• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA,"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA,

DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JOGONALAN

KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011/2012

SKRIPSI Oleh:

RINDA BUDIATI K7408142

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)
(3)

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA,

DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JOGONALAN

KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011/2012

Oleh:

RINDA BUDIATI K7408142

Skripsi

diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“Motivasi paling kuat bersumber dari dalam diri kita sendiri, jadi yakinlah pada diri sendiri”

(Penulis)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Al-Insyirah: 6)

Ing ngarsa sung tulodho Ing madyo mangun karso

Tut wuri handayani (Dewantara)

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya pada seluruh umat-Nya Kedua orang tuaku ( Bapak Supardi dan Ibu Sumarni), sebagai ungkapan terima kasih atas iringan doa dan kasih sayang sejak aku kecil hingga saat ini dan sebagai tanda baktiku kepada kalian.

Nenekku tersayang Kalimatun Reso Suwito (almh.),terima kasih atas kasih sayang yang begitu besar serta iringan doa yang tak pernah putus.

Adik-adikku tercinta ( Agung dan Inu) yang selalu menemaniku saat di rumah Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu berkumpul di kost Andri 1 (Novi,Sucko,Sari,Mas Raul,Ayuk), semoga persahabatan ini tak akan pernah lekang oleh waktu maupun jarak

Teman-teman seperjuangan PAK A’08 Almamater tercinta Universitas Sebelas Maret Surakarta

(9)

ABSTRAK

Rinda Budiati. PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JOGONALAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juni 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012, (2) adakah pengaruh efikasi diri siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012, (3) adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012, (4) adakah pengaruh motivasi belajar, efikasi diri siswa dan pola asuh orang tua secara bersama-sama terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten klaten Tahun 2011/2012 sebesar 104 siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian populasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain expost facto, teknik pengumpulan data berupa angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa, (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 3.633 dan ttabel 1.66 (df=103) dengan tingkat signifikansi 0.000, karena thitung > ttabel (3.633 > 1.66), signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka terdapat pengaruh, (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan efikasi diri siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 6.578 dan ttabel 1.66 (df=103) dengan tingkat signifikansi 0.000, karena thitung > ttabel (6.578 > 1.66), signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka terdapat pengaruh, (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 6.816 dan ttabel 1.66 (df=103) dengan tingkat signifikansi 0.000, karena thitung > ttabel (6.816 > 1.66), signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka terdapat pengaruh, dan (4) terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar, efikasi diri siswa dan pola asuh orang tua secara bersama-sama terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012. Hal ini

(10)

ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 23.605 dan Ftabel sebesar 2.70 (df=3/100) dengan signifikansi sebesar 0.000. Oleh karena Fhitung > Ftabel (23.605 > 2.70) dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka terdapat pengaruh.

Kata kunci : motivasi belajar, efikasi diri, pola asuh orang tua dan prestasi belajar

(11)

ABSTRACT

Rinda Budiati. THE EFFECT OF STUDENT LEARNING MOTIVATION, SELF EFFICACY AND PARENT NURTURING PATTERN ON THE ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT OF THE XI GRADERS OF SMA NEGERI 1 JOGONALAN OF KLATEN REGENCY IN 2011/2012.

Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. June 2012.

This research aims to find out: (1) whether or not there is an effect of learning motivation on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012, (2) whether or not there is an effect of self efficacy on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012, (3) whether or not there is an effect of parent nurturing pattern on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012, and (4) whether or not there is an effect of learning motivation, self efficacy and parent nurturing pattern on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012.

The population of research was the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012 consisting of 104 students. The type of study was a population research. This study was a quantitative research with expost facto design; techniques of collecting data used were questionaire and documentation.

Technique of analyzing data used was a descriptive analysis with quantitative approach.

The result of research showed that: (1) there was a positive significant effect of learning motivation on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012. It could be seen from tstatisticvalue of 3.633 and ttable of 1.66 (df =103) at significance level of 0.000, because tstatistic> ttable(3.633 > 1.66), the significance level was lower than 0.05 (p < 0.05), it could be affected, (2) there was a positive significant effect of self efficacy on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012. It could be seen from tstatistic

value of 6.578 and ttable of 1.66 (df =103) at significance level of 0.000, because tstatistic> ttable(6.578 > 1.66), the significance level was lower than 0.05 (p < 0.05), it could be affected, (3) there was a positive significant effect of parent nurturing pattern on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012. It could be seen from tstatisticvalue of 6.816 and ttableof 1.66 (df =103) at significance level of 0.000, because tstatistic>

ttable(6.816 > 1.66), the significance level was lower than 0.05 (p < 0.05), it could be affected, and (4) there was a positive significant effect of learning motivation, self efficacy and parent nurturing pattern on the accounting learning achievement of the XI graders of SMA Negeri 1 Jogonalan of Klaten Regency in 2011/2012. It could be seen from Fstatistic value of 23.605 and Ftable of 2.70 (df =3/100) at

(12)

significance level of 0.000. Because Fstatistic> Ftable(23.605 > 2.70), at significance level lower than 0.05 (p < 0.05), it could be affected.

Keywords : learning motivation, self efficacy, parent nurturing pattern and learning achievement

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang memberi ilmu dan inspirasi, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JOGONALAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011/2012”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Sukirman, M.M selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Y. Priyono, M.Pd selaku Kepala SMA N I Jogonalan, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Ibu Nur, S.Pd, selaku guru mata pelajaran akuntansi SMA N I Jogonalan, yang

(14)

telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

8. Para siswa SMA N I Jogonalan yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juni 2012

Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN REVISI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

HALAMAN ABSTRAK... vix

ABSTRACT... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 7

1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Pengertian Prestasi Belajar... 7

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar... 8

(16)

2. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Akuntansi... 11

3. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar... 11

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 11

b. Macam-macam Motivasi Belajar ... 12

c. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi belajar ... 13

4. Tinjauan Tentang Efikasi Diri Siswa ... 14

a. Pengertian Efikasi Diri ... 14

b. Sumber Efikasi Diri ... 15

c. Komponen Efikasi Diri ... 16

5. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua... 17

a. Pengertian Tentang Pola Asuh Orang Tua... 17

b. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orang Tua ... 18

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua... 26

6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

B. Kerangka Berpikir ... 30

C. Hipotesis... 33

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

1.Tempat Penelitian... 34

2. Waktu Penelitian ... 35

B. Rancangan Penelitian ... 36

C. Populasi Penelitian ... 37

D. Pengumpulan Data ... 38

E. Validasi Instrumen Penelitian... 39

F. Analisis Data... 42

1. Deskripsi Data... 42

2. Uji Prasyarat Analisis... 44

3. Uji Hipotesis ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... 50

(17)

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 62

C. Pengujian Hipotesis... 65

D. Pembahasan Hasil Analisis Data... 72

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 77

B. Implikasi ... 77

1. Implikasi Teoretis ... 77

2. Implikasi Praktis ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN... 83

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Paradigma Penelitian... 32

2 Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 51

3 Pie Chart Distribusi Kecenderungan Frekuensi Motivasi Belajar ... 53

4 Histogram Distribusi Frekuensi Efikasi Diri ... 54

5 Pie Chart Distribusi Kecenderungan Frekuensi Efikasi Diri ... 56

6 Histogram Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua... 57

7 Pie Chart Distribusi Kecenderungan Frekuensi Pola Asuh Orang Tua ... 59

8 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 60

9 Pie Chart Distribusi Kecenderungan Frekuensi Prestasi Belajar ... 62

10 Scatterplot Regression Studentised Residual... 64

11 Paradigma Hasil Penelitian ... 71

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 36

2 Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Jogonalan... 37

3 Skor Alternatif Jawaban Angket ... 38

4 Kisi-Kisi Instrumen... 38

5 Distribusi Frekuensi untuk Motivasi Belajar (X1) ... 51

6 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Motivasi Belajar ... 52

7 Distribusi Frekuensi untuk Efikasi Diri Siswa (X2)... 54

8 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Efikasi Diri ... 55

9 Distribusi Frekuensi untuk Pola Asuh Orang Tua (X3) ... 57

10 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Pola Asuh Orang Tua ... 58

11 Distribusi Frekuensi untuk Prestasi Belajar (Y)... 60

12 Distribusi Kecenderungan Frekuensi Prestasi Belajar ... 61

13 Ringkasan Hasil Uji Normalitas... 62

14 Ringkasan Hasil Uji Linieritas... 63

15 Hasil Uji Multikolinearitas... 64

16 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ... 66

17 Ringkasan Hasil Regresi Ganda... 69

18 Sumbangan Relatif dan Efektif Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat... 71

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Uji Coba Instrumen ... 83

2. Validitas dan Reliabilitas ... 92

3. Angket Penelitian... 101

4. Data Hasil Penelitian... 107

5. Deskripsi Data Penelitian... 118

6. Uji Prasyarat Analisis... 134

7. Uji Hasil Hipotesis ... 138

8. Hasil Uji SR dan SE... 145

9. Perijinan ... 147

(21)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wahana atau alat untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas karena sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam kancah kehidupan di era persaingan global. Salah satu upaya peningkatan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, yakni didukung dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) bab II pasal 3 bahwa;

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Melalui pendidikan nasional diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, mutu kehidupan, dan martabat bangsa Indonesia sehingga diharapkan dapat menghasilkan manusia terdidik yang beriman, berbudi pekerti luhur, disiplin, berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki rasa tanggung jawab.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat merealisasikan dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, tujuan kurikuler, tujuan institusi maupun tujuan pembelajaran. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa belajar merupakan kegiatan individual, yakni kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu. Kesadaran mengenai hal ini akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di sekolah yang pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang belajar di sekolah.

Belajar di institusi pendidikan khususnya sekolah dituntut tidak hanya mempunyai keterampilan teknis tetapi juga mempunyai efikasi diri yang baik dan motivasi yang kuat untuk mampu mencapai prestasi belajar yang diinginkan, karena

(22)

menurut Friedman dan Schustack (2002) “...jika orang tidak yakin dapat memproduksi hasil yang mereka inginkan, mereka akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak”(hlm.283). Menurut Bandura (dalam Friedman dan Schustack, 2002), “self efficacy adalah ekspektasi–keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu”(hlm.283). Namun, realita pendidikan saat ini menunjukkan bahwa efikasi diri siswa masih rendah sehingga belum mampu mencapai prestasi belajar yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku menyontek yang sering dan bahkan selalu muncul di saat proses belajar mengajar.

Perilaku menyontek adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang secara ilegal atau curang untuk tujuan yang dianggap benar, yang bertujuan memperoleh suatu keberhasilan atau menghindari kegagalan dalam menyelesaikan tugas akademik terutama yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Slameto mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal meliputi, jasmani (terdiri atas kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (terdiri atas tingkat intelegensi, minat, bakat, motif kematangan dan kelelahan), sedangkan yang lainnya adalah faktor eksternal meliputi faktor keluarga (terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga serta keadaan ekonomi keluarga), faktor sekolah (terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin siswa, keadaan gedung dan tugas rumah), serta faktor kegiatan masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul,dan bentuk kehidupan masyarakat(1995).

Faktor dari dalam diri siswa yang ikut berperan dalam menentukan prestasi belajar siswa salah satunya adalah faktor motivasi belajar. Menurut Sardiman A.M (2007), “… motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai”(hlm.75).

Motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang turut menentukan keberhasilan siswa, dengan adanya motivasi yang positif, siswa akan bergerak untuk melakukan aktifitas belajar. Mengingat pentingnya motivasi dalam belajar, maka di

(23)

yang positif di setiap kesempatan, terutama dalam proses pembelajaran di kelas agar timbul gairah untuk belajar. Namun yang menjadi persoalan adalah setiap siswa mempunyai motivasi belajar dengan alasan yang berbeda dan intensitas yang berbeda, ada yang kuat dan ada yang lemah. Motivasi belajar yang lemah dapat ditunjukkan dengan siswa yang malas belajar, tidak tekun dalam mengerjakan tugas, terkadang ada beberapa siswa yang hanya meminjam tugas yang sudah selesai dikerjakan oleh teman, dan tidak mau bertanya walaupun sering mengalami kesulitan belajar.

Menurut Kreitner&Kinichi (2003) yang menyatakan ”Self-efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu”(hlm.169). Efikasi diri membantu siswa menentukan pilihan dalam melakukan tindakan yang mencakup cara memilih kesempatan yang paling baik di dalam menyelesaikan tugas. Efikasi diri yang tinggi menunjukkan kemampuan siswa yang bisa mengikuti pelajaran dengan baik, sedangkan efikasi diri yang rendah menunjukkan tidak siapnya siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga semakin tinggi efikasi diri semakin tinggi pula kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran.

Selain faktor motivasi belajar dan efikasi diri, faktor lain yang menentukan prestasi belajar adalah pola asuh orang tua. Menurut Hurlock mengatakan bahwa pola asuh pada orang tua ada tiga macam yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh laissez-faire(2004). Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak- anaknya tidak hanya berpengaruh pada perilaku anak melainkan akan berpengaruh pula pada proses belajar anak sehingga berdampak pula pada pencapaian prestasi belajarnya. Pola asuh yang terlalu keras kepada anak akan membuat anak menjadi tertekan dan akan berdampak buruk pada psikis anak yang selanjutnya berpengaruh pada belajarnya di rumah maupun di sekolah, sedangkan pola asuh yang terlalu lunak akan menyebabkan anak menjadi seenaknya sendiri dan kurang mempunyai tanggung jawab dan disiplin dalam proses belajar sehingga pencapaian prestasi belajarnya juga kurang optimal. Oleh karena itu, pola asuh orang tua juga sangat penting peranannya di dalam proses belajar anak di rumah yang berakibat pada pencapaian prestasi belajar di sekolah.

Berdasarkan survai yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten, menunjukan bahwa tingkat efikasi diri kelas XI tergolong masih kurang, baik dalam sikap maupun tindakannya seperti tidak mengerjakan tugas rumah,

(24)

belajarnya juga tergolong lemah terhadap pelajaran akuntansi dilihat dari sikap mereka saat menerima pelajaran akuntansi dan dari hasil tugas yang diberikan oleh guru yang hasilnya kurang begitu memuaskan. Selain itu pola asuh orang tua mereka di rumah yang beraneka ragam turut mempengaruhi sikap dan tanggung jawab mereka dalam hal belajar.

Begitu pula dengan hasil belajar akuntansi yang belum optimal terbukti dengan nilai ulangan harian yang belum merata dan masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh nilai yang di bawah standar ketuntasan belajar, yakni di bawah 70. Belum optimalnya hasil belajar akuntansi tersebut bukan tanggung jawab sekolah saja, melainkan tanggung jawab bersama antara sekolah, siswa, orang tua, dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap siswa SMA Negeri 1 Jogonalan dengan judul “PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, EFIKASI DIRI SISWA DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JOGONALAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012 ?

2. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012?

3. Apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012?

4. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar, efikasi diri dan pola asuh orang tua secara bersama-sama terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012 ?

C. Tujuan Penelitian

(25)

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

2. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

3. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar, efikasi diri dan pola asuh orang tua secara bersama-sama terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian baik secara teoritis maupun praktik.

b. Bagi pembaca

Untuk menambah pengetahuan tentang seluk beluk dunia pendidikan dan menambah pengetahuan tentang pengaruh motivasi belajar, efikasi diri dan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar.

c. Bagi peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan penelitian serupa di masa yang akan datang.

2. Manfaat praktis a. Bagi penulis

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu mengetahui pengaruh motivasi belajar, efikasi diri dan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI

(26)

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang penting dan informasi yang nyata tentang pentingnya motivasi belajar, efikasi diri dan pola asuh orang tua untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

(27)

commit to user BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia karena dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan yang menyebabkan tingkah lakunya berkembang.

Manusia dengan belajar dapat menambah pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sebagainya, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya dan berusaha mempertahankan eksistensinya dalam hidup. Sebagaimana diungkapkan Slameto (1995), “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (hlm.2).

Senada dengan pendapat di atas, Winkel (2004) mengemukakan bahwa

“Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,keterampilan dan nilai-sikap” (hlm.59).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan, baik dalam sikap dan tingkah laku maupun pengetahuan dan keterampilan dalam interaksinya dengan lingkungan.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam hal belajar, prestasi belajar merupakan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang saat menerima pelajaran yang meliputi kemampuan penguasaan, pengetahuan dan keterampilan yang telah diajarkan di sekolah. Dengan melihat hasil nilai dari tes sumatif, tes

(28)

telah dicapai oleh siswa yang merupakan hasil dari perubahan karena belajarnya. Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya (2005).

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar yang dicapai merupakan hasil dari proses belajar yang telah dilakukan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor- faktor yang mempengaruhinya, baik faktor pendorong maupun faktor penghambat. Demikian juga dalam belajar, ada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Menurut Purwanto (1995) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi dua faktor, yaitu faktor individual dan sosial:

1) Faktor individual

Faktor individual adalah faktor yang berasal dari dalam diri organisme itu sendiri. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : (a)faktor kematangan/pertumbuhan, (b)faktor kecerdasan/intelijensi, (c) faktor latihan dan ulangan, (d)faktor motivasi, (e)faktor pribadi.

(a)Faktor Kematangan/Pertumbuhan

Mengajarkan sesuatu yang baru pada anak dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya,serta potensi jasmani dan rohani telah matang untuk menerimanya.

(b)Faktor Kecerdasan/Intelijensi

Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa.

(c)Faktor Latihan dan Ulangan

Latihan dan ulangan sangat mempengaruhi proses belajar karena sering melatih dan mengulangi materi pelajaran,maka kecakapan dan kemampuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam.

(d)Faktor Motivasi

Motif merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu, tanpa adanya motivasi tak mungkin seseorang mau

(29)

(e)Faktor Pribadi

Selain faktor-faktor di atas,faktor pribadi seseorang juga memegang peranan yang penting dalam belajar.

2) Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor sosiall dapat dibagi menjadi beberapa bagian , yaitu : (a)faktor guru, (b)faktor lingkungan keluarga, (c)faktor alat-alat belajar, (d)faktor motivasi sosial, (e)faktor lingkungan dan kesempatan.

(a) Faktor Guru

Guru sebagai tenaga pengajar yang berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar materi, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan pengetahuan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan.

(b) Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar.

(c) Faktor Alat-Alat Belajar

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya alat belajar yang memadai. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah cara mengajar yang baik,kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.

(d)Faktor Motivasi Sosial

Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak,timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

(e)Faktor Lingkungan dan Kesempatan

Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi proses belajar anak misalnya jarak sekolah yang terlalu jauh dan menjadikan lelah sehingga fokus belajar terganggu,juga tidak adanya kesempatan belajar misalnya disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga yang menumpuk (hlm.102).

Menurut Dalyono (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar:

1) Faktor Internal, meliputi (a) Kesehatan

(30)

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik atau mental.

(b)Intelegensi dan bakat

Bila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lancar dan sukses.

(c)Minat dan motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang sangat besar untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya yang senantiasa memasang tekad bulat selalu optimis bahwa cita-cita dapat tercapai dengan belajar.

(d)Cara belajar

Cara belajar seseorang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.

2) Faktor Eksternal (a)Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan orang tua dan bimbingan orang tua serta akrab tidaknya hubungan orang tua dengan anak senantiasa turut mempengaruhi hasil belajar anak.

(b)Sekolah

Keadaan sekolah turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.

(c)Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar bila di sekitar tempat tinggalnya terdapat keadaan masyarakat orang yang berpendidikan, hal ini akan mendorong anak lebih giat dalam belajar.

(d)Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar (hlm.55).

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).

2. Mata Pelajaran Akuntansi

Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang diwajibkan dalam penjurusan bidang yang diminati yaitu jurusan IPS(Ilmu Pengetahuan

(31)

Depdiknas (2003) mata pelajaran akuntansi adalah mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi perusahaan), pemerintah (Akuntansi pemerintah), ataupun organisasi masyarakat lainnya (Akuntansi publik).

Kompetensi dasar mata pelajaran akuntansi adalah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran akuntansi SMA,mencakup:

a. Menganalisis akuntansi sebagai sistem informasi

b. Menjelaskan dasar hukum pelaksanaan akuntansi bagi perusahaan di Indonesia

c. Menerapkan struktur dasar akuntansi

d. Menerapkan tahapan siklus akuntansi perusahaan jasa e. Menerapkan tahapan siklus akuntansi perusahaan dagang f. Menganalisis laporan keuangan

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2007) “Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu” (hlm.75).

Selanjutnya dikatakan pula oleh Uno (2010) “Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku” (hlm.01).Jadi,bisa dikatakan bahwa motivasi merupakan serangkaian usaha seseorang yang disebabkan oleh dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam pembahasan kali ini kita membicarakan tentang motivasi belajar yang menurut Sardiman A.M (2007) menyatakan bahwa, “Motivasi dalam kegiatan belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

(32)

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai” (hlm.75).

Sedangkan menurut Uno mengatakan bahwa motivasi belajar timbul akibat adanya dorongan faktor internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (2010).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan usaha dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu dapat tercapai.

b. Macam-macam Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (2007) terdapat dua macam motivasi, yaitu : 1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif dari dalam diri yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (hlm.89).

Menurut Uno (2010) terdapat dua macam motivasi yaitu : 1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik yang timbul dari dalam diri siswa yang bisa berupa hasrat atau keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi yang timbul dari luar diri siswa misalnya dengan adanya penghargaan,lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (hlm.23).

Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa ada dua macam motivasi yakni motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) dan motivasi yang

(33)

berasal dari luar diri siswa (ekstrinsik), yang keduanya mempunyai andil yang sangat penting di dalam pencapaian hasil belajar.

c. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Belajar

Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut Sardiman A.M (2007), yaitu :

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari pihak luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak lekas puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (untuk orang dewasa)

4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (hlm.83).

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Uno (2010) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada diri seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator dan atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang untuk belajar dengan baik (hlm.23).

(34)

Sesuai dengan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya motivasi belajar yang ada pada diri seseorang akan tercermin pada tingkah lakunya. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai beberapa ciri sangat jelas yang membedakan dirinya bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki motivasi belajar rendah.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil indikator motivasi belajar dari pendapat Uno tentang klasifikasi indikator motivasi belajar yang dirasa sudah cukup untuk mewakili tentang hakikat motivasi belajar.

4. Efikasi Diri

a. Pengertian Efikasi Diri

Menurut Kreitner&Kinichi (2003) mengemukakan bahwa ”Self- efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu” (hlm.269). Sedangkan menurut Bandura (dalam Friedman dan Schustack, 2002) menyatakan ,”self efficacy adalah ekspektasi-keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu” (hlm.283).

Dari berbagai pendapat di atas,efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, yaitu bagaimana orang-orang bertindak lebih baik karena kepercayaan mereka akan kemampuan yang miliki untuk mencapai suatu hasil yang mereka inginkan. Keyakinan ini membantu persepsi mereka dalam menentukan tindakan atas pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.

Keyakinan diri atau efikasi diri dapat membantu seseorang dalam menentukan banyaknya usaha dalam melakukan tindakan. Efikasi diri juga mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional seseorang, efikasi diri tinggi membantu menciptakan perasaan tentram bagi seseorang dalam menghadapi tugas dan aktivitas yang sulit, dengan efikasi diri yang tinggi mendorong seseorang untuk segera bangkit dari kegagalan

(35)

dan meningkatkan kepercayaan dirinya untuk memenuhi tugas sehingga mampu memberikan hasil yang terbaik.

b. Sumber Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam Amalia ,2008) menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan dari empat sumber informasi yang pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif (positive arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi.Adapun sumber-sumber efikasi diri adalah enactive attainment and performance accomplishment, vicarious experience, verbal persuasion dan physiological state and emotional arousal

Enactive attainment and performance accomplishmen diartikan pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi, yaitu sumber ekspektasi efikasi diri yang penting, karena berdasar pengalaman individu secara langsung. Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap efikasi diri-nya. Pengalaman keberhasilan individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

Vicarious experience (pengalaman orang lain), yaitu mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu, melalui model ini efikasi diri individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya, ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya efikasi diri individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan

(36)

tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model.

Verbal persuasion (persuasi verbal), yaitu individu mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah- masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan, namun efikasi diri yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama, apalagi jika individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak menyenangkan.

Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan psikologis), yaitu situasi yang menekan kondisi emosional dan dapat mempengaruhi efikasi diri. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari.

Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya efikasi diri seseorang sehingga efikasi diri dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan membuat perubahan melalui empat hal tersebut.

c. Komponen Efikasi Diri

Bandura (dalam Amalia,2008) mengungkapkan bahwa perbedaan efikasi diri pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan generality.

Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dan dia yakini dapat dilaksanakannya dan ia

(37)

akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–

pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri sendiri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas dengan bidang tingkah laku individu yang merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil indikator efikasi diri dari pendapat Bandura tentang komponen-komponen efikasi diri yang dianggap sudah memenuhi kriteria untuk dijadikan indikator.

5. Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Tentang Pola Asuh Orang Tua

Istilah pola asuh orang tua pada umumnya diartikan secara sederhana yaitu sikap dan kebiasaan orang tua yang diterapkan dalam mengasuh dan membesarkan anak di rumah. Sikap dan kebiasaan yang dimaksud menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah pada pola pengelolaan dan perawatan terhadap anak didik sebagai usaha mencapai kebahagiaan keluarga. Salah satu unsur pengelolaan kesejahteraan keluarga tampak bahwa di setiap kampung atau desa diadakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

(38)

Menurut Singgih (2000) “Pola asuh merupakan perlakuan orang tua dalam berinteraksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak” (hlm.55). Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan. Lebih lanjut ditegaskan oleh Hafigur (2000),“Cara mengatur tingkah laku anak yang dilakukan oleh orang tua sebagai perwujudan dari tanggung jawab dari pembentukan kedewasaan diri anak” (hlm.90). Dari pendapat Hafigur dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud pola asuh adalah cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya menjadi manusia yang mandiri berguna bagi keluarga, masyarakat dan negara.

Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua yang dimaksudkan adalah pola asuh pada dasarnya merupakan cara yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara dan membesarkan anak di lingkungan keluarga. Cara ini cenderung mengarah pada pola tertentu selaras dengan wawasan orang tua sebagai pimpinan di lingkungan keluarga.

b. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orang Tua

Dalam menanamkan nilai-nilai positif kepada anak, masing-masing orang tua mempunyai metode untuk menerapkan pola asuh yang berbeda-beda. Pola asuh orang tua merupakan faktor yang paling banyak memberikan sumbangan dalam menentukan perkembangan kepribadian anak, oleh karena itu keberhasilan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak tergantung dari bagaimana cara yang digunakan oleh orang tua dalam memberikan perlakuan atau asuhan kepada anaknya, untuk itu perlu adanya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk pola asuh dari orang tua.

Menurut Hurlock (2004),”pola asuh orang tua dibedakan atas pola

(39)

yang dikemukakan oleh Gerungan (1996),”Cara-cara kepemimpinan yang berlainan yang dicobakan pada bawahan ialah cara-cara yang disebut otoriter,demokratis dan laissez faire” (hlm.131).

Melihat jenis pengelompokan pada pola asuh orang tua maka dipilihlah pengelompokkan pola asuh orang tua Hurlock (otoriter, demokratis, laissez-faire) dengan alasan pola asuh ini dianggap sudah mencakup semua garis besar pengelompokan dari pola asuh orang tua.

Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pola Asuh Otoriter

(a) Pengertian

Pola asuh otoriter berasal dari kata authoritarium yang artinya kepatuhan yang mutlak. Pengertian dari pola asuh otoriter menurut Hurlock (2004) adalah : “Pola asuh yang mendasarkan pada aturan yang kaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua sehingga kebebasan anak untuk bertindak sesuai dengan keinginan diri sendiri sangat terbatas” (hlm.125). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pola asuh otoriter merupakan pola asuh orang tua yang memaksakan kehendaknya sehingga anak tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengemukakan pendapatnya sendiri sehingga orang tua yang menentukan segala sesuatu.

Dalam pola asuh ini orang tua memiliki peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya dan membatasi anak untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai kehendak orang tuanya, tidak ada kebebasan dan tidak ada komunikasi timbal balik.

Orang tua tidak mendorong anak untuk membuat peraturan

(40)

sendiri tetapi menentukan bagaimana harus berbuat. Setiap pelanggaran baik besar atau kecil selalu diberi hukuman.

(b) Ciri Pola Asuh Otoriter

1. Ditandai dengan adanya pandangan dari orang tua yang selalu menganggap anak sebagai anak kecil yang harus diatur orang tua dan anak harus patuh seutuhnya, jika anak ingin menjadi anak yang baik.

2. Lebih sering menggunakan hukuman daripada penghargaan terhadap perilaku anak, hukuman yang diterapkan dalam pola asuh ini lebih menggunakan hukuman badan/fisik daripada hukuman psikis.

3. Adanya peraturan yang kaku dan tidak memberikan kesempatan anak untuk bebas bertindak, kecuali sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh orang tua.

4. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang didominasi para orang tua sehingga jarang terjadi dialog dalam keluarga, kalau ada lebih berupa larangan, perintah, ataupun kontrol yang tidak dapat dibantah.

(c) Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Anak

Pola asuh otoriter akan mengakibatkan anak tumbuh dalam keluarga yang penuh permusuhan dan tekanan serta pola asuh ini meninggalkan bekas pada perilaku anak dan kepribadian anak. Walau terlihat samar namun orang tua yang terlalu keras mendidik anak menyebabkan anak menyimpan kekesalan yang terus menumpuk dan akhirnya akan meledak suatu saat, selanjutnya anak akan melakukan hal-hal yang tidak semestinya.

Hal tersebut sama dengan pendapat Hurlock (2004) tentang

(41)

pola asuh otoriter merasa bahwa dunia itu penuh permusuhan dan selalu berperilaku sesuai perasaan itu” (hlm.61). Cara mengasuh orang tua yang keras dan tanpa toleransi menjadikan anak menjadi menganggap dunia ini penuh dengan permusuhan dan sama sekali tidak ada kasih sayang. Anak tidak pernah diberi kesempatan berpendapat dan berbicara di dalam rumah sehingga melampiaskan di luar rumah dan sering bersikap agresif.

Pola asuh otoriter ini tepat diterapkan ketika anak masih kecil (balita) karena dalam usia itu anak belum mengerti benar dan salah, belum mengenal lingkungan dan juga belum dapat berpikir sehingga orang tua wajib melarang apapun yang dianggap membahayakan jiwa anak.

2) Pola Asuh Demokratis

(a) Pengertian Pola Asuh Demokratis

Pada pola asuh ini orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak. Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan. Pola ini lebih memusatkan perhatian pendidikan daripada aspek hukuman, orang tua memberikan aturan luas serta memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman serta imbalan tersebut.

(b) Ciri dan Sifat Pola Asuh Demokratis

1. Orang tua memandang anak sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang serta mempunyai inisiatif sendiri.

(42)

2. Orang tua bersikap membimbing dengan memberikan penjelasan, pengertian dan penalaran untuk membantu anak dalam menentukan dirinya.

3. Adanya sikap penerimaan orang tua, responsif dan sangat memperhatikan kebutuhan anaknya disertai pembatasan yang wajar sehingga senantiasa anak diberi kekuasaan untuk menyampaikan masalahnya.

4. Komunikasi terjadi dua arah, komunikasi dapat berjalan sangat akrab, lancar dan banyak sekali proses diskusi antar anak dan orang tua.

5. Adanya pandangan orang tua yang menganggap anak sebagai individu sehingga mereka lebih bersifat terbuka, pengambilan keputusan dalam pembentukan aturan dalam keluarga berdasarkan pada keputusan bersama.

(c) Dampak Pola Asuh Demokratis

Penerapan pola asuh yang demokratis menjadikan anak mengalami penyesuaian diri dan sosial yang baik. Selain berdampak pada penyesuaian diri dan sosial, pola asuh ini juga berdampak pada perkembangan kondisi anak. Anak akan lebih mandiri berpikir penuh inisiatif dalam tindakannya, memiliki konsep diri yang sehat, positif dan penuh rasa percaya diri yang direfleksikan pada perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.

Kebebasan yang ada dalam keluarga dapat menjadikan anak mempunyai sifat kerja sama yang baik, sopan dan memiliki pengendalian diri yang lebih baik, kreativitas yang lebih besar dan bersifat ramah tamah kepada orang lain sehingga dalam lingkungan sekolahnya dapat bersosialisasi dengan baik.

Pola asuh ini sangat tepat diterapkan pada anak ketika anak

(43)

peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa sehingga dalam diri anak muncul banyak sekali goncangan-goncangan akibat belum sempurnanya perkembangan fisik dan psikis pada anak. Anak cenderung mempunyai keinginan melawan terhadap orang tua yang terlalu mengekangnya sehingga dalam masa ini orang tua harus menggunakan pola asuh demokratis jadi dimata anak orang tua bukanlah sesuatu yang menakutkan tetapi sebagai seorang sahabat yang mengerti dirinya.

3) Pola Asuh Laissez-Faire

(a) Pengertian Pola Asuh Orang Tua yang Laissez-Faire

Pola asuh laissez faire ini terlihat pada sikap orang tua yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anaknya untuk menentukan tingkah lakunya sendiri yang dianggap benar oleh anak tanpa adanya kendali dari orang tua. Anak sedikit sekali dituntut suatu tanggung jawab dan kewajiban sehingga orang tua seakan acuh tak acuh melepas tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan anak.

Menurut pendapat Singgih (1991) menyatakan bahwa :

“Pimpinan dari orang tua yang laissez-faire kurang begitu tegas”

(hlm.81). Anak menentukan sendiri apa yang dikehendaki, orang tua tidak menggunakan fungsinya sebagai pimpinan yang mempunyai kewibawaan.

Menurut pendapat Gerungan (1996) menjelaskan bahwa

“pada kepemimpinan laissez faire pemimpin bertindak acuh tak acuh dan menyerahkan penentuan segala cara, penentuan tujuan, kegiatan cara-cara pelaksanaan dan lain-lain kepada anggota

(44)

dapat ditarik suatu pengertian bahwa pimpinan bersikap acuh dan menyerahkan segala keputusan kepada anggota kelompok tanpa memberikan pengarahan, sehingga pimpinan hampir tidak memberikan nasihat dan bertindak seperti seseorang yang hanya datang sebagai formalitas untuk melihat-lihat apa yang sedang dilakukan dalam kelompoknya, dalam hal ini yang dimaksud pimpinan adalah orang tua.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang disebutkan tentang pola asuh laissez faire di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh laissez faire adalah pola asuh yang mendasarkan pada kebebasan anak dalam mengungkapkan keinginan dirinya dan kemauannya sendiri serta diijinkan membuat keputusan sendiri tanpa ada bimbingan dari orang tua, sehingga dapat dikatakan pola asuh ini adalah pola asuh yang acuh tak acuh pada anak.

Dapat pula dikatakan pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya dan anak diijinkan membuat keputusan sendiri tentang langkah apa yang akan dilakukan, orang tua tidak pernah memberikan penjelasan dan pengarahan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak. Dalam pola asuh laissez faire hampir tidak ada komunikasi antara anak dan orang tua serta tidak ada disiplin sama sekali.

(b) Ciri – ciri Pola Asuh Laissez-Faire

1. Orang tua menuruti kemauan anak baik yang bersifat positif maupun negatif.

2. Orang tua juga cenderung sangat memanjakan sehingga dalam keluarga tidak ada peraturan, hukuman maupun disiplin seperti yang diterapkan dalam pola asuh otoriter dan demokratis.

(45)

3. Komunikasi terjadi satu arah yang didominasi anak yang berupa permintaan – permintaan, pengaduan atau rajukan agar permintaannya dikabulkan orang tuanya.

4. Dalam pola asuh ini semua kebutuhan anak akan selalu dituruti atau dengan kata lain orang tua selalu menuruti permintaan anak walau sebenarnya permintaannya tidak begitu berguna.

5. Anak dibiarkan untuk selalu bebas berpendapat dan perilaku berkembang tanpa perhatian dan bimbingan dari orang tua.

(c) Dampak Pola Asuh Laissez-Faire

Anak yang berkembang dalam pola asuh laissez-faire akan mengalami dampak – dampak seperti berikut :

1. Mengalami ketidakmatangan mental dalam tindakannya, 2. Tidak bisa mandiri, suka memerintah orang lain untuk

semua keinginannya,

3. Selalu tergantung pada peranan orang tua, 4. Merasa tidak aman berada pada lingkungannya, 5. Anak menjadi tertutup,

6. Tidak suka bekerja sama dengan orang lain, 7. Menganggap remeh orang lain,

Pola asuh ini sangat tepat jika diterapkan ketika anak mulai meninggalkan masa balita dan memasuki masa kanak – kanak karena pada masa kanak – kanak seorang anak tidak begitu memperhatikan peraturan dan hukuman, bagi mereka, kanak – kanak adalah masa yang paling indah karena setiap orang pasti akan memanjakannya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Orang tua yang menerapkan pola asuh terhadap anak, belum tentu menggunakan satu pola asuh saja. Ada kemungkinan menggunakan

(46)

orang tua untuk lebih menyukai atau sering menggunakan pola asuh tertentu. Menurut R. Diniarti F. Soe’oed yang dikutip T.O. Ihromi (1999) faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah :

1) Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka

2) Menyamakan pola yang dianggap paling baik oleh masyarakat sekitar

3) Usia dari orang tua 4) Kursus – kursus

5) Jenis kelamin orang tua 6) Status sosial ekonomi 7) Konsep peranan orang tua 8) Jenis kelamin anak

9) Usia anak

10) Kondisi anak (hlm.52)

Menurut Mussen faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah faktor nilai yang dianut oleh orang tua,faktor kepribadian orang tua,faktor tingkat pendidikan orang tua dan faktor sosial ekonomi (1997). Sedangkan menurut AH. Markum faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak adalah faktor bawaan, faktor kebiasaan orang tua mereka, dan faktor kepribadian orang tua (1991).

Dari beberapa pendapat tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak , dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak adalah usia dari orang tua,lingkungan masyarakat, kursus-kursus, jenis kelamin orang tua, status sosial ekonomi, jenis kelamin anak, usia anak, pendidikan orang tua, kepercayaan orang tua, bawaan anak, kepribadian orang tua, dan kondisi anak.

Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Usia dari orang tua

(47)

Orang tua yang usianya lebih muda cenderung untuk memilih pola yang demokratis atau laissez-faire dibanding mereka yang usianya sudah lanjut karena orang tua yang usianya lebih muda biasanya cenderung bersikap modern sedangkan orang tua yang usianya sudah lanjut biasanya sangat kolot sehingga mempunyai kecenderungan menerapkan pola asuh otoriter.

2) Lingkungan masyarakat

Orang tua di pedesaan lebih cenderung memilih pola perlakuan yang dianggap baik oleh masyarakat atau lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap baik oleh masyarakat disekitarnya daripada keyakinan mereka sendiri.

3) Kursus – kursus

Orang tua dewasa yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga, atau kursus perencanaan dan pemeliharaan anak akan lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan – kebutuhannya, sehingga mereka cenderung untuk menggunakan pola yang demokratis.

4) Jenis kelamin orang tua

Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak, oleh karena itu mereka biasanya lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan pria sebagai ayahnya.

5) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam menggunakan pola asuh mereka bagi anak-anaknya. Orang tua yang status ekonominya berkecukupan akan lebih memperhatikan anak- anaknya karena mereka tidak diributkan dengan masalah kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya orang tua yang status sosial ekonominya rendah mereka lebih memperhatikan bagaimana cara mendapatkan nafkah daripada harus memperhatikan anak – anaknya.

6) Jenis kelamin anak

(48)

Orang tua memperlakukan anak-anak mereka sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak perempuan dijaga lebih ketat semenjak masih kecil sehingga menggunakan pola asuh otoriter, sedangkan laki – laki cenderung lebih laissez-faire atau demokratis.

7) Usia anak

Pada umumnya pola asuh otoriter sering digunakan atau diterapkan pada anak kecil, karena mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, sehingga orang tua kelihatan lebih sering menekan atau memaksa sedangkan ketika mereka mulai menginjak usia remaja, pola asuh yang diterapkan akan berbeda yaitu pola asuh yang demokratis karena jika seseorang yang sudah menginjak dewasa masih dididik secara otoriter mereka akan berontak atau melawan.

8) Pendidikan orang tua

Orang tua yang melatar belakangi tingkat pendidikan tinggi dalam menerapkan pola asuh cenderung dapat mengikuti perkembangan anaknya melalui membaca artikel dan ilmu pengetahuan yang didapatnya atau sarana komunikasi yang ada, sedangkan orang tua dengan latar belakang pendidikan rendah akan terbatas pada pengetahuan tentang perkembangan anaknya dan akan cenderung mendominasi anak.

9) Kepercayaan orang tua

Orang tua menyamakan diri mereka dengan pola perlakuan yang dipergunakan oleh orang tua mereka. Orang tua menganggap bahwa pola perlakuan orang tua mereka adalah yang terbaik, sehingga ketika mempunyai anak mereka memakai pola perlakuan atau pola asuh yang sama.

10) Bawaan anak

Watak pembawaan anak akan mempengaruhi perilaku dan sikap orang tua terhadap anak.

(49)

Kepribadian orang tua sangat menentukan pola interaksi orang tua dengan anak.

12) Kondisi anak

Bagi anak yang agresif lebih baik menggunakan pola asuh yang otoriter, sedang anak yang mudah merasa takut dan cemas, lebih tepat menggunakan pola asuh yang demokratis.

6. Hasil Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rr. Erviana Trirahayu dengan judul

“Hubungan antara Efikasi Diri, Locus of Control, dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK N 1 Pengasih Tahun Ajaran 2007/2008” mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan. Hal ini dibuktikan dengan harga rhitungsebesar 0,697 lebih besar dari rtabel 0,235 yang berarti bahwa Efikasi Diri menentukan tinggi rendahnya Prestasi Belajar.

b. Penelitian yang dilakukan Wahyu Widiyati dengan judul “Kontribusi Pola Asuh Orang Tua dan Konsep Diri Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Demak Tahun Pelajaran 2007/2008” mengatakan bahwa ada korelasi yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai r = 0,156 dan p = 0,000 yang menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Yudhistira Ardana dengan judul “Pengaruh Kegiatan Organisasi, Disiplin dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta”

mengatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi

(50)

sebesar 5.520 dan ttabel 1.67 (df=74) dengan tingkat signifikansi 0.000, karena thitung > ttabel (5.520 > 1.67), signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p <

0.05) maka terdapat pengaruh.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

Motivasi Belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang memberikan dorongan untuk belajar dan mencapai tujuan dari belajar tersebut. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung mempunyai keinginan yang kuat untuk belajar demi mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, sehingga cenderung untuk selalu meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian diduga motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh Efikasi diri terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

Efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, yaitu bagaimana orang- orang bertindak lebih baik karena kepercayaan mereka akan kemampuan mereka. Keyakinan ini membantu persepsi mereka dalam menentukan tindakan atas pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Dengan adanya efikasi diri yang tinggi maka akan menimbulkan keyakinan yang tinggi pula terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan demikian diduga efikasi diri mempengaruhi prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten tahun 2011/2012

Pola asuh orang tua yang baik dan sesuai dengan pribadi anak, maka

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak atau dorongan yang kuat di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan untuk belajar, yang menjamin kelangsungan dari

Sardiman (2001:75) mengemukakan bahwa,” Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

Motivasi menjadi guru adalah dorongan yang berasal dari luar maupun dalam diri seseorang untuk memilih profesi sebagai guru. Motivasi menjadi guru adalah daya penggerak

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka motivasi dalam kegiatan belajar, dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

Menurut Sardiman (2003:27), motivasi belajar adalah Keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

Selaras dengan pendapat lain bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun luar diri siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar,