• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.5 Pola Pembayaran Dividen

Keputusan mengenai dividen payout ratio adalah keputusan yang

menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada

pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih

sebagai alternatif dividen payout ratio perusahaan (Ang, 1997), yaitu :

a. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share

Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya

b. Stable Dividend per-share

Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari tahun ke tahun.

c. Stable Payout Ratio

Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu prosentase tetap dari laba. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.

d. Regular Dividend plus Extras

Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga

18 dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham.

e. Fluctuating Dividends and Payout Ratio

Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan \dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasimengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.

2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

profit atau laba. Perusahaan yang dapat membukukan profit tinggi maka

perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam menjalankan usaha. Perusahaan

yang dapat menciptakan profit atau laba besar berarti perusahaan dapat

menciptakan pendanaan internal bagi perusahaan sendiri. Setelah ada dana

tersebut, maka perusahaan akan menggunakan untuk ditahan menjadi laba

ditahan dan dibagikan kepada para pemilik sebagai dividen. Menurut

Wirjolukito, et al dalam (2013) menyatakan bahwa pihak manajemen akan

membayarkan dividen untuk memberikan “sinyal” mengenai keberhasilan

perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah fungsi dari

keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk

perusahaan apabila hendak membayar dividen. Dividen adalah bagian dari

laba bersih yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu dividen akan

dibagikan jika perusahaan memperoleh laba.

Hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan deviden dapat

dianalogikan sebagai berikut. Sebuah perusahaan yang dapat membukukan

19 membagikan sebagai deviden. Jika perusahaan membagikan deviden maka

pendanaan internal perusahaan akan berkurang. Menurut teori “bird in the

hand” investor lebih menyukai dibagikan deviden daripada menunggu

pengembalian dari keuntungan modal. Maka dapat diperoleh kesimpulan

bahwa semakin tinggi profitabilitas menggambarkan kemampuan badan

usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang

dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991:731) “profitabilitas

suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi

yang dilakukan”. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan

dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas

usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan

para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri

profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan

badan usaha tersebut. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar

penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis

untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio

keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan

hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.

Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena

profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek

yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha

20 tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan

usaha tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas dapat diproksikan dengan

menggunakan Return On Assets (ROA). ROA dapat diukur dengan

menggunakan rumus:

��� = Net Income

Total Assets x 100 %

2.1.7 Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Likuiditas

merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban

jangka pendek perusahaan. Likuiditas perusahaan merupakan faktor yang

penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk

menetapkan besarnya dividen, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti

semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen (Riyanto, 1995).

Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan

tersebut mempunyai kesempatan dalam memenuhi segala kewajiban jangka

pendek termasuk dengan membayar deviden ke pemilik modal. Maka dapat

disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan kemungkinan membayar

membayar dividen semakin besar juga. Likuiditas dapat diproksikan dengan

menggunakan Current Ratio(CR). CR dapat diukur dengan menggunakan

rumus:

������������= ������� ������

21 2.1.8 Leverage (Debt to Equity Ratio)

(Van Horne dan Wachowicz, 2005) menyebutkan bahwa debt to

equity ratio (DER) dapat memberitahu kita bahwa para kreditur memberikan

pendanaan untuk setiap jumlah uang yang diberikan oleh pemegang saham.

Para kreditur secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah.

Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang

disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi

kreditur jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Jadi,

perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dengan para kreditur karena rasio

utang yang besar. Gupta mengungkapkan bahwa utang bepengaruh negatif

terhadap kebijakan dividen. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi

proporsi utang atau semakin meningkatnya utang yang digunakan dalam

struktur modal semakin besar pula kewajibannya.Leverage dapat diproksikan

dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). DER dapat diukur dengan

menggunakan rumus:

DER = Totsl Debt

Total Equity x 100 %

2.1.9 F ree Cash F low (Alir an Kas Bebas)

Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat

fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas

bebas sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan Net

Present Value (NPV) positif dilakukan. NPV atau nilai sekarang bersih adalah

analisa kekurangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu

22 diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang

dikeluarkan. Jika NPV dari suatu proyek positif, hal ini berarti bahwa proyek

tersebut diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan sebesar jumlah positif

dari NPV yang dihitung dari investasi tersebut dan juga bahwa investasi

tersebut diharapkan akan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi

daripada tingkat keuntungan yang dikehendaki. Perusahaan dengan aliran kas

bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan

perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas

berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain.

Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam

situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana

internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan

sehingga memerlukan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun

penerbitan saham baru. Sedangkan menurut Ross et al (2000), aliran kas

bebas merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor

atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working

capital) atau investasi pada aset tetap. Aliran kas bebas menunjukkan

gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak

sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai

perusahaan.

Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas

bebas, misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan

23 didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki

aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas

ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi periode

mendatang. Karena kondisi diatas, maka mengindikasikan bahwa aliran kas

bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih

besar dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang

kecil. Alat ukur yang digunakan adalah:

Free Cash Flow = Aliran Kas Operasi –Pengeluaran Modal Bersih +

Perubahan Modal Kerja

2.1.10 Ukur an Per usahaan

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang

mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan masih

kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal

karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan

kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga

perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi

darpada perusahaan kecil (Damayanti dan Achyani, 2006). Ukuran

perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari

besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun total assets dari suatu

perusahaan (Riyanto, 2001). Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan

yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah di pasar modal

24 membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan

aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dan mendapatkan laba

dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan. Penelitian ini menggunakan

total asset sebagai ukuran perusahaan yang di proksikan dengan logaritma

natural dari total assets tiap tahun.

Size = Logaritma Normal Total Assets

2.2 Tinjauan Penelitian Ter dahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kebijakan dividen

sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1. Hardiatmo, Daljono (2013) mengenai Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 –

2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki

pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), variabel Likuiditas

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel

Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen,

Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah negatif.

2. Halim Jauwanto (2013) yang meneliti tentang Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividen Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

25 penelitiannya yaitu variabel pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif

tidak signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan, variabel risiko

perusahaan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan

dividen perusahaan, variabel profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap kebijakan dividen perusahan, dan variabel set kesempatan

investasi memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang

Konsumsi Periode 2008-2011.

3. Penelitian lain dilakukan oleh Lopolusi Ita (2013) mengenai Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Penelitian ini

menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, variabel likuiditas

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran

perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel kebijakan dividen,

variabel utang berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel perubahan

kebijakan dividen, dan variabel free cash flow berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.

4. Santoso Dwi Habib (2012) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009). Hasil penelitiannya

26 variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen, variabel collateralizable assets tidak berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kontrol ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

5. Rosdini (2009) mengenai Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Policy.

Unit analisis penelitian adalah perusahaan manufaktur tertentu pada tahun

2000-2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh terhadap

Dividend Policy.

Berikut ini merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-20113 ” terdapat pada Tabel 2.1.

27

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti Judul

Variabel yang

digunakan Hasil Penelitian

Hardiatmo ,Daljono (2013).

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010). Variabel independen : Rasio Profitabilitas, rasio Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan. Variabel dependen : Kebijakan Dividen

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR, variabel likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel Leverage yang diukur dengan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. , variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah negatif. Halim Jauwanto (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kebijakan dividen Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Sektor Industri Barang konsumsi Periode 2008-2011. Variabel independen: Pertumbuhan Perusahaan, Risiko Pasar, Profitabilitas. Investment Opportunity Set. Variabel dependen: Kebijakan dividen,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan, risiko perusahaan, profitabilitas perusahaan dan set kesempatan investasi secara serempak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan pada sektor barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2011. Lopolusi Ita (2013). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007- Variabel independen: Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Badan Usaha, Utang, Pertumbuhan,

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa variable

profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

variable perubahan kebijakan dividen, variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan

28 2011. Free Cash Flow. Variabel dependen : Dividen Payout Ratio.

terhadap kebiajakan dividen, variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap variabel kebijakan dividen, variabel utang berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, dan variabel free cash flow berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebiajakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Santoso Dwi Habib (2012) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009). Variabel independen : Leverage, pertumbuhan perusahaan, Collateralizabl e Assets, Kepemilikan Institusional, firm size. Variabel dependen: Kebijakan Dividen.

Dalam penelitian ini teknik analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara Leverage, pertumbuhan perusahaan, firm size, collateralizable assets dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Leverage, pertumbuhan perusahaan, firm size, collateralizable assets dan kepemilikan institusional becara serempak berpengaruh terhadap terhadap kebijakan dividen Rosdini

(2009)

Pengaruh Free Cash

Flow Terhadap Dividend Policy. Variabel independen : Free Cash Flow, Variabel dependen : Dividend Policy.

Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

free cash flow memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen

29 2.3 Ker angka Konseptual dan Hipotesis

Kerangka konseptual adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset.

Secara teoritis, kerangka konseptual akan menjelaskan hubungan antara variabel

independen (profitabilitas, likuiditas, leverage, free cash flow, ukuran perusahaan

terhadap variabel dependen ( kebijakan dividen). Adapun kerangka konseptual dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

PPPPPPHJ KHCJ H1 H2 H3 H4 H5 H6 Gambar 2.1 Profitabilitas (X1) Likuiditas (X2) Leverage (X3)

Free Cash Flow (X4) Ukuran Perusahaan (X5) Kebijakan Dividen (Y)

30

Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan hubungan teori

dengan faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Kerangka-kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yaitu :

Dokumen terkait