Bab 4. Metodologi penelitian
4.2 Populasi, sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan yang telah mengalami menstruasi kurang dari 1 tahun, yaitu berjumlah 64 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki populasi. Jika populasi kurang dari 100 orang sebaiknya sampel diambil semua (Arikunto, 2006). Karena populasi yang ada di SMP Swasta Nurul „Ilmi kurang dari 100 yaitu sebanyak 64 orang, maka sampel penelitian ini sebanyak 64 orang.
4.2.3 Tehnik Sampling
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan tehnik simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara
acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah :
a. Siswi SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan b. Siswi yang telah menstruasi kurang dari satu tahun c. Bersedia menjadi responden
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan, di jalan BM. Muda No. 05, Padangmatinggi Lestari, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan. Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Nurul „Ilmi karena ciri – ciri subyek remaja putri tersebut memenuhi syarat dan belum pernah dilakukan penelitian dengan topik seperti peneliti yang lakukan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan September 2017.
4.4 Pertimbangan Etik
Etika penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Sekolah SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan. Peneliti membuat surat lembar persetujuan
bagi responden yang bersedia dalam pengisian kuisioner. Jika ada responden yang tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri saat pengisian kuesioner. Informasi yang disampaikan oleh penulis nantinya dikembalikan lagi kepada pihak sekolah.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Karena penulis memegang prinsip – prinsip etika penelitian.
Data – data yang telah diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang berisi tentang dukungan keluarga tentang menstruasi dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche yang berbentuk pernyataan dengan tehnik penskoran. Peneliti memperoleh informasi dari responden dengan menggunakan pengumpulan data secara langsung melalui daftar pernyataan berupa kuesioner yang telah di validasi sebelumnya. Instrumen penelitian ini terdiri data demografi (meliputi nama, usia, agama, suku bangsa, pekerjaan orang tua), dukungan keluarga dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche.
Peneliti menggunakan kuesioner dukungan keluarga tentang menstruasi yang telah dimodifikasikan kembali dan disesuaikan dengan keperluan penelitian dengan dasar konsep teorinya dari kuesioner yang disusun oleh Intan Rositah (2015) dengan judul “Hubungan dukungan ibu dengan kecemasan remaja dalam menghadapi menarche di RW 05 Kelurahan Kelapa Dua Jakarta Barat”. Instrumen
penelitian untuk dukungan keluarga tentang menarche terdiri dari 16 pernyataan, menggunakan empat kategori dalam bentuk pilihan pernyataan selalu (skor 3), sering (skor 2), pernah (skor 1), tidak pernah (skor 0). Keluarga dikatakan mendukung jika jumlah skor berada diantara 25 – 48, sebalikya keluarga dikatakan tidak mendukung jika jumlah skor berada diantara 0 – 24, dan untuk tiap – tiap aspek dukungan keluarga dikatakan mendukung jika jumlah skor 7 – 12, sebaliknya dikatakan tidak mendukung jika jumlah skor 0 – 6.
Peneliti menggunakan kuesioner kesiapan remaja putri menghadapi menarche yang telah dimodifikasikan kembali dan disesuaikan dengan keperluan penelitian dengan dasar konsep teorinya dari kuesioner yang disusun oleh Nurul Hidayah (2015) dengan judul “Hubungan Antara Kelekatan Aman Anak dan Ibu dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi pertama (menarche) pada remaja Puteri Pra Pubertas”. Instrumen penelitian untuk kesiapan remaja putri menghadapi menarche terdiri dari 10 pernyataan, dengan menggunakan dua kategori dalam
bentuk pilihan ya (skor 1), tidak (skor 0). Remaja putri dikatakan siap menghadapi menstruasi pertama (menarche) apabila jumlah skor berada diantara 6 - 10, sebaliknya dikatakan tidak siap apabila jumlah skor berada diantara 0 – 5, dan untuk tiap – tiap aspek kesiapan remaja putri dikatakan siap apabila jumlah skor 3 – 5, sebaliknya dikatakan tidak siap apabila jumlah skor 0 – 2.
4.6 Validitas dan Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data
variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas isi akan menunjukkan sejauh mana instrumen penelitian mencerminkan tentang validitas yang dimaksud. Peneliti menggunakan instrumen yang baku dari penelitian sebelumnya disusun oleh Intan Rosita dan Nurul Hidayah.
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan diamati berkali- kali dalam waktu yang berlainan. Dalam penelitian keperawatan, walaupun sudah ada beberapa kuesioner yang sudah distandardisasi secara nasional maupun internasional , peneliti perlu menyeleksi instrumen yang dipilih dengan mempertimbangkan keadaan sosial budaya dari area penelitian (Nursalam, 2016).
Peneliti telah melakukan uji reliabilitas terhadap sepuluh responden yang diambil dari siswi SMP Swasta Nurul Ilmi dengan nilai instrumen penelitian dukungan keluarga nilai r = 0,873 dan nilai instrumen penelitian kesiapan remaja putri nilai r = 0,713. Karena nilai r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan reliable.
4.7 Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pengumpulan data dilakukan dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Studi S1 Ilmu Keperawatan dan SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
2. Setelah memperoleh izin dari SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian dengan cara menanda tangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan.
3. Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian untuk masing – masing pernyataan.
4. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari kepala sekolah SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
4.8 Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2010) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara :
1. Editing
Yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner.
2. Coding
Yaitu pemberian kode pada data untuk mempermudah proses memasukkan ke dalam program komputer.
3. Entry
Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
4. Tabulating
Yaitu setelah data tersebut masuk ke dalam program komputer kemudian direkap dan disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan jelas.
4.8.2 Analisa Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS.
Analisa data meliputi : 1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti.
Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel dengan menggunakan rumus (Sudijono, 2015) sebagai berikut :
Dengan P = persentase f = frekuensi n = jumlah sampel 2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel bebas dan terikat (Hidayat, 2007). Adapun kriteria pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:
Jika nilai maka H0 ditolak
Jika nilai maka H0 diterima
dimana adalah batas kesalahan maksimal yang dijadikan patokan oleh peneliti ( , sedangkan p-value (nilai sig) adalah nilai kesalahan yang didapat peneliti dari hasil perhitungan statistik.
Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
H1 : Ada hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
Analisis akan dilakukan dengan uji Korelasi Spearman. Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal, dengan rumus sebagai berikut :
∑
dengan = Koefisien Korelasi Spearman Rank N = Banyaknya sampel
= Selisih ranking antara variabel x dan variabel y
Untuk menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih digunakan koefisien korelasi, dimana nilai korelasi 0,00 – 0,199 menyatakan tingkat hubungan korelasi sangat lemah, 0,20 – 0,399 menyatakan tingkat hubungan korelasi lemah, kemudian untuk rentang nilai 0,40 – 0,599 menyatakan tingkat hubungan korelasi adalah cukup, 0,60 – 0,799 menyatakan tingkat hubungan korelasi kuat, sedangkan untuk rentang nilai 0,80 – 1,000 menyatakan tingkat hubungan korelasi sangat kuat (Syofian, 2013).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Nurul „Ilmi Padangsidimpuan adalah lembaga pendidikan formal tingkat SD, SMP dan SMA. Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan yang didirikan pada tahun 1998 berdiri di atas tanah 40000 m2, jumlah siswa dan siswi pada tahun 2017/2018 sebanyak 741 terdiri dari kelas VII sampai kelas IX Full days school dan Boarding school, sedangkan jumlah guru sebanyak 38 orang. SMP Swasta Nurul „Ilmi memiliki fasilitas dan ruangan seperti : ruang kelas, ruang lab dan perpustakaan.
Peneliti tertarik melakukan penelitian di SMP Swasta Nurul „Ilmi karena belum pernah diadakan penelitian tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi yang dapat digunakan para siswa sebagai modal awal untuk kesiapannya dalam menghadapi menarche.
5.1.2 Karakteristik Responden
Deskriptif karakteristik responden meliputi usia remaja putri, usia menarche, agama, suku, tinggal dengan, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua.
Dalam penelitian ini keseluruhan responden penelitian beragama Islam, peneliti tidak bermaksud untuk membedakan responden penelitian berdasarkan agama, hal ini terjadi karena semua responden yang bersekolah di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi Padangsidimpuan beragama islam. Untuk lebih jelas mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n = 64) menjadi responden adalah remaja awal yaitu remaja yang berusia antara 12 – 15
tahun (n = 62 atau 96,8%), dengan suku mayoritas yaitu suku batak (n = 60 atau 93,7%). Berdasarkan pekerjaan orang tua, pekerjaan orang tua sebagian besar responden adalah wiraswasta (n = 35 atau 54,7%), sedangkan pendidikan terakhir orang tua responden sebagian besar adalah SMA (n = 36 atau 56,2%), mayoritas responden tinggal dengan orang tua (n = 49 atau 76,6%).
5.1.3 Dukungan Keluarga tentang Menstruasi
Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai dukungan keluarga tentang menstruasi dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan keluarga terdapat 16 pernyataan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan penilaian, aspek dukungan instrumental dan aspek dukungan informasional.
Berikut ini distribusi frekuensi dan persentase masing – masing aspek dari variabel dukungan keluarga tentang menstruasi pada siswi SMP Swasta Nurul
„Ilmi Padangsidimpuan.
Tabel 5.1.3a Distribusi frekuensi dan persentase aspek dukungan keluarga pada remaja putri di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Dukungan Emosional
Mendukung 36 56,3
Tidak Mendukung 28 43,7
Dukungan Penilaian
Mendukung 33 51,6
Tidak Mendukung 31 48,4
Dukungan Instrumental
Mendukung 40 62,5
Tidak Mendukung 24 37,5
Dukungan Informasional
Mendukung 35 54,7
Tidak Mendukung 29 45,3
Tabel 5.1.3a menunjukkan bahwa 36 remaja putri (56,3%) mendapat dukungan emosional dari keluarga, 33 remaja putri (51,6%) mendapat dukungan penilaian dari keluarga, 40 remaja putri (62,5%) mendapat dukungan instrumental dari keluarga, dan 35 remaja putri (54,7%) mendapat dukungan informasional dari keluarga.
Secara keseluruhan 41 orang remaja putri (64,1%) mendapat dukungan keluarga dan sisanya (n = 23 atau 35,9%) tidak mendapat dukungan keluarga.
Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1.3b Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga pada remaja putri di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Dukungan Keluarga
Mendukung 41 64,1
Tidak Mendukung 23 35,9
Total 64 100
5.1.4 Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche
Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai kesiapan remaja putri menghadapi menarche dengan memberikan kuesioner kepada responden.
Pernyataan kuesioner mengenai variabel kesiapan remaja putri terdapat 10 pernyataan yang terdiri dari dua aspek, yaitu aspek kesiapan fisik dan aspek kesiapan psikologi. Berikut ini distribusi frekuensi dan persentase dari masing – masing aspek kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
Tabel 5.1.4a Distribusi frekuensi dan persentase aspek kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi
Tabel 5.1.4a menunjukkan bahwa 56 remaja putri (87,5%) siap secara fisik menghadapi menarche dan 39 remaja putri (60,9%) siap secara psikologi menghadapi menarche.
Secara keseluruhan kesiapan remaja putri 49 orang (76,6%) siap menghadapi menarche sedangkan sisanya 15 orang (23,4%) tidak siap menghadapi menarche. Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan remaja putri menghadapi menarche secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1.4b Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kesiapan Remaja Putri
Siap 49 76,6
Tidak Siap 15 23,4
Total 64 100
5.1.5 Hubungan Dukungan Keluarga tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri menghadapi Menarche
Peneliti melakukan uji Korelasi Spearman dengan bantuan aplikasi SPSS 21 untuk mencari hubungan kedua variabel, yaitu variabel dukungan keluarga dan variabel kesiapan remaja putri. Berikut ini hasil uji Korelasi Spearman yang menghubungkan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
Tabel 5.1.5 Hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul 'Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Variable Spearman correlation (r) P value Dukungan Keluarga
0,920 0,000
Kesiapan Remaja Putri
Dari tabel 5.1.5 dapat dilihat bahwa analisis hubungan dukungan keluarga dengan kesiapan remaja putri menunjukkan nilai p – value sebesar 0,000 terbukti yakni ada hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan. Sedangkan nilai r positif, artinya semakin sering dukungan keluarga diberikan maka kesiapan remaja putri semakin meningkat. Kekuatan hubungan variabel independen dan variabel dependen adalah kategori sangat kuat (r = 0,920).
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian ini meliputi penjelasan dukungan keluarga tentang menstruasi, kesiapan remaja putri menghadapi menarche, hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi.
5.2.1 Dukungan keluarga tentang menstruasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dalam menghadapi menarche sebanyak 41 responden (64,1%) yang mendapatkan
dukungan dari keluarganya dan 23 responden (35,9%) yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Tingkat dukungan keluarga yang mendapatkan dukungan menunjukkan adanya hubungan yang baik antara responden sebagai penerima dukungan dengan orang – orang yang memberi dukungan, yaitu keluarga.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Friedman 2010), bahwa dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial.
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan orang tua atau dukungan dari saudara kandung. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian – kejadian dalam kehidupan.
Monks, dkk (Ashriati, 2006), mengatakan bahwa kualitas hubungan antara keluarga terutama ibu dengan anak memegang peranan penting. Adanya dukungan dan interaksi yang kooperatif antara ibu dengan anak pada masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Dukungan keluarga menjadi sangat penting artinya dalam mempersiapkan masa menarche pada remaja putri sehingga remaja putri dapat mempersiapkan diri dan memiliki penyesuaian diri yang lebih baik dalam menghadapi menarche.
Dukungan dari keluarga atau orang tua merupakan unsur yang sangat penting dalam membantu remaja menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah akan meningkat juga (Tamher, 2009).
5.2.1.1 Dukungan emosional keluarga pada remaja putri
Dukungan emosional adalah dimana keluarga sebagai termpat yang aman untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Setiadi, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,3% atau n = 36 remaja putri mendapat dukungan emosional dari keluarga, hal ini dapat diartikan bahwa keluarga turut memberikan bantuan penuh kepada remaja putri dalam menghadapi masalah yang sedang dialaminya serta mau mendengarkan dan memperhatikan persoalan yang sedang dihadapinya, dalam hal ini yaitu menstruasi pertama (menarche). Bentuk perilaku dukungan emosional keluarga ini dapat ditunjukkan dengan cara keluarga mau meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan – keluhan yang ingin disampaikan oleh remaja putri khususnya masalah menstruasi pertama (menarche) dan keluarga juga memberikan rasa nyaman saat remaja putri menghadapi menstruasi pertama (menarche). Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh House dalam Smet (1994) bahwa keluarga dapat memberikan berbagai macam dukungan seperti dukungan emosional yaitu berupa ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap remaja sehingga remaja merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup.
5.2.1.2 Dukungan penilaian keluarga pada remaja putri
Setiadi (2008) menyatakan bahwa keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing, memberikan support, penghargaan dan perhatian.
Hanifah (2003) dalam Hani (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan memberikan ungkapan yang positif, empati dan kepedulian dapat
meningkatkan rasa tenang dan dapat menurunkan tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,6% atau n = 33 remaja putri mendapat dukungan penilaian dari keluarga, hal ini dapat diartikan bahwa keluarga turut memberikan perhatian dalam bentuk penghargaan positif kepada remaja putri serta bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapinya, dalam hal ini yaitu menstruasi pertama (menarche). Bentuk perilaku dukungan penilaian keluarga ini dapat ditunjukkan dengan cara keluarga memberikan motivasi agar remaja putri tidak cemas menghadapi menstruasi pertama (menarche) dan keluarga juga memberikan dukungan yang membesarkan hati serta menerima perubahan sikap dan tingkah laku remaja putri yang menghadapi menstruasi pertama (menarche). Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh House dalam Smet (1994) bahwa dukungan penilaian berupa pemberian dukungan dengan melihat segi positif yang ada dalam diri remaja dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri dan perasaan dihargai saat remaja mengalami tekanan.
5.2.1.3 Dukungan instrumental keluarga pada remaja putri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,5% atau n = 40 remaja putri mendapatkan dukungan instrumental dari keluarga, hal ini dapat diartikan bahwa keluarga turut mencarikan solusi yang dapat membantu remaja putri dalam melakukan kegiatan sehari – hari serta memberikan pertolongan dalam hal pengawasan kebutuhan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche). Bentuk perilaku dukungan instrumental keluarga ini dapat
ditunjukkan dengan cara keluarga mendampingi remaja putri ketika merasakan sakit pada bagian bawah perut akibat menstruasi pertama (menarche) dan keluarga juga memberikan penghiburan serta menyediakan kebutuhan saat remaja putri menghadapi menstruasi pertama (menarche). Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh House dalam Smet (1994) bahwa dukungan instrumental berupa bantuan yang diberikan secara langsung yang sifatnya fasilitas atau materi. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan remaja. Keluarga mencarikan solusi yang dapat membantu remaja dalam melakukan kegiatan.
5.2.1.4 Dukungan informasional keluarga pada remaja putri
Friedman (2010) menyatakan bahwa dukungan keluarga mengacu kepada dukungan – dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan oleh keluarga dan anggota keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan informasi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,7% atau n = 35 remaja putri mendapatkan dukungan informasional dari keluarga, hal ini dapat diartikan bahwa keluarga turut menyebarkan dan memberikan informasi yang diharapkan dapat digunakan remaja putri untuk mengatasi persoalan – persoalan yang sedang dihadapinya, dalam hal ini yaitu menstruasi pertama (menarche). Bentuk perilaku dukungan informasional keluarga ini dapat ditunjukkan dengan cara keluarga memberikan informasi tentang masalah yang muncul pada awal menstruasi dan keluarga juga memberikan informasi tentang cara menggunakan pembalut. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh House dalam Smet (1994) bahwa
dukungan informasional berupa penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi individu seperti menarche. Semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada anaknya, maka semakin baik juga kesiapan anak dalam menghadapi menarche. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Utami (2008) mengatakan remaja putri memerlukan dukungan orang-orang yang berada disekitarnya dalam menghadapi menarche. Perhatian dari orang tua merupakan salah satu faktor psikologis bagi anak, apabila kebutuhan informasi ini tidak terpenuhi akan menyebabkan anak menjadi tidak tahu bagaimana menghadapi menarche dan tidak siap dalam menghadapinya.
5.2.2 Kesiapan remaja putri menghadapi menarche
Hasil distribusi frekuensi kesiapan remaja putri menghadapi menarche menunjukkan bahwa kesiapan siswi dalam menghadapi menarche dalam kategori siap sebanyak 49 responden (76,6%) dan kategori tidak siap sebanyak 15 responden (23,4%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahawa kesiapan yang dimiliki oleh sisi remaja SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan dalam kategori siap.
Kesiapan remaja dalam menghadapi menarche itu adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang sudah siap baik siap pada keadaan fisik maupun psikologi untuk mempersiapkan segala kemungkinan yaitu dengan datangnya menstruasi pertama kali bagi seorang remaja putri (Proverawati & Misaroh, 2009).
5.2.2.1 Kesiapan fisik remaja putri menghadapi menarche
Menurut Dianawati (2003), dikatakan siap menghadapi menarche apabila telah siap secara fisik yaitu ia telah mempersiapkan dirinya apabila mengalami menarche. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87,5% atau n = 56 remaja putri
siap secara fisik menghadapi menarche, hal ini dapat diartikan bahwa remaja putri telah mengetahui dan memahami apa saja yang harus disiapkan apabila mengalami menstruasi pertama (menarche). Bentuk perilaku kesiapan fisik remaja putri ini dapat ditunjukkan dengan cara remaja putri menggunakan dan mengganti pembalut ketika mengalami menstruasi pertama (menarche) dan remaja putri juga lebih menjaga kebersihan organ reproduksinya selama menstruasi. Pengetahuan yang baik tentang menarche akan mempengaruhi kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2008) Hubungan pengetahuan dan sikap murid SD kelas 6 dengan kesiapan menghadapi menarche di Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo, didapatkan hasil p value = 0,000 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabel independen tersebut memiliki hubungan bermakna dengan kesiapan menghadapi menarche.
5.2.2.2 Kesiapan psikologi remaja putri menghadapi menarche
Menurut Nuraini (2003) menyatakan bahwa siap secara psikologis apabila ia menganggap menstruasi adalah hal yang normal dan merupakan awal dari proses kedewasaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,9% atau n = 39 remaja putri siap secara psikologi menghadapi menarche, hal ini dapat diartikan bahwa remaja putri memahami, menghargai dan menerima adanya menstruasi