• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASEAN (Association of South East Asia Nations): Perkembangan, Tantangan, dan Isu-Isu Terkini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASEAN (Association of South East Asia Nations): Perkembangan, Tantangan, dan Isu-Isu Terkini"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

ASEAN (Association of South East Asia Nations):

Perkembangan, Tantangan, dan Isu-Isu Terkini

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

dalam Mata Kuliah Hukum Organisasi Internasional

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Anggota: Astari Rahmaniar Putri (0806341526) Istiadiningdyah (0806342371)

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, DESEMBER 2011

(2)

Kata Pengantar

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini, baik itu bantuan moril dan materil. Terima kasih juga kami ucapkan pada Tim Pengajar Hukum Organisasi Internasional yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan makalah yang kami buat ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak sekali kekurangan dalam makalah ini karena satu dan lain hal. Oleh karenanya apabila ada kritik, saran, pertanyaan, tanggapan, maupun sanggahan akan isi dari makalah ini yang akan dipresentasikan, kami akan berterima kasih.

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……….5

1.1. Latar Belakang……….5

1.2. Tujuan Penulisan………...…..7

1.3. Inti Masalah………...…7

1.4. Metodologi Penulisan………...…7

BAB II TINJAUAN POLITIS DAN YURIDIS MENGENAI ASEAN……..8

2.1. ASEAN di Masa Deklarasi Bangkok dan di Masa Setelah Berlakunya ASEAN CHARTER……….... 8

2.1.1. Struktur Keorganisasian………...….8

2.1.2. Legal Personality……….……21

2.1.3. Pengambilan Keputusan……….…...21

2.1.4. Penyelesaian Sengketa………...22

2.1.5. Keanggotaan……….22

2.1.6. Pembiayaan Finansial Organisasi………...23

2.1.7. Imunitas Wakil Negara-Negara ASEAN………...23

2.2. Kerja Sama Antarnegara ASEAN………24

2.3. Peran ASEAN dalam Pergaulan Internasional………25

2.4. Entitas Terkait ASEAN………..27

2.5. The ASEAN Way……….27

2.6. Posisi Indonesia dan Kepentingan Indonesia di ASEAN……….27

(4)

BAB III PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

ASEAN MENUJU ASEAN SINGLE ENTITY………32

3.1. Penanganan Bencana Alam……….32

3.2. Krisis Pangan………33

3.3. Konflik Internal Perbatasan….………...37

3.4. Masalah Hak Asasi Manusia………38

3.5. Good Governance dan Demokrasi ……….……..44

3.6. Perdagangan Internasional dalam Kaitannya dengan AFTA ………….44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………..…………..46

DAFTAR PUSTAKA………..48

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebbih dikenal sebagai ASEAN (Association of South East Asia Nations) adalah salah satu organisasi internasional skala regional yang cukup berperan di dunia. Organisasi yang beranggotakan sepuluh Negara ini, didominasi oleh Negara-negara berkembangan dengan potensi yang sangat luar biasa baik secara sumber daya manusia, sumber daya alam, bahkan sampai perputaran modal dan transaksi ekonomi dalam skala global. Beberapa Negara, bahkan sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan internasional dan cukup diperhitungkan dalam bidang tertentu.

Sebut saja Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang cukup berperan besar dalam transaksi global. Bahkan Indonesia sendiri masuk dalam anggota G-201, karena besar pengaruhnya terhadap perekonomian dunia melihat sangat besarnya populasi penduduk Indonesia yang sangat empuk untuk dijadikan sasaran pasar global. Terlebih dari itu, potensi alam Indonesia pun sangat menggiurkan.

ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima Negara inisiator saat itu, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik, Malaysia yang diwakilioleh Tun Abdulrozak, Singapura diwakili oleh S. Rajaratnam, Philipina diwakili oleh Narsisco Ramos, dan Thailand diwakili oleh Thanat Khoman2 diarapkan dapat menjadi wadah bagi Negara-negara Asia Tenggaradalam meningkatkan kerja sama antarnegara anggota di bidang ekonomi, sosial, dan budaya atas persamaan nasib, sejarah, rumpun bangsa, dan bahasa dengan memperhatikan asas-asas:

1 http://www.g20.org/97.aspx , diakses 8 November 2011 pkl. 15:31 WIB.

2 Ratna Sukmayani,et. al, Ilmu pengetahuan Sosial 3, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta:2008, hlm. 258.

(6)

 Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan persamaan Negara-negara anggota;

 Mengakui hak setiap bangsa untuk bebas dari campur tangan asing, subversi, dan kekerasan;

 Tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing Negara anggota;

 Penyelesaian sengketa secara damai;

 Kerja sama efektif;

 Penolakan terhadap segala bentuk kekerasan dan ancaman3.

Berdasarkan klasifikasinya, ASEAN digolongkan pada organisasi internasional public (walaupun hanya diresmikan dengan Deklarasi Bangkok, bukan treaty)

4dengan keanggotaan tertutup hanya untuk negara-negara kawasan Asia Tenggara saja.

Seiring waktu, keanggotaan dari ASEAN ini terus bertambah dari awal pendirian pada Deklarasi Bangkok yang hanya 5 negara anggota, menjadi 10 negara sekarang. Pada penandadatanganan Deklarasi Bangkok, negar-negara ASEAN seperti Brunei Darusssalam, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar belum bergabung dalam organisasi ini. Namun kemudian, Brunai Darussalam menjadi anggota pada 7 Januari 1984, Vietnam pada 28 Juli 1995, Myanmar dan Laos pada 23 Juli 1997, dan yang terakhir adalah Kamboja pada 30 April 1999.

Keanggotaan ASEAN ini terus bertambah karena sifat dari Organisasi ASEAN itu sendiri yang dalam Deklarasi Bangkok dinyatakan sebagai organisasi dengan keberanggotaan terbuka bagi Negara-negara Asia Tenggara5.

Seiring berkembangnya zaman pula lah, ASEAN sebagai bagian dari komunitas dunia mengalami perubahan-perubahan keorganisasian secara lebih komprehensif untuk dapat mengakomodasikan Negara-negara anggota dalam mewujudkan cita-cita ASEAN untuk menyambut era baru yang dituangkan dalam

3 Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia of 1976.

4 C.F. Amerasinghe, Principles of The Institutional Law of International Organization, Cambridge University Press:1996, p. 8

5 Paragraf 4 Deklarasi Bangkok, “FOURTH, that the Association is open for participation to all States in the South-East Asian Region subscribing to the aforementioned aims, principles and purposes.”

(7)

ASEAN CHARTER yang menderogasikan ketentuan-ketentuan dalam Deklarasi Bangkok yang secara hukum tidak memiliki kekuatan hukum yang kuat. Terlebih dengan dicanangkannya ASEAN Community 2015 yang berarti tantangan baru bagi Negara-negara ASEAN untuk dapat lebih berkonsolidasi satu sama lain.

Sesuai dengan motto ASEAN sebagai “one vision, one identity, one community”.

Maka dalam makalah ini kami akan membahas lebih jauh mengenai hal ini.

1.2. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan sistem keorganisasian ASEAN dikaitkan dengan materi-materi mngenai organisasi internasional yang telah kami dapatkan. Baik secara struktur, keanggotan, pembiayaan, dan lain sebagainya.

1.3. Inti Masalah

a) Bagaimana struktur keorganisasian sesudah dan sebelum ASEAN Charter?

b) Bagaimana pembiayaan organisasinya?

c) Bagaimana sistem pengambilan keputusan dalam ASEAN?

d) Bagaiman penyelesaian sengketa dalam ASEAN?

e) Bagaimana kerja sama antarnegara ASEAN dan bagaimana kerja sama antara Negara ASEAN dengan Negara lain dalam kaitannya dalam keikutsertaan dalam pergaulan dunia?

f) Apa tantangan-tantangan ASEAN di masa datang dalam rangka mewujudkan ASEAN COMMUNITY 2015?

1.4. Metodologi Penulisan

Makalah ini kami buat berdasarkan studi kepustakaan dengan mereferensi berbagai sumber, tanpa adanya responden.

(8)

BAB II

TINJAUAN POLITIS DAN YURIDIS MENGENAI ASEAN

2.1. ASEAN di Masa Deklarasi Bangkok dan di Masa Setelah Berlakunya ASEAN CHARTER

2.1.1. Struktur Keorganisasian

Struktur keorganisasian ASEAN pada masa masih berlakunya Deklarasi Bangkok dengan pasca berlakunya ASEAN Charter sangat signifikan.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai susunan keorganisasian ASEAN dalam Deklarasi Bangkok dan susunan organisasi ASEAN yang baru sesuai yang diatur dalam ASEAN Charter.

a) Struktur Keorganisasian ASEAN dalam Deklarasi Bangkok

Dalam Deklarasi Bangkok, struktur keorganisasian ASEAN terdiri atas:

1. Annual Meeting of Foreign Ministers, namun tidak tertutup adanya special meeting;

2. Standing Committee,

3. Ad-hoc Committee and Permanent Committees of Specialists and Official on Specific Subjects

4. National Secretariat, di masing-masing Negara anggota6.

b) Struktur Keorganisasian ASEAN setelah ASEAN Charter 1. ASEAN SUMMIT (Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN)

Adalah sidang atau pertemuan para kepala Negara atau kepala pemerintahan di Negara-negara anggota. Hierarki pertemuan ini berada dalam level paling tinggi dalam struktur keorganisasian ASEAN. Pertemuan ini diadakan apabila dianggapa ada hal mendesak ataupun perlu diadakannya pengarahan terkait ASEAN. tugas dan wewenang ASEAN SUMMIT di antaranya:

6 Paragraf 3 Deklarasi Bangkok 1967

(9)

1. ASEAN Summit adalah organ penentu kebijakan yang paling tinggi strukturnya di ASEAN

2. Memberikan arah kebijakan, dan mengambil keputusan- keputusan terekait isu-isu kunci di ASEAN sehubungan untuk mewujudkan tujuan ASEAN, dan issu itu merujuk pada kepentingan krusial Negara anggota, maupun isu-isu yang diajukan oleh Coordinating Council, Community Council, dan Ministrial Bodies

3. Memberikan instruksi pada kementrian-kementrian terkait, mengatur ad hoc Ministrial Meetings, dan isu-isu penting melintasi Community Council. Ketentuan dan prosedur selanjutnya akan diatur oleh ASEAN Coordinating Council.

4. Menindaklanjuti peristiwa-peristiwa darurat yang terjadi di ASEAN.

5. Memutuskan masalah-masalah yang diatur pada bagian VII dan VIII piagam.

6. Mengotorisasi pembentukan maupun pembubaran organ-organ di bawah ASEAN.

Pertemuan ASEAN SUMMIT sendiri dilakukan dua kali dalam setahun yang bertempat di Negara yang sedang menjadi ketua ASEAN dalam periode itu7.

2. ASEAN Coordinating Council (Dewan Koordinasi ASEAN)

Organ ASEAN ini beranggotakan menteri-menteri luar negeri dari seluruh Negara anggota ASEAN yang bersidang setidaknya dua kali dalam setahun. Tugas dan wewenangnya adalah:

1. Mempersiapkan pertemuan ASEAN Summit

2. Mengkoordinasikan pengimplementasian dari perjanjian dan keputusan- keputusan yang dibuat oleh ASEAN SUMMIT.

3. Berkoordinasi dengan ASEAN Community Council, untuk terwujudnya keterpaduan kebijakan, efisiensi, dan kerja sama antara mereka.

7 Pasal 7 Piagam ASEAN

(10)

4. Mengkoordinasi laporan-laporan dari ASEAN Community Council kepada ASEAN SUMMIT.

5. Meninjau laporan kerja tahunan Sekretaris Jenderal ASEAN.

6. Meninjau laporan Sekretaris Jenderal terkait fungsi dan konerja Sekretariat ASEAN dan oragan-organ yang terkait.

7. Menyetujui pengangkatan maupun pemberhentian Deputi Sekretaris Jenderal atas rekomendasi Sekretaris Jenderal.

8. Menjalankan tugas-tugas lain yang mungkindiperintahkan oleh ASEAN SUMMIT8.

3. ASEAN COMMUNITY COUNCIL (Dewan Komunitas ASEAN) Dewan Komunitas, terdiri atas ASEAN Political-Security Community Security Council, ASEAN Economic Community Council, dan ASEAN Socio-Cultural Community Council. Setiap Komunitas harus berada di bawah ASEAN Sectoral Ministrial Bodies yang relevan. Di mana setiap Negara anggota harus mengirimkan wakilnya dalam ASEAN Community Council.

Dalam rangka menjalankan fungsi dan tujuan dari organ ini, maka Dewan Komunitas ASEAN harus memastikan terimplimentasikannya keputusan- keputusan dan kebijakanyang relevan dari ASEAN SUMMIT. Selain itu, masing- masing Dewan Komunitas wajib untuk mengkoordinasikan kinerja dari sector lain di bawahnya yang masih satu bidang dengan lingkup komunitas dan berkoordinasi dengan Dewan Komunitas lain mengenai isu-isu yang saling bersinggungan.

Selanjutnya Dewan Komunitas berkewajiban membuat laporan-laporan dan rekomendasi yang ditujukan pada ASEAN SUMMIT terkait dengan bidang komunitas masing-masing.

Sidang Dewan Komunitas dilaksanakan setidaknya dua kali dalam setahun, dan diketuai oleh Menteri yang sesuai asal Negara yang menjadi Ketua

8 Pasal 8 Piagam ASEAN

(11)

ASEAN pada periode itu9. Pembentukan Komunitas ASEAN diawali dengan komitmen para pemimpin ASEAN dengan ditandatanganinya ASEAN Vision 2020 di Kuala Lumpur pada tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai suatu komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan dalam pembangunan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. Tekad untuk membentuk Komunitas ASEAN kemudian dipertegas lagi pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003 dengan ditandatanganinya ASEAN Concord II. ASEAN Concord II yang menegaskan bahwa ASEAN akan menjadi sebuah komunitas yang aman, damai, stabil, dan sejahtera pada tahun 2020.

Namun, pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina pada Januari 2007, komitmen untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dipercepat dari tahun 2020 menjadi tahun 2015 dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015”. Tujuan dari pembentukan Komunitas ASEAN adalah untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional.

ASEAN menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu menyesuaikan cara pandangnya agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan- permasalahan internal dan eksternal.

Negara-negara ASEAN menyadari perlunya meningkatkan solidaritas, kohesivitas dan efektifitas kerjasama. Kegiatan kerjasama dalam ASEAN tidak lagi hanya terfokus pada kerjasama ekonomi namun juga harus didukung oleh kerjasama lainnya di bidang keamanan dan sosial budaya. Untuk menjaga keseimbangan itu, pembentukan Komunitas ASEAN 2015 berlandaskan pada 3 pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community).

9 Pasal 9 Piagam ASEAN

(12)

4. ASEAN Sectoral Ministerial Bodies

Tugas dan wewenang dari organ ini adalah untuk:

1. Menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang dimandatkan pada pendirian.

2. Menjalankan keputusan-keputusan ASEAN SUMMITsesuai dengan bidang masing-masing.

3. Memperkuat kerja sama untuk mewujudkan integrasi ASEAN menuju Komunitas ASEAN.

4. Membuat laporan dan rekomendasi kepada Dewan Komunitas terkait.10

Di bawah ini adalah ASEAN Sectoral Ministrial Bodies yang berada di bawah koordinasi Dewan Komunitas ASEAN11:

A. ASEAN POLITICAL SECURITY COMMUNITY

 ASEAN Foreign Ministers Meetings (AMM)

a. ASEAN Senior Officials Meetings (ASEAN SOM) b. ASEAN Standing Committee (ASC)

c. Senior Officials Meeting on Development Planning (SOMDP)

 Commission on The Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ Commission)

a. Excecutive Committee of The SEANWFZ

 ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM)

a. ASEAN Defense Senior Official Meeting (ADSOM)

 ASEAN Law Ministers Meeting

a. ASEAN Senior Law Official Meeting

10 Pasal 10 Piagam ASEAN

11 Terdapat pada Annex 1 PIagam ASEAN

(13)

 ASEAN Ministrial Meting on Transnational Crime a. Senior Official Meeting on Transnational Crime b. ASEAN Senior Officials on Drugs Matter

c. Directors General of Immigration Departments and Heads of Consular Affairs Divisions of Ministries of Foreign Affairs Meeting.

 ASEAN Regional Forum (ARF)

a. ASEAN Regional Forum Senior Officials Meeting

B. ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

 ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM)

a. High Level Task Force on ASEAN Economic Integration b. Senior Economic Official Meeting

 ASEAN Free Trade Area Council

 ASEAN Finance Ministers Meeting

 ASEAN Investment Area Council

 ASEAN Ministers Meeting on Agriculture and Forestry

a. Senior Officials Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (SOM-AMAF)

b. ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF)

 ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) a. Senior Officials Meeting on Energy (SOME)

 ASEAN Ministerial Meeting on Minerals (AMMin)

a. ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals (ASOMM)

(14)

 ASEAN Ministerial Meeting on Science and Technology (AMMST)

a. Committee on Science and Technology (COST)

 ASEAN Telecommunications and Information Technology Ministers Meeting (TELMIN)

a. Telecommunications and Information Technology Senior Officials Meeting (TELSOM)

b. ASEAN Telecommunication Regulators’ Council (ATRC)

 ASEAN Transport Ministers Meeting (ATM) a. Senior Transport Officials Meeting (STOM)

 Meeting of the ASEAN Tourism Ministers (M-ATM)

a. Meeting of the ASEAN National Tourism Organisations(ASEAN NTOs)

 ASEAN Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC) a. ASEAN Mekong Basin Development Cooperation Steering

Committee (AMBDC SC)

b. High Level Finance Committee (HLFC)

 ASEAN Centre for Energy

 ASEAN-Japan Centre in Tokyo

(15)

C. ASEAN SOSIO-CULTURAL COMMUNITY

 ASEAN Ministers Responsible for Information (AMRI)

a. Senior Officials Meeting Responsible for Information (SOMRI)

 ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA) a. Senior Officials Meeting for Culture and Arts (SOMCA)

 ASEAN Education Ministers Meeting (ASED) a. Senior Officials Meeting on Education (SOM-ED)

 ASEAN Ministerial Meeting on Disaster Management (AMMDM)

a. ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM)

 ASEAN Ministerial Meeting on the Environment (AMME) a. ASEAN Senior Officials on the Environment (ASOEN)

 Conference of the Parties to the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (COP)

a. Committee (COM) under the COP to the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution

 ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM)

a. Senior Officials Meeting on Health Development (SOMHD)

 ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM) a. Senior Labour Officials Meeting (SLOM)

b. ASEAN Committee on the Implementation of the ASEAN c. Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of

Migrant Workers

(16)

 ASEAN Ministers on Rural Development and Poverty Eradication (AMRDPE)

a. Senior Officials Meeting on Rural Development and Poverty Eradication (SOMRDPE)

 ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and Development (AMMSWD)

a. Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development (SOMSWD)

(17)

5. Sekretaris Jenderal ASEAN dan Sekretariat ASEAN

Sekretaris-Jenderal ASEAN diangkat oleh KTT ASEAN untuk satu periode masa jabatan selama 5 tahun, dipilih dari antara warga negara dari Anggota ASEAN berdasarkan rotasi alfabetis, dengan pertimbangan integritas, kemampuan dan pengalaman profesional, dan kesetaraan gender.

Tugas dan wewenang dari Sekretaris-Jenderal ASEAN adalah, melaksanakan tugas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan Piagam ASEAN dan relevan instrumen, protokol dan sebagainya; memfasilitasi dan memonitor kemajuan dalam pelaksanaan perjanjian ASEAN dan keputusan, dan menyerahkan laporan tahunan pada pekerjaan ASEAN kepada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN; berpartisipasi dalam pertemuan KTT ASEAN, Dewan Komunitas ASEAN, Dewan Koordinasi, dan Badan Kementerian Sektoral ASEAN, dan pertemuan ASEAN lainnya yang terkait; memberikan pandangan

mengenai ASEAN dan berpartisipasi dalam

pertemuan dengan pihak eksternal sesuai dengan disetujui kebijakan pedoman dan mandat yang diberikan kepada Sekretaris Jenderal, dan merekomendasikan pengangkatan dan pemberhentian Deputi Sekretaris Jenderal kepada Dewan Koordinasi ASEAN untuk mendapatkan persetujuan12.

Sekretaris Jenderal juga menjadi Kepala Administrasi ASEAN.

Sekretaris Jenderal dibantu oleh empat Wakil Sekretaris Jenderal dengan pangkat dan status Deputi Menteri. Deputi Sekretaris Jenderal harus bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal dalam melaksanakan mereka fungsi. Keempat Deputi Sekretaris Jenderal harus berbeda kebangsaan dari Sekretaris Jenderal dan keempatnya harus berbeda kewarganegaraan. Empat Deputi Sekretaris Jenderal tersebut terdiri atas:

a) dua Deputi Sekretaris-Jenderal akan menjabat selama 3 tahun dan tidak dapat diperpanjang, dipilih dari warga negara dari Negara Anggota ASEAN berdasarkan rotasi alfabetis, dengan akibat pertimbangan integritas, kualifikasi, kompetensi, pengalaman dan kesetaraan gender, dan

12 Pasal 11 Piagam ASEAN

(18)

b) dua Deputi Sekretaris Jenderal yang akan melayani jangka waktu tiga tahun, yang dapat diperpanjang untuk tiga tahun lagi. Kedua Deputi Sekretaris Jenderal harus secara terbuka direkrut berdasarkan prestasi.

Selain itu Sekretaris-Jenderal dan staff nya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menegakkan standar tertinggi integritas, efisiensi, dan kompetensi dalam kinerja tugas mereka; tidak meminta atau menerima instruksi dari setiap pemerintah atau pihak eksternal di luar ASEAN; dan untuk menahan diri dari tindakan yang mungkin mencerminkan posisi mereka sebagai pejabat Sekretariat ASEAN bertanggung jawab hanya untuk ASEAN13.

6. Committee Representatives to ASEAN

Setiap Negara Anggota ASEAN harus menunjuk seorang Perwakilan Permanen untuk ASEAN dengan pangkat Duta Besar yang ditempatkan di Jakarta. Para Wakil Tetap secara kolektif merupakan Komite Perwakilan Tetap, yang akan mendukung kerja dari Komunitas ASEAN Dewan dan Badan-Badan Kementerian Sektoral ASEAN; berkoordinasi dengan Sekretariat Nasional ASEAN dan Menteri Sektoral ASEAN lainnya; bekerja sama dengan Sekretaris Jenderal ASEAN dan Sekretariat ASEAN pada semua mata pelajaran yang relevan dengan yang bekerja; memfasilitasi kerja sama ASEAN dengan mitra eksternal; dan menjalankan fungsi-fungsi lain seperti dapat ditentukan oleh Dewan Koordinasi ASEAN14.

Hingga saat ini Wakil Tetap dan Kantor Perwakilan (Mission) untuk ASEAN yang telah berakreditasi berjumlah 33 Negara (sampai dengan Agustus 2010). Sementara itu dapat dicatat bahwa masing-masing Negara-negara Uni Eropa menyatakan akan mengakreditasikan Duta Besarnya untuk ASEAN.

Sementara negara-negara kawasan teluk (Gulf Country Cooperation/GCC)

13 Ibid

14 Pasal 12 Piagam ASEAN

(19)

memiliki kesepakatan dengan ASEAN bahwa secara resiprositas masing-masing pihak akan mengakreditasikan Duta Besarnya untuk ASEAN di Jakarta maupun GCC di Riyadh

.

7. ASEAN National Secretariats

Setiap Negara Anggota ASEAN membentuk ASEAN Nasional Sekretariat yang berfungsi sebagai focal point nasional; menjadi penyimpan informasi mengenai semua ASEAN masalah di tingkat nasional;

mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan ASEAN di tingkat nasional; mengoordinasikan dan mendukung persiapan nasional Pertemuan-pertemuan ASEAN; memajukan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional, dan berkontribusi untuk tatanan Komunitas ASEAN.

8. ASEAN Human Rights Body

Sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam ASEAN terkait dengan pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, ASEAN membentuk sebuah badan hak asasi manusia ASEAN.

Badan HAM ASEAN ini akan beroperasi dalam tubuh ASEAN, sesuai dengan kerangka acuan yang akan ditentukan oleh Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN.

Komisi HAM ASEAN merupakan institusi HAM yang menyeluruh (the overarching human rights institution in ASEAN) yang bertanggung jawab untuk pemajuan dan perlindungan HAM di ASEAN. Komisi ini juga sebagai badan konsultatif antar-pemerintah (consultative intergovermental body) dan bagian integral dalam struktur organisasi ASEAN. Untuk memenuhi fungsinya dalam rangka memajukan dan melindungi HAM, Komisi ini memiliki mandat antara lain untuk: membentuk Deklarasi HAM ASEAN (ASEAN Human Rights Declaration) dan instrumen hukum (legal instrument) terkait dengan HAM;

meningkatkan kesadaran publik terhadap HAM; mendorong pembangunan kapasitas (capacity building) negara anggota ASEAN untuk

(20)

mengimplementasikan kewajiban HAM secara efektif; memperkuat norma-norma HAM di ASEAN; mendorong keikutsertaan negara anggota ASEAN pada berbagai forum HAM internasional; mendorong dialog dan konsultasi serta kerjasama diantara Negara ASEAN yang melibatkan institusi nasional, internasional dan pemilik kepentingan lainnya; serta memberikan advisory service dan bantuan teknis (technical assistance) untuk badan sektoral ASEAN.

Dalam rangka membangun rasa saling percaya dan pemahaman yang lebih baik satu sama lain, Indonesia mengusulkan untuk mengadakan forum secara berkala dimana masing-masing negara dapat menyampaikan praktik- praktik terbaik dan pengalaman dalam hal penanganan penegakan HAM. Forum AICHR ini bersifat sukarela dan tidak bersifat mengikat. Usulan ini didukung oleh negara-negara lain di ASEAN. Indonesia selaku penggagas Komisi HAM ASEAN menunjukkan penghargaannya atas independensi Komisi dengan melakukan pemilihan terbuka bagi penunjukan wakil Indonesia yang duduk di Komisi ini.

Terpilihnya wakil dari LSM menunjukkan bahwa Indonesia demokratis, lebih siap, serta lebih terbuka bagi pelibatan unsur masyarakat madani untuk duduk sebagai wakil di Komisi ini. Pengakuan dan dukungan Internasional atas keberadaan Komisi HAM ASEAN ditandai dengan diterimanya undangan untuk bertukar pikiran dan pengalaman dalam pelaksanaan HAM dari berbagai belahan dunia, seperti dari Amerika, Eropa maupun Afrika.

AICHR telah melakukan beberapa kali pertemuan, baik pertemuan informal maupun pertemuan formal yang dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam satu tahun. Pada pertemuan formalnya yang ke-2, AICHR telah menyusun Rencana Kerja 5 Tahunan dan Program Prioritas AICHR (AICHR Priority Programme)/Aktivitas AICHR (Activities of AICHR) 2010-2011. Para Menlu ASEAN dalam pertemuan ke-43 di Hanoi, Vietnam bulan Juli 2010, telah menyetujui Program Prioritas AICHR/Aktivitas AICHR 2010-2011 serta meminta AICHR untuk melengkapi anggaran indikatif untuk Rencana Kerja 5 Tahun AICHR.

(21)

9. ASEAN Foundation

Yayasan ASEAN wajib mendukung Sekretaris Jenderal ASEAN dan berkolaborasi dengan Badan ASEAN yang relevan untuk mendukung pembentukan komunitas ASEAN dengan mempromosikan kesadaran yang lebih besar dari identitas ASEAN, dengan relasi orang ke orang (people to people connectivity),dan berkolaborasi erat antara sektor bisnis, masyarakat sipil, akademisi dan pemangku kepentingan lainnya di ASEAN. Yayasan ASEAN bertanggung jawab kepada Sekretaris-Jenderal ASEAN, dan wajib menyampaikan laporannya kepada KTT ASEAN melalui Dewan Koordinasi ASEAN.

2.1.2. Legal Personality

Setelah berlakunya Piagam ASEAN, organisasi regional ASEAN kemudian menjadi sebuah legal personality yang dengan kata lain dapat melakukan perbuatan hukum layaknya pribadi hukum lain. Sehingga kemudian keputusan-keputusan yang diciptakan olehnya memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat dan mengikat dibandingkan dengan pada masa Deklarasi Bangkok, di mana pada Deklarasi Bangkok , klausa-klausa yang ada lebih menunjukan pada kesepahaman membuat persatuan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara guna memperkuat kerja sama antarnegara anggota. Hal ini ditegaskan pada pasal 3 piagam15.

Piagam ASEAN yang diresmikan di Singapura pada 2007, adalah salah satu pencapaian besar ASEAN selama 40 tahun berdiri dengan melekatkan status legalitas pada organisasi ini16.

2.1.3. Pengambilan Keputusan

Dalam organisasi ASEAN, setiap pengambilan keputusan, didasarkan pada dua prinsip dasar, yaitu Konsultasi dan Konsensus. Apabila konsensus tidak

15 ASEAN as an intergovernmental organization is hereby conferred legal personalit.y

16 Daljit Singh, Tin Maung Maung Than, Sotheast Asia Affairs 2008, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore: 2008, hlm. 76

(22)

dapat dicapai, maka ASEAN SUMMIT dapat memutuskan permasalahan tersebut. Untuk Dewan Komunitas ASEAN, diberikan kewenangan dalam menentukan prosedur pengambilan keputusan. Misalnya dalam pengimplementasian komintmen-komitmen di bidang ekonomi, lazim digunakan ASEAN Minus X Formula17. Lebih lanjutnya, mengenai consensus dan konsultasi akan dibahas di bagian penyelesaian sengketa

2.1.4. Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa menurut mekanisme yang berlaku di ASEAN, diatur dalam bagian VIII Piagam ASEAN mengenai Penyelesaian sengketa. Prinsip dasar dalam penyelesaian sengketa, dilakukan melalui dialog, konsultasi, dan negosiasi. Prinsip tersebut digunakan untuk segala sengketa yang timbul dari semua bidang kerja sama ASEAN. Sengketa-sengketa yang timbul ini, atas persetujuan para pihak dapat dicarikan solusinya lewat konsiliasi, good offices, dan mediasi yang mana pengajuannya diajukan pada Ketua ataupun Sekretaris Jenderal ASEAN. Untuk sengketa-sengketa yang tidak terkait dengan penginterpretasian instrument ASEAN kemudian akan diselesaikan dengan damai sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation of Southeast Asia. Sedangkan sengketa yang timbul akibat misinterpretasi perjanjian-perjanjian ekonomi akan diselesaikan menurut ASEAN Protocol on Enhanced Dispute Settlement Mechanism.

2.1.5. Keanggotaan

Mekanisme penerimaan anggota baru ASEAN, diatur oleh Badan Koordinasi. Untuk dapat menjadi anggota ASEAN, maka:

 suatu negara secara letak geografis berada di Asia Tenggara

 diakui oleh seluruh anggota ASEAN

 mau tunduk pada piagam ASEAN

17 Pasal 20 dan 21 Piagam ASEAN

(23)

 bersedia melaksanakan kewajiban sebagai anggota

2.1.6. Pembiayaan Finansial Organisasi

Mengenai pembiayaan, sumber pendanaan ASEAN berasal dari iuran wajib tahunan yang dibayarkan para anggotanya.

2.1.7. Imunitas Wakil Negara-Negara ASEAN

Piagam ASEAN telah resmi berlaku pada tanggal 15 Desember 2008.

Indonesia telah mengesahkan pemberlakuan Piagam ASEAN tersebut melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of the Association of Southeast Asian Nations (Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Pada ASEAN Ministerial Meeting Retreat di Singapura, Maret 2008, para Menlu ASEAN sepakat untuk membentuk kelompok yang terdiri atas para ahli hukum dari masing-masing negara anggota untuk melakukan kajian terhadap pasal-pasal yang terdapat di dalam Piagam ASEAN. Pada rangkaian 41st ASEAN Ministerial Meeting di Singapura, Juli 2008 secara resmi dibentuk dan dilakukan pertemuan pertama High Level Legal Experts’ Group on the Follow-up to the ASEAN Charter (HLEG).

HLEG telah menyelesaikan 19 kali pertemuan. Salah satu hasil nyata dari rangkaian pertemuan HLEG ini adalah disepakatinya Agreement on Privileges and Immunities Agreement of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Persetujuan P&I ASEAN ditandatangani oleh para Menlu ASEAN di Cha-am Hua Hin, Thailand, bulan Oktober 2009 dalam rangkaian KTT ke-15 ASEAN. Persetujuan P&I ASEAN ini dimaksudkan untuk mengatur hal-hal dasar bagi pemberian hak-hak keistimewaan dan kekebalan yang diperlukan bagi pejabat-pejabat dan tenaga ahli dalam menjalankan kegiatan- kegiatan resmi ASEAN.

Untuk dapat diberlakukan, Persetujuan P&I tersebut saat ini sedang dalam proses ratifkasi oleh negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia.

Dalam proses ratifkasi dan terutama pada saat telah resmi diberlakukan nanti,

(24)

Persetujuan P&I ini memerlukan koordinasi di antara berbagai instansi terkait di Indonesia, antara lain Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Kemlu, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Hukum dan HAM, Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Kepolisian RI, dan lain-lain.

2.2. Kerja Sama ASEAN dengan Negara maupun Organisasi Lain

Semenjak terbentuk mekanisme kerja sama ASEAN Plus Three (APT) yang dimulai dengan pelaksanaan KTT di Kuala Lumpur pada tahun 1997, wacana kerja sama Asia Timur, khususnya gagasan pembentukan wadah baru kerja sama negara-negara Asia Timur dengan melibatkan ASEAN terus mengemuka.

Keberhasilan APT membentuk mekanisme kerja sama keuangan, yang dikenal dengan Inisiatif Chiang Mai (Chiang Mai Initiative/CMI) antara negara- negara APT guna menghindari terulangnya krisis di kawasan, telah mendorong munculnya gagasan untuk menyelenggarakan pertemuan puncak antar negara- negara Asia Timur dalam wadah KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS).

Wacana pembentukan East Asia community (EAc) terkait erat dengan perkembangan arsitektur kawasan di kawasan Asia Timur, khususnya kerja sama APT, dan EAS. Dalam kaitan itu, para penggagas EAc melihat bahwa untuk memajukan kerja sama ekonomi diantara negara-negara Asia Timur, mekanisme yang paling layak adalah pembentukan EAc. Pembentukan EAc diusulkan oleh PM Jepang, Yukio Hatoyama. Untuk langkah awal pembentukan EAc, diusulkan untuk menggabungkan berbagai FTA, melakukan kerja sama dalam bidang keuangan, energi, lingkungan, penanggulangan bencana alam, dan lain sebaginya.

Meskipun demikian, usulan tersebut masih belum menyampaikan bentuk kongkrit dari cara pencapaian EAc tersebut.

Terkait dengan berbagai wacana yang mewarnai diskusi tentang gagasan arsitektur kawasan, Indonesia bersikap terbuka terhadap perkembangan kerja sama yang mendorong integrasi di kawasan Asia Timur. Bagi Indonesia, EAS dan APT keduanya dapat menjadi mekanisme yang saling mendukung satu dan lainnya dalam upaya memperkuat kerja sama kawasan dengan ASEAN

(25)

sebagai kekuatan penggerak (driving force) dalam arsitektur kawasan di kawasan Asia Timur.

2.3. Peran ASEAN dalam Pergaulan Internasional 2.3.1. Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Dunia

Satu dekade lalu Jim O’Neill sebagai salah satu ekonom Goldman Sach memperkenalkan istilah BRIC sebagai kekuatan ekonomi baru dunia.

Singkatan yang mewakili Brasil, Rusia, India, dan Cina itu mengartikulasikan peran negara-negara pasar berkembang (emerging market) sebagai pemain baru yang akan menyaingi peran negara-negara ekonomi mapan (maju) seperti Amerika Serikat dan Eropa. Krisis ekonomi global 2008 memang menggenapi ramalan O’Neill. Negara-negara BRIC sama sekali tidak, atau hanya sedikit, terdampak oleh kelesuan ekonomi global yang masih saja terus berlangsung sampai 2011 ini. Sebagai salah satu komunitas kawasan yang paling berhasil, ASEAN sebenarnya punya potensi menjadi kekuatan ekonomi baru dunia, minimal seperti BRIC. Produk domestik bruto (PDB) kawasan ini mencapai 1,85 triliun dolar AS, setara dengan sebuah negara Eropa sekelas Italia.

Namun, kawasan ini masih terus bertumbuh dengan kecepatan lebih dari lima persen. Sementara negara-nagara maju kini hanya tumbuh di bawah satu persen. Namun, potensi itu tentu saja bisa tergali bila ASEAN menyatu sebagai sebuah kawasan ekonomi bersama.

2.3.2. Di Bidang Lingkungan

Pada kesempatan KTT G-20, September 2009, Indonesia mendorong ASEAN dan negara-negara berkembang lainnya untuk melakukan aksi mitigasi secara sukarela, tidak sekedar rutinitas biasa (business as usual). Indonesia juga

(26)

mendorong penetapan target mitigasi negara maju minimal 40% dari tingkat emisi di tahun 1990.18

Indonesia mendorong agar ASEAN secara bertahap membangun pemahaman dan posisi bersama mengenai isu perubahan iklim. Common understanding dan Common Position di lingkungan internal ASEAN sangat diperlukan untuk memperkuat suara ASEAN pada pertemuan terkait di tingkat global (UNFCCC maupun dalam kerangka Kelompok-77+Cina). Posisi dan pemahaman tersebut diharapkan dapat memberikan nilai positif bagi komitmen ASEAN terhadap isu perubahan iklim di forum internasional.19

Indonesia mendorong agar pertemuan COP16 dapat melaksanakan mandat Bali Action Plan (BAP) untuk menghasilkan komitmen bersama,yang lebih adil bagi upaya global mengatasi permasalahan perubahan iklim, dengan berlandaskan pada prinsip historis “common but differentiated responsibilities, and respective capabilities”. Dalam kaitan ini, negara maju dan berkembang dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.20

Berkaitan dengan isu transfer of technology, Indonesia berpandangan bahwa negara berkembang perlu dukungan teknologi sehingga memungkinkan bagi mereka untuk melakukan upaya adaptasi dan mitigasi. Disamping itu, Indonesia juga menggarisbawahi bahwa isu HAKI hendaknya tidak menciptakan hambatan atau pembatasan bagi proses alih teknologi. Lebih lanjut, Indonesia mengusulkan adanya pemisahan antara pembahasan isu HAKI & alih teknologi.21

Indonesia mendorong agar isu kelautan dapat menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembahasan isu perubahan iklim. Indonesia menekankan bahwa program adaptasi dan mitigasi juga harus mencakup dimensi darat dan laut (terrestrial and ocean dimensions). Indonesia mengharapkan agar isu kelautan juga menjadi bagian dari program Capacity Building, serta mendorong ASEAN

18 Kementerian Luar Negeri RI, ASEAN Selayang Pandang 2010, (Jakarta: Kemenlu RI), hlm. 227.

19 Ibid., hlm. 228.

20 Ibid.

21 Ibid.

(27)

untuk terus menyuarakan mengenai pentingnya isu pelestarian alam dan keanekaragaman hayati.22

Dalam menyikapi isu perubahan iklim, Indonesia menegaskan pentingnya meningkatkan kapasitas bersama ASEAN dengan kolaborasi dalam program adaptasi, pengembangan mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism), transfer teknologi, serta dukungan finansial melalui kerjasama dengan masyarakat internasional.

2.4. Entitas terkait ASEAN

ASEAN dapat melibatkan entitas-entitas yang mendukung Piagam ASEAN. Entitas-entitas tersebut tercatat dalam Lampiran 2 pada Piagam ASEAN.

2.5. The ASEAN Way

Ada sebuah norma dasar dalam ASEAN yang dikenal sebagai ASEAN Way, meliputi Menentang prinsip kekerasan dan menyelesaikan sengketa dan lebih mengutamakan penyelesaian sengketa yang damai, tidak adanya pakta militer maupun preference untuk perjanjian bilateral di bidang pertahanan, komunikasi Sosial, Budaya, dan ekonomi diutamakan23.

Selain itu ASEAN Way juga dapat diartikan sebagai penyelesaian sengketa yang bersumber dari cara-cara, tradisi, dan budaya bangsa Asia Tenggara, yaitu dengan Consultation and Consensus yang berarti mushawara mufakat24.

22 Ibid.

23 Menandro Abanes, ASEAN Way of Peacebuilding Through Performing Arts, Community, and Humanitarian Cooperation:Internship Reports, Grin Verlag, Norderstedt:2008, hlm. 11.

24 Pidato Radolfo C. Severino, Kuala lumpur, 3 Juli 2001 “ASEAN WAY and It’s Rule of Law”

(28)

2.6. Posisi Indonesia dan Kepentingan Indonesia di ASEAN 2.6.1. Posisi Indonesia di Dunia

 Negara demokratis terbesar ketiga di dunia setelah India, USA;

 Ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta penduduk;

 Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRC dan India;

 Pendiri (dan “pemimpin”) ASEAN;

 Anggota G-20;

 Anggota APEC;

 Ketua G-33 WTO;

 Chairmanship ASEAN 2011.25

2.6.2. Keanggotaan Indonesia di ASEAN

Indonesia merupakan salah satu negara pendiri ASEAN pada tahun 1967 yang ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok saat itu. Pada tahun yang sama, Indonesia juga berhasil memberikan landasan yang kuat bagi ASEAN di tengah konstelasi global yang ditandai oleh Perang Dingin melalui kesepakatan Bali Concord I.26 Kemudian pada 2003, Indonesia kembali memberikan landasan yang kuat bagi proses transformasi ASEAN menjadi suatu organisasi yang kuat dan berorientasi kepada masyarakat melalui kesepakatan

25 Direktorat Kerja Sama ASEAN, DITJEN Kerja Sama Perdagangan Internasional, KEMENDAG RI, "Kesiapan Indonesia Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN di 2015,"

Diunduh dari <www.depkeu.go.id/ind/others/bakohumas/KesiapanInaMenujuAEC2015.ppt>, diakses pada 10 November 2011, pukul 16.00 WIB.

26 Pada KTT ASEAN ke-2 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 4- 5 Agustus 1967, ASEAN mencetuskan Bali Concord I yang dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan kerja sama dengan negara-negara anggota, yang meliputi aspek politik, keamanan, ekonomi, perdagangan, pariwisata,dan lainnya. Namun, dikarenakan kerja sama ASEAN lainnya, selama lebih dari 44 tahun usia ASEAN berkembang begitu cepat, sementara itu kerja sama politik dan keamanan berjalan agak lamban karena dianggap terlalu sensitif untuk disinggung. “Bappenas:

Hasil ASEAN Harus Dirasakan Masyarakatnya”,

<http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/20/9335/bappenas_hasil_asean_harus_dirasakan _masyarakatnya/#.Tr7wTj24q30>, diakses 11 November 2011, pukul 21.30 WIB.

(29)

Bali Concord II.27 Pada tahun 2011 ini, Indonesia menjadi Ketua ASEAN dan akan menyelenggarakan KTT ASEAN ke-19 pada 17 November 2011 mendatang di Bali dengan salah satu agenda penting, yakni penandatanganan Bali Concord III sebagai rujukan pengembangan visi ASEAN dimasa mendatang.28

a) Kepentingan Indonesia di ASEAN

Sejak awal, ASEAN memainkan peranan sentral terhadap politik luar negeri Indonesia yang pada saat itu dipimpin Suharto muda, yang sangat berupaya untuk mengambil jarak dari politik dan retorika anti barat terjemahan pendahulunya, Sukarno. Selain perang Vietnam, pengaruh Indonesia juga berperan dalam menentukan haluan ASEAN yang sejak pendiriannya menunjukkan garis anti-komunisme dan berperan sebagai “pelindung” terhadap kekuatan RRC pada saat itu.29

Pemerintah Indonesia mengkhawatirkan adanya berbagai macam keharusan dan keterikatan yang muncul sebagai akibat proses kerja sama dalam ASEAN yang mengharuskan pembentukan berbagai lembaga baru atau penyatuan dalam bentuk lainnya. Indonesia terutama menolak tiap usaha sekecil apapun yang bertujuan untuk menciptakan suatu pasar bersama. Hingga hari ini masih terdapat kekhawatiran bahwa produk impor murah dari para negara tetangga di ASEAN akan membanjiri pasar lokal.

27 Menjelang abad ke-21, ASEAN menyepakati untuk mengembangkan suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Harapan tersebut dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997. Untuk merealisasikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN yang diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 7-8 Oktober 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas ASEAN tersebut terdiri atas 3 (tiga) pilar yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community-ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community-AEC) dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community-ASCC). Indonesia menjadi penggagas pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN dan memainkan peran penting dalam perumusan dua pilar lainnya.

Kemlu RI, ASEAN Selayang Pandang, (Jakarta: Kemlu RI, 2010), hlm. 3-4.

28 Faustinus Andrea, “Urgensi Bali Concord III”, <http://www.seputar- indonesia.com/edisicetak/content/view/442537/>, diakses pada 11 November 2011, pukul 21.45 WIB.

29 Winfried Weck, “Laporan Negara: Indonesia dalam Perspektif Regional dan Global”, <http://www.kas.de/wf/doc/kas_3135-1442-20-30.pdf?110311094607>, diakses pada 11 November 2011, pukul 19.00 WIB, hlm. 2.

(30)

Walau peran Indonesia sendiri kerap menghambat dan memperlambat proses pemanfaatan potensi ekonomi di ASEAN, Indonesia sendiri memandang baik keberadaan ASEAN sebagai instrumen untuk membentuk suatu identitas politik bersama. Setelah berbagai upaya untuk menyatukan politik pertahanan dan luar negara di Asia Tenggara gagal, ASEAN membentuk Southeast Asian Zone for Peace, Freedom, and Neutrality atau ZOPFAN, dengan Indonesia sebagai pendorong utamanya pada tahun 1971, yakni pada saat perang Vietnam sedang berlangsung sengit. Kepentingan Indonesia yang memang sangat kuat untuk membentuk sebuah zona netral di wilayah tersebut, didasari oleh beberapa faktor.

Faktor yang paling penting mengemuka kemungkinan besar adalah sejarah kolonialisasi oleh Belanda sehingga Indonesia tidak memiliki pertalian pada negara kolonial seperti Britania Raya dan Prancis, berbeda dengan negara Asia Tenggara daratan lainnya, kecuali Thailand. Semenjak pendiriannya, kedaulatan wilayah menjadi prinsip dasar dan ciri khas yang melekat pada bangsa ini dan sekaligus menjadi tujuan tertinggi dari Republik Indonesia.30

b) Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN 2011

Peran serta Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 diantaranya menyelesaikan berbagai permasalahan yang menumpuk di ASEAN. Indonesia mempunyai peranan yang strategis untuk mengarahkan dan menggerakkan ASEAN: ke arah mana dan bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada akan bisa diselesaikan dengan baik secara bilateral maupun multilateral.

Ada tiga isu terkait dengan Indonesia Chairmanship in ASEAN in 2011 antara lain:31

1. ASEAN integration which is analyzed using The European Union as a model;

2. Working agenda in which Indonesia deals with democracy, human rights, and corruption;

3. ASEAN within a global challenge.

30 Ibid., hlm. 3.

31 Jusmaliani, "Komunitas ASEAN Dalam Masyarakat Dunia: Agenda Kerja Indonesia", Jurnal Demokrasi dan HAM Vol. 9, No.1, 2011, (Jakarta: The Habibie Center, 2011), hlm. 83.

(31)

Chairmanship ASEAN diatur secara bergilir menurut abjad (Pasal 31, piagam ASEAN) sehingga seharusnya setelah kepemimpinan Vietnam berakhir pada tahun 2010, giliran berikutnya adalah Brunei Darussalam, tetapi Indonesia meminta tukar giliran dan hal ini disepakati oleh 10 anggota ASEAN. Seharusnya 2011 adalah untuk Brunei Darussalam, 2012 untuk Cambodia dan giliran Indonesia baru pada 2013. Pada tahun 2013, Indonesia akan menjadi tuan rumah APEC dan juga G-20 Summit. Tampaknya secara administratif tumpang tindihnya tugas-tugas inilah yang menyebabkan Indonesia minta ditukar dengan Brunei Darussalam.

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono secara resmi mengumumkan kepemimpinan Indonesia yang berlangsung sepanjang tahun 2011 pada upacara penutupan ASEAN Summit ke-17 di Hanoi, Vietnam pada 30 Oktober 2010. Pada waktu itu diperkenalkan pula logo dan tema kepemimpinan Indonesia. Bentuk dasar logo ASEAN selama periode kepemimpinan Indonesia adalah gunungan wayang (bentuk segitiga) yang mencerminkan 3 pilar komunitas ASEAN dengan harapan dapat mendorong kerjasama yang bermanfaat, sedangkan tema Kepemimpinan Indonesia adalah Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-bangsa (ASEAN Community in a Global Community of Nations).

Komunitas ASEAN akan dituntut secara kolektif berkontribusi dalam menangani berbagai isu dan tantangan global. Arti yang tersirat dalam tema ini adalah di bawah kepemimpinan Indonesia, ASEAN akan lebih outward-looking. Di samping itu, Indonesia juga akan membawa demokrasi, HAM dan pemberantasan korupsi sebagai agenda kerja kepemimpinannya.32

Berselang 35 tahun pada 1992 dibentuk UE dengan Maastricht Treaty.

Bagi Uni Eropa waktu yang relatif lama ini diperlukan untuk menurunkan hambatan-hambatan perdagangan di antara mereka dan menciptakan suatu pasar tunggal dimana barang, jasa, manusia dan modal bebas bergerak di dalamnya.

Single European Act yang ditandatangani pada 1 Juli 1987 baru lengkap secara formal pada akhir 1992. Integrasi perdagangan merupakan sarana terpenting dalam integrasi wilayah ini. Dalam hal lamanya waktu, tampaknya ada kesamaan antara Uni Eropa dan ASEAN. Kurun waktu yang diperlukan ASEAN untuk

32 Jusmaliani, op.cit., hlm. 84.

(32)

mencapai kesepakatan AFTA adalah 25 tahun, AEC blueprint setelah 40 tahun dan ASEAN Charter 41 tahun.

Uni Eropa membuat kebijakan yang sama dalam beberapa bidang:

pertanian, consumers affairs, lingkungan, energi, transportasi, dan perdagangan.

ASEAN juga telah mengambil langkah-langkah konkrit mengenai hal ini, seperti dalam mengatur agar aliran barang menjadi bebas melalui penghapusan hambatan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, penyatuan kepabeanan (custom integration), ASEAN single window, harmonisasi standar dana pengaturan teknis penghambat perdagangan.

(33)

BAB III

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DIHADAPI ASEAN MENUJU ASEAN SINGLE ENTITY

3.1. Penanganan Bencana Alam

Kerjasama ASEAN di bidang penanggulangan bencana memulai babak baru dengan diberlakukannya ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) pada tanggal 24 Desember 2009.

AADMER bertujuan untuk menyediakan mekanisme yang efektif untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana pada kehidupan dan hilangnya aset sosial, ekonomi dan lingkungan. AADMER bertujuan mengatur tanggap darurat bencana melalui kerja sama di tingkat nasional, regional dan internasional. Indonesia telah meratifkasi AADMER dengan Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2008 pada tanggal 15 Mei 2008.33

Komponen-komponen penting dalam AADMER antara lain ASEAN Standard Operating Procedure for Regional Standby Arrangements and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations (SASOP) dan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre).34

Indonesia telah ditunjuk untuk menjadi tuan rumah (host) AHA Centre pada pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ke-40 ASEAN di Manila, Filipina, Juli 2007. Meskipun AADMER sudah mulai berlaku, dokumen-dokumen hukum pendirian AHA Centre seperti Agreement on the Establishment of the AHA Centre dan Host Country Agreement, masih dalam tahap pembahasan. Diharapkan AHA Centre sudah dapat beroperasi pada awal 2011.35

Guna memperkuat kerjasama penanganan bencana setelah berlakunya AADMER, ACDM pada Pertemuan ke-14 di Bandung, Desember 2009 telah menghasilkan konsep pertama AADMER Work Programme (AWP) 2010-2015.

33 Kementerian Luar Negeri RI, op. cit., hlm. 229.

34 Ibid.

35 Ibid.

(34)

AWP berisikan program/aktivitas dalam kerjasama penanganan bencana yang menjadi acuan kerjasama dengan mitra wicara ASEAN. Selanjutnya pada Pertemuan ke-15 ACDM di Singapura, bulan Maret 2010 konsep dimaksud telah disahkan.36

3.2 Krisis Pangan

ASEAN tetap berkomitmen untuk mengatasi kemungkinan terjadinya krisis pangan dengan meningkatkan koordinasi di antara negara-negara anggota serta menyiapkan anggaran yang bisa mendukung ketahanan pangan. Langkah antisipasi ke arah itu telah dilakukan diantaranya penyediaan lahan yang lebih baik dan teknologi maju yang diterapkan. Negara-negara anggota, tengah mempelajari antisipasi dengan kesiapan dana untuk saling menolong dalam penyediaan energi dan pangan. sebetulnya dampak inflasi cukup tinggi sehingga perlu diwaspadai pengaruhnya terhadap aspek pangan. Namun dalam pengamatannya, saat ini tidak ada negara di kawasan ASEAN yang mengalami situasi membahayakan seperti akibat gejolak harga pangan. Sisi lain dari dampak dari krisis pangan tersebut seperti yang tulisan dalam laporan yang dipublikasikan oleh Earth Policy Institute. Laporan bertajuk The Great Food Crisis of 2011, Presiden Earth Policy Institute, Lester R Brown mengungkapkan data-data yang dijadikan indikasi akan rawannya krisis pangan dunia. Dari sisi komsumsi, ketiga faktor tersebut menyebabkan kenaikan konsumsi pangan dalam jumlah yang besar. Dalam 25 tahun terhitung dari tahun 1990-2005, tercatat konsumsi pangan hanya 25 juta ton per tahun, namun kenaikan luar biasa yang angkanya melebihi konsumsi pangan selama lebih dari 25 tahun terjadi antara tahun 2005-2010. Ada tiga negara yang diprediksi akan terimbas krisis pangan paling parah yakni China, India dan Indonesia.

Lebih jauh, krisis pangan di masa depan diyakini akan menjadi salah satu penyebab konfrontasi atau perang antar negara. Menggantikan ideologi dan kepentingan politik lainnya. Makin menipisnya stok pangan dunia menjadi alasan konflik tersebut. Harga komoditas pangan utama dunia, seperti beras gandum, dan

36 Ibid.

(35)

jagung kian membungbung tinggi di luar jangkauan masyarakat. Hal itu memicu aksi protes diberbagai belahan dunia. Utamanya negara-negara yang berada di kawasan tersebut. Dalam dekade ini sekitar 840 juta manusia di seluruh dunia masih kekurangan pangan, 799 juta berada di negara-negara berkembang.

(Sumber data FOA).

Informasi ini diperkuat oleh Direktur Jendral Organisasi Pangan Dunia PBB (FOA), mengutip pemberitaan yang di sampaikan oleh Dr. Jacques Diouf, “Stok pangan dunia akan mengalami masa kritis. Stok yang ada akan mencapai level terendah yang belum pernah terjadi sejak tahun 1980. Untuk tahun ini sudah 5% lebih rendah dari tahun lalu”. Badan PBB untuk Urusan Pangan dan Pertanian (FAO) merilis indeks harga pangan dunia per Januari lalu naik 3,4 persen menjadi 231 poin. Itu merupakan angka tertinggi sejak 1990, saat FAO mulai memantau harga pangan dunia. FAO juga mengeluarkan data faktor- faktor penyebab naiknya harga pangan dalam tujuh bulan berturut-turut. Empat faktor itu adalah cuaca, tingginya permintaan, berkurangnya hasil panen, dan beralihfungsinya lahan tanaman pangan dari tadinya untuk sumber makanan manusia menjadi bahan bioenergi.

Peringatan mahalnya harga pangan juga datang dari Bank Dunia.

Bahkan, The Bank mengungkapkan bahwa harga pangan di mancanegara kini berada dalam “level berbahaya.” Laporan Bank Dunia yang dimuat dalam jurnal edisi terbaru, Food Price Watch, selama Oktober 2010 hingga Januari 2011 menyatakan harga pangan di tingkat global naik 15 persen. Tingginya harga pangan ini membuat sekitar 44 juta orang miskin di penjuru dunia kian melarat sejak Juni 2010.

(36)

KTT Asean dan Krisis Pangan

Lalu bagaimana Indonesia dan Negara Negara ASEAN merespon ancaman krisis pangan tersebut? Sejauh ini Indonesia sudah melakukan sejumlah jurus agar efek negatif krisis pangan dapat diminimalisir.Bukti nyata yang diberikan Indonesia dalam menangani masalah pangan dibuktikan dalam penyelesaiankrisis pangan 2008 dengan menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi . Indonesia misalnya telah membuat operasi pasar untuk menekan harga beras di pasar dalam negeri.

Indonesia juga akan mengimpor 1,3 juta ton beras pada tahun 2011. Sebagai hasil dari keberhasilan ini , suara Indonesia terdengar lebih baik di wilayah internasional .

Dunia ingin kita berbagi pengalaman kita dalam menghadapi ancaman krisis pangan dan ingin tahu strategi nasional kita di bidang ketahanan pangan. Ini adalah chip diplomatik berharga untuk mengejar agenda kita dan untuk mendorong masyarakat internasional untuk menangani masalah keamanan pangan di cara yang lebih baik . Yang banyak orang tergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka. Sektor pertanian itu sendiri memberikan kontribusi sekitar 14 persen dari total saham dari PDB Indonesia pada tahun 2007 . Dengan demikian , peningkatan jumlah investasi di sektor pertanian berarti bahwa lebih banyak orang Indonesia akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meringankan diri dari kemiskinan , memperkuat sektor pertanian dalam sistem ekonomi Indonesia , dan juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan dunia yang lebih kuat .

Melihat hal tersebut sejumlah negara ASEAN dalam KKT yang baru melalui pertemuan di Jakarta menekankan pentingnya kerjasama antar negara untuk mengatasi krisis pangan regional. Presiden SBY menegaskan bahwa menipisnya stok pangan dunia di masa depan berpotensi mendasari konflik antar negara. Oleh karenanya sebelum konflik terjadi, SBY mengingatkan pemimpin ASEAN agar mengantisipasi stok pangan kawasan ASEAN. SBY menegaskan langkah untuk menjamin ketahanan pangan ini harus segera dilaksanakan.

(37)

Mengingat kondisi saat ini yang dihadapkan dengan harga pangan dan energi yang sangat fluktuatif dan cenderung meningkat di pasar dunia. Salah satu langkah cepat yang harus diambil adalah pelaksanaan ASEAN Integrated Food Security Framework secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan. SBY juga menekankan agar ASEAN mencari solusi yang inovatif dengan terus mengeksplorasi sumber- sumber energi baru dan terbarukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi dan mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan. “Implementasi program ASEAN Energy Efficiency and Conservation, dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial di negara- negara anggota ASEAN”.

Himbauan SBY kepada para pemimpin ASEAN akan menjadi sebuah “warning” bagi tiap negara yang di kawasan itu agar terbebas dari masalah krisis pangan. Keprihatinan yang ditunjukan SBY bukanlah satu retorika untuk menakut-nakuti, akan tetapi lebih pada pembangunan wacana kebersamaan agar terhindar dari masalah pangan. Negara-negara ASEAN juga dapat belajar dari negara kita bila memang ingin terbebas dari masalah krisis pangan.

Kerjasama dalam berbagi informasi dan upaya penanggulangan beberapa masalah akan menjadi satu kekuatan yang pasti jika negara-negara ASEAN ingin membesarkan kawasanya. Bukan tidak mustahil kawasan ASEAN akan menjadi kekuatan baru di dunia yang mampu menyelesaikan masalah pangan, terbebas dari masalah pangan dunia.

3.3. Konflik Perbatasan

Informal ASEAN Foreign Minister’s Meeting (pertemuan informal para Menlu ASEAN) dengan agenda tunggal pembahasan penyelesaian konflik Thailand dan Kamboja. Pertemuan informal para Menlu ASEAN kali ini, yang diprakarsai Indonesia selaku Ketua ASEAN, merupakan tindak lanjut dari hasil sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang meminta

(38)

Thailand dan Kamboja bekerjasama dengan ASEAN sebagai mediator untuk menuntaskan persoalan perbatasan melalui jalan damai.

Ditengah upaya negara-negara ASEAN mengimplementasikan kesepakatan yang tercantum dalam Piagam ASEAN dan proses pembentukan Komunitas ASEAN 2015, pertemuan informal para Menlu ASEAN kali ini memiliki arti yang sangat penting sebagai sebagai langkah awal untuk memperlihatkan kredibilitas ASEAN dalam menangani masalah internal kawasannya.37

3.4 Konflik Internal ASEAN

Sebagai suatu organisasi kerjasama regional, ASEAN yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima negara yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand, terus tumbuh dan berkembang sebagai suatu organisasi yang semakin solid. Dari suatu organisasi yang longgar, ASEAN tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang berdasarkan hukum seperti tercermnin dari diratifikasinya Piagam ASEAN pada akhir tahun 2008.

Selain Piagam ASEAN, negara-negara ASEAN juga memiliki Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) yang ditandatangani di Bali tahun 1976. Melalui Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama negara anggota ASEAN menyepakati code of conduct atau aturan perilaku dalam pelaksanaan hubungan kerjasama antar negara anggota ASEAN yang meninggalkan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai dalam penyelesaian konflik di antara mereka.

Sayangnya, Piagam ASEAN dan Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama belum pernah sekalipun digunakan untuk menyelesaikan konflik antar negara-negara ASEAN. Bukan karena tidak ada konflik di negara-negara ASEAN, melainkan karena masih rendahnya rasa saling percaya di antara negara

37 Aris Heru Utomo, “ASEAN dan Penyelesaian Konflik Thailand-Kamboja”, http://politik.kompasiana.com/2011/02/22/asean-dan-penyelesaian-konflik-thailand-kamboja/ . Tulisan pegawai Kemenlu Ri di Kompasiana.

(39)

anggota. Negara-negara ASEAN yang bekonflik lebih memilih penyelesaian secara bilateral atau menyerahkan penyelesaian persoalan kepada lembaga internasional seperti Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag.

Pada tahun 1996, ketika Indonesia dan Malaysia bersengketa mengenai masalah perbatasan di Sipadan dan Ligitan, keduanya membawa permasalahan tersebut ke Mahkamah Internasional. Sementara itu Filipina yang ditahun 1990-an tengah berupaya menyelesaikan konflik di Mindanao Selatan, pihak yang diundang untuk menyelesaikan adalah Organisasi Konperensi Islam (OKI).

Langkah Indonesia, Malaysia dan Filipina yang melibatkan lembaga internasional dalam penyelesaian konflik pada akhrnya diikuti pula oleh Kamboja. Bahkan Kamboja tidak perlu waktu lama unuk segera meminta bantuan DK PBB di New York.

Langkah cepat Kamboja melaporkan permasalahan perbatasannya ke DK PBB tentu saja memunculkan kekhawatiran bahwa penyelesaian konflik perbatasan Thailand dan Kamboja akan diselesaikan atas bantuan pihak eksternal di luar ASEAN. Kalau sampai DK PBB mengabulkan permintaan Kamboja agar PBB membantu penyelesaian konflik perbatasannya dengan Thailand, maka muka ASEAN akan tercoreng dan keberadaan ASEAN kembali dipertanyakan.

Bagaimana mungkin ASEAN bisa berperan di forum global seperti yang tercermin dalam tema ASEAN 2011 “ASEAN Community in a Global Community of Nations”, jika mengelola konflik internal saja tidak berhasil.38

3.5. Masalah Hak Asasi Manusia

Salah satu inovasi baru yang terdapat dalam klausula-klausula ASEAN Charter adalah terkait ketentuan yang mengatur pemajuan dan perlindungan HAM, terutama amanat pembentukan Badan HAM ASEAN (ASEAN Human Rights Body). Dalam ASEAN Charter terdapat klausula-klausula yang memberikan harapan baru perlindungan HAM di ASEAN. Isu-isu HAM

38 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan ulang beban pendinginan yang dilakukan pada gedung perkantoran.X di Jakarta, dapat dianalisa kenaikan beban pendinginan eksisting lantai 1

Setiap tahun spesies penyebab kandidemia didominasi oleh Candida tropicalis, Candida albicans, dan Candida parapsilosis dengan kecenderungan peningkatan kasus Candida

Hasil Uji-t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients. t

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang dengan pengambilan sampel berdasarkan sampling jenuh (Notoatmodjo,.. 2002) yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan di

untuk menghapus mail, pilih mail yang akan dihapus dari messages list , lalu click tombol delete pada toolbar, atau buka menu File , lalu pilih Delete. - mengembalikan mail

Intonasi dalam Hubungannya dengan Sintaksis Bahasa Indonesia.. Intonasi dalam Hubungannya dengan Sintaksis

Menurut Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan (www. kemenkumham.go.id, diakses 20 Agustus 2014), mengatakan bahwa reformasi birokrasi adalah upaya

Hal ini dapat dilihat dari ucapannya, “Barangsiapa yang mencintai sesuatu tanpa ada kaitannya dengan mahabbah kepada Tuhan adalah suatu kebodohan dan kesalahan