Nurul ‘Ilmi Padangsidimpuan
SKRIPSI
oleh
Dedi Satriawan Siregar 111101064
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin, Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan”.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menebarkan lmu dan iman dalam cahaya Islam yang telah beliau wariskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Setiawan, S. Kp, MNS, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M. Kep selaku wakil dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Siti Saidah Nasution, S. Kp, M. Kep. Sp. Mat selaku dosen pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Eqlima Elfira, S. Kep, Ns, M. Kep dan Ellyta Aizar, S. Kp, M. Biomed selaku tim penguji yang telah memberikan pengarahan dan saran untuk perbaikan isi dan penulisan skripsi ini.
5. Reni Asmara Ariga, S. Kep, Ns, M. Kep selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan lmu yang bermanfaat bagi penulis dan seluruh staf karyawan tatausaha Fakultas Keperawatan yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan studi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Kedua orang tua tercinta Bapak Burhanuddin Siregar dan Ibu Erlina Afriani Parinduri yang telah menjadi sponsor, pendukung dan penyemangat disaat penulis merasa lelah dan kekurangan motivasi.
8. Kakak serta adik penulis Betty Aryani Siregar, Evi Deslinda Siregar dan Erpan Saputra Siregar yang selalu memberikan semangat, senyuman dan selalu ada disamping penulis dalam keadaan apapun.
9. Seluruh sahabat yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan kita.Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Aamiin.
Medan, Januari 2018
Penulis
Dedi Satriawan Siregar
DAFTAR ISI
halaman
Halaman judul ... i
Lembar pernyataan orisinalitas ... ii
Lembar pengesahan ... iii
Kata pengantar ... iv
Daftar isi ... vii
Daftar skema ... ix
Daftar bel ... x
Daftar lampiran ... xi
Abstrak ... xii
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Perumusan masalah ... 4
1.3 Tujuan penelitian ... 5
1.4 Manfaat penelitian ... 5
Bab 2. Tinjauan pustaka ... 7
2.1 Remaja ... 7
2.1.1 Defenisi remaja ... 7
2.1.2 Defenisi pertumbuhan dan perkembangan ... 8
2.1.3 Menarche ... 9
2.1.4 Karakteristik umum perkembangan remaja ... 15
2.2 Konsep dukungan keluarga ... 17
2.2.1 Defenisi dukungan keluarga ... 17
2.2.2 Tipe keluarga ... 17
2.2.3 Jenis – jenis dukungan keluarga ... 18
2.3 Kesiapan diri ... 19
2.3.1 Defenisi kesiapan ... 19
2.3.2 Macam – macam kesiapan ... 20
Bab 3. Kerangka penelitian... 23
3.1 Kerangka penelitian ... 23
3.2 Defenisi operasional ... 24
3.3 Hipotesa penelitian ... 26
Bab 4. Metodologi penelitian... 27
4.1 Desain penelitian ... 27.
4.2 Populasi, sampel ... 27
4.3 Tehnik sampling ... 28
4.4 Lokasi dan waktu penelitian ... 28
4.6 Instrumen penelitian ... 29
4.7 Validitas dan reliabilitas ... 30
4.8 Pengumpulan data ... 31
4.9 Analisa data ... 32
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 35
5.1 Hasil Penelitian ... 35
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
5.1.2 Karakteristik Responden ... 35
5.1.3 Dukungan Keluarga tentang Menstruasi ... 37
5.1.4 Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche ... 39
5.1.5 Hubungan Dukungan Keluarga tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri menghadapi Menarche ... 40
5.2 Pembahasan ... 41
5.2.1 Dukungan Keluarga tentang Menstruasi ... 41
5.2.2 Kesiapan Remaja Putri menghadapi Menarche ... 46
5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri menghadapi Menarche ... 48
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 50
6.1 Kesimpulan ... 50
6.2 Saran ... 50
Daftar pustaka ... 52 Lampiran
DAFTAR SKEMA Skema
Skema 3.1 Kerangka Penelitian ... 23
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2.2 Defenisi operasional ... 24 Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden 36 Tabel 5.1.3a Distribusi frekuensi dan persentase aspek dukungan
keluarga pada remaja putri ... 38 Tabel 5.1.3b Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga
pada remaja putri ... 39 Tabel 5.1.4a Distribusi frekuensi dan persentase aspek kesiapan
remaja putri dalam menghadapi menarche ... 39 Tabel 5.1.4b Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan remaja
putri dalam menghadapi menarche ... 40 Tabel 5.1.5 Hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi
dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan
Lampiran 3. Inform Consent Lampiran 4. Instrumen Penelitian Lampiran 5. Surat Etik
Lampiran 6. Data Demografi Responden
Lampiran 7. Data Hasil Kuesioner Dukungan Keluarga Lampiran 8. Data Hasil Kuesioner Kesiapan Remaja Putri Lampiran 9. Lembar Reliabilitas dan Hasil Output SPSS Lampiran 10. Taksasi Dana
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian
Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 13. Lembar Bukti Bimbingan
Lampiran 14. Riwayat Hidup
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan
Nama : Dedi Satriawan Siregar
NIM : 111101064
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2017/2018
ABSTRAK
Dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan orang tua atau dukungan saudara kandung.
Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian – kejadian dalam kehidupannya. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap memberikan respon dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Menarche adalah kejadian haid pertama yang dialami wanita dan merupakan ciri – ciri kedewasaan seorang wanita yang sehat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 64 orang remaja putri yang telah mengalami menstruasi kurang dari 1 tahun yang berada di SMP Swasta Nurul
„Ilmi Padangsidimpuan dengan cara simple random sampling. Pengambilan data dengan kuesioner, menggunakan instrumen yang telah baku. Teknik analisa data menggunakan uji analisa korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p value = 0,000 dan α = 0,05 (p < α) yang artinya terdapat hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan. Nilai korelasi r = 0,920 menunjukkan kekuatan hubungan variabel dukungan keluarga dan variabel kesiapan remaja putri menghadapi menarche sangat kuat. Diharapkan kepada keluarga lebih memperhatikan anak saat mulai menginjak masa remaja terutama saat akan mengalami menstruasi pertama (menarche) sehingga remaja putri siap menghadapi menarche.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kesiapan Remaja Putri, Menarche
Title of Thesis
Name of Student Student ID Number:
Department Academic Year
Correlation between Family Support concerning Menstruation and Female Teenagers' Preparedness to Experience Menarche at SMP Swasta Nurul 'Ilmi Padangsidimpuan
Dedi Satriawan Siregar L1IIOI064
Undergraduate Degree of Nursing (S.Kep.) 201712018
ABSTRACT
Family support is an integral part of social support. It can be parents' or siblings' support. The Positive impact of family support is that it improves one's ability to adapt to events in their life. Preparedness is one's whole condition that makes them prepared to respome in a certain way to a particular situation. Menarche is the first menstruation experienced by a woman and it is a maturity characteristic of a healthy woman. The objective of the research was to discover the correlation between family support concerning menstruation and the female teenagers' Preparedness to experience menarche at SMP Swasla (Private Junior High School) Nurul 'llmi Padang Sidimpuan. This is an analytical research applying cross sectional design. The samples consist of64 female teenagers who have been having menstruation for less than I year at SMP Swasta Nurul '//mi Padangsidimpuan taken by employing simple random sampling technique. The data were collected through questionnaires, using the standardized instrument.
The dala analysis technique used was Spearman's correlation analysis testing.
The results of the research demonstrated that p value
=
0.000 and a = 0.05 (p <a) which indicated that there was a correlation between family support concerning menstruation and the female teenagers' Preparedness to experience menarche at ASMP Swasta Nurul '//mi Padangsidimpuan. The Correlation value r = 0.920 indicated that the strength of the correiation between variable offamily support and variable of the female teenagers' Preparedness to experience menarche was very strong. It is expected that families pay more aI/en/ion 10 their children when they start becoming teenagers, especially when they experience their first menstruation (menarche) so that female teenagers will be prepared to experience menarche.
Keywords: Family Support, Female Teenagers' Preparedness, Menarche
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa, yang artinya bukan lagi anak – anak dalam bentuk badan dan pola pikir, bersikap dan bertindak, akan tetapi bukan pula dewasa yang telah matang pemikirannya. Ada juga yang mendefenisikan masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa pubertas. Pubertas merupakan titik pencapaian seksual yang ditandai dengan keluarnya menstruasi pertama kali pada remaja perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Anurogo, 2002).
Pengalaman pertama menstruasi pada remaja akan berbeda – beda terlihat dari kesiapan anak, dengan mengetahui perubahan pada diri anak membuat menarche sebagai pengalaman sekali seumur hidup yang sulit untuk dilupakan.
Anak akan mengalami berbagai macam perubahan reaksi fisik dan psikis serta tidak jarang akan mengalami kram perut atau dismenore. Perubahan kadar hormon akibat stres dan emosional akan mempengaruhi siklus menstruasi sehingga menyebabkan menstruasi tidak teratur, ketidaknyamanan terhadap menstruasi juga akan menimbulkan prilaku yang berbeda – beda antara satu sama lainnya seperti tidak mau melakukan aktifitas sehari – hari, beribadah, berolah raga dan lain – lain, hal ini akan menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan bagi remaja saat pertama kali menghadapi menstruasi (Anurogo, 2002).
Kebanyakan anak akan bertanya – tanya apakah dirinya akan mati setelah mengeluarkan darah dan apakah rasa sakit pada bagian perut tersebut merupakan suatu hal yang normal. Reaksi emosional yang sering terjadi pada diri remaja adalah sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih tetapi disisi lain akan gembira, tertawa, ataupun marah – marah (Kusmiran, 2011).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa menarche pada remaja putri dapat menimbulkan kecemasan, ketidaknyamanan, sakit, pusing dan sebagainya.
Sehingga banyak remaja yang beranggapan bahwa menarche adalah hal yang menakutkan. Menarche atau haid pertama pada perempuan merupakan masa yang penting dalam siklus kehidupan perempuan. Datangnya haid pertama menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahapan kedewasaan organ dalam tubuh khususnya sistem reproduksinya. (Kusmiran, 2011)
Menstruasi pertama adalah hari bersejarah bagi semua perempuan. Di hari itulah perempuan memasuki masa puber. Biasanya terjadi pada usia 11 – 13 tahun. Ada sebagian perempuan yang merasa malu, ada juga merasa sangat senang. Bahkan ada sebagian perempuan yang sangat cemas karean belum mengalami menstruasi di usia yang wajar. Karena dianggap sebagai hari bersejarah, beberapa suku di dunia memperingatinya secara khusus dengan upacara adat yang sampai saat ini masih dilakukan, seperti di Bali orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewasa (munggah deha) yang dilaksanakan pada saat anak mengalami menstruasi pertama (menarche). Upacara ini bertujuan untuk memohon kehadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak menyesatkan bagi si anak.
Keraton Yogyakarta melakukan upacara memperingati menstruasi pertama (menarche) di Bangsal Sekar Kedaton. Gadis yang sedang menarche memakai baju khas keraton Yogyakarta dengan rambutnya disanggul. Keluarga membuat tumpeng sesaji yang terdiri dari rempah – rempah dan bumbu dapur serta bubur merah putih. Sesaji itu dimaksudkan untuk menolak bala.
Gadis dari suku dayak yang mengalami menarche harus ditato tubuhnya.
Penatoan dilakukan dengan upacara adat di sebuah rumah khusus. Selama pembuatan tato semua pria tidak boleh keluar rumah. Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi gadis yang sedang ditato.
Berbeda dengan masyarakat Kota Padangsidimpuan yang mayoritas bersuku batak Mandailing hingga kini menganggap menarche sebagai hal yang tabu (tidak boleh dibicarakan terbuka dan formal). Banyak remaja yang tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang menstruasi dari ibunya maupun dari anggota keluarga lain, sehingga remaja kurang informasi tentang menstruasi yang mengakibatkan mereka tidak siap menghadapi menarche.
Keluarga adalah guru yang paling dekat dalam membantu menaiki tangga kehidupan. Akan tetapi membayangkan hidup tanpa bimbingan guru utama, hal itu akan mempengaruhi kehidupan anak terutama remaja yang sedang menginjak masa pubertas (Tamher, 2009)
Hal ini banyak terjadi pada anak – anak dimana keluarganya sering mengabaikan anaknya daripada menghabiskan waktu dan perawatan yang dibutuhkan oleh anak. Seringkali, keluarga khususnya orang tua tidak terlibat
karena mungkin saja dibesarkan dalam kondisi seperti itu, atau karena sangat sibuk dengan pekerjaan hingga jarang menemukan waktu untuk bersama dengan anak – anak, yang mengakibatkan kurangnya perhatian pada perkembangan anak.
Orang tua selalu beranggapan bahwa seorang anak akan bahagia jika diberikan materi yang berlimpah, karena orang tua akan sibuk dengan kegiatan dan aktifitas pekerjaan masing – masing. Waktu untuk mencurahkan kasih sayang pun akan berkurang. Walau hanya sebentar misalnya membicarakan kegiatan sekolah, masalah yang dihadapi hari ini, ataupun persoalan lain yang akan membuat anak merasa nyaman.
Keluarga selaku unit dasar memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan tersebut, keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri (Tamher, 2009).
Dukungan keluarga dapat mengurangi atau menyangga efek stres serta memotivasi dalam menjalani suatu aktifitas dan masalah yang dialami secara langsung. Semakin baik dukungan keluarga terutama dukungan orang tua yang diberikan kepada anaknya, maka semakin baik juga kesiapan anak menghadapi suatu masalah. Perhatian dari orang tua merupakan salah satu faktor psikologis bagi anak, apabila kebutuhan informasi ini tidak terpenuhi akan mernyebabkan anak menjadi tidak tahu bagaimana menghadapi menarche dan tidak siap dalam menghadapinya (Setiadi, 2008)
Berdasarkan permasalahan remaja diatas, peneliti berasumsi bahwa anak perempuan perlu mendapatkan dukungan dari keluarga pada saat anak
menghadapi menarche. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan. Melalui penelitian ini diharapkan keluarga mengerti pentingnya dukungan pada anak remaja yang akan menghadapi haid pertama, juga peneliti berharap dapat mengubah pola fikir masyarakat Indonesia terutama masyarakat Padangsidimpuan yang menganggap menstruasi adalah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah :
Adakah hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi Padangsidimpuan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat dukungan keluarga pada siswi SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan mengenai menstruasi.
2. Untuk mengetahui tingkat kesiapan siswi SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan menghadapi menarche.
3. Untuk menganalisa hubungan antara dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan siswi remaja putri SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai masukan untuk menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya tentang kesiapan menghadapi menarche.
1.4.2 Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wacana serta informasi bagi masyarakat khususnya SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan tentang kesiapan menghadapi menarche.
1.4.3 Peneliti Keperawatan
Menambah referensi dan memberikan sumbangan teoritis tentang hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche pada siswi SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Defenisi Remaja
Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10 – 19 tahun, sedangkan masa remaja menurut Mappiare (1982) dalam Mohammad Ali (2004), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991 dalam Mohammad Ali 2004). Usia ini umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.
Remaja sudah tidak termasuk golongan anak – anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak – anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1998 dalam Mohammad Ali 2004). Namun yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik di lihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Mohammad Ali, 2004).
Perkembangan intelektual yang terus – menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekadar melihat apa adanya.
Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan fase remaja dari fase – fase sebelumnya (Shaw dan Costanzo, 1985 dalam Mohammad Ali 2004).
2.1.2 Defenisi Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan fisik ke arah lebih maju. Dengan kata lain, istilah pertumbuhan dapat didefenisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat, panjang atau tinggi badan, tulang dan otot menjadi lebih sempurna. Akhirnya pertumbuhan ini mencapai titik akhir, yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu, misalnya usia lanjut justru ada bagian – bagian fisik tertentu yang mengalami penurunan dan pengurangan (Berk, 1989 dalam Mohammad Ali 2004).
Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan yang menunjukkan perubahan biologis (Mohammad Ali, 2004).
Peristiwa paling penting pada masa pubertas anak gadis adalah gejala menstruasi atau haid, yang menjadi pertanda biologis dari kematangan seksual.
(Kartini, 1995 dalam Suryani dan Widyasih 2010).
Tanda pubertas pertama remaja perempuan pada umumnya adalah pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut breast bud yaitu terdiri dari penonjolan puting disertai pembesaran daerah areola sekitar umur 8 -10 tahun.
Haid pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat bervariasi pada umur berapa masing – masing individu mengalaminya, rata – rata pada umur 10,5 – 15,5 tahun (Soetjiningsih, 2010).
2.1.3 Menarche
2.1.3.1 Defenisi Menarche
Menarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Mitayani dan Sartika, 2010). Wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12-16 tahun (Kusmiran, 2011). Menurut Suryani dan Widyasih (2010), menarche berlangsung kurang lebih pada usia 11 – 16 tahun. Cepat atau
lambatnya kematangan seksual (menstruasi, kematangan fisik) ini kecuali ditentukan oleh kondisi fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras, atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup yang melingkungi anak. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis, umpamanya bisa memperlambat tibanya menstruasi.
Bagi banyak perempuan, menarche terjadi tepat waktu tetapi bagi yang lain menarche terjadi lebih cepat atau lambat (Santrock, 2003). Remaja perempuan rata - rata mengalami menarche pada usia 12 tahun namun ada kecenderungan bahwa menarche kini mulai lebih awal dari pada 30 atau 40 tahun lalu. Usia menarche dan mungkin masa pubertas telah mengikuti tren sekuler,
yaitu terjadi lebih awal rata – rata 2 – 3 bulan per dekade (Collins, 2011). Banyak remaja perempuan yang perkembangannya juga mengalami keterlambatan, seperti yang belum mengalami menstruasi sampai berusia 15 tahun, yang biasanya akan datang meminta pertolongan dokter (Santrock, 2003). Collins 2011 juga menjelaskan dalam bukunya bahwa remaja perempuan juga dapat mengalami menarche terlambat yang perlu diwaspadai dalam jangka waktu 5 tahun setelah
payudara tumbuh.
2.1.3.2 Fisiologi Menarche
Siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum setelah terjadi ovulasi, dibawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium : estrogen dan progesteron. Proses ovulasi harus ada suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofesis, dan ovarium selain itu juga dipengaruhi oleh glandula tireodea, korteks adrenal, dan kelenjer endokrin lain.
Tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus hipofise yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Folikel ini akan berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofise dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinising hormone).
Produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormon (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofise.
Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Selain itu juga mendapat dari luar, seperti cahaya, bau- bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik.
Bila penyaluran releasing hormon berjalan baik maka produksi gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi disebut masa proliferasi di bawah pengaruh LH, folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum, yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormone).
Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berprofilerasi dan menyebabkan kelenjer-kelenjer berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak diletasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik.
Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro,2006).
2.1.3.3 Macam – macam Menarche
Menurut Sarwono (2008) macam – macam menarche ada dua yaitu : a. Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun.
b. Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang umur 14 – 16 tahun.
2.1.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Menarche
Menurut Sarwono (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi menarche ada 3 tahap yaitu :
a. Faktor Keturunan
Saat timbulnya juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga.
Hubungan antara usia sesama saudara kandung lebih erat dari pada antara ibu dan anak perempuannya.
b. Keadaan Gizi
Makin baiknya nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche, demikian pula obat-obatan.
c. Kesehatan Umum
Badan yang lemah atau penyakit yang menderita seorang anak gadis seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masukan makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche, demikian pula obat-obatan.
2.1.3.5 Siklus Menstruasi
Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi. Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri sering terjadi pada usia 11 tahun. Namun tidak tertutup
kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause.
Interval pengulangan menstruasi diperkirakan sekitar 28 hari, tetapi terdapat variasi yang cukup besar diantara wanita secara umum, juga pada lama siklus dari wanita tersebut (Cunningham, 2012).
Hari ke 1 sampai hari ke 14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitui endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke 14,
waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan
LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi pada endometrium terhenti.
Endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke 28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk
lagi dan terjadilah proses oogenesis kembali (Kusmiran, 2011).
2.1.3.6 Durasi Perdarahan Menstruasi
Menurut Kusmiran (2011) wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12 – 16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari, dengan durasi lamanya menstruasi 2- 7 hari. Menurut Saryono dan Waluyo (2009) periode pengeluaran darah dikenal sebagai periode menstruasi yaitu berlangsung selama 3 – 7 hari.
2.1.3.7 Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Waktu Menarche
Menurut Sarwono (1997) perubahan fisik yang terjadi pada waktu menarche adalah :
a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang).
b. Pertumbuhan payudara.
c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan.
d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya.
e. Bulu kemaluan menjadi keriting.
f. Haid.
g. Tumbuh bulu-bulu ketiak.
2.1.4 Karakteristik Umum Perkembangan Remaja
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983 dalam Mohammad Ali 2004). Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak – anak dan masa kehidupan orang dewasa. Menurut Mohammad Ali (2004) ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut :
a. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan – angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Namun, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan – angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya.
Tarik – menarik antara angan – angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.
c. Menghayal
Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tersalurkan.
Biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu menghayal mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.
d. Aktivitas Berkelompok
Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam – macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya macam – macam larangan orang tua seringkali melemahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya.
2.2 Konsep Dukungan Keluarga 2.2.1 Defenisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan
tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi 2008).
Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan sosial keluarga ekstenal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau dukungan dari anak (Friedman, 1998).
2.2.2 Tipe Keluarga
Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh tipe keluarga. Menurut Setiadi (2008) pembagian tipe keluarga tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek, nenek, paman dan bibi.
Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia adalah tipe keluarga tradisional. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam Achjar (2010), yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat).
b. Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga yang masih mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
c. Keluarga dyad yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
d. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat.
e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa.
f. Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
Menurut Friedman (1998), individu yang yang tinggal dalam keluarga besar (extended family) akan mendapatkan dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tinggal dalam keluarga inti (nuclear family).
2.2.3 Jenis – Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008), terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu :
1. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi.
2. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada individu.
3. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan.
4. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalan – persoalan yang sedang dihadapi.
2.3 Kesiapan Diri 2.3.1 Defenisi Kesiapan
Kesiapan berasal dari kata “siap” mendapat awalan ke- dan akhiran –an.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003) kesiapan adalah suatu keadaan bersiap – siap untuk mempersiapkan sesuatu. Menurut kamus psikologi, kesiapan (readines) adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan mempraktekkan
tingkah laku tertentu. Readiness adalah Preparedness to respond or react.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi (Jamies Drever
dalam Slameto 2003). Menurut Slameto 2003, kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
Beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan menghadapi menarche adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap untuk
mencapai kematangan fisik yaitu datangnya menstruasi pertama (menarche) pada saat menginjak usia sepuluh sampai enam belas tahun yang terjadi secara periodik (pada waktu tertentu) dan siklik (berulang – ulang). Hal ini ditandai dengan adanya pemahaman yang mendalam tentang proses menstruasi sehingga siap menerima dan mengalami menstruasi pertama (menarche) sebagai proses yang normal (Ayu dan Khairani, 2011).
2.3.2 Macam – macam Kesiapan
Kesiapan diri menghadapi menarche diantaranya perlu adanya : 1. Kesiapan Fisik
Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri – ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis.
Menarche merupakan perubahan yang mendasar antara pubertas pria dan wanita.
Menurut Suryani dan Widyasih (2010), gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah : kecemasan atau ketakutan diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tadi.
Apabila tidak mempunyai pengetahuan dan kesiapan tentang menarche pada remaja cenderung menolak perubahan fisik tersebut, sehingga dapat
berpengaruh pada psikologis remaja itu sendiri. Maka kesiapan psikologis sangat diperlukan dalam menghadapi menarche.
2. Kesiapan Psikologi
Kesiapan psikologi remaja berupa sikap remaja tersebut dalam menghadapi menarche. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah memahami, menghargai dan menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seorang wanita, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan kondisi psikologis yang tak stabil (bingung, sedih, stres, cemas, mudah tersinggung, marah, emosional) (Dariyo, 2004).
Menstruasi pertama sering dihayati oleh remaja putri sebagai suatu pengalaman traumatis, terkadang anak yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk menolak proses psikologi tersebut. Mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam.
Keadaan ini dapat berlanjut ke arah lebih negatif, dimana anak tersebut memiliki gambaran fantasi yang sangat aneh bersamaan dengan kecemasan dan ketakutan yang tidak masuk akal. Hal tersebut mereka kaitkan dengan masalah pendarahan pada organ kelamin. Berbeda dengan remaja putri yang telah siap dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa senang dan bangga, karena mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara biologis (Suryani dan Widyasih, 2010).
3. Kesiapan Keluarga
Orang tua secara lebih dini harus memberikan penjelasan tentang menarche pada anak perempuannya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam
menghadapi menarche.
Jika peristiwa menarche tersebut tidak disertai dengan informasi – informasi yang benar maka akan timbul beberapa gangguan diantaranya : pusing, mual, haid tidak teratur (Suryani dan Widyasih, 2010).
Anak pertama kali melakukan interaksi komunikasi dalam lingkungan keluarga terutama dengan orang yang paling dekat dengannya yaitu ibu.
Hubungan kedekatan anak dengan ibunya akan berlangsung sampai anak mencapai usia remaja. Peran ibu untuk membentuk kedekatan merupakan awal pembentukan rasa percaya diri anak.
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche. Secara sistematis kerangka penelitian ini adalah :
Dukungan Keluarga
a. Sebagai sumber emosional untuk mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang dihadapi
b. Sebagai sumber penilaian untuk memberikan dukungan dan perhatian dalam bentuk penghargaan positif c. Sebagai sumber instrumental dalam hal
pengawasan kebutuhan individu d. Sebagai sumber informasional untuk
menghadapi persoalan yang dihadapi
Kesiapan remaja putri menghadapi menarche (haid pertama) meliputi kesiapan fisik dan psikologis.
- Siap - Tidak siap
Skema 3.1 Kerangka Penelitian Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Hubungan dari variabel
3.2 Defenisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2016).
Dalam penelitian ini variabel independen adalah dukungan keluarga tentang menstruasi.
2. Variabel terikat (dependen) adalah vaiabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel – variabel lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah kesiapan remaja putri menghadapi menarche.
3.2.2 Defenisi Operasional
Tabel 3.2.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur Independen
1. Dukungan keluarga tentang menstruasi
Pernyataan responden mengenai
dukungan yang diberikan keluarga tentang menstruasi, seperti :
1. Sebagai sumber emosional untuk
mendengarkan dan
Kuesioner - Tidak mendukung jika (skor 0– 24) - Mendukung
jika (skor 25 – 48) - Tidak
mendukung jika (skor 0 – 6) - Mendukung
Ordinal -Mendukung -Tidak mendukung
masalah yang sedang dihadapi 2. Sebagai sumber penilaian untuk memberikan dukungan dan perhatian dalam bentuk
penghargaan positif
3. Sebagai sumber instrumental
dalam hal
pengawasan kebutuhan individu
4. Sebagai sumber informasional untuk
menghadapi persoalan yang dihadapi
7 -12)
- Tidak mendukung jika (skor 0 – 6) - Mendukung
jika (skor 7 -12) - Tidak
mendukung jika (skor 0 – 6) - Mendukung
jika (skor 7 -12) - Tidak
mendukung jika (skor 0 – 6) - Mendukung
jika (skor 7 -12) Dependen
2. Kesiapan remaja putri menghadapi menarche
Segala sesuatu yang dilakukan oleh remaja putri untuk menghadapi
menarche, yang meliputi :
1. Kesiapan fisik Dalam
Menghadapi perubahan bentuk tubuh 2. Kesiapan psikologis berupa sikap positif dalam menghadapi menarche
kuesioner - Tidak siap jika (skor 0 –5) - Siap jika
(skor 6–10)
- Tidak siap jika (skor 0 – 2) - Siap jika
(skor 3 – 5) - Tidak siap
jika (skor 0 – 2) - Siap jika
(skor 3 – 5)
Ordinal - Siap - Tidak - Siap
3.3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian ini adalah ada hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional studi yaitu pendekatan epidemologis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan
4.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan yang telah mengalami menstruasi kurang dari 1 tahun, yaitu berjumlah 64 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki populasi. Jika populasi kurang dari 100 orang sebaiknya sampel diambil semua (Arikunto, 2006). Karena populasi yang ada di SMP Swasta Nurul „Ilmi kurang dari 100 yaitu sebanyak 64 orang, maka sampel penelitian ini sebanyak 64 orang.
4.2.3 Tehnik Sampling
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan tehnik simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara
acak, tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah :
a. Siswi SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan b. Siswi yang telah menstruasi kurang dari satu tahun c. Bersedia menjadi responden
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan, di jalan BM. Muda No. 05, Padangmatinggi Lestari, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan. Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Nurul „Ilmi karena ciri – ciri subyek remaja putri tersebut memenuhi syarat dan belum pernah dilakukan penelitian dengan topik seperti peneliti yang lakukan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan September 2017.
4.4 Pertimbangan Etik
Etika penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Sekolah SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan. Peneliti membuat surat lembar persetujuan
bagi responden yang bersedia dalam pengisian kuisioner. Jika ada responden yang tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri saat pengisian kuesioner. Informasi yang disampaikan oleh penulis nantinya dikembalikan lagi kepada pihak sekolah.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Karena penulis memegang prinsip – prinsip etika penelitian.
Data – data yang telah diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang berisi tentang dukungan keluarga tentang menstruasi dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche yang berbentuk pernyataan dengan tehnik penskoran. Peneliti memperoleh informasi dari responden dengan menggunakan pengumpulan data secara langsung melalui daftar pernyataan berupa kuesioner yang telah di validasi sebelumnya. Instrumen penelitian ini terdiri data demografi (meliputi nama, usia, agama, suku bangsa, pekerjaan orang tua), dukungan keluarga dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche.
Peneliti menggunakan kuesioner dukungan keluarga tentang menstruasi yang telah dimodifikasikan kembali dan disesuaikan dengan keperluan penelitian dengan dasar konsep teorinya dari kuesioner yang disusun oleh Intan Rositah (2015) dengan judul “Hubungan dukungan ibu dengan kecemasan remaja dalam menghadapi menarche di RW 05 Kelurahan Kelapa Dua Jakarta Barat”. Instrumen
penelitian untuk dukungan keluarga tentang menarche terdiri dari 16 pernyataan, menggunakan empat kategori dalam bentuk pilihan pernyataan selalu (skor 3), sering (skor 2), pernah (skor 1), tidak pernah (skor 0). Keluarga dikatakan mendukung jika jumlah skor berada diantara 25 – 48, sebalikya keluarga dikatakan tidak mendukung jika jumlah skor berada diantara 0 – 24, dan untuk tiap – tiap aspek dukungan keluarga dikatakan mendukung jika jumlah skor 7 – 12, sebaliknya dikatakan tidak mendukung jika jumlah skor 0 – 6.
Peneliti menggunakan kuesioner kesiapan remaja putri menghadapi menarche yang telah dimodifikasikan kembali dan disesuaikan dengan keperluan penelitian dengan dasar konsep teorinya dari kuesioner yang disusun oleh Nurul Hidayah (2015) dengan judul “Hubungan Antara Kelekatan Aman Anak dan Ibu dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi pertama (menarche) pada remaja Puteri Pra Pubertas”. Instrumen penelitian untuk kesiapan remaja putri menghadapi menarche terdiri dari 10 pernyataan, dengan menggunakan dua kategori dalam
bentuk pilihan ya (skor 1), tidak (skor 0). Remaja putri dikatakan siap menghadapi menstruasi pertama (menarche) apabila jumlah skor berada diantara 6 - 10, sebaliknya dikatakan tidak siap apabila jumlah skor berada diantara 0 – 5, dan untuk tiap – tiap aspek kesiapan remaja putri dikatakan siap apabila jumlah skor 3 – 5, sebaliknya dikatakan tidak siap apabila jumlah skor 0 – 2.
4.6 Validitas dan Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006), sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data
variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas isi akan menunjukkan sejauh mana instrumen penelitian mencerminkan tentang validitas yang dimaksud. Peneliti menggunakan instrumen yang baku dari penelitian sebelumnya disusun oleh Intan Rosita dan Nurul Hidayah.
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan diamati berkali- kali dalam waktu yang berlainan. Dalam penelitian keperawatan, walaupun sudah ada beberapa kuesioner yang sudah distandardisasi secara nasional maupun internasional , peneliti perlu menyeleksi instrumen yang dipilih dengan mempertimbangkan keadaan sosial budaya dari area penelitian (Nursalam, 2016).
Peneliti telah melakukan uji reliabilitas terhadap sepuluh responden yang diambil dari siswi SMP Swasta Nurul Ilmi dengan nilai instrumen penelitian dukungan keluarga nilai r = 0,873 dan nilai instrumen penelitian kesiapan remaja putri nilai r = 0,713. Karena nilai r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan reliable.
4.7 Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pengumpulan data dilakukan dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Studi S1 Ilmu Keperawatan dan SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
2. Setelah memperoleh izin dari SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian dengan cara menanda tangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan.
3. Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian untuk masing – masing pernyataan.
4. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari kepala sekolah SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
4.8 Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2010) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara :
1. Editing
Yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner.
2. Coding
Yaitu pemberian kode pada data untuk mempermudah proses memasukkan ke dalam program komputer.
3. Entry
Yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
4. Tabulating
Yaitu setelah data tersebut masuk ke dalam program komputer kemudian direkap dan disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan jelas.
4.8.2 Analisa Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS.
Analisa data meliputi : 1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti.
Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel dengan menggunakan rumus (Sudijono, 2015) sebagai berikut :
Dengan P = persentase f = frekuensi n = jumlah sampel 2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel bebas dan terikat (Hidayat, 2007). Adapun kriteria pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:
 Jika nilai maka H0 ditolak
 Jika nilai maka H0 diterima
dimana adalah batas kesalahan maksimal yang dijadikan patokan oleh peneliti ( , sedangkan p-value (nilai sig) adalah nilai kesalahan yang didapat peneliti dari hasil perhitungan statistik.
Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
H1 : Ada hubungan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
Analisis akan dilakukan dengan uji Korelasi Spearman. Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal, dengan rumus sebagai berikut :
∑
dengan = Koefisien Korelasi Spearman Rank N = Banyaknya sampel
= Selisih ranking antara variabel x dan variabel y
Untuk menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih digunakan koefisien korelasi, dimana nilai korelasi 0,00 – 0,199 menyatakan tingkat hubungan korelasi sangat lemah, 0,20 – 0,399 menyatakan tingkat hubungan korelasi lemah, kemudian untuk rentang nilai 0,40 – 0,599 menyatakan tingkat hubungan korelasi adalah cukup, 0,60 – 0,799 menyatakan tingkat hubungan korelasi kuat, sedangkan untuk rentang nilai 0,80 – 1,000 menyatakan tingkat hubungan korelasi sangat kuat (Syofian, 2013).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Nurul „Ilmi Padangsidimpuan adalah lembaga pendidikan formal tingkat SD, SMP dan SMA. Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan yang didirikan pada tahun 1998 berdiri di atas tanah 40000 m2, jumlah siswa dan siswi pada tahun 2017/2018 sebanyak 741 terdiri dari kelas VII sampai kelas IX Full days school dan Boarding school, sedangkan jumlah guru sebanyak 38 orang. SMP Swasta Nurul „Ilmi memiliki fasilitas dan ruangan seperti : ruang kelas, ruang lab dan perpustakaan.
Peneliti tertarik melakukan penelitian di SMP Swasta Nurul „Ilmi karena belum pernah diadakan penelitian tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi yang dapat digunakan para siswa sebagai modal awal untuk kesiapannya dalam menghadapi menarche.
5.1.2 Karakteristik Responden
Deskriptif karakteristik responden meliputi usia remaja putri, usia menarche, agama, suku, tinggal dengan, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua.
Dalam penelitian ini keseluruhan responden penelitian beragama Islam, peneliti tidak bermaksud untuk membedakan responden penelitian berdasarkan agama, hal ini terjadi karena semua responden yang bersekolah di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi Padangsidimpuan beragama islam. Untuk lebih jelas mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n = 64) Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
12 – 15 64 100
15 – 18 0 0
18 – 21 0 0
Usia Menarche
11 1 1.6
12 62 96.8
13 1 1.6
Suku
Batak 60 93.7
Jawa 3 4.7
Minang 1 1.6
Tinggal dengan
Orang tua 49 76.6
Kerabat dekat 15 23.4
Pekerjaan Orang tua
Wiraswasta 35 54.7
PNS 24 37.5
Ibu rumah tangga 1 1.6
Petani 4 6.2
Pendidikan Orang tua
SMP 3 4.7
SMA 36 56.2
Perguruan Tinggi 25 39.1
Berdasarkan tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa semua remaja putri yang menjadi responden adalah remaja awal yaitu remaja yang berusia antara 12 – 15
tahun (n = 62 atau 96,8%), dengan suku mayoritas yaitu suku batak (n = 60 atau 93,7%). Berdasarkan pekerjaan orang tua, pekerjaan orang tua sebagian besar responden adalah wiraswasta (n = 35 atau 54,7%), sedangkan pendidikan terakhir orang tua responden sebagian besar adalah SMA (n = 36 atau 56,2%), mayoritas responden tinggal dengan orang tua (n = 49 atau 76,6%).
5.1.3 Dukungan Keluarga tentang Menstruasi
Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai dukungan keluarga tentang menstruasi dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pernyataan kuesioner mengenai variabel dukungan keluarga terdapat 16 pernyataan yang terdiri dari empat aspek, yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan penilaian, aspek dukungan instrumental dan aspek dukungan informasional.
Berikut ini distribusi frekuensi dan persentase masing – masing aspek dari variabel dukungan keluarga tentang menstruasi pada siswi SMP Swasta Nurul
„Ilmi Padangsidimpuan.
Tabel 5.1.3a Distribusi frekuensi dan persentase aspek dukungan keluarga pada remaja putri di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Dukungan Emosional
Mendukung 36 56,3
Tidak Mendukung 28 43,7
Dukungan Penilaian
Mendukung 33 51,6
Tidak Mendukung 31 48,4
Dukungan Instrumental
Mendukung 40 62,5
Tidak Mendukung 24 37,5
Dukungan Informasional
Mendukung 35 54,7
Tidak Mendukung 29 45,3
Tabel 5.1.3a menunjukkan bahwa 36 remaja putri (56,3%) mendapat dukungan emosional dari keluarga, 33 remaja putri (51,6%) mendapat dukungan penilaian dari keluarga, 40 remaja putri (62,5%) mendapat dukungan instrumental dari keluarga, dan 35 remaja putri (54,7%) mendapat dukungan informasional dari keluarga.
Secara keseluruhan 41 orang remaja putri (64,1%) mendapat dukungan keluarga dan sisanya (n = 23 atau 35,9%) tidak mendapat dukungan keluarga.
Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1.3b Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga pada remaja putri di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Dukungan Keluarga
Mendukung 41 64,1
Tidak Mendukung 23 35,9
Total 64 100
5.1.4 Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche
Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai kesiapan remaja putri menghadapi menarche dengan memberikan kuesioner kepada responden.
Pernyataan kuesioner mengenai variabel kesiapan remaja putri terdapat 10 pernyataan yang terdiri dari dua aspek, yaitu aspek kesiapan fisik dan aspek kesiapan psikologi. Berikut ini distribusi frekuensi dan persentase dari masing – masing aspek kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.
Tabel 5.1.4a Distribusi frekuensi dan persentase aspek kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kesiapan Fisik
Siap 56 87,5
Tidak Siap 8 12,5
Kesiapan Psikologi
Siap 39 60,9
Tidak Siap 25 39,1
Tabel 5.1.4a menunjukkan bahwa 56 remaja putri (87,5%) siap secara fisik menghadapi menarche dan 39 remaja putri (60,9%) siap secara psikologi menghadapi menarche.
Secara keseluruhan kesiapan remaja putri 49 orang (76,6%) siap menghadapi menarche sedangkan sisanya 15 orang (23,4%) tidak siap menghadapi menarche. Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan remaja putri menghadapi menarche secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1.4b Distribusi frekuensi dan persentase kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul ‟Ilmi Padangsidimpuan (n = 64)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kesiapan Remaja Putri
Siap 49 76,6
Tidak Siap 15 23,4
Total 64 100
5.1.5 Hubungan Dukungan Keluarga tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri menghadapi Menarche
Peneliti melakukan uji Korelasi Spearman dengan bantuan aplikasi SPSS 21 untuk mencari hubungan kedua variabel, yaitu variabel dukungan keluarga dan variabel kesiapan remaja putri. Berikut ini hasil uji Korelasi Spearman yang menghubungkan dukungan keluarga tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan.