• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pola Pengobatan Pasien Hepatitis B Kronis

Obat-obat yang digunakan oleh pasien hepatitis B kronis di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005-2007 dibagi menjadi beberapa kelas terapi. Pada penelitian ini kelas terapi yang digunakan pada kasus sebanyak 11 kelas terapi, yang kemudian terbagi kedalam masing-masing golongan obat, kelompok

37

obat, nama zat aktif dan jenis obat. Pembagian kelas terapi dalam penelitian ini berdasarkan pustaka acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008, yang disajikan pada tabel V.

Tabel V. Distribusi Kelas Terapi Obat Kasus Hepatitis B Kronis yang Dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Persentase (%) tiap tahun No. Kelas Terapi

2005 (n=7) 2006 (n=2) 2007 (n=12) 2005 2006 2007 % total 1 Obat saluran cerna 4 2 10 57,1 100,0 83,3 76,2

2 Obat kardiovaskuler 5 - 6 71,4 - 50,0 52,4 3 Obat saluran pernapasan 5 1 5 71,4 50,0 41,7 52,4 4 Obat sistem saraf pusat 2 - 3 28,6 - 25,0 23,8 5 Obat analgesik 2 2 6 28,6 100,0 50,0 47,6 6 Obat infeksi 4 2 8 57,1 100,0 66,7 66,7

7 Obat-obat hormonal 1 - 7 14,3 - 58,3 38,1 8 Obat gizi dan darah 7 2 12 100,0 100,0 100,0 100,0

9 Obat otot skelet dan sendi - - 1 - - 8,3 4,8 10 Obat sistem hepatobilier 2 2 7 28,6 100,0 58,3 52,4 11 Antineoplastik dan

imunomodulator - 1 - - 50,0 - 4,8

Kelas terapi terbanyak yang digunakan oleh pasien adalah obat gizi dan darah, yaitu sebesar 100%. Obat gizi dan darah merupakan obat yang digunakan untuk salah satu tindakan suportif yang merupakan pengobatan umum yang diberikan kepada pasien hepatitis B kronis. Kelas terapi terbanyak kedua adalah obat saluran cerna, yang digunakan untuk mengatasi gangguan yang terjadi di saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri pada lambung dan gangguan pencernaan bila produksi enzim berkurang. Obat antiinfeksi menempati kedudukan ketiga sebagai kelas terapi terbanyak yang digunakan setelah obat gizi dan darah serta obat saluran cerna., dimana penggunaan obat antiinfeksi pada kasus hepatitis B kronis disebabkan karena pada sebagian besar kasus menderita infeksi, baik pada diagnosis utama maupun pada diagosis lain.

1. Obat yang bekerja pada saluran cerna

Tabel VI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi

Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % Total Dexanta® 1 - -aluminium hidroksida Farmacrol® - 1 - 9,5 rebamipide Mucosta® - - 1 4,8 Antasida esomeprazole Nexium® - - 2 9,5 ranitidin 1 - 4 Acran® 1 - -Radin® 1 2 -Ant. reseptor H2 ranitidin

Rantin® - - 1

47,6

Ulsidex® - - 2 Khelator dan

senyawa kompleks sukralfat Inpepsa® - - 1 14,3 pantoprazol Pantozol® - 1 1 9,5 omeprazole - 1 Antitukak PPI omeprazol OMZ® 1 1 14,3 Antidiare Adsorben dan obat pembentuk massa atapulgit aktif New Diatab® 1 - - 4,8 Pelunak tinja Phenolphthalein liq paraffin, glycerin Laxadin® - - 1 4,8 Duphalac® 2 - 1 Pencahar

Pencahar osmotik laktulosa

Pralax® - - 1 19,0

Obat saluran cerna yang paling banyak dipakai adalah golongan antitukak kelompok antagonis reseptor H2 dengan zat aktif ranitidin. Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum, esofagus bagian bawah, dan stoma gastroenterostomi. Tujuan terapi tukak lambung adalah meringankan atau menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi), dan mencegah kekambuhan. Dimana pada kelompok antagonis reseptor H2, penyembuhan tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2 (Anonim, 2000). Golongan kedua terbesar adalah pencahar dari kelompok pencahar osmotik. Pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan pelintasan dan

39

pengeluaran tinja dari kolon dan rektum. Pencahar osmotik bekerja dengan cara menahan cairan dalam usus secara osmosis atau dengan mengubah penyebaran air dalam tinja. Laktulosa adalah disakarida semisintetik tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Senyawa ini menyebabkan diare osmotik dengan pH tinja yang rendah, dan mengurangi proliferasi organisme penghasil amonia (Anonim, 2000).

2. Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler

Tabel VII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Kardiovaskuler yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi

Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % Total Alfa bloker terazosin Hytrin® 1 - - 4,8

irbesartan irbesartan 1 - - 4,8 valsartan Aprovel® - - 1 4,8 Antagonis

reseptor

angiotensin II telmisartan telmisartan - - 1 4,8 Obat anti

hipertensi

ACEI lisinopril Noperten® - - 1 4,8 Golongan nitrat isosorbid mononitrat ISMN - - 1 4,8 nifedipin Adalat oros® 1 - - 4,8 Golongan

antagonis kalsium amlodipin Tensivask® 1 - - 4,8 propranolol propranolol 1 - 5 28,6 bisoprolol 1 - -Obat antiangina Golonganβbloker bisoprolol Maintate® - - 1 9,5 Diuretika kuat furosemid Lasix® 4 - 1 23,8

Aldacton® 1

-spironolactone 1 - 3 Carpiaton® - - 2 Diuretika Diuretika hemat

kalium spironolakton

Letonal® - - 1

38,1

Antiplatelet Clopidogrel Plavix® - - 1 4,8 Ditranex® - - 1 Transamin® - - 1 Obat sistem koagulasi darah Hemostatik dan

antifibrinolitik asam traneksamat

Kalnex® 1 - 1 19,0 Obat gangguan sirkulasi darah vasodilator serebral Citocoline Brainact® - - 1 4,8

Zat aktif yang banyak digunakan pada sistem kardiovaskuler adalah spironolakton dan propranolol. Spironolakton merupakan diuretika hemat kalium yang bermanfaat pada terapi edema dengan sirosis hati (Anonim, 2000). Spironolacton merupakan diuretika pilihan untuk terapi asites yang bekerja dengan

cara memblok reabsorbsi sodium pada tubulus kolektivus (Walker dan Edwards, 2001). Indikasi propranolol adalah untuk terapi hipertensi yang efektif walaupun mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti (Anonim, 2000). Obat antihipertensi golongan β-bloker dapat mengurangi curah jantung, mengubah kepekaan refleks baroreseptor, dan memblok adrenoreseptor perifer. Selain itu, propranolol dapat digunakan untuk pencegahan pendarahan varises esofageal dan pendarahan gastrik pada hipertensi portal (Anonim, 2000).

3. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan

Tabel VIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat pada Sistem Saluran Pernapasan yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat

Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total Antiasma dan bronkodilator Bronkodilator antimuskarinik

ipratropium bromida Atrovent® - - 1

4,8 Kortikosteroid - budenosid Pulmicort® - - 1 4,8 Oksigen - oksigen oksigen 4 - 3 33,3

- asetilsistein Fluimucil® - 1 2 14,3

Mukolitik

- ambroxol ambroxol 1 - 1 9,5

levodropropizine Levopront® - 1 - 4,8 Antitusif dan

ekspektoran Antitusif dekstrometorfan dekstromethorfan 1 - 2 14,3

Tiga jenis zat aktif yang paling banyak digunakan secara adalah oksigen, asetilsistein dan dekstrometorfan. Oksigen diresepkan pada pasien hipoksemia untuk meningkatkan tekanan oksigen alveolar, dan mengurangi kerja pernapasan yang dibutuhkan untuk mempertahankan tekanan oksigen arterial, dimana kadar pemberiannya tergantung pada kondisi pasien yang diterapi. Tujuan pemberian dosis secukupnya tersebut adalah untuk mengatasi hiposemia tanpa memperburuk retensi CO2 dan asidosis respiratorius (Anonim, 2000). Asetilsistein berfungsi sebagai mukolitik untuk mempercepat ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum.

41

Dekstrometorfan merupakan antitusif untuk menekan rangsang batuk yang tidak produktif.

4. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat

Tabel IX. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat

Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total Motilium® - - 1 domperidon Vometa® 1 - 1 14,3 ondansetron Invomit® - - 1 4,8 Obat mual dan vertigo

-metoklopramid Sotatic® 1 - - 4,8

Golongan yang digunakan pada sistem saluran pernapasan adalah golongan obat mual dan vertigo dengan zat aktif yang terbanyak digunakan adalah domperidon. Domperidon dapat mengatasi gejala mual dan muntah yang sebagian besar dialami oleh pasien hepatitis B kronis. Domperidon tidak mudah melewati sawar darah otak sehingga tidak menimbulkan reaksi distonia dan sedasi (Anonim, 2000).

5. Obat yang bekerja sebagai analgesik

Tabel X. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Analgesik yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total parasetamol dan n-acetylcysteine Sistenol® 2 2 2 28,6 parasetamol parasetamol - 1 1 9,5 asam mefenamat 1 - -asam mefenamat Mefinal® - - 1 9,5 Analgesik non-opioid

-metamizole natrium Novalgin® 1 - - 4,8 Antimigren Profilaksi migren flunarizin Frego® 1 - 1 9,5

Dua golongan obat yang digunakan sebagai analgesik pada terapi pasien hepatitis B kronis adalah golongan analgesik non-opioid dan golongan antimigren. Pada golongan analgesik non-opioid, zat aktif terbanyak yang digunakan adalah kombinasi antara parasetamol dan n-acetylcysteine yang memiliki indikasi untuk meringankan batuk berdahak dan menurunkan demam pada flu, sakit kepala dan nyeri. N-acetylcysteine telah digunakan selama beberapa dekade dan telah terbukti berfungsi sebagai antidot pilihan pada terapi yang menggunakan parasetamol (acetaminophen) yang menginduksi terjadinya hepatotoksistas (Algren, 2008). Asam mefenamat merupakan analgesik kelompok AINS namun sifat antiinflamasinya rendah. Pada kelompok profilaksi migren, zat aktif yang digunakan adalah flunarizin yang berfungsi sebagai profilaksis migren, pengobatan gangguan serebral dan vestibular perifer (Anonim, 2000).

6. Obat-obat hormonal

Tabel XI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Hormonal yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total Antidiabetik Insulin suspensi netral

isophane Insulatard® - - 3 14,3 Somerol® - - 1 metil prednisolon metilprednisolon - - 2 14,3 Kortikosteroid Antiinflamasi sistemik prednison prednison 1 - - 4,8 Hormon lain - oktreotid Sandostatin® - - 1 4,8

Golongan kedua terbanyak yang digunakan adalah golongan kortikosteroid dan golongan antidiabetik. Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target (Anonim, 2000). Pada golongan kortikosteroid kelompok antiinflamasi sistemik, zat aktif yang paling banyak

43

digunakan adalah metil prednisolon. Pada golongan antidiabetik kelompok obat yang paling banyak digunakan adalah insulin sebagai terapi pada pasien diabetes melitus tipe I (tipe diabetes melitus yang tergantung insulin). Insulatard®merupakan jenis insulin yang mula kerjanya dalan waktu singkat (1/2 jam) dan durasinya sedang yaitu sebesar 24 jam. Komposisi Insulatard®adalah berupa suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia dan merupakan rekombinan DNA asli.

7. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi

Tabel XII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Infeksi yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total amoksisilin amoxicillin 2 - - 9,5 Penisillin Amoksisilin dan asam klavulanat Augmentin® - - 1 4,8 sefotaksim cefotaxime 2 - 2 19,0 Biotriax® - - 1 ceftriaxone 2 - 4 Triject® - - 1 seftriakson Tricefin® - 1 -42,9 imipenem Pelastin® - - 1 4,8 Sefalosporin dan antibiotikβlaktam lainnya seftazidim ceftazidime 1 - - 4,8 Aminoglikosida gentamisin Garamycin® 1 - - 4,8 Makrolid azitromisin azitromicin - - 3 14,3 Antibiotik lain kolistin Colistine® 1 - 1 9,5 siprofloksasin ciprofloksasin - 1 - 4,8 Antibiotik/antimikroba Kuinolon gatifloksasin gatifloksasin 1 - - 4,8 rifampisin rifampisin - - 1 4,8 isoniazid INH - - 1 4,8 Antimikobakteri Tuberkulostatik etambutol etambutol - - 1 4,8 Antijamur - Ketokonazol ketokonazol - - 1 4,8 Antivirus - entecavir Baraclude® - - 1 4,8

Golongan obat terbesar yang digunakan adalah golongan antibiotik dengan zat aktif yang terbanyak digunakan adalah seftriakson dan sefotaksim dimana

keduanya berasal dari kelompok sefalosporin dan antibiotik β laktam lainnya. Sefalosporin termasuk antibiotik β laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Baik seftriakson maupun sefotaksim, keduanya merupakan sefalosporin generasi ketiga, yang umumnya kurang aktif terhadap kokus gram positif dibanding dengan generasi pertama, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase (Anonim, 2000).

8. Antineoplastik dan imunomodulator

Tabel XXIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Antineoplastik dan Imunomodulator yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi

Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat

2005 n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total Imunomodulator - - Imreg® - 1 - 4,8

Jenis obat yang digunakan adalah Imreg®, yang berfungsi sebagai imunomodulator yang dapat meningkatkan sistem daya tahan tubuh pasien khususnya pasien yang mengalami infeksi.

9. Obat-obat untuk penyakit otot skelet dan sendi

Tabel XIV. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat 2005

n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total Obat reumatik

dan gout Obat gout alopurinol allopurinol - 1 4,8

Kelompok obat yang paling banyak digunakan adalah obat gout dengan jenis obat yang digunakan adalah alopurinol. Indikasi alopurinol adalah untuk profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal (Anonim, 2000).

45

10. Obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah

Tabel XV. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Gizi dan Darah yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat

2005 n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total Anemia defisiensi besi fero sulfat tablet besi 1 - - 4,8 Anemia

dan kelainan darah lainnya

Anemia megaloblastik asam folat asam folat 2 - - 9,5 Pemberian oral asam

aminoesensial Ketosteril® 1 - - 4,8 normal salin normal salin - - 1 4,8 Ca, K, Na, Cl,

asetat asering® 1 - 1 9,5 Na, Cl, glukosa KaEN 1B® 1 - - 4,8 natrium laktat Ringer Laktat® 2 1 2 23,8

dekstrosa 5% 3 1 3 glukosa

dekstrosa 10% 2 - 1

47,6

natrium klorida NaCL 0,9% 1 1 7 42,9

Pemberian intravena

eritrosit PRC 4 - 3 33,3 Cairan dan

elektrolit

Plasma dan

pengganti plasma albumin albumin 1 - 1 9,5 Nutrisi intravena -Na, Cl, dan asam-asam amino Aminoleban® 2 - 1 14,3 Fosfor kalsium karbonat kalsium karbonat 2 - - 9,5 Mineral Kalium kalium L-aspartat Aspar-K® 1 - - 4,8 Kelompok vitamin B vitamin B6 vitamin B6 - - 1 4,8 Vitamin

Vitamin K vitamin K vitamin K 2 - 7

42,9

Kelainan metabolis me

Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah golongan cairan dan elektrolit dan vitamin. Pada golongan cairan dan elektrolit kelompok pemberian glukosa secara intavena berupa pemberian dekstrosa 5% dan dekstrosa 10% merupakan jenis obat terbanyak yang digunakan. Pemberian keduanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan normal atau untuk menggantikan kekurangan cairan yang cukup besar atau adanya kehilangan cairan yang berkelanjutan (Anonim, 2000). Golongan kedua terbesar adalah vitamin K yang diperlukan untuk faktor pembekuan darah untuk mencegah dan mengobati perdarahan. Karena vitamin K larut lemak, penderita dengan malabsorpsi lemak, khususnya pada penyakit hati, bisa menjadi defisien sehingga diberikan vitamin K. Golongan kedua besar lainnya adalah natrium klorida yang diindikasikan pada keadaan kehilangan natrium dan biasanya perlu diberikan secara intravena (Anonim, 2000).

11. Obat sistem hepatobilier

Tabel XVI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Sistem Hepatobilier Sendi yang Digunakan pada Terapi Kasus Hepatitis B Kronis di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005-2007

Jumlah Kasus Golong

an

Kelom

pok Zat Aktif Jenis Obat 2005 n=7 2006 n=2 2007 n=12 % total - Schizandrin Cderivat Hp Pro® l 2 4 33,3

- ursodeoxycholic acid Urdafalk® - - 4 19,0

-silymarin, oleum xanthorrhizae, ekstrak curcuma,echinacea Hepasil® - - l 4,8 - lecithinnicotinamide, vit B, vit E1, vit B2, vit B12, Lesichol

®

- - l 4,8 - lecithinnicotinamide, vit B, vit E,1, vit Bβ2carotene, vit B12,

Lesifit®

l - - 4,8 - vit Elecithin, vit B1, vit B2, vit B6, Cholesvit® l - - 4,8 Hepatik

protek tor

rhizoma curcuma Curcuma®

47

Hepatoprotektor adalah obat digunakan untuk melindungi fungsi hati dari kerusakan yang lebih berat akibat adanya inflamasi hati dan kondisi lain. Hepatoprotektor dapat memberikan perlindungan terhadap virus, kuman atau toksin. Jenis obat yang banyak digunakan adalah Hp Pro®dan Urdafalk®. HpPro®berfungsi untuk mengurangi peradangan hati dan normalisasi fungsi hati, sedangkan Urdafalk® digunakan untuk terapi hepatitis kolestatis dan hepatitis aktif kronik, kandungan ursodeoxycholic acid dapat memperbaiki kolestasis terkait sepsis dengan cara menurunkan asam empedu di dalam darah (Anonim, 2008 g).

Lecithin dalam tubuh berupa fosfolipid. Hati secara alami memproduksi lecithin namun dengan adanya kerusakan hati maka produksinya akan berkurang. Dengan adanya kandungan lecithin pada berbagai jenis obat hepatoprotektor dapat memenuhi kebutuhan fosfolipid sel-sel hati yang mengalami kerusakan sehingga dapat memperbaiki dan mengembalikan fungsi hati. Kandungan vitamin B1 juga sangat membantu perbaikan sel-sel hati sehingga proses tersebut berlangsung lebih efektif dan dapat berfungsi menyusun kembali sel-sel hati yang rusak. Vitamin B2, B6dan B12berfungsi untuk membantu pembentukan eritrosit.

Dokumen terkait