• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN POLITIS DAN YURIDIS MENGENAI ASEAN

2.1. ASEAN di Masa Deklarasi Bangkok dan di Masa Setelah Berlakunya

2.1.7. Imunitas Wakil Negara-Negara ASEAN

Piagam ASEAN telah resmi berlaku pada tanggal 15 Desember 2008.

Indonesia telah mengesahkan pemberlakuan Piagam ASEAN tersebut melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of the Association of Southeast Asian Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Pada ASEAN Ministerial Meeting Retreat di Singapura, Maret 2008, para Menlu ASEAN sepakat untuk membentuk kelompok yang terdiri atas para ahli hukum dari masing-masing negara anggota untuk melakukan kajian terhadap pasal-pasal yang terdapat di dalam Piagam ASEAN. Pada rangkaian 41st ASEAN Ministerial Meeting di Singapura, Juli 2008 secara resmi dibentuk dan dilakukan pertemuan pertama High Level Legal Experts’ Group on the Follow-up to the ASEAN Charter (HLEG).

HLEG telah menyelesaikan 19 kali pertemuan. Salah satu hasil nyata dari rangkaian pertemuan HLEG ini adalah disepakatinya Agreement on Privileges and Immunities Agreement of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Persetujuan P&I ASEAN ditandatangani oleh para Menlu ASEAN di Cha-am Hua Hin, Thailand, bulan Oktober 2009 dalam rangkaian KTT ke-15 ASEAN. Persetujuan P&I ASEAN ini dimaksudkan untuk mengatur hal-hal dasar bagi pemberian hak-hak keistimewaan dan kekebalan yang diperlukan bagi pejabat-pejabat dan tenaga ahli dalam menjalankan kegiatan-kegiatan resmi ASEAN.

Untuk dapat diberlakukan, Persetujuan P&I tersebut saat ini sedang dalam proses ratifkasi oleh negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia.

Dalam proses ratifkasi dan terutama pada saat telah resmi diberlakukan nanti,

Persetujuan P&I ini memerlukan koordinasi di antara berbagai instansi terkait di Indonesia, antara lain Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Kemlu, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Hukum dan HAM, Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Kepolisian RI, dan lain-lain.

2.2. Kerja Sama ASEAN dengan Negara maupun Organisasi Lain

Semenjak terbentuk mekanisme kerja sama ASEAN Plus Three (APT) yang dimulai dengan pelaksanaan KTT di Kuala Lumpur pada tahun 1997, wacana kerja sama Asia Timur, khususnya gagasan pembentukan wadah baru kerja sama negara-negara Asia Timur dengan melibatkan ASEAN terus mengemuka.

Keberhasilan APT membentuk mekanisme kerja sama keuangan, yang dikenal dengan Inisiatif Chiang Mai (Chiang Mai Initiative/CMI) antara negara-negara APT guna menghindari terulangnya krisis di kawasan, telah mendorong munculnya gagasan untuk menyelenggarakan pertemuan puncak antar negara-negara Asia Timur dalam wadah KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS).

Wacana pembentukan East Asia community (EAc) terkait erat dengan perkembangan arsitektur kawasan di kawasan Asia Timur, khususnya kerja sama APT, dan EAS. Dalam kaitan itu, para penggagas EAc melihat bahwa untuk memajukan kerja sama ekonomi diantara negara-negara Asia Timur, mekanisme yang paling layak adalah pembentukan EAc. Pembentukan EAc diusulkan oleh PM Jepang, Yukio Hatoyama. Untuk langkah awal pembentukan EAc, diusulkan untuk menggabungkan berbagai FTA, melakukan kerja sama dalam bidang keuangan, energi, lingkungan, penanggulangan bencana alam, dan lain sebaginya.

Meskipun demikian, usulan tersebut masih belum menyampaikan bentuk kongkrit dari cara pencapaian EAc tersebut.

Terkait dengan berbagai wacana yang mewarnai diskusi tentang gagasan arsitektur kawasan, Indonesia bersikap terbuka terhadap perkembangan kerja sama yang mendorong integrasi di kawasan Asia Timur. Bagi Indonesia, EAS dan APT keduanya dapat menjadi mekanisme yang saling mendukung satu dan lainnya dalam upaya memperkuat kerja sama kawasan dengan ASEAN

sebagai kekuatan penggerak (driving force) dalam arsitektur kawasan di kawasan Asia Timur.

2.3. Peran ASEAN dalam Pergaulan Internasional 2.3.1. Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Dunia

Satu dekade lalu Jim O’Neill sebagai salah satu ekonom Goldman Sach memperkenalkan istilah BRIC sebagai kekuatan ekonomi baru dunia.

Singkatan yang mewakili Brasil, Rusia, India, dan Cina itu mengartikulasikan peran negara-negara pasar berkembang (emerging market) sebagai pemain baru yang akan menyaingi peran negara-negara ekonomi mapan (maju) seperti Amerika Serikat dan Eropa. Krisis ekonomi global 2008 memang menggenapi ramalan O’Neill. Negara-negara BRIC sama sekali tidak, atau hanya sedikit, terdampak oleh kelesuan ekonomi global yang masih saja terus berlangsung sampai 2011 ini. Sebagai salah satu komunitas kawasan yang paling berhasil, ASEAN sebenarnya punya potensi menjadi kekuatan ekonomi baru dunia, minimal seperti BRIC. Produk domestik bruto (PDB) kawasan ini mencapai 1,85 triliun dolar AS, setara dengan sebuah negara Eropa sekelas Italia.

Namun, kawasan ini masih terus bertumbuh dengan kecepatan lebih dari lima persen. Sementara negara-nagara maju kini hanya tumbuh di bawah satu persen. Namun, potensi itu tentu saja bisa tergali bila ASEAN menyatu sebagai sebuah kawasan ekonomi bersama.

2.3.2. Di Bidang Lingkungan

Pada kesempatan KTT G-20, September 2009, Indonesia mendorong ASEAN dan negara-negara berkembang lainnya untuk melakukan aksi mitigasi secara sukarela, tidak sekedar rutinitas biasa (business as usual). Indonesia juga

mendorong penetapan target mitigasi negara maju minimal 40% dari tingkat emisi di tahun 1990.18

Indonesia mendorong agar ASEAN secara bertahap membangun pemahaman dan posisi bersama mengenai isu perubahan iklim. Common understanding dan Common Position di lingkungan internal ASEAN sangat diperlukan untuk memperkuat suara ASEAN pada pertemuan terkait di tingkat global (UNFCCC maupun dalam kerangka Kelompok-77+Cina). Posisi dan pemahaman tersebut diharapkan dapat memberikan nilai positif bagi komitmen ASEAN terhadap isu perubahan iklim di forum internasional.19

Indonesia mendorong agar pertemuan COP16 dapat melaksanakan mandat Bali Action Plan (BAP) untuk menghasilkan komitmen bersama,yang lebih adil bagi upaya global mengatasi permasalahan perubahan iklim, dengan berlandaskan pada prinsip historis “common but differentiated responsibilities, and respective capabilities”. Dalam kaitan ini, negara maju dan berkembang dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.20

Berkaitan dengan isu transfer of technology, Indonesia berpandangan bahwa negara berkembang perlu dukungan teknologi sehingga memungkinkan bagi mereka untuk melakukan upaya adaptasi dan mitigasi. Disamping itu, Indonesia juga menggarisbawahi bahwa isu HAKI hendaknya tidak menciptakan hambatan atau pembatasan bagi proses alih teknologi. Lebih lanjut, Indonesia mengusulkan adanya pemisahan antara pembahasan isu HAKI & alih teknologi.21

Indonesia mendorong agar isu kelautan dapat menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembahasan isu perubahan iklim. Indonesia menekankan bahwa program adaptasi dan mitigasi juga harus mencakup dimensi darat dan laut (terrestrial and ocean dimensions). Indonesia mengharapkan agar isu kelautan juga menjadi bagian dari program Capacity Building, serta mendorong ASEAN

18 Kementerian Luar Negeri RI, ASEAN Selayang Pandang 2010, (Jakarta: Kemenlu RI), hlm. 227.

19 Ibid., hlm. 228.

20 Ibid.

21 Ibid.

untuk terus menyuarakan mengenai pentingnya isu pelestarian alam dan keanekaragaman hayati.22

Dalam menyikapi isu perubahan iklim, Indonesia menegaskan pentingnya meningkatkan kapasitas bersama ASEAN dengan kolaborasi dalam program adaptasi, pengembangan mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism), transfer teknologi, serta dukungan finansial melalui kerjasama dengan masyarakat internasional.

2.4. Entitas terkait ASEAN

ASEAN dapat melibatkan entitas-entitas yang mendukung Piagam ASEAN. Entitas-entitas tersebut tercatat dalam Lampiran 2 pada Piagam ASEAN.

2.5. The ASEAN Way

Ada sebuah norma dasar dalam ASEAN yang dikenal sebagai ASEAN Way, meliputi Menentang prinsip kekerasan dan menyelesaikan sengketa dan lebih mengutamakan penyelesaian sengketa yang damai, tidak adanya pakta militer maupun preference untuk perjanjian bilateral di bidang pertahanan, komunikasi Sosial, Budaya, dan ekonomi diutamakan23.

Selain itu ASEAN Way juga dapat diartikan sebagai penyelesaian sengketa yang bersumber dari cara-cara, tradisi, dan budaya bangsa Asia Tenggara, yaitu dengan Consultation and Consensus yang berarti mushawara mufakat24.

22 Ibid.

23 Menandro Abanes, ASEAN Way of Peacebuilding Through Performing Arts, Community, and Humanitarian Cooperation:Internship Reports, Grin Verlag, Norderstedt:2008, hlm. 11.

24 Pidato Radolfo C. Severino, Kuala lumpur, 3 Juli 2001 “ASEAN WAY and It’s Rule of Law”

2.6. Posisi Indonesia dan Kepentingan Indonesia di ASEAN 2.6.1. Posisi Indonesia di Dunia

 Negara demokratis terbesar ketiga di dunia setelah India, USA;

 Ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta penduduk;

 Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRC

2.6.2. Keanggotaan Indonesia di ASEAN

Indonesia merupakan salah satu negara pendiri ASEAN pada tahun 1967 yang ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok saat itu. Pada tahun yang sama, Indonesia juga berhasil memberikan landasan yang kuat bagi ASEAN di tengah konstelasi global yang ditandai oleh Perang Dingin melalui kesepakatan Bali Concord I.26 Kemudian pada 2003, Indonesia kembali memberikan landasan yang kuat bagi proses transformasi ASEAN menjadi suatu organisasi yang kuat dan berorientasi kepada masyarakat melalui kesepakatan

25 Direktorat Kerja Sama ASEAN, DITJEN Kerja Sama Perdagangan Internasional, KEMENDAG RI, "Kesiapan Indonesia Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN di 2015,"

Diunduh dari <www.depkeu.go.id/ind/others/bakohumas/KesiapanInaMenujuAEC2015.ppt>, diakses pada 10 November 2011, pukul 16.00 WIB.

26 Pada KTT ASEAN ke-2 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 4-5 Agustus 1967, ASEAN mencetuskan Bali Concord I yang dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan kerja sama dengan negara-negara anggota, yang meliputi aspek politik, keamanan, ekonomi, perdagangan, pariwisata,dan lainnya. Namun, dikarenakan kerja sama ASEAN lainnya, selama lebih dari 44 tahun usia ASEAN berkembang begitu cepat, sementara itu kerja sama politik dan keamanan berjalan agak lamban karena dianggap terlalu sensitif untuk disinggung. “Bappenas:

Hasil ASEAN Harus Dirasakan Masyarakatnya”,

<http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/20/9335/bappenas_hasil_asean_harus_dirasakan _masyarakatnya/#.Tr7wTj24q30>, diakses 11 November 2011, pukul 21.30 WIB.

Bali Concord II.27 Pada tahun 2011 ini, Indonesia menjadi Ketua ASEAN dan akan menyelenggarakan KTT ASEAN ke-19 pada 17 November 2011 mendatang di Bali dengan salah satu agenda penting, yakni penandatanganan Bali Concord III sebagai rujukan pengembangan visi ASEAN dimasa mendatang.28

a) Kepentingan Indonesia di ASEAN

Sejak awal, ASEAN memainkan peranan sentral terhadap politik luar negeri Indonesia yang pada saat itu dipimpin Suharto muda, yang sangat berupaya untuk mengambil jarak dari politik dan retorika anti barat terjemahan pendahulunya, Sukarno. Selain perang Vietnam, pengaruh Indonesia juga berperan dalam menentukan haluan ASEAN yang sejak pendiriannya menunjukkan garis anti-komunisme dan berperan sebagai “pelindung” terhadap kekuatan RRC pada saat itu.29

Pemerintah Indonesia mengkhawatirkan adanya berbagai macam keharusan dan keterikatan yang muncul sebagai akibat proses kerja sama dalam ASEAN yang mengharuskan pembentukan berbagai lembaga baru atau penyatuan dalam bentuk lainnya. Indonesia terutama menolak tiap usaha sekecil apapun yang bertujuan untuk menciptakan suatu pasar bersama. Hingga hari ini masih terdapat kekhawatiran bahwa produk impor murah dari para negara tetangga di ASEAN akan membanjiri pasar lokal.

27 Menjelang abad ke-21, ASEAN menyepakati untuk mengembangkan suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Harapan tersebut dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997. Untuk merealisasikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN yang diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 7-8 Oktober 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas ASEAN tersebut terdiri atas 3 (tiga) pilar yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community-ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC). Indonesia menjadi penggagas pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN dan memainkan peran penting dalam perumusan dua pilar lainnya.

Kemlu RI, ASEAN Selayang Pandang, (Jakarta: Kemlu RI, 2010), hlm. 3-4.

28 Faustinus Andrea, “Urgensi Bali Concord III”, <http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/442537/>, diakses pada 11 November 2011, pukul 21.45 WIB.

29 Winfried Weck, “Laporan Negara: Indonesia dalam Perspektif Regional dan Global”, <http://www.kas.de/wf/doc/kas_3135-1442-20-30.pdf?110311094607>, diakses pada 11 November 2011, pukul 19.00 WIB, hlm. 2.

Walau peran Indonesia sendiri kerap menghambat dan memperlambat proses pemanfaatan potensi ekonomi di ASEAN, Indonesia sendiri memandang baik keberadaan ASEAN sebagai instrumen untuk membentuk suatu identitas politik bersama. Setelah berbagai upaya untuk menyatukan politik pertahanan dan luar negara di Asia Tenggara gagal, ASEAN membentuk Southeast Asian Zone for Peace, Freedom, and Neutrality atau ZOPFAN, dengan Indonesia sebagai pendorong utamanya pada tahun 1971, yakni pada saat perang Vietnam sedang berlangsung sengit. Kepentingan Indonesia yang memang sangat kuat untuk membentuk sebuah zona netral di wilayah tersebut, didasari oleh beberapa faktor.

Faktor yang paling penting mengemuka kemungkinan besar adalah sejarah kolonialisasi oleh Belanda sehingga Indonesia tidak memiliki pertalian pada negara kolonial seperti Britania Raya dan Prancis, berbeda dengan negara Asia Tenggara daratan lainnya, kecuali Thailand. Semenjak pendiriannya, kedaulatan wilayah menjadi prinsip dasar dan ciri khas yang melekat pada bangsa ini dan sekaligus menjadi tujuan tertinggi dari Republik Indonesia.30

b) Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN 2011

Peran serta Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 diantaranya menyelesaikan berbagai permasalahan yang menumpuk di ASEAN. Indonesia mempunyai peranan yang strategis untuk mengarahkan dan menggerakkan ASEAN: ke arah mana dan bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada akan bisa diselesaikan dengan baik secara bilateral maupun multilateral.

Ada tiga isu terkait dengan Indonesia Chairmanship in ASEAN in 2011 antara lain:31

1. ASEAN integration which is analyzed using The European Union as a model;

2. Working agenda in which Indonesia deals with democracy, human rights, and corruption;

3. ASEAN within a global challenge.

30 Ibid., hlm. 3.

31 Jusmaliani, "Komunitas ASEAN Dalam Masyarakat Dunia: Agenda Kerja Indonesia", Jurnal Demokrasi dan HAM Vol. 9, No.1, 2011, (Jakarta: The Habibie Center, 2011), hlm. 83.

Chairmanship ASEAN diatur secara bergilir menurut abjad (Pasal 31, piagam ASEAN) sehingga seharusnya setelah kepemimpinan Vietnam berakhir pada tahun 2010, giliran berikutnya adalah Brunei Darussalam, tetapi Indonesia meminta tukar giliran dan hal ini disepakati oleh 10 anggota ASEAN. Seharusnya 2011 adalah untuk Brunei Darussalam, 2012 untuk Cambodia dan giliran Indonesia baru pada 2013. Pada tahun 2013, Indonesia akan menjadi tuan rumah APEC dan juga G-20 Summit. Tampaknya secara administratif tumpang tindihnya tugas-tugas inilah yang menyebabkan Indonesia minta ditukar dengan Brunei Darussalam.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono secara resmi mengumumkan kepemimpinan Indonesia yang berlangsung sepanjang tahun 2011 pada upacara penutupan ASEAN Summit ke-17 di Hanoi, Vietnam pada 30 Oktober 2010. Pada waktu itu diperkenalkan pula logo dan tema kepemimpinan Indonesia. Bentuk dasar logo ASEAN selama periode kepemimpinan Indonesia adalah gunungan wayang (bentuk segitiga) yang mencerminkan 3 pilar komunitas ASEAN dengan harapan dapat mendorong kerjasama yang bermanfaat, sedangkan tema Kepemimpinan Indonesia adalah Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-bangsa (ASEAN Community in a Global Community of Nations).

Komunitas ASEAN akan dituntut secara kolektif berkontribusi dalam menangani berbagai isu dan tantangan global. Arti yang tersirat dalam tema ini adalah di bawah kepemimpinan Indonesia, ASEAN akan lebih outward-looking. Di samping itu, Indonesia juga akan membawa demokrasi, HAM dan pemberantasan korupsi sebagai agenda kerja kepemimpinannya.32

Berselang 35 tahun pada 1992 dibentuk UE dengan Maastricht Treaty.

Bagi Uni Eropa waktu yang relatif lama ini diperlukan untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan di antara mereka dan menciptakan suatu pasar tunggal dimana barang, jasa, manusia dan modal bebas bergerak di dalamnya.

Single European Act yang ditandatangani pada 1 Juli 1987 baru lengkap secara formal pada akhir 1992. Integrasi perdagangan merupakan sarana terpenting dalam integrasi wilayah ini. Dalam hal lamanya waktu, tampaknya ada kesamaan antara Uni Eropa dan ASEAN. Kurun waktu yang diperlukan ASEAN untuk

32 Jusmaliani, op.cit., hlm. 84.

mencapai kesepakatan AFTA adalah 25 tahun, AEC blueprint setelah 40 tahun dan ASEAN Charter 41 tahun.

Uni Eropa membuat kebijakan yang sama dalam beberapa bidang:

pertanian, consumers affairs, lingkungan, energi, transportasi, dan perdagangan.

ASEAN juga telah mengambil langkah-langkah konkrit mengenai hal ini, seperti dalam mengatur agar aliran barang menjadi bebas melalui penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, penyatuan kepabeanan (custom integration), ASEAN single window, harmonisasi standar dana pengaturan teknis penghambat perdagangan.

BAB III

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ASEAN MENUJU ASEAN SINGLE ENTITY

3.1. Penanganan Bencana Alam

Kerjasama ASEAN di bidang penanggulangan bencana memulai babak baru dengan diberlakukannya ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) pada tanggal 24 Desember 2009.

AADMER bertujuan untuk menyediakan mekanisme yang efektif untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana pada kehidupan dan hilangnya aset sosial, ekonomi dan lingkungan. AADMER bertujuan mengatur tanggap darurat bencana melalui kerja sama di tingkat nasional, regional dan internasional. Indonesia telah meratifkasi AADMER dengan Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2008 pada tanggal 15 Mei 2008.33

Komponen-komponen penting dalam AADMER antara lain ASEAN Standard Operating Procedure for Regional Standby Arrangements and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations (SASOP) dan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre).34

Indonesia telah ditunjuk untuk menjadi tuan rumah (host) AHA Centre pada pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ke-40 ASEAN di Manila, Filipina, Juli 2007. Meskipun AADMER sudah mulai berlaku, dokumen-dokumen hukum pendirian AHA Centre seperti Agreement on the Establishment of the AHA Centre dan Host Country Agreement, masih dalam tahap pembahasan. Diharapkan AHA Centre sudah dapat beroperasi pada awal 2011.35

Guna memperkuat kerjasama penanganan bencana setelah berlakunya AADMER, ACDM pada Pertemuan ke-14 di Bandung, Desember 2009 telah menghasilkan konsep pertama AADMER Work Programme (AWP) 2010-2015.

33 Kementerian Luar Negeri RI, op. cit., hlm. 229.

34 Ibid.

35 Ibid.

AWP berisikan program/aktivitas dalam kerjasama penanganan bencana yang menjadi acuan kerjasama dengan mitra wicara ASEAN. Selanjutnya pada Pertemuan ke-15 ACDM di Singapura, bulan Maret 2010 konsep dimaksud telah disahkan.36

3.2 Krisis Pangan

ASEAN tetap berkomitmen untuk mengatasi kemungkinan terjadinya krisis pangan dengan meningkatkan koordinasi di antara negara-negara anggota serta menyiapkan anggaran yang bisa mendukung ketahanan pangan. Langkah antisipasi ke arah itu telah dilakukan diantaranya penyediaan lahan yang lebih baik dan teknologi maju yang diterapkan. Negara-negara anggota, tengah mempelajari antisipasi dengan kesiapan dana untuk saling menolong dalam penyediaan energi dan pangan. sebetulnya dampak inflasi cukup tinggi sehingga perlu diwaspadai pengaruhnya terhadap aspek pangan. Namun dalam pengamatannya, saat ini tidak ada negara di kawasan ASEAN yang mengalami situasi membahayakan seperti akibat gejolak harga pangan. Sisi lain dari dampak dari krisis pangan tersebut seperti yang tulisan dalam laporan yang dipublikasikan oleh Earth Policy Institute. Laporan bertajuk The Great Food Crisis of 2011, Presiden Earth Policy Institute, Lester R Brown mengungkapkan data-data yang dijadikan indikasi akan rawannya krisis pangan dunia. Dari sisi komsumsi, ketiga faktor tersebut menyebabkan kenaikan konsumsi pangan dalam jumlah yang besar. Dalam 25 tahun terhitung dari tahun 1990-2005, tercatat konsumsi pangan hanya 25 juta ton per tahun, namun kenaikan luar biasa yang angkanya melebihi konsumsi pangan selama lebih dari 25 tahun terjadi antara tahun 2005-2010. Ada tiga negara yang diprediksi akan terimbas krisis pangan paling parah yakni China, India dan Indonesia.

Lebih jauh, krisis pangan di masa depan diyakini akan menjadi salah satu penyebab konfrontasi atau perang antar negara. Menggantikan ideologi dan kepentingan politik lainnya. Makin menipisnya stok pangan dunia menjadi alasan konflik tersebut. Harga komoditas pangan utama dunia, seperti beras gandum, dan

36 Ibid.

jagung kian membungbung tinggi di luar jangkauan masyarakat. Hal itu memicu aksi protes diberbagai belahan dunia. Utamanya negara-negara yang berada di kawasan tersebut. Dalam dekade ini sekitar 840 juta manusia di seluruh dunia masih kekurangan pangan, 799 juta berada di negara-negara berkembang.

(Sumber data FOA).

Informasi ini diperkuat oleh Direktur Jendral Organisasi Pangan Dunia PBB (FOA), mengutip pemberitaan yang di sampaikan oleh Dr. Jacques Diouf, “Stok pangan dunia akan mengalami masa kritis. Stok yang ada akan mencapai level terendah yang belum pernah terjadi sejak tahun 1980. Untuk tahun ini sudah 5% lebih rendah dari tahun lalu”. Badan PBB untuk Urusan Pangan dan Pertanian (FAO) merilis indeks harga pangan dunia per Januari lalu naik 3,4 persen menjadi 231 poin. Itu merupakan angka tertinggi sejak 1990, saat FAO mulai memantau harga pangan dunia. FAO juga mengeluarkan data faktor-faktor penyebab naiknya harga pangan dalam tujuh bulan berturut-turut. Empat faktor itu adalah cuaca, tingginya permintaan, berkurangnya hasil panen, dan beralihfungsinya lahan tanaman pangan dari tadinya untuk sumber makanan manusia menjadi bahan bioenergi.

Peringatan mahalnya harga pangan juga datang dari Bank Dunia.

Bahkan, The Bank mengungkapkan bahwa harga pangan di mancanegara kini berada dalam “level berbahaya.” Laporan Bank Dunia yang dimuat dalam jurnal edisi terbaru, Food Price Watch, selama Oktober 2010 hingga Januari 2011 menyatakan harga pangan di tingkat global naik 15 persen. Tingginya harga pangan ini membuat sekitar 44 juta orang miskin di penjuru dunia kian melarat sejak Juni 2010.

KTT Asean dan Krisis Pangan

Lalu bagaimana Indonesia dan Negara Negara ASEAN merespon ancaman krisis pangan tersebut? Sejauh ini Indonesia sudah melakukan sejumlah jurus agar efek negatif krisis pangan dapat diminimalisir.Bukti nyata yang diberikan Indonesia dalam menangani masalah pangan dibuktikan dalam penyelesaiankrisis pangan 2008 dengan menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi . Indonesia misalnya telah membuat operasi pasar untuk menekan harga beras di pasar dalam negeri.

Lalu bagaimana Indonesia dan Negara Negara ASEAN merespon ancaman krisis pangan tersebut? Sejauh ini Indonesia sudah melakukan sejumlah jurus agar efek negatif krisis pangan dapat diminimalisir.Bukti nyata yang diberikan Indonesia dalam menangani masalah pangan dibuktikan dalam penyelesaiankrisis pangan 2008 dengan menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi . Indonesia misalnya telah membuat operasi pasar untuk menekan harga beras di pasar dalam negeri.

Dokumen terkait