• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Terhadap

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Terhadap

Candida albicans dengan Metode Difusi Paper Disk

Metode difusi dipilih karena lebih sederhana dan praktis digunakan sebagai uji pendahuluan (kualitatif) untuk menentukan potensi antifungi. Prinsip kerjanya adalah senyawa uji ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan fungi uji. Senyawa uji akan terdifusi ke dalam media dan menghambat pertumbuhan fungi atau mematikannya. Setelah waktu inkubasi 20-24 jam akan diperoleh zona hambat yang menunjukkan besarnya potensi antifungi senyawa uji jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Dalam penelitian ini

metode difusi secara paper disk dengan pertimbangan senyawa uji akan lebih

mudah terdifusi ke dalam media dan akan menghambat pertumbuhan fungi.

Suhu pada waktu inkubasi sebesar 37°C seperti suhu tubuh manusia

karena Candida albicans termasuk flora normal dalam tubuh manusia. Pada suhu

37°C merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan Candida albicans.

Media penanaman fungi uji yang digunakan yaitu Saboraoud Dextrosa Agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(SDA). Jumlah fungi uji yang diinokulasikan disetarakan dengan standar

Mc.Farland II (6.108 CFU/ml). Perlunya pengontrolan terhadap suspensi Candida

albicans bertujuan agar jumlah fungi uji yang akan dibiakkan dikendalikan populasinya dengan membandingkan kekeruhan suspensi secara visual dengan standar baku yang ada sehingga akan diperoleh hasil yang kurang lebih sama.

Tahap uji potensi antifungi ini diawali dengan uji potensi antifungi secara

difusi paper disk dengan diameter 6 mm menggunakan lima variasi konsentrasi

ekstrak etanol daun sirih merah 20%, 30%, 40%, 50%, dan 60% b/v sebanyak 10

µl. Kadar yang bervariasi bertujuan untuk mengetahui apakah pada konsentrasi

tersebut dihasilkan potensi penghambatan terhadap pertumbuhan Candida

albicans dan juga untuk melihat hubungan kenaikan tingkat konsentrasi dengan besar diameter hambat. Kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding adalah Ketononazol karena sudah terbukti secara klinis memiliki potensi antifungi. Sebagai kontrol negatif digunakan Tween 80 dengan konsentrasi 5% karena sebagai pelarut ekstrak etanol daun sirih merah. Dari uji awal ini diketahui bahwa ekstrak etanol daun sirih merah mempunyai potensi antifungi terhadap

Candida albicans. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona hambat disekitar

48

Tabel V. Diameter zona hambat yang terbentuk oleh ekstrak etanol daun sirih merah

No Negatif Positif 20% 30% 40% 50% 60% 1 0,6 0,9 0,8 0,8 0,9 0,9 1,2 2 0,6 1,1 0,7 0,8 0,8 0,9 1,1 3 0,6 1,4 0,7 0,7 0,8 0,8 0,9 4 0,6 1,3 0,7 0,8 0,9 1,0 1,3 5 0,6 1,5 0,8 0,7 0,9 0,9 1,1 Purata 0,6 ± 0,0 1,2 ± 0,24 0,7 ± 0,05 0,8 ± 0,05 0,9 ± 0,05 0,9 ± 0,07 1,1 ± 0,15 ± SD

Kontrol (cm) Kadar Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (cm)

Dari data diatas diperoleh hasil bahwa kadar 40% dan 50% memiliki rata-rata diameter zona hambat yang sama, hal ini diduga karena zat aktif ekstrak etanol daun sirih merah pada konsentrasi tersebut tidak seluruhnya berdifusi pada

paper disk. Sedangkan untuk konsentrasi 20%, 30%, dan 60% diketahui bahwa dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah maka diameter zona hambatnya semakin besar. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan kelompok konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah dengan kontrol dilakukan uji statistik ANOVA satu arah yang sebelumnya dilakukan uji

Kolmogorf Smirnov untuk mengetahui pola distribusi datanya dengan parameter bahwa data terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05. Dari analisis ini diketahui bahwa data hasil penelitian ini terdistribusi normal yang ditunjukkan

dengan nilai signifikansi 0,112 (> 0,05). Oleh karena itu uji dilanjutkan dengan

ANOVA satu arah. Uji ANOVA satu arah digunakan untuk mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah dengan berbagai konsentrasi serta

pengaruh dari kontrol negatif dan kontrol positif terhadap pertumbuhan Candida

albicans dengan membandingkan nilai F uji dengan F tabel. Apabila F uji > F

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tabel maka Hnull ditolak dan H1 diterima, demikian juga sebaliknya (Pratista, 2004).

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis kerja (H1) sebagai berikut :

setiap variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah memiliki perbedaan

potensi antifungi terhadap Candida albicans. Sedangkan Hnull dirumuskan

sebagai berikut : setiap variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah tidak

memiliki perbedaan potensi antifungi terhadap Candida albicans.

Dari ANOVA satu arah yang dilakukan terhadap diameter zona hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak etanol daun sirih merah dengan berbagai variasi konsentrasi dengan kontrol negatif dan kontrol positif, ternyata Hnull ditolak dan

H1 diterima dikarenakan nilai F uji (18,610) > F tabel (6,16) atau dapat dilihat

probabilitasnya sebesar 0,000 < 0,05 sehingga Hnull ditolak. Hal ini berarti setiap variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah serta kontrol negatif dan kontrol positif memiliki mean yang berbeda. Dari kesimpulan yang diperoleh pada tabel ANOVA perlu dilakukan uji lanjut atau Post Hoc Test dengan

menggunakan uji Least Significan Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan

95%. Uji LSD dilakukan untuk antar variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah serta kontrol negatif dan kontrol positif.

Uji LSD dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing konsentrasi dan kelompok kontrol (Tabel VI). Parameter dari uji ini adalah setiap variasi konsentrasi ekstrak daun sirih merah memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal diameter zona hambat yang dihasilkan baik antar variasi konsentrasi

50

maupun terhadap kontrol positif Ketokonazol dan kontrol negatif Tween 80 jika nilai signifikansinya < 0,05 (Taraf Kepercayaan 95%).

Tabel VI. Hasil analisis data secara LSD

K(-) K(+) e.e 20% e.e 30% e.e 40% e.e 50% e.e 60% K(-) - Bb Btb Bb Bb Bb Bb K(+) Bb - Bb Bb Bb Bb Btb e.e 20% Btb Bb - Btb Btb Bb Bb e.e 30% Bb Bb Btb - Btb Btb Bb e.e 40% Bb Bb Btb Btb - Btb Bb e.e 50% Bb Bb Bb Btb Btb - Bb e.e 60% Bb Btb Bb Bb Bb Bb -

Keterangan : K(-) : kontrol negatif Tween 80

K(+) : kontrol positif Ketokonazol

e.e : ekstrak etanol daun sirih merah

bb : berbeda bermakna

btb : berbeda tidak bermakna

Terlihat pada tabel VI bahwa antara konsentrasi 50% dengan 40% dan 30% menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna, juga konsentrasi 40% dan 30% dengan konsentrasi 20% menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna. Hal ini berarti antara konsentrasi tersebut mempunyai hambatan

yang sama terhadap pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi 20% dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kontrol negatif tidak memiliki perbedaan yang bermakna, diduga konsentrasi 20%

memiliki potensi antifungi yang sangat kecil. Sedangkan variasi konsentrasi

ekstrak etanol daun sirih merah konsentrasi 60%; 50%; 40%; dan 30% dengan

kontrol negatif memiliki nilai signifikansi < 0.05 dan menghasilkan zona hambat

yang berbeda bermakna, artinya variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih

merah tersebut mempunyai potensi antifungi terhadap Candida albicans.

Variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah kecuali konsentrasi 60% berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol positif Ketokonazol. Akan tetapi diameter zona hambat masing-masing ekstrak lebih kecil jika dibandingkan dengan diameter zona hambat Ketokonazol. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih tersebut kurang efektif dari pada kontrol positif. Sedangkan konsentrasi 60% tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif Ketokonazol, kemungkinan ekstrak etanol daun sirih merah dengan konsentrasi 60% memiliki potensi yang efektif dalam menghambat pertumbuhan

Candida albicans.

Hasil uji LSD pada tabel VI terlihat bahwa sebagian besar menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada masing-masing konsentrasi dengan kontrol dan

antar kelompok konsentrasi pada pertumbuhan Candida albicans. Hal ini berarti

variasi konsentrasi dari ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi sebagai antifungi. Tween 80 digunakan sebagai kontrol negatif karena Tween 80 digunakan sebagai pelarut ekstrak etanol daun sirih merah. Tween 80 yang digunakan sebagai kontrol negatif tidak memberikan diameter zona hambat, hal

52

ini berarti hanya ekstrak etanol daun sirih merah saja yang mempunyai potensi sebagai antifungi.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDA yang bersifat asam. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan dari mikroorganisme yang lain karena jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas termasuk pada kisaran pH asam karena umumnya mikroorganisme tumbuh pada pH 6,5-7,5 meskipun ada juga yang dapat tumbuh pada pH 0,5 dan pH 9,5 (Pelczar & Chan, 1986). SDA yang digunakan untuk menumbuhkan fungi mempunyai pH 5,7 sehingga media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Sewaktu pertumbuhan mikroorganisme, pH dalam media mempengaruhi protein (enzim dari sistem transport) yang terdapat dalam membran sel yang menyebabkan perubahan struktur protein. Mikroorganisme mempunyai enzim yang berfungsi sempurna pada pH tertentu sehingga dengan adanya perubahan ini menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme terhenti (Lay, 1994).

Setelah pengujian zona hambat dengan metode difusi paper disk maka

pengujian dilanjutkan dengan metode dilusi padat untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).

F. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi

Dokumen terkait