• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

6.1.3. Politik, Pemerintahan dan Hukum

Kebijakan Pemerintah dalam Pemberian Subsidi pada Benih Padi, Pupuk, dan Saprotan Lainnya

Sumber utama pemasok benih padi, pupuk dan saprotan kepada BUMP adalah PT Shang Hyang Seri, PT Pertani, dan PT Pupuk Kujang melalui PT PEN. Menurut hasil wawancara dan observasi bahwa benih padi, pupuk dan saprotan yang diterima oleh BUMP untuk didistribusikan kepada petani sebagian besar memiliki subsidi dari pemerintah khususnya benih padi dan pupuk. Adanya subsidi dapat dirasakan oleh petani melalui BUMP, karena biasanya harga yang diberlakukan oleh BUMP dalam penjualan saprotan kepada petani berada di bawah harga pasar. Hal ini cukup membantu BUMP dan petani sehingga biaya produksinya bisa lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan benih padi dan pupuk yang tidak bersubsidi.

Regulasi Kebijakan Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) Dalam Negeri

Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan dengan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak. Kebijakan-kebijakan baru ini memberikan indikasi bahwa pemerintah akan mengurangi bahkan menarik subsidi yang selama ini ada.

Penarikan subsidi tersebut meningkatkan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam mengkonsumsi BBM dan TDL. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai kenaikan BBM dan TDL adalah :

Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 8,19 persen yang disahkan melalui Keputusan Presiden no 83/2001

Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 6 persen setiap tiga bulan terhitung sejak 1 Januari 2002 (Keppres no 133/2001)

Keppres no 74/2003 tentang kenaikan tarif dasar listrik triwulan IV tahun 2003 Kenaikan tarif dasar listrik secara nasional rata-rata sebesar 10 persen terhitung

sejak 1 Juli 2010

Kenaikan harga BBM sebesar 20 persen mulai bulan april 2001 Kenaikan harga BBM sebesar 30 persen mulai 15 juni 2001

Kenaikan harga BBM sebesar 22 persen mulai 17 Januari 2002 melalui Keppres no 9/2002

Kenaikan harga BBM mulai 1 Maret 2005 dengan kompensasi bagi masyarakat miskin di bidang pendidikan dan kesehatan

Kenaikan harga BBM per 1 Juni 2007 untuk jenis premium naik 8,8 persen, minyak tanah naik 2,9 persen, minyak solar naik 5,0 persen, minyak diesel naik 3,3 persen, dan minyak bakar naik 3,1 persen.

Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah memperlihatkan konsistensi pemerintah dalam penarikan subsidi terhadap listrik dan bahan bakar minyak secara berkelanjutan. Pengaruh langsung yang dirasakan oleh BUMP yaitu penggunaan listrik dan bahan bakar di kantor dan untuk transportasi baik perusahaan maupun petani, sehingga kenaikan tarif dasar listrik akan meningkatkan biaya produksi dan biaya operasional dalam jumlah yang signifikan dan sekaligus menyebabkan terjadinya inflasi.

Kebijakan Pemerintah dalam Pemberian Ijin Impor Beras

Kebijakan impor beras yang dikeluarkan pemerintah dan dijalankan melalui bulog ternyata membawa dampak yang kurang baik bagi BUMP, misalnya harga beras impor yang relatif murah jika dibandingkan beras yang dihasilkan oleh BUMP. Adanya persaingan harga beras yang tinggi di pasar menjadi ancaman yang cukup serius untuk dihadapi oleh BUMP. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 BUMP hanya berhasil satu kali melakukan pengolahan padi menjadi beras dan memasarkannya, akan tetapi dengan persaingan yang tinggi tersebut mengakibatkan BUMP merasa perlu menerapkan strategi yang baik serta dapat berinovasi agar dapat menekan biaya produksi, sehingga mampu menjual beras dengan harga yang tidak terlalu jauh di bandingkan harga pasar. Harga pokok produksi (HPP) beras BUMP sebesar RP. 5.500 – Rp. 6.000/kg sebelum ditambah persentase laba yang ingin diambil, sedangkan harga beras di pasar ada yang dibawah harga tersebut.

Untuk menyikapi hal ini seharusnya pemerintah dapat memproteksi perberasan nasional dari perdagangan beras internasional yang tidak adil. Harga beras internasional sebenarnya adalah harga dumping yaitu harga yang di subsidi produksi dan ekspornya.

Menurut para petani binaan berdasarkan pengisian kuisioner, apabila BUMP dapat melakukan pembelian hasil panen petani dengan kontinu dan mengolahnya menjadi beras maka akan dapat meningkatkan nilai tambah yang akan mempengaruhi peningkatan pendapatan para petani. Harapan ke depan yang diinginkan, BUMP mampu membeli hasil panen petani dengan harga di atas pembelian pihak lain sehingga dalam hal ini BUMP harus menerapkan strategi yang tepat.

Intervensi Pemerintah dalam Penetapan Harga GKP/Beras

Perbedaan harga antar musim mendorong insentif buat penggilingan padi dan pedagang serta menggerakkan ekonomi pedesaan dan perdagangan antar wilayah. Adanya intervensi pemerintah dalam penetapan harga GKP/Beras melalui dikeluarkannya Inpres baru (No.13/2005) yang berlaku mulai Januari 2006, membuat harga pembelian pemerintah (HPP) naik cukup tinggi (hampir 30

persen). Diperkirakan HPP Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp. 1.730/kg, Gabah Kering Giling (GKG) Rp. 2.280 dan harga beras Rp. 3.400 – Rp. 3.500/kg.

Saat pemerintah menyatakan ingin membeli beras dalam negeri di musim paceklik, maka kecenderungan hal ini dilihat oleh pasar sebagai gambaran sudah menipisnya stok beras pemerintah. Kemudian pernyataan terjadinya defisit beras nasional tersebut akan mendorong harga naik.

Intervensi pemerintah dalam penetapan harga GKP/Beras ini mendorong BUMP untuk tetap dapat melakukan usahanya, baik dalam pembelian padi hasil panen petani hingga sampai mengolah hasil panen padi menjadi beras yang siap di pasarkan. Tentunya hal ini akan mendatangkan pendapatan yang lebih besar.  Tingkat Keamanan dalam Negeri yang Belum Stabil (Stabilitas Keamanan

Nasional)

Masalah stabilitas keamanan di dalam negeri, selain mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia juga mempunyai dampak positif terhadap para investor asing yang akan menanamkan investasinya di Indonesia. Perekonomian yang baik akan memberikan peluang kerja kepada masyarakat. Keamanan yang baik akan membantu berjalannya kegiatan usaha khususnya di BUMP PT Padi Energi Proklamasi.

Keamanan yang baik tersebut membantu BUMP dalam menjalankan usahanya, seperti pengiriman bahan baku ke BUMP PT Padi Energi Proklamasi. Selain itu, distribusi kepada petani dapat berjalan dengan lancar dan pengiriman hasil panen petani baik dalam bentuk GKP maupun sudah diolah dalam bentuk beras untuk dipasarkan akan lancar.

Tingkat keamanan dalam negeri yang masih belum stabil dapat dilihat dari adanya masalah yang terjadi, salah satunya adalah masalah dalam SARA (Suku, Agama dan Ras) yang berpengaruh terhadap berbagai usaha yang dilakukan dalam negeri. BUMP memang tidak terlibat langsung dalam masalah SARA, akan tetapi di daerah lain yang berdekatan dengan wilayah Karawang tempat kejadian adanya masalah SARA tersebut membawa pengaruh bagi keberlangsungan bisnis BUMP. Hal tersebut dapat mempengaruhi keinginan investor untuk mengalokasikan sejumlah sahamnya di BUMP. Dalam hal ini BUMP berupaya mengurangi pengaruh tersebut dengan tetap menjaga kepercayaan investor bahwa

BUMP bersih dari masalah tersebut sehingga tetap dapat mempromosikan BUMP kepada investor yang lain dan mengharapkan pemerintah dapat menyelesaikan setiap masalah yang ada dan menanganinya dengan baik sehingga tercipta stabilitas keamanan dalam negeri yang baik.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan tercatat dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No.:Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, Keputusan Menteri BUMN No.:Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dan terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang diperoleh dari sejumlah BUMN.

Dana PKBL diberikan oleh BUMN kepada suatu usaha dengan ketentuan : pemberian pinjaman untuk modal kerja atau pembelian aktiva tetap produktif, usaha yang dibiayai semua sub-sektor (industri, perdagangan, peternakan, perkebunan, jasa), memiliki kriteria sebagai usaha kecil (termasuk usaha mikro) yaitu memiliki kekayaan bersih maksimal 200 juta rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), usaha milik warga negara Indonesia. Berbentuk usaha orang, perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum maupun yang memiliki badan hukum, mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Badan Usaha Milik Petani PT Padi Energi Proklamasi telah menerima dana PKBL dari sejumlah BUMN khususnya di Jabar, mulai disalurkan dan dikelola untuk pengembangan usaha tanaman padi para petani. Penyaluran dan penggunaan dana PKBL bagi pengembangan agribisnis tanaman padi dinilai sebagai langkah yang tepat untuk menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani.

Perjanjian pinjaman dilakukan langsung oleh BUMN dengan para petani binaan BUMP, hal ini menyangkut ketentuan penyaluran dana PKBL harus langsung dengan para petani yang dibina dengan jaminan agunan berupa sertifikat dari petani dan yang berhak memperoleh dana tersebut hanya petani yang tercatat

sebagai petani binaan BUMP PT Padi Energi Proklamasi. Walaupun dalam perjanjian pemberi dana PKBL langsung dengan petani binaan, akan tetapi kolektibilitas akan menjadi tanggungjawab BUMP karena pada proses pengembalian dana PKBL tersebut menjadi tanggungjawab BUMP. Petani dapat mengembalikan kepada BUMP dengan cara kredit (mencicil) sesuai kemampuannya masing-masing dalam kurun waktu yang sudah disepakati terlebih dahulu.

Pemberian pinjaman dana PKBL yang telah disetujui untuk setiap hektar sawah permusim tanam adalah Rp. 3.180.000,- kemudian dana PKBL tersebut akan dikembalikan dengan biaya administrasi enam persen/tahun atau 0,5 persen/bulan. Perjanjian petani dengan BUMN sekaligus mengikat petani menjadi binaan BUMP, setelah memperoleh dana PKBL sebagai modal kerja, petani akan diberikan saprotan dan pengawalan pada saat budidaya (on farm) sedangkan untuk penjualan hasil panen petani bebas menjual kemana saja dan tidak diwajibkan menjual ke BUMP, akan tetapi dana PKBL yang di pinjam oleh petani harus dikembalikan dalam kurun waktu yang sudah disepakati.

Berdasarkan pengisian kuisioner oleh petani binaan maka diperoleh hasik bahwa semua petani binaan mengharapkan adanya dana PKBL sebagai modal awal kerja yang dapat mereka gunakan. Sistem pengembalian dari dana tersebut yang mereka rasakan sejauh ini cukup membantu karena dapat dicicil atau dibayar pada saat panen. Petani binaan berharap agar BUMP dapat tetap menjalin kerjasama yang baik dengan sejumlah BUMN yang menjadi sumber PKBL serta dapat mengelola sistem penyaluran dana tersebut dengan baik sehingga tidak terjadi keterlambatan dana tersebut sampai kepada petani.

Dokumen terkait