• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Indonesia dan Kepentingan Indonesia di ASEAN

BAB II TINJAUAN POLITIS DAN YURIDIS MENGENAI ASEAN

2.6. Posisi Indonesia dan Kepentingan Indonesia di ASEAN

 Negara demokratis terbesar ketiga di dunia setelah India, USA;

 Ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta penduduk;

 Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRC

2.6.2. Keanggotaan Indonesia di ASEAN

Indonesia merupakan salah satu negara pendiri ASEAN pada tahun 1967 yang ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok saat itu. Pada tahun yang sama, Indonesia juga berhasil memberikan landasan yang kuat bagi ASEAN di tengah konstelasi global yang ditandai oleh Perang Dingin melalui kesepakatan Bali Concord I.26 Kemudian pada 2003, Indonesia kembali memberikan landasan yang kuat bagi proses transformasi ASEAN menjadi suatu organisasi yang kuat dan berorientasi kepada masyarakat melalui kesepakatan

25 Direktorat Kerja Sama ASEAN, DITJEN Kerja Sama Perdagangan Internasional, KEMENDAG RI, "Kesiapan Indonesia Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN di 2015,"

Diunduh dari <www.depkeu.go.id/ind/others/bakohumas/KesiapanInaMenujuAEC2015.ppt>, diakses pada 10 November 2011, pukul 16.00 WIB.

26 Pada KTT ASEAN ke-2 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 4-5 Agustus 1967, ASEAN mencetuskan Bali Concord I yang dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan kerja sama dengan negara-negara anggota, yang meliputi aspek politik, keamanan, ekonomi, perdagangan, pariwisata,dan lainnya. Namun, dikarenakan kerja sama ASEAN lainnya, selama lebih dari 44 tahun usia ASEAN berkembang begitu cepat, sementara itu kerja sama politik dan keamanan berjalan agak lamban karena dianggap terlalu sensitif untuk disinggung. “Bappenas:

Hasil ASEAN Harus Dirasakan Masyarakatnya”,

<http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/20/9335/bappenas_hasil_asean_harus_dirasakan _masyarakatnya/#.Tr7wTj24q30>, diakses 11 November 2011, pukul 21.30 WIB.

Bali Concord II.27 Pada tahun 2011 ini, Indonesia menjadi Ketua ASEAN dan akan menyelenggarakan KTT ASEAN ke-19 pada 17 November 2011 mendatang di Bali dengan salah satu agenda penting, yakni penandatanganan Bali Concord III sebagai rujukan pengembangan visi ASEAN dimasa mendatang.28

a) Kepentingan Indonesia di ASEAN

Sejak awal, ASEAN memainkan peranan sentral terhadap politik luar negeri Indonesia yang pada saat itu dipimpin Suharto muda, yang sangat berupaya untuk mengambil jarak dari politik dan retorika anti barat terjemahan pendahulunya, Sukarno. Selain perang Vietnam, pengaruh Indonesia juga berperan dalam menentukan haluan ASEAN yang sejak pendiriannya menunjukkan garis anti-komunisme dan berperan sebagai “pelindung” terhadap kekuatan RRC pada saat itu.29

Pemerintah Indonesia mengkhawatirkan adanya berbagai macam keharusan dan keterikatan yang muncul sebagai akibat proses kerja sama dalam ASEAN yang mengharuskan pembentukan berbagai lembaga baru atau penyatuan dalam bentuk lainnya. Indonesia terutama menolak tiap usaha sekecil apapun yang bertujuan untuk menciptakan suatu pasar bersama. Hingga hari ini masih terdapat kekhawatiran bahwa produk impor murah dari para negara tetangga di ASEAN akan membanjiri pasar lokal.

27 Menjelang abad ke-21, ASEAN menyepakati untuk mengembangkan suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Harapan tersebut dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997. Untuk merealisasikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN yang diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 7-8 Oktober 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas ASEAN tersebut terdiri atas 3 (tiga) pilar yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community-ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC). Indonesia menjadi penggagas pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN dan memainkan peran penting dalam perumusan dua pilar lainnya.

Kemlu RI, ASEAN Selayang Pandang, (Jakarta: Kemlu RI, 2010), hlm. 3-4.

28 Faustinus Andrea, “Urgensi Bali Concord III”, <http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/442537/>, diakses pada 11 November 2011, pukul 21.45 WIB.

29 Winfried Weck, “Laporan Negara: Indonesia dalam Perspektif Regional dan Global”, <http://www.kas.de/wf/doc/kas_3135-1442-20-30.pdf?110311094607>, diakses pada 11 November 2011, pukul 19.00 WIB, hlm. 2.

Walau peran Indonesia sendiri kerap menghambat dan memperlambat proses pemanfaatan potensi ekonomi di ASEAN, Indonesia sendiri memandang baik keberadaan ASEAN sebagai instrumen untuk membentuk suatu identitas politik bersama. Setelah berbagai upaya untuk menyatukan politik pertahanan dan luar negara di Asia Tenggara gagal, ASEAN membentuk Southeast Asian Zone for Peace, Freedom, and Neutrality atau ZOPFAN, dengan Indonesia sebagai pendorong utamanya pada tahun 1971, yakni pada saat perang Vietnam sedang berlangsung sengit. Kepentingan Indonesia yang memang sangat kuat untuk membentuk sebuah zona netral di wilayah tersebut, didasari oleh beberapa faktor.

Faktor yang paling penting mengemuka kemungkinan besar adalah sejarah kolonialisasi oleh Belanda sehingga Indonesia tidak memiliki pertalian pada negara kolonial seperti Britania Raya dan Prancis, berbeda dengan negara Asia Tenggara daratan lainnya, kecuali Thailand. Semenjak pendiriannya, kedaulatan wilayah menjadi prinsip dasar dan ciri khas yang melekat pada bangsa ini dan sekaligus menjadi tujuan tertinggi dari Republik Indonesia.30

b) Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN 2011

Peran serta Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 diantaranya menyelesaikan berbagai permasalahan yang menumpuk di ASEAN. Indonesia mempunyai peranan yang strategis untuk mengarahkan dan menggerakkan ASEAN: ke arah mana dan bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada akan bisa diselesaikan dengan baik secara bilateral maupun multilateral.

Ada tiga isu terkait dengan Indonesia Chairmanship in ASEAN in 2011 antara lain:31

1. ASEAN integration which is analyzed using The European Union as a model;

2. Working agenda in which Indonesia deals with democracy, human rights, and corruption;

3. ASEAN within a global challenge.

30 Ibid., hlm. 3.

31 Jusmaliani, "Komunitas ASEAN Dalam Masyarakat Dunia: Agenda Kerja Indonesia", Jurnal Demokrasi dan HAM Vol. 9, No.1, 2011, (Jakarta: The Habibie Center, 2011), hlm. 83.

Chairmanship ASEAN diatur secara bergilir menurut abjad (Pasal 31, piagam ASEAN) sehingga seharusnya setelah kepemimpinan Vietnam berakhir pada tahun 2010, giliran berikutnya adalah Brunei Darussalam, tetapi Indonesia meminta tukar giliran dan hal ini disepakati oleh 10 anggota ASEAN. Seharusnya 2011 adalah untuk Brunei Darussalam, 2012 untuk Cambodia dan giliran Indonesia baru pada 2013. Pada tahun 2013, Indonesia akan menjadi tuan rumah APEC dan juga G-20 Summit. Tampaknya secara administratif tumpang tindihnya tugas-tugas inilah yang menyebabkan Indonesia minta ditukar dengan Brunei Darussalam.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono secara resmi mengumumkan kepemimpinan Indonesia yang berlangsung sepanjang tahun 2011 pada upacara penutupan ASEAN Summit ke-17 di Hanoi, Vietnam pada 30 Oktober 2010. Pada waktu itu diperkenalkan pula logo dan tema kepemimpinan Indonesia. Bentuk dasar logo ASEAN selama periode kepemimpinan Indonesia adalah gunungan wayang (bentuk segitiga) yang mencerminkan 3 pilar komunitas ASEAN dengan harapan dapat mendorong kerjasama yang bermanfaat, sedangkan tema Kepemimpinan Indonesia adalah Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-bangsa (ASEAN Community in a Global Community of Nations).

Komunitas ASEAN akan dituntut secara kolektif berkontribusi dalam menangani berbagai isu dan tantangan global. Arti yang tersirat dalam tema ini adalah di bawah kepemimpinan Indonesia, ASEAN akan lebih outward-looking. Di samping itu, Indonesia juga akan membawa demokrasi, HAM dan pemberantasan korupsi sebagai agenda kerja kepemimpinannya.32

Berselang 35 tahun pada 1992 dibentuk UE dengan Maastricht Treaty.

Bagi Uni Eropa waktu yang relatif lama ini diperlukan untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan di antara mereka dan menciptakan suatu pasar tunggal dimana barang, jasa, manusia dan modal bebas bergerak di dalamnya.

Single European Act yang ditandatangani pada 1 Juli 1987 baru lengkap secara formal pada akhir 1992. Integrasi perdagangan merupakan sarana terpenting dalam integrasi wilayah ini. Dalam hal lamanya waktu, tampaknya ada kesamaan antara Uni Eropa dan ASEAN. Kurun waktu yang diperlukan ASEAN untuk

32 Jusmaliani, op.cit., hlm. 84.

mencapai kesepakatan AFTA adalah 25 tahun, AEC blueprint setelah 40 tahun dan ASEAN Charter 41 tahun.

Uni Eropa membuat kebijakan yang sama dalam beberapa bidang:

pertanian, consumers affairs, lingkungan, energi, transportasi, dan perdagangan.

ASEAN juga telah mengambil langkah-langkah konkrit mengenai hal ini, seperti dalam mengatur agar aliran barang menjadi bebas melalui penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, penyatuan kepabeanan (custom integration), ASEAN single window, harmonisasi standar dana pengaturan teknis penghambat perdagangan.

BAB III

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ASEAN MENUJU ASEAN SINGLE ENTITY

Dokumen terkait