutkan tentang pola asuh laissez faire di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh laissez faire adalah pola asuh yang mendasarkan pada kebebasan anak dalam mengungkapkan keinginan dirinya dan kemauannya sendiri serta diijinkan membuat keputusan sendiri tanpa ada bimbingan dari orang tua, sehingga dapat dikatakan pola asuh ini adalah pola asuh yang acuh tak acuh pada anak.

Dapat pula dikatakan pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya dan anak diijinkan membuat keputusan sendiri tentang langkah apa yang akan dilakukan, orang tua tidak pernah memberikan penjelasan dan pengarahan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak. Dalam pola asuh laissez faire hampir tidak ada komunikasi antara anak dan orang tua serta tidak ada disiplin sama sekali.

(b) Ciri – ciri Pola Asuh Laissez-Faire

1. Orang tua menuruti kemauan anak baik yang bersifat positif maupun negatif.

2. Orang tua juga cenderung sangat memanjakan sehingga dalam keluarga tidak ada peraturan, hukuman maupun disiplin seperti yang diterapkan dalam pola asuh otoriter dan demokratis.

3. Komunikasi terjadi satu arah yang didominasi anak yang berupa permintaan – permintaan, pengaduan atau rajukan agar permintaannya dikabulkan orang tuanya.

4. Dalam pola asuh ini semua kebutuhan anak akan selalu dituruti atau dengan kata lain orang tua selalu menuruti permintaan anak walau sebenarnya permintaannya tidak begitu berguna.

5. Anak dibiarkan untuk selalu bebas berpendapat dan perilaku berkembang tanpa perhatian dan bimbingan dari orang tua.

(c) Dampak Pola Asuh Laissez-Faire

Anak yang berkembang dalam pola asuh laissez-faire akan mengalami dampak – dampak seperti berikut :

1. Mengalami ketidakmatangan mental dalam tindakannya, 2. Tidak bisa mandiri, suka memerintah orang lain untuk

semua keinginannya,

3. Selalu tergantung pada peranan orang tua, 4. Merasa tidak aman berada pada lingkungannya, 5. Anak menjadi tertutup,

6. Tidak suka bekerja sama dengan orang lain, 7. Menganggap remeh orang lain,

Pola asuh ini sangat tepat jika diterapkan ketika anak mulai meninggalkan masa balita dan memasuki masa kanak – kanak karena pada masa kanak – kanak seorang anak tidak begitu memperhatikan peraturan dan hukuman, bagi mereka, kanak – kanak adalah masa yang paling indah karena setiap orang pasti akan memanjakannya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Orang tua yang menerapkan pola asuh terhadap anak, belum tentu menggunakan satu pola asuh saja. Ada kemungkinan menggunakan

orang tua untuk lebih menyukai atau sering menggunakan pola asuh tertentu. Menurut R. Diniarti F. Soe’oed yang dikutip T.O. Ihromi (1999) faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah :

1) Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka

2) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat sekitar

Menurut Mussen faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah faktor nilai yang dianut oleh orang tua,faktor kepribadian orang tua,faktor tingkat pendidikan orang tua dan faktor sosial ekonomi (1997). Sedangkan menurut AH. Markum faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak adalah faktor bawaan, faktor kebiasaan orang tua mereka, dan faktor kepribadian orang tua (1991).

Dari beberapa pendapat tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak , dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak adalah usia dari orang tua,lingkungan masyarakat, kursus-kursus, jenis kelamin orang tua, status sosial ekonomi, jenis kelamin anak, usia anak, pendidikan orang tua, kepercayaan orang tua, bawaan anak, kepribadian orang tua, dan kondisi anak.

Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Usia dari orang tua

Orang tua yang usianya lebih muda cenderung untuk memilih pola yang demokratis atau laissez-faire dibanding mereka yang usianya sudah lanjut karena orang tua yang usianya lebih muda biasanya cenderung bersikap modern sedangkan orang tua yang usianya sudah lanjut biasanya sangat kolot sehingga mempunyai kecenderungan menerapkan pola asuh otoriter.

2) Lingkungan masyarakat

Orang tua di pedesaan lebih cenderung memilih pola perlakuan yang dianggap baik oleh masyarakat atau lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap baik oleh masyarakat disekitarnya daripada keyakinan mereka sendiri.

3) Kursus – kursus

Orang tua dewasa yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga, atau kursus perencanaan dan pemeliharaan anak akan lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan – kebutuhannya, sehingga mereka cenderung untuk menggunakan pola yang demokratis.

4) Jenis kelamin orang tua

Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak, oleh karena itu mereka biasanya lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan pria sebagai ayahnya.

5) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam menggunakan pola asuh mereka bagi anak-anaknya. Orang tua yang status ekonominya berkecukupan akan lebih memperhatikan anak-anaknya karena mereka tidak diributkan dengan masalah kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya orang tua yang status sosial ekonominya rendah mereka lebih memperhatikan bagaimana cara mendapatkan nafkah daripada harus memperhatikan anak – anaknya.

6) Jenis kelamin anak

Orang tua memperlakukan anak-anak mereka sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak perempuan dijaga lebih ketat semenjak masih kecil sehingga menggunakan pola asuh otoriter, sedangkan laki – laki cenderung lebih laissez-faire atau demokratis.

7) Usia anak

Pada umumnya pola asuh otoriter sering digunakan atau diterapkan pada anak kecil, karena mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, sehingga orang tua kelihatan lebih sering menekan atau memaksa sedangkan ketika mereka mulai menginjak usia remaja, pola asuh yang diterapkan akan berbeda yaitu pola asuh yang demokratis karena jika seseorang yang sudah menginjak dewasa masih dididik secara otoriter mereka akan berontak atau melawan.

8) Pendidikan orang tua

Orang tua yang melatar belakangi tingkat pendidikan tinggi dalam menerapkan pola asuh cenderung dapat mengikuti perkembangan anaknya melalui membaca artikel dan ilmu pengetahuan yang didapatnya atau sarana komunikasi yang ada, sedangkan orang tua dengan latar belakang pendidikan rendah akan terbatas pada pengetahuan tentang perkembangan anaknya dan akan cenderung mendominasi anak.

9) Kepercayaan orang tua

Orang tua menyamakan diri mereka dengan pola perlakuan yang dipergunakan oleh orang tua mereka. Orang tua menganggap bahwa pola perlakuan orang tua mereka adalah yang terbaik, sehingga ketika mempunyai anak mereka memakai pola perlakuan atau pola asuh yang sama.

10) Bawaan anak

Watak pembawaan anak akan mempengaruhi perilaku dan sikap orang tua terhadap anak.

Kepribadian orang tua sangat menentukan pola interaksi orang tua dengan anak.

12) Kondisi anak

Bagi anak yang agresif lebih baik menggunakan pola asuh yang otoriter, sedang anak yang mudah merasa takut dan cemas, lebih tepat menggunakan pola asuh yang demokratis.

Dokumen terkait