INTISARI
Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) merupakan tanaman berkhasiat untuk mengobati penyakit keputihan. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih merah adalah alkaloid, minyak atsiri, polifenol, flavonoid, dan tanin (Sudewo, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap Candida albicans dan mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun sirih merah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah.
Identifikasi senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pengujian potensi antifungi terhadap Candida albicans dilakukan dengan metode difusi paper disk dan dilusi padat. Uji potensi antifungi dilakukan dengan lima variasi konsentrasi yaitu 20%; 30% ; 40%; 50%, dan 60% b/v, dengan Ketokonazol sebagai kontrol positif dan Tween 80 (konsentrasi 5%) sebagai kontrol negatif. Hasil pengukuran diameter zona hambat dianalisis dengan Kolmogorov Smirnov Test, ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi antifungi. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) muncul pada konsentrasi 50%. Dari hasil KLT diduga ekstrak etanol daun sirih merah mengandung senyawa aktif alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid.
Kata kunci : Potensi antifungi, Piper crocatum, Candida albicans, ekstrak etanol daun sirih merah, alkaloid, minyak atsiri, flavonoid.
ABSTRACT
Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) is a plant that is used as an antifungal for candidiasis. Chemical constituents of this plant are alkaloids, etherial oils, polifenols, flavonoids, and tanins.
This research was aimed to determine the antifungal potential to against Candida albicans and to know the chemical constituents of etanol extract Sirih Merah Leaves. This research was a pure experimental research using one way complete random design.
Chemical constituents identification of Sirih Merah Leaf etanol extract used tube test and Thin Layer Chromatography (TLC). On the antifungal potention test to against Candida albicans with paper disk difution method and solid dilution. On the antifungal potention test, there were five concentration variation. They were 20%; 30%; 40%; 50%; and 60% (b/v) concentration, with Ketokonazol as positive control and Tween 80 (5% concentration) as negative control. The result of diametres of inhibition zone were analyzed with Kolmogorov Smirnov Test, One Way ANOVA, and Least Significant Difference (LSD) at significant level of 0,05.
The results of this research showed that etanol extract Sirih Merah leaves have antifungal potention. Minimum Bactericidal Concentration (MBC) of etanol extract Sirih Merah leaves appeared at 50% (b/v) concentration. Based on the results of Thin Layer Chromatography (TLC), Sirih Merah Leaf etanol extract contains alkaloids, etherial oils, and flavonoids.
Keyword : Antifungal potency, Piper crocatum, Candida albicans, etanol extract Sirih Merah leaves, alkaloids, etherial oils, flavonoids
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP Candida albicans
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Christina Dwi Maretniatin NIM :048114031
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan
orang rajin menjadikan kaya”
(Amzal 10 : 4)
Ka rya tulis ini kup e rse mb a hka n untuk :
Ba pa k da n Ib u “ I’ll do my b e st fo r b o th o f y o u “ .... Ka ka kku te rc inta
My lo ve ly man...Yo ha ne s Wa hyu Eva n Erya nto Tia p prib a di ya ng te la h ha dir m e wa rna i hidupku...
Alm a m a te rku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juli 2008
Penulis,
Christina Dwi Maretniatin
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Christina Dwi Maretniatin
Nomor Mahasiswa : 048114031
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 15 Juli 2008
Yang menyatakan
( Christina Dwi Maretniatin )
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, kesehatan, dan jalan hingga terselesaikannya skripsi
dengan judul “UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH
MERAH ( Piper crocatum Ruiz & Pav. ) TERHADAP Candida albicans
SECARA IN VITRO”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Tuhan Yesus Kristus
atas semua karunia yang diberikan-Nya. Juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Erna Tri Wulandari, MSi, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, pengarahan dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah
bersedia menguji dan memberi saran, pengarahan, dan bimbingan yang
bermanfaat bagi penelitian ini.
4. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt selaku Dosen Penguji yang telah
bersedia menguji dan memberi saran, pengarahan, dan bimbingan yang
bermanfaat bagi penelitian ini.
5. Romo Sunu yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing
penulis dalam hal statistika sehingga penulis dapat mengolah data yang
diperoleh.
6. Semua petugas laboratorium : Mas Wagiran dan Mas Sarwanto atas
bantuannya selama penulis beraktivitas di laboratorium.
7. Bapak dan Ibu untuk segala kasih sayang, doa, nasehat, dukungan,
bantuan, dan kepercayaan untuk terus maju.
8. Kakak penulis : Chatarina Ika Nuryanti untuk segala doa, dukungan,
nasehat, dan semangat untuk pantang menyerah.
9. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dukungan, dan
semangat untuk berani menjalani hidup.
10.Yohanes Wahyu Evan Eryanto : terimakasih atas doa, kasih sayang,
bantuan, semangat, kesabaran, dan pengertiannya.
11.Bapak Wik Janarko : terimakasih atas bantuannya sehingga penulis bisa
mendapatkan daun sirih merah untuk penelitian ini.
12.Bapak Kari dan Ibu Wayan : terimakasih atas pinjaman buku Sirih
Merahnya.
13.Widaningrum : terimakasih atas segala kerjasama, bantuan, dan semangat
selama melakukan penelitian.
14.Mas Eriet dan Mbak Wewen : terimakasih atas segala bantuan, masukan,
doa, dan semangat selama melakukan penelitian.
15.Sahabat penulis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma : Rina,
Made, Reni, Siska, Ana, Rian, Rissa, Manda, Novi, Nur’aniyah, Wiwid,
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Retry, Oktaf, Pipit, Cicil, Fila, Dian (Sapi), Agung. Terimakasih untuk
segala nasehat, pengertian, persahabatan, semangat, bantuan dan kenangan
indah yang pernah tercipta.
16.Teman – teman FKK angkatan 2004, terutama kelompok Praktikum C :
terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya selama ini.
17.Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kasih-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kebaikkan skripsi ini.
Yogyakarta, 15 Juli 2008
Penulis
INTISARI
Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) merupakan tanaman berkhasiat
untuk mengobati penyakit keputihan. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih merah adalah alkaloid, minyak atsiri, polifenol, flavonoid, dan tanin (Sudewo, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol
daun sirih merah terhadap Candida albicans dan mengetahui kandungan kimia
yang terdapat dalam ekstrak etanol daun sirih merah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah.
Identifikasi senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung dan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Pengujian potensi antifungi terhadap Candida albicans
dilakukan dengan metode difusi paper disk dan dilusi padat. Uji potensi antifungi
dilakukan dengan lima variasi konsentrasi yaitu 20%; 30% ; 40%; 50%, dan 60% b/v, dengan Ketokonazol sebagai kontrol positif dan Tween 80 (konsentrasi 5%) sebagai kontrol negatif. Hasil pengukuran diameter zona hambat dianalisis dengan
Kolmogorov Smirnov Test, ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi antifungi. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) muncul pada konsentrasi 50%. Dari hasil KLT diduga ekstrak etanol daun sirih merah mengandung senyawa aktif alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid.
Kata kunci : Potensi antifungi, Piper crocatum, Candida albicans, ekstrak etanol
daun sirih merah, alkaloid, minyak atsiri, flavonoid.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) is a plant that is used as an antifungal for candidiasis. Chemical constituents of this plant are alkaloids, etherial oils, polifenols, flavonoids, and tanins.
This research was aimed to determine the antifungal potential to against
Candida albicans and to know the chemical constituents of etanol extract Sirih Merah Leaves. This research was a pure experimental research using one way complete random design.
Chemical constituents identification of Sirih Merah Leaf etanol extract
used tube test and Thin Layer Chromatography (TLC). On the antifungal
potention test to against Candida albicans with paper disk difution method and
solid dilution. On the antifungal potention test, there were five concentration variation. They were 20%; 30%; 40%; 50%; and 60% (b/v) concentration, with Ketokonazol as positive control and Tween 80 (5% concentration) as negative control. The result of diametres of inhibition zone were analyzed with Kolmogorov Smirnov Test, One Way ANOVA, and Least Significant Difference (LSD) at significant level of 0,05.
The results of this research showed that etanol extract Sirih Merah leaves
have antifungal potention. Minimum Bactericidal Concentration (MBC) of etanol
extract Sirih Merah leaves appeared at 50% (b/v) concentration. Based on the
results of Thin Layer Chromatography (TLC), Sirih Merah Leaf etanol extract
contains alkaloids, etherial oils, and flavonoids.
Keyword : Antifungal potency, Piper crocatum, Candida albicans, etanol extract
Sirih Merah leaves, alkaloids, etherial oils, flavonoids
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
KATA PENGANTAR... vii
INTISARI... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I. PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Permasalahan... 2
C. Keaslian Penelitian... 3
D. Manfaat Penelitian... 3
E. Tujuan Penelitian... 3
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 4
A. Sirih Merah... 4
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Penyarian... 8
C. Ekstraksi dengan Soxhlet... 10
D. Candida albicans... 12
E. Media……… 14
F. Metode Pengukuran Daya Antifungi... 15
G. Sterilisasi... 17
H. Kromagrafi Lapis Tipis (KLT)... 18
I. Landasan Teori... 19
J. Hipotesis... 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 21
B. Variabel Penelitian... 21
C. Definisi Operasional………. 22
D. Bahan……… 22
E. Alat……… 23
F. Tatacara Penelitian……… 24
1. Determinasi Tanaman ... 24
2. Pengumpulan Bahan dan Pengeringan Bahan... 24
3. Ekstraksi... 24
4. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih merah dengan Metode Uji Tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)... 25
5. Uji Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Terhadap
Candida albicans... 27
G. Tata Cara Analisa Data... 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 31
A. Determinasi Tanaman……….... 31
B. Pengumpulan Bahan dan Pengeringan Bahan…………... 31
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah…………... 33
D. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih merah dengan Metode Uji Tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……… 34
E. Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Terhadap Candida albicans dengan Metode Difusi Paper Disk…… 46
F. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah dengan Metode Dilusi Padat………... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 56
A. Kesimpulan……….. 56
B. Saran... 56
DAFTAR PUSTAKA... 57
LAMPIRAN... 60
BIOGRAFI... 77
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil pengamatan uji kandungan kimia ekstrak etanol daun sirih
merah dengan uji tabung... 35
Tabel II. Harga Rf dan warna bercak ekstrak etanol daun sirih merah... 38
Tabel III. Harga Rf dan warna bercak ekstrak etanol daun sirih merah... 41
Tabel IV. Harga Rf dan warna bercak ekstrak etanol daun sirih merah... 44
Tabel V. Diameter zona hambat yang terbentuk oleh ekstrak etanol daun sirih merah………. 48
Tabel VI. Hasil analisis data secara LSD... 50
Tabel VII. Hasil uji potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah dengan metode dilusi padat dengan waktu inkubasi 24 jam... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kromatogram ekstrak etanol daun sirih merah pada identifikasi
Alkaloid………. 39
Gambar 2. Kromatogram ekstrak etanol daun sirih merah pada identifikasi
Minyak Atsiri……… 42
Gambar 3. Kromatogram ekstrak etanol daun sirih merah pada identifikasi
Flavonoid... 45
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi... 60
Lampiran 2. Surat Keterangan Hasil Uji Candida albicans... 61
Lampiran 3. Foto Tanaman Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.)... 62
Lampiran 4. Foto Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.)... 62
Lampiran 5. Kromatogram Identifikasi Alkaloid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi UV 254 nm... 63
Lampiran 6. Kromatogram Identifikasi Alkaloid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar Tampak (Disemprot Dragendorff)... 64
Lampiran 7. Kromatogram Identifikasi Minyak Atsiri Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi UV 254 nm... 65
Lampiran 8. Kromatogram Identifikasi Minyak Atsiri Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar Tampak (Disemprot vanilin-asam sulfat)... 66
Lampiran 9. Kromatogram Identifikasi Flavonoid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar Tampak... 67
Lampiran 10. Kromatogram Identifikasi Flavonoid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar UV 254 nm (Disemprot AlCl3)... 68
Lampiran 11. Kromatogram Identifikasi Flavonoid Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Deteksi Sinar UV 364 nm (Disemprot AlCl3)... 69
Lampiran 12. Pengamatan diameter zona hambat ekstrak etanol daun sirih merah
terhadap Candida albicans dengan metode difusi paper disk
waktu inkubasi 24 jam... 70
Lampiran 13. Pengamatan diameter zona hambat kontrol negatif (Tween 80)
terhadap Candida albicans dengan metode difusi paper disk
waktu inkubasi 24 jam... 71
Lampiran 14. Hasil pengukuran KHM ekstrak etanol daun sirih merah dengan
metode dilusi padat pada waktu inkubasi 24 jam... 72
Lampiran 15. Hasil pengukuran KBM ekstrak etanol daun sirih merah dengan
metode dilusi padat waktu inkubasi 24 jam... 73
Lampiran 16. Analisis Data... 74
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar belakang
Saat ini obat tradisional dengan bahan baku sirih merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) banyak digemari oleh kalangan masyarakat. Booming nya produk dengan bahan baku sirih merah diakibatkan oleh kepercayaan masyarakat bahwa
sirih merah dapat membasmi berbagai macam penyakit. Akan tetapi kepercayaan
masyarakat tersebut tidak didasarkan pada hasil penelitian melainkan dari berita
yang menyatakan bahwa sirih merah telah dimanfaatkan secara turun-temurun
untuk keperluan ngadi saliro (kesehatan tubuh dan kecantikan) khususnya oleh
kaum perempuan (Sudewo, 2005).
Daun sirih merah secara empiris dapat digunakan sebagai obat untuk
mengatasi keputihan menahun (kronis) dan akut yang sulit disembuhkan (Sudewo,
2005). Salah satu penyebab keputihan adalah adanya infeksi fungi, oleh sebab itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antifungi sirih merah. Salah
satu fungi penyebab keputihan adalah Candida albicans. Keputihan dapat terjadi
pada selaput lendir mulut dan vagina. Keputihan yang disertai rasa gatal dapat
sebagai gejala utama terjadinya candidiasis yaitu infeksi jamur yang menyerang
kulit atau jaringan yang lebih dalam. Candidiasis vagina dapat tanpa gejala gatal,
tetapi keluhan yang dikemukakan berupa bertambahnya keputihan bila lelah atau
sebelum datang haid (Gandahusada, 1998). Pada saat kekebalan tubuh menurun,
fungi yang ada dalam tubuh akan menyerang tidak saja bagian kulit, tetapi melalui
2
perantara darah menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang organ vital seperti
jantung, paru-paru, dan otak (Budimulya, 1992).
Menurut Sudewo (2005) daun sirih merah mengandung flavonoid,
alkaloid, senyawa polifenol, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa alkaloid diketahui
berperan sebagai perlindungan terhadap fungi (Mursyidi, 1990). Senyawa fenol
dapat bersifat bakteriostatik dan pada umumnya telah banyak digunakan sebagai
antiseptik (Harbone, 1987). Efek minyak atsiri diketahui berperan sebagai
antifungi (Robinson, 1991). Ekstrak etanol daun sirih merah diduga berpotensi
sebagai antifungi karena adanya kandungan senyawa tersebut. Penelitian ini
menggunakan penyari etanol karena etanol dapat menarik kandungan kimia
seperti alkaloid, minyak atsiri, polifenol, flavonoid, dan tanin.
Adanya latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
potensi ekstrak etanol daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan
Candida albicans ditunjukkan dengan zona hambat, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Perlu juga diteliti
senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun sirih merah.
B. Permasalahan
a. Apakah ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi antifungi terhadap
Candida albicans ?
b. Kandungan kimia apakah yang terkandung dalam ekstrak etanol daun sirih
merah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Keaslian Penelitian
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh penulis, sampai saat ini
penelitian tentang uji potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap
Candida albicans secara in vitro belum pernah dilakukan.
D. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
kefarmasian terutama tentang obat-obat tradisional, dalam hal ini ekstrak etanol
daun sirih merah yang berkhasiat mengobati keputihan yang disebabkan oleh
Candida albicans.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa daun sirih merah merupakan tanaman obat yang berkhasiat untuk
mengobati keputihan.
E. Tujuan penelitian
a. Mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah terhadap
Candida albicans.
b. Mengetahui kandungan kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sirih Merah
1. Keterangan botani
Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) termasuk dalam
familia Piperaceae (Anonim, 2006a). Sinonim dari tanaman sirih merah yaitu
Arthanthe crocata (R.&P.) Miq., Steffensia crocata (R.&P.) kunth (Anonim,
2006a), Piper ornatum N. E. Br. (Anonim, 1998). Nama daerah tanaman sirih
merah adalah sirih merah (Sudewo, 2005).
2. Deskripsi
Tanaman dengan batang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak
berbunga. Batangnya beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap buku tumbuh
bakal akar. Daun bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing,
bertepi rata, dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya
bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak putih
keabu-abuan bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa
sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih (Sudewo, 2005).
3. Kandungan kimia
Daun sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, senyawa polifenol,
tanin dan minyak atsiri (Sudewo, 2005).
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a) Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam
tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis tertentu
sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat, sedangkan peran
bagi tumbuhan penghasil diantaranya sebagai racun untuk melindungi tumbuhan
dari gangguan serangga dan hewan (Mursyidi, 1990). Hampir semua alkaloid
bersifat toksis, artinya dalam dosis kecil sudah menunjukkan keaktifan biologi
dan keracunan pada hewan dan manusia. Secara biologi, alkaloid menyebabkan
krusakan sel membran karena interaksi dengan membran sterol (Bruneton, 1999).
Alkaloid berasa pahit dan sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
kloroform, eter, dan pelarut organik lain yang relatif nonpolar dan tak campur
dengan air (Mursyidi, 1990).
Pada uji tabung terbentuknya endapan dengan pereaksi Dragendorff dan
Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Pada uji secara KLT, alkaloid
dapat dideteksi dengan sinar UV 254 nm, UV 365 nm dan pereaksi Dragendorff.
Sebagian besar alkaloid menunjukkan peredaman pada UV 254 nm dan beberapa
alkaloid berfluoresensi biru atau kuning pada UV 365 nm. Alkaloid akan
berwarna coklat atau orange setelah disemprot dengan Dragendorff, tetapi warna
yang terjadi tidak stabil (Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, E.M., 1984).
Alkaloid dapat dipisahkan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis dengan
pelat berlapiskan silika gel dan dideteksi dengan pereaksi Dragendorf. Fase gerak
yang digunakan t butanol : kloroform : dietil amina (2:7:1v/v). Dan deteksi yang
6
b) Flavonoid
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, kecuali alga.
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, batang atau
dahan, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, biji (Markham, 1988). Flavonoid
berupa senyawa yang larut dalam air karena pada umumnya senyawa ini berikatan
dengan gula sebagai glikosida. Flavonoid dapat diekstraksi menggunakan etanol
70%.
Beberapa fungsi flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan yaitu
pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, bekerja sebagai antimikroba dan antivirus
(Robinson, 1991).
Aglikon flavonoid adalah polifenol, oleh karena itu mempunyai sifat kimia
fenol. Polifenol sebagai aglikon flavonoid mempunyai aktifitas sebagai antifungi,
estrogenik, bakterisidal, anthelmentik, diuretik, hipotensif, antihistamin, dan
lain-lain.
Senyawa flavonoid dapat dipisahkan dengan cara Kromatografi Lapis
Tipis dengan pelat berlapiskan selulosa. Pengembang yang umum digunakan
adalah BAW (n-butanol : asam asetat : air ( 4:1:5 v/v ) ) dan asam asetat 5%.
Pembanding baku yang digunakan pada kromatogram adalah rutin (Harborne,
1987).
Pada uji tabung terjadinya warna hijau sampai biru dengan penambahan
pereaksi Besi (III) Klorida menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Deteksi
senyawa flavonoid pada UV 254 nm ditandai dengan terjadinya peredaman yang
tampak sebagai zona biru gelap dengan latar belakang kuning pada lempeng KLT,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan pada UV 365 nm tergantung dari masing-masing struktur flavonoid
(dapat berfluoresensi kuning, biru atau hijau) (Wagner, H., Bladt, S., and
Zgainski, E.M., 1984).
c) Minyak Atsiri
Minyak atsiri didefinisikan sebagai bahan yang mempunyai bau khas dan
ditemukan dalam berbagai bagian tanaman (Tyler ,V.E., Brady, L.R., and
Robert,E., 1998). Pada umumnya minyak atsiri larut dalam etanol, dan pelarut
organik lain, kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70% (Anonim,
1985). Pada minyak astiri yang mengandung terpen, keanekaragaman jenis
persenyawaannya yang terkandung dalam minyak astiri mempengaruhi aktivitas
sebagai fungisida (Guenther, 1987).
Minyak atsiri dapat dipisahkan dengan cara KLT menggunakan
pengembang toluene : etil asetat (93 : 7 v/v). Dan fase diam yang digunakan
adalah silika gel. Untuk deteksinya digunakan vanilin-H2SO4 (Wagner, H., Bladt,
S., and Zgainski, E.M., 1984).
4. Kegunaan
Secara empiris ekstrak daun sirih merah dalam pemakaian secara tunggal
atau diformulasikan dengan tanaman obat lainnya mampu membasmi aneka
penyakit. Efek zat aktif yang terkandung dalam daun sirih merah dapat
merangsang saraf pusat dan daya pikir. Di samping itu, juga memiliki efek
pencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe, pelindung
organ hati, antidiare, antikoagulan, mempertahankan kekebalan tubuh, dan
8
keputihan menahun (kronis) dan akut yang sulit disembuhkan, diabetes mellitus,
peradangan akut pada organ tertentu, luka yang sulit sembuh, kanker payudara
dan kanker rahim, tifus, leukemia, TBC, lemah syahwat, ambeien, batuk, maag
kronis, jantung koroner, darah tinggi, dan asam urat (Sudewo, 2005).
B. Penyarian
1. Definisi dan Ruang Lingkup Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif
yang dapat larut dan zat aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat,
protein, dan lain-lain. Faktor yang mempercepat kecepatan penyarian adalah
kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari
dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Untuk melakukan penyarian harus
diketahui zat aktif yang dikandungnya sehingga mempermudah pemilihan cairan
penyari dan cara penyarian yang tepat (Anonim, 1986).
Pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta
campurannya. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih efektif
(kapang, khamir dan kuman lebih sulit tumbuh dalam etanol diatas 20%), tidak
beracun, netral, absorbsinya baik, dapat bercampur air pada segala perbandingan,
dan pengeringan diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid,
minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid,
damar, klorofil, lemak, tanin, dan saponin (Anonim, 1986). Jenis pelarut lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seperti metanol, heksana, dan sebagainya umumnya digunakan sebagai pelarut
untuk tahap pemurnian (fraksinasi).
2. Metode-metode penyarian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).
Ekstrak dapat diperoleh dengan menggunakan pelarut antara lain :
a. Cara dingin
1) Maserasi adalah proses penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel.
2) Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
b. Cara panas
1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
10
2) Soxhletasi adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3) Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40˚C-50˚C.
4) Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96˚
C-98˚C) selama waktu tertentu (15-20 menit)
5) Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air.
6) Destilasi Uap adalah ekstraksi senyawa yang mempunyai sifat mudah
menguap (minyak atsiri) dan bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan
fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan
kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi)
menjadi destilasi air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna
atau sebagian (Anonim, 2000).
C. Ekstraksi dengan Soxhletasi
Ekstraksi dengan soxhlet merupakan metode untuk mengekstraksi zat
terlarut dari suatu bahan padat. Serbuk kering ditempatkan dalam thimble yang
terbuat dari kertas saring dan dimasukkan ke dalam ekstraktor soxhlet. Ekstraktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dihubungkan dengan labu alas bulat berisi cairan penyari dan kondensor. Prinsip
metode ekstraksi dengan soxhlet adalah saat cairan penyari dipanaskan akan
menguap, uap cairan penyari naik melalui pipa samping kondensor (pendingin
balik). Adanya kondensor akan mengembunkan uap sehingga uap akan turun
kembali melalui thimble yang berisi serbuk sehingga thimble akan terisi cairan
penyari secara perlahan-lahan. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif
dalam serbuk. Saat cairan mencapai permukaan sifon, cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat. Cairan penyari tersebut membawa senyawa yang ingin
diekstraksi (Anonim, 1986).
Saat penyarian, cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif (proses osmosis). Zat aktif
akan larut dan karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan di luar sel, larutan yang pekat akan didesak keluar (proses difusi).
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).
Pemilihan alat ekstraksi soxhlet ini memberikan keuntungan daripada cara
ekstraksi yang lain karena pada proses ekstraksi ini serbuk akan selalu terbasahi
oleh cairan penyari yang jernih dan ini berlangsung secara kontinyu sehingga
ekstraksi akan efektif (Wild and de Koning, 1997). Selain itu pelarut yang
12
D. Candida albicans
1. Deskripsi
Candida albicans termasuk dalam familia Saccharomycetaceae (Anonim,
2006b). Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai yeast lonjong.,
bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µm, dan sel-sel bertunas menyerupai
hifa (pseudohifa) (Jawetz, Melnick and Adelberg, 1996).
2. Candidiasis
Candidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih
dalam lagi. Penyebabnya adalah Candida albicans yaitu suatu fungi patogenik
pada manusia. Fungi ini seringkali terdapat pada mukosa mulut, oropharynx, dan
tractus gastrointestinal orang sehat (flora normal). Candidiasis dapat mengenai
kulit, kuku atau organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Candidiasis
dapat pula terjadi pada selaput lendir mulut dan vagina. Infeksi karena Candida sp
terjadi karena adanya faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit
yang lembab dan obesitas. Candidiasis pada mukosa mulut dan vagina seringkali
terjadi karena pengobatan antifungi yang lama, yang menyebabkan berkurangnya
flora normal didaerah tersebut (Entjang, 2001).
Keputihan merupakan keluarnya cairan abnormal dari vagina yang
disebabkan oleh infeksi fungi yang terjadi ketika pertumbuhan dari Candida yang
berlebih yaitu saat pH normal vagina berubah dan keseimbangan hormon yang
berubah. Keputihan dapat disebabkan adanya benda asing atau kotoran dalam
vagina, alergi, infeksi (Anonim, 2008a). Pada wanita Candida sering
menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus atau keputihan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sering disertai rasa gatal. Candidiasis vagina dapat juga tanpa gejala gatal, tetapi
keluhan yang dikemukakan berupa bertambahnya keputihan bila lelah atau
sebelum datang haid (Gandahusada, 1998).
Pada saat kekebalan tubuh menurun, fungi yang ada di dalam tubuh akan
menyerang tidak saja bagian kulit, tetapi melalui perantara darah menyebar ke
seluruh tubuh dan menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru dan otak
(Budimulya, 1992).
3. Pengobatan Candidiasis
Ketokonazol merupakan obat antijamur turunan imidazol, ketokonazol
mempunyai aktivitas antijamur baik sistemik maupun nonsistemik, efektif
terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, H.
capsulatum, B.dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix spp. Ketokonazol merupakan antijamur sistemik per oral yang diserap baik melalui saluran cerna
dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas barbagai
jenis jamur (Anonim, 1995). Ketokonazol dapat diberikan 1 x 400 mg/hari selama
5 hari, untuk kulit dan selaput lendir dan pada infeksi sistemik dapat diberikan
dosis yang lebih tinggi dan lebih lama dengan mengelola fungsi hepar
(Gandahusada, 1998).
Ketokonazol berinteraksi dengan enzim sitokrom P450 untuk menghambat
demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol penting untuk
membran jamur. Penghambatan ini mengganggu fungsi membran dan
14
E. Media
Media merupakan kumpulan zat-zat organik, maupun anorganik yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. Media
menurut konsistensinya dibedakan menjadi media padat, media setengah padat
(semi solid), dan media cair. Untuk mendapatkan suatu lingkungan kehidupan
yang cocok bagi pertumbuhan mikroba, maka syarat-syarat media pembuatan
media harus memenuhi dalam :
1. Susunan makanan : dalam suatu media yang digunakan untuk pertumbuhan
haruslah ada air, sumber karbon, sumber nitrogen, mineral, vitamin, dan gas.
2. Tekanan osmose : mengingat sifat-sifat mikroba, juga sama seperti sifat-sifat
sel yang lain terhadap tekanan osmose, maka mikroba untuk pertumbuhannya
membutuhkan media yang isotonis. Bila media tersebut hipotonis maka
mikroba akan mengalami plasmoptysis, sedangkan bila media tersebut
hipertonis maka akan terjadi plasmolysis.
3. Derajat keasaman (pH) : mikroba membutuhkan pH yang sesuai untuk
pertumbuhan yang optimal.
4. Temperatur : untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dari mikroba
membutuhkan temperatur tertentu. Umumnya untuk bakteri yang patogen
membutuhkan temperatur sekitar 37oC, sesuai dengan temperatur tubuh.
5. Sterilitas : tidak mungkin kita dapat melakukan pemeriksaan mikrobiologis
apabila media yang digunakan tidak steril, karena tidak dapat dibedakan
dengan pasti apakah mikroba tersebut berasal dari material yang diperiksa
ataukah hanya merupakan kontaminan (Anonim, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Metode Pengukuran Daya Antifungi
Pengukuran aktivitas antifungi secara in vitro bertujuan untuk mengetahui
kepekaan mikroba terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Pengukuran aktivitas
antimikroba ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode dilusi dan
difusi.
b. Metode dilusi
Metode dilusi ini biasanya dinamakan metode pengenceran. Bahan obat
yang akan digunakan diencerkan dengan konsentrasi tertentu dan dicampurkan
dengan media pertumbuhan cair atau padat. Media yang berisi konsentrasi obat
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba terlihat tetap bening, sedangkan
tabung dengan konsentrasi obat yang tidak menghambat pertumbuhan terlihat
keruh.
Suatu metode yang akurat untuk menentukan sensitifitas suatu obat adalah
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), yang merupakan konsentrasi terkecil dari
obat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen. KHM biasanya
ditentukan dengan metode dilusi cair melalui pengujian menggunakan tabung atau
wadah yang sesuai. Mikroba patogen yang sudah diinokulasikan pada media
dengan berbagai konsentrasi antibiotik dalam tabung diinkubasikan. Jika
konsentrasi obat menghambat mikroba dalam tabung tersebut, menunjukkan tidak
adanya pertumbuhan mikroba; maka hanya ada satu konsentrasi yang dibutuhkan
dalam penghambatan. Pada metode dilusi (konsentrasi terendah) yang secara
visibel masih menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba disebut dengan KHM.
16
ke dalam media dengan jumlah antibiotik yang kecil untuk menunjukkan apakah
penghambatan yang terjadi bersifat reversibel atau permanen. Langkah tersebut
untuk menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Konsentrasi terkecil
dari antibiotik yang dapat membunuh organisme disebut dengan KBM. KBM
selalu lebih tinggi dari KHM, biasanya antibiotik dapat lebih membunuh
organisme daripada hanya menghambat pertumbuhannya (McKane, Larry and
Kandel Judy, 1996).
c. Metode difusi
Pengukuran daya antifungi menggunakan metode agar difusi yaitu suatu
metode yang mengukur aktivitas antimikrobia berdasarkan pengamatan luas
daerah hambatan pertumbuhan mikrobia karena berdifusinya obat dari titik awal
pemberian ke daerah difusi (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996). Metode difusi
dikenal dengan nama Kirby-Bauwer. Prinsip kerja metode difusi berdasarkan
kemampuan obat untuk berdifusi ke dalam media tempat fungi uji dapat
berkembangbiak secara optimal, dengan meletakkan cakram kertas atau paper
disk yang menghambat antibiotik atau zat uji di atas agar. Besarnya daerah difusi
sesuai dengan pertumbuhan atau hambatan fungi uji dan sebanding dengan kadar
yang diberikan (Hugo & Russel, 1987).
Pada metode ini biasanya juga digunakan cara sumuran yaitu media agar
dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu (umumnya 8 mm). Larutan obat
dimasukkan ke dalam sumuran tersebut dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama
18-24 jam. Pembacaan hasil dilakukan dengan mengukur daerah atau zona
hambat yang terbentuk (Ristanto, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Metode difusi yang lain adalah cara tuang (pour plate). Metode ini dilakukan dengan cara menginokulasikan suspensi mikroba uji ke dalam tabung
reaksi yang mengandung agar cair yang telah didinginkan pada suhu 45°C (Volk
dan Wheeler, 1988).
Pada metode difusi terdapat zona radikal yaitu suatu daerah di sekitar
paper disk dimana tidak ditemukan adanya pertumbuhan fungi uji. Kemudian dikenal zona irradikal yang merupakan daerah dimana pertumbuhan fungi uji
dihambat oleh antibiotik, tetapi tidak dimatikan. Pada zona irradikal masih
terdapat pertumbuhan fungi tetapi kurang subur bila dibandingkan dengan daerah
diluar pengaruh antibiotik (Ristanto, 1989).
G. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ada 3 cara utama yang umum dipakai
dalam sterilisasi yaitu pertama, penggunaan panas; kedua, penggunaan bahan
kimia; dan ketiga adalah penyaringan (filtrasi).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf dengan
menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121˚C selama 15 menit, artinya
keadaan steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121˚C selama 15 menit
(Ratna, 1993).
Dalam penggunaan autoklaf, mutlak perlu diusahakan agar seluruh udara
didalam ruangan autoklaf tergantikan dengan uap jenuh. Apabila masih ada udara,
18
oleh uap jenuh murni pada tekanan yang sama. Yang dapat mematikan
mikroorganisme adalah suhu tinggi uap, bukan tekanan uap. Autoklaf merupakan
alat yang esensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi (Pelczar, M.J., Jr., and
Chan, E.C.S., 1986).
H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis ini bertujuan untuk memisahkan zat berdasarkan
pembagian campuran senyawa ke dalam fase diam dan fase gerak (Stahl, 1985).
Menurut Stahl (1985) jarak pengembangan pada kromatogram biasanya
dinyatakan dengan angka Rf.
Rf = jarak titik pusat bercak dari titik awal
jarak rambatan fase gerak
Deteksi pada KLT adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di
daerah ultra violet (UV) gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau
jika senyawa itu dapat dideteksi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan
atau gelombang panjang (365 nm). Suatu senyawa jika tidak dapat dideteksi
dengan UV maka harus dideteksi dengan reaksi kimia atau pereaksi semprot.
Dalam analisa menggunakan metode KLT digunakan dua macam
komponen yaitu :
a. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT adalah bahan penyerap (adsorben).
Silika gel merupakan penyerap yang paling banyak digunakan dalam KLT. Bahan
pengikat ditambahkan untuk melekatkan silika pada pendukungnya. Bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengikat yang biasa digunakan adalah gypsum. Silika gel yang diberikan
tambahan gypsum dikenal dengan nama ”silika gel G”. Silika gel juga dapat
ditambahkan senyawa yang mudah berfluoresensi guna memudahkan identifikasi
dan dikenal dengan sebutan ”silika gel GF”. Selain silika gel terdapat bahan lain
yang digunakan sebagai bahan penyerap antara lain amilum, selulosa, sefadex,
dan poliamida.
b. Fase Gerak
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam yaitu suatu lapisan berpori karena
adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan harus bertingkat mutu analitik
(Stahl, 1985).
I. LANDASAN TEORI
Daun sirih merah secara empiris telah digunakan oleh masyarakat sebagai
obat untuk mengatasi keputihan menahun (kronis) dan akut yang sulit
disembuhkan. Salah satu fungi penyebab keputihan adalah Candida albicans.
Fungi ini dapat bersifat patogen apabila terjadi penurunan daya tahan tubuh.
Dalam daun sirih merah terdapat kandungan kimia seperti flavonoid,
alkaloid, senyawa polifenol, tanin, dan minyak atsiri (Sudewo, 2005). Alkaloid
dan flavonoid diketahui berperan sebagai perlindungan terhadap fungi. Flavonoid
termasuk senyawa fenol yang mekanisme kerjanya sebagai antifungi dengan cara
mendenaturasi protein fungi. Selain itu pada minyak atsiri yang mengandung
20
atsiri mempengaruhi aktivitas sebagai fungisida. Ekstrak etanol daun sirih merah
diduga mempunyai potensi sebagai antifungi karena mengandung alkaloid,
minyak atsiri, dan flavonoid.
Dalam penelitian ini akan dilihat kandungan senyawa aktif dalam ekstrak
etanol daun sirih merah dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Metode
KLT digunakan karena metode ini dapat memisahkan golongan senyawa sehingga
dapat diidentifikasi secara kualitatif. Setelah itu dilakukan pengujian potensi
antifungi terhadap Candida albicans.
J. HIPOTESIS
Ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi antifungi terhadap
Candida albicans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian tentang uji potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah
terhadap Candida albicans ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : Ekstrak etanol daun sirih merah dengan berbagai macam
konsentrasi 20%; 30%; 40%; 50%; dan 60%.
b. Variabel tergantung : Diameter zona hambat yang terbentuk disekitar
paper disk, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).
c. Variabel pengacau terkendali : Media pertumbuhan (Saboraoud Dextrose
Agar), waktu inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (37oC), kepadatan suspensi
Candida albicans setara dengan larutan standar Mc Farland II (6.108
CFU/ml), suhu pengeringan 45oC, diameter paper disk (6 mm), tempat
tumbuh tanaman, waktu pemanenan, cara penyarian (soxhletasi).
d. Variabel pengacau tak terkendali : Umur tanaman.
22
C. Definisi Operasional
1. Ekstrak etanol daun sirih merah adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi 50 gram serbuk daun sirih merah menggunakan larutan penyari
etanol 96 % sebanyak 300 ml secara soxhletasi, penyarian dihentikan apabila
cairan penyari yang keluar dari soxhlet menjadi bening.
2. Daya antifungi adalah kemampuan ekstrak etanol daun sirih merah untuk
menghambat pertumbuhan Candida albicans.
3. Candida albicans adalah fungi uji gram positif yang berbentuk bulat lonjong, bertunas menyerupai hifa (pseudohifa) diperoleh dari Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta.
4. Zona hambat adalah zona jernih yang sama sekali tidak dijumpai pertumbuhan
Candida albicans atau zona yang masih memperlihatkan pertumbuhan
Candida albicans dalam jumlah sedikit di sekitar paper disk.
5. KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) adalah konsentrasi minimal ekstrak
etanol daun sirih merah yang dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans.
6. KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal) adalah konsentrasi minimal ekstrak
etanol daun sirih merah yang dapat membunuh Candida albicans.
D. Bahan
Daun sirih merah yang diperoleh dari daerah Condong Catur, Sleman
Yogyakarta; Kultur murni Candida albicans ATCC 10231 yang diperoleh dari
Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta; Medium SDA (Sabouroud Dextrose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Agar) sebagai medium pertumbuhan; Etanol (96%) sebagai penyari yang digunakan untuk mengekstraksi daun sirih merah, Tween 80 (konsentrasi 5%)
sebagai larutan kontrol negatif, Ketokonazol sebagai kontrol positif, Aquadest
steril, fase diam = selulosa, silika gel GF 254, fase gerak = n-butanol : asam asetat
: air (4:1:5 v/v), t-butanol : kloroform : dietil amina (2:7:1v/v), toluene : etil asetat
(93:7 v/v) dan pembanding : rutin, skopolamin, eugenol, pereaksi semprot =
Alumunium (III) Klorida, Dragendorff, vanilin-asam sulfat, larutan standar Mc
Farland II (6.108 CFU/ml).
E. Alat
Soxhlet (pyrex), inkubator (Memmert, type BE 40, GmbH+Co
KG-D91126, Mycrobiologycal Safety Cabinet (MSC), Vacum Rotary Evaporator
(Janke & Kunkel, Ika-labotechnik, RV05-ST), autoklaf (Metode KT-40, ALP co,
Ltd, Hamurashi, Tokyo, Japan), lampu UV 254 nm dan UV 365 nm, oven
(Memmert, Germany), penyerbuk (Retsch bv), Electric Sieve Shaker (IML
Indotest Multi LAB), Laminar Air Flow (Inches W.C.), Lemari pendingin
(Sharp), Glass beaker (pyrex), cawan petri, tabung reaksi (pyrex), Erlenmeyer
(pyrex), pipet volume (pyrex), batang pengaduk, gelas ukur (pyrex), jarum ose,
paper disk, Mikropipet (Ependrof-Netler-Hinz), kertas saring, alumunium foil, kertas sampul, kompor listrik, penggaris, lampu Bunsen, plat KLT, penyemprot
24
F. Tatacara penelitian 1. Determinasi tanaman
Determinasi dilakukan oleh Laboratorium Farmakognosi, Bagian Biologi
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Determinasi dilakukan
dengan cara mencocokkan tanaman segar sirih merah dengan pustaka (Backer and
Bakhuizen van den Brink, 1965).
2. Pengumpulan bahan
Daun sirih merah diambil dari tanaman sirih merah di daerah Condong
Catur, Sleman Yogyakarta. Daun dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang melekat, lalu ditiriskan sampai sisa air menghilang.
Daun dikeringkan dalam oven dengan suhu 45˚C selama 48 jam. Setelah kering,
lalu diserbuk dengan blender sampai halus dan diayak menggunakan ayakan
Aperture ukuran 250 mikrometer.
3. Ekstraksi
Sebanyak 50 gram serbuk kering daun sirih merah ditimbang, dibungkus
dalam thimble dan dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Untuk penyarian
digunakan etanol 96% sebanyak 300 ml dan pengisiannya dengan tiga kali
sirkulasi. Soxhletasi dihentikan bila tetesan terakhir dalam alat soxhlet sudah
bening. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan Vacum Rotary
Evaporator sampai didapatkan ekstrak kental dan ekstrak kental disimpan didalam lemari es.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah dengan Metode Uji Tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) a. Metode Uji Tabung
Uji Alkaloid : Ekstrak (0,5 g) dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan asam klorida 1% (2,5 ml) selama 30 menit dalam penangas air mendidih. Suspensi
disaring dengan kapas ke dalam tabung reaksi. Larutan dibagi dua sama banyak,
lalu ke dalam larutan tabung-1 ditambah dengan reaksi Dragendorff (3 tetes) dan
larutan tabung-2 ditambah pereaksi Mayer (3 tetes). Terbentuknya endapan
dengan kedua pereaksi tersebut menunjukkan adanya alkaloid.
Uji Minyak Atsiri : Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 1 ml eter kocok, saring. Filtrat dikering uapkan. Bila sedikit berbau aromatik, larutan residu dengan 3 tetes
etanol, uapkan lagi sampai kering. Bila terjadi bau aromatik spesifik,
menunjukkan adanya minyak atsiri.
Uji Flavonoid : Ekstrak (0,5 g ) ditambahkan air (2,5 ml), dipanaskan selama 10 menit di atas air mendidih. Larutan disaring melalui kapas. Larutan ditambahkan
dengan Besi (III) Klorida (3 tetes), larutan berwarna hijau sampai biru
menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
Uji Tanin : Ekstrak etanol (0,5 g) dipanaskan dengan air (2,5 ml) selama 30 menit diatas tangas air. Disaring, filtrat (5 ml) ditambah larutan natrium klorida 2% (1
ml), bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring, kemudian
filtrat ditambah larutan gelatin 1% (5 ml). Terbentuknya endapan menunjukkan
26
b. Metode Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak etanol daun sirih merah yang digunakan untuk identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dibuat dengan melarutkan 0,5 gram ekstrak
etanol daun sirih merah dengan Tween 80 (konsentrasi 5%) sebanyak 2 ml.
Identifikasi Alkaloid : Ekstrak ditotolkan pada fase diam silika gel GF 254 nm dengan menggunakan pipa kapiler pada lempeng KLT. Fase gerak tertier butanol :
kloroform : dietil amina (2:7:1 v/v), dan pembanding skopolamin. Senyawa
dieluasikan sampai batas yang ditentukan yaitu 10 cm. Pengamatan dilakukan di
bawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm dan dideteksi dengan pereaksi semprot
Dragendorff. Harga Rf dan warna bercak uji dibandingkan dengan harga Rf dan
warna pembanding.
Pembuatan standar skopolamin : 5 mg skopolamin dilarutkan dalam 10 ml
metanol.
Identifikasi Minyak Atsiri : Ekstrak ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada lempeng KLT. Fase diam yang digunakan silika Gel GF 254 nm dan fase gerak
yang digunakan toluena : etil asetat (93:7 v/v). Sebagai pembanding digunakan
eugenol. Senyawa dieluasi hingga batas tertentu (10 cm) kemudian dikeringkan.
Selanjutnya dilihat pada UV 254 nm dan UV 365 nm. Pereaksi semprot yang
digunakan yaitu vanilin-asam sulfat. Harga Rf dan warna bercak uji dibandingkan
dengan harga Rf dan warna pembanding. Harga Rf dan warna bercak uji
dibandingkan dengan harga Rf dan warna pembanding.
Pembuatan standar eugenol : 10 ml eugenol dilarutkan dalam 10 ml toluen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Identifikasi Flavonoid : Ekstrak ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada lempeng KLT. Fase diam yang digunakan adalah selulosa, fase gerak n-butanol :
asam asetat : air (4:1:5 v/v), dan pembanding rutin. Langkah selanjutnya adalah
pengeluasian lempeng dengan jarak rambat 10 cm. Pengamatan dilakukan di
bawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm dan dideteksi dengan pereaksi
Alumunium (III) Klorida. Harga Rf dan warna bercak uji dibandingkan dengan
harga Rf dan warna pembanding.
Pembuatan standar rutin : 10 mg rutin dilarutkan dalam 10 ml metanol.
5. Uji anti fungi
a. Sterilisasi alat-alat dan bahan
Alat-alat seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet volume,
ujung mikropipet dan media SDA yang akan digunakan untuk pemeriksaan
aktivitas antifungi disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121˚C dengan tekanan 1
atm selama 15 menit.
b. Pembuatan larutan uji Konsentrasi ekstrak
etanol (%)
Berat ekstrak etanol (g) Pelarut Tween 80 (ml)
28
Sebagai kontrol positif digunakan Ketokonazol yang dibuat dengan melarutkan
0,1 mg serbuk Ketokonazol dalam 100 ml metil alkohol dan kontrol negatif
Tween 80.
c. Pembuatan media SDA
Sebanyak 65 gram SDA dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan
dengan 1 Liter aquadestilata. Kemudian ditutup dengan menggunakan kapas, dan
dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan pada suhu 121˚C selama 15
menit dengan tekanan 1 atm.
d. Penyiapan stok Candida albicans
Media SDA yang sudah steril dicairkan kemudian dituang ke dalam
tabung reaksi dan dimiringkan, biarkan hingga membeku. Setelah membeku
diambil 1 ose fungi dari pertumbuhan dan diinokulasikan secara streak plate.
Inkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C. Digunakan sebagai
stok.
e. Pengujian potensi anti fungi
Metode Difusi : Pengujian potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih
merah dilakukan dengan metode difusi secara paper disk. Satu koloni fungi
Candida albicans dari stok disuspensikan ke dalam media SDA cair,
diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil suspensi dibandingkan
dengan standar Mc. Farland II (6.108 CFU/ml) hingga kekeruhannya sama. Dari
suspensi tersebut, diambil 0,1 ml kemudian ditambahkan ke dalam 20 ml media
SDA yang telah memadat dengan cara spread plate, kemudian didiamkan selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 menit. Setelah itu, diletakkan paper disk 6 mm pada jarak tertentu diatas cawan petri.
Langkah yang terakhir, hasil pengenceran dari ekstrak etanol daun sirih
merah dan kontrol diteteskan diatas paper disk sebanyak 10 µl. Sebagai kontrol
positif digunakan Ketokonazol dan kontrol negatif digunakan Tween 80, lalu
diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37˚C. Diukur diameter zona hambatnya
dengan menggunakan penggaris. Pengulangan pengukuran masing-masing
diameter sebanyak 5 kali.
Metode Dilusi Padat : Di ambil 1 ose fungi dari stok fungi, kemudian
disuspensikan ke dalam 5 ml SDA cair campur rata dan inkubasi pada suhu 37˚C
selama 24 jam. Hasil suspensi dibandingkan dengan standar Mc. Farland II (6.108
CFU/ml) hingga kekeruhannya sama lalu diambil 0,5 ml. Kemudian 0,5 ml
ekstrak etanol daun sirih merah dengan kadar tertentu ditambahkan dalam
suspensi tadi dan dicampur rata dengan 15 ml SDA yang cairkan. Setelah divortex
lalu dituang dalam cawan petri steril secara pour plate dan dibiarkan memadat
lalu diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37˚C. Setelah masa inkubasi,
kekeruhan yang menunjukkan pertumbuhan Candida albicans dalam media
diamati dan diberi penilaian menggunakan notasi (+) untuk media yang tampak
keruh. Hal ini berlaku untuk tiap ekstrak etanol daun sirih merah, kontrol negatif
(Tween 80) dan kontrol positif (Ketokonazol). Hasil pengamatan dianalisis untuk
mendapatkan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) senyawa uji. Setelah
30
plate. Kadar Bunuh Minimum (KBM) ditentukan apabila sudah tidak ada pertumbuhan fungi uji.
G. Tata cara analisa data
Penentuan potensi antifungi dengan metode difusi agar ditunjukkan
dengan adanya zona hambat di sekitar paper disk. Replikasi perlakuan
masing-masing dilakukan sebanyak 5 kali. Hasil pengukuran diameter zona hambat yang
terbentuk dilakukan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi
normal atau tidak. Kemudian diameter zona hambat yang terbentuk dari
masing-masing konsentrasi dianalisis dengan ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji
LSD dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan khasiat antar
konsentrasi. Sedangkan pada metode dilusi padat, dengan membandingkan
kekeruhan dengan kontrol pertumbuhan dan kontrol negatif akan diperoleh
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).
Analisis hasil KLT dilakukan dengan menghitung harga Rf dari bercak
yang timbul dan mengamati warna bercak tersebut. Nilai Rf dan warna bercak
sampel dibandingkan dengan Rf dan warna bercak pembanding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Determinasi Tanaman Sirih Merah
Penelitian ini diawali dengan melakukan determinasi tanaman yang akan
digunakan. Tujuan dilakukan determinasi tanaman sirih merah ini supaya tanaman
yang digunakan sebagai bahan penelitian ini benar-benar tanaman sirih merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav.) sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan.
Determinasi tanaman sirih merah dilakukan oleh Laboratorium
Farmakognosi, Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada dengan mencocokkan contoh tanaman sirih merah dengan metode
identifikasi baku (Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965).
Berdasarkan hasil determinasi (Lampiran I) dapat dipastikan bahwa
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sirih merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav).
B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan
Tanaman sirih merah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
daerah Condongcatur, Sleman Yogyakarta. Tanaman sirih merah yang digunakan
adalah tanaman sirih merah dengan lokasi tumbuh yang sama agar diperoleh
keseragaman bahan dan kandungan kimia. Bagian tanaman yang digunakan
adalah daunnya yang dikumpulkan pada bulan November 2007. Daun diambil
pada keadaan segar dengan kondisi daun dipilih setelah bagian 3 atau 4 tangkai
32
dari pucuk dahan dan 3 tangkai sebelum pangkal dahan, bukan daun yang
terlalu muda atau terlalu tua, dengan asumsi bahwa kandungan zat aktif pada daun
adalah maksimal.
Daun sirih merah dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran yang melekat, lalu ditiriskan sampai sisa air menghilang dan ditempatkan
dalam suatu wadah. Pengeringan dilakukan di dalam oven untuk mengurangi
kadar air sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh fungi, menghambat bekerjanya
enzim yang dapat merusak senyawa aktif dari daun sirih merah, dan menghindari
pembusukan. Daun dinyatakan kering apabila daun mudah dipatahkan dan mudah
hancur bila diremas dengan tangan. Daun kering ini kemudian diserbuk dengan
menggunakan blender dan diayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia
harus dihaluskan menjadi serbuk, diayak dengan nomor ayakan 4/18 (Anonim,
1989). Karena keterbatasan alat maka serbuk diayak menggunakan ayakan
Aperture dengan ukuran 250 mikrometer. Tujuan dari pengayakan yaitu untuk
mendapatkan serbuk yang halus sehingga dapat mempermudah proses penyarian
(Anonim, 1986). Daun dalam bentuk serbuk memiliki luas permukaan yang lebih
besar dibandingkan dengan daun utuh. Kondisi ini menyebabkan kontak yang
lebih besar antara serbuk dengan larutan penyari etanol sehingga senyawa aktif
yang terkandung didalam daun dapat tersari sempurna pada saat proses penyarian.
Berat basah daun awal adalah 1060 kg, setelah dikeringkan dan diserbuk
diperoleh berat serbuk 134,30 gram .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah
Ekstrak etanol daun sirih merah diperoleh dengan menggunakan metode
soxhletasi. Ekstraksi dengan soxhlet memberikan keuntungan daripada proses
ekstraksi yang lain karena pada proses ekstraksi ini serbuk akan selalu terbasahi
oleh cairan penyari yang jernih dan ini berlangsung kontinyu sehingga ekstraksi
akan efektif. Selain itu pelarut yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Kelemahan
cara soxhletasi adalah terbatas pada senyawa yang tahan terhadap panas, untuk
senyawa yang mudah rusak oleh panas maka tidak cocok digunakan.
Prinsip metode ekstraksi dengan soxhlet adalah saat cairan penyari
dipanaskan akan menguap, uap cairan penyari naik melalui pipa samping
kondensor (pendingin balik). Adanya kondensor akan mengembunkan uap
sehingga uap akan turun kembali melalui thimble yang berisi serbuk sehingga
thimble akan terisi cairan penyari secara perlahan-lahan. Cairan penyari akan
membasahi serbuk dalam thimble, kemudian penyari akan melarutkan zat aktif
yang terdapat dalam serbuk. Saat cairan mencapai permukaan sifon, cairan akan
turun kembali ke labu alas bulat. Cairan penyari tersebut membawa senyawa yang
ingin diekstraksi (Anonim, 1986). Cairan penyari berupa etanol 96%. Etanol 96%
memiliki rentang polaritas yang lebar sehingga sebagian besar kandungan zat aktif
baik polar, semipolar, maupun non polar akan terlarut dalam etanol 96%. Etanol
96% sebanyak 300 ml di masukkan ke alat soxhlet diasumsikan cukup untuk
membasahi seluruh bagian simplisia. Soxhletasi dihentikan apabila cairan penyari
yang keluar dari soxhlet menjadi bening yang menandakan bahwa penyarian
34
hasil dari soxhletasi kemudian diuapkan dengan Vacum Rotary Evaporator untuk
memisahkan cairan penyari yang masih tersisa sehingga diperoleh ekstrak kental.
Proses penguapan dihentikan apabila hampir semua etanol menguap. Penguapan
etanol dengan Vacum Rotary Evaporator dilakukan selama 1 jam. Dari
penimbangan ekstrak kental tersebut diperoleh bobot ekstrak kental sebesar 8,9
gram. Ekstrak kental yang siap digunakan ini disimpan dalam wadah tertutup
dalam lemari es. Suhu dingin dari lemari es dapat menghambat pertumbuhan
mikroba yang dapat mengkontaminasi dan merusak senyawa aktifnya.
D. Identifikasi Kualitatif Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah dengan Metode Uji Tabung dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Identifikasi kandungan kimia ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan
untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol
daun sirih merah dengan mengamati warna yang terbentuk dari reaksi antara zat
aktif yang ada dengan pereaksi yang digunakan. Kandungan kimia daun sirih
merah meliputi flavonoid, alkaloid, senyawa polifenol, tanin dan minyak atsiri
(Sudewo, 2005). Pada ekstrak etanol daun sirih merah dilakukan uji alkaloid, uji
flavonoid, uji tanin dan uji minyak atsiri karena dari hasil identifikasi serbuk daun
sirih merah tidak mengandung antrakinon, kardenolida, dan saponin. Pengamatan
pada uji tabung dapat melalui pengamatan warna. Peristiwa terjadinya warna
disebabkan karena struktur zat aktif dari tanaman yang mengandung gugus
kromofor bereaksi dengan pereaksi tertentu sehingga menimbulkan warna yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
khas. Parameter hasil berdasarkan warna yang terbentuk dinyatakan positif
apabila didalam reaksi warna yang terbentuk secara intensif tidak berubah.
Tabel I. Hasil pengamatan uji kandungan kimia ekstrak etanol daun sirih merah dengan uji tabung
Identifikasi Pereaksi Hasil Pengamatan
Alkaloid Pereaksi Mayer Terbentuk endapan
merah bata
Pereaksi Dragendorf Terbentuk endapan
merah bata
Minyak atsiri - Tercium bau khas
Flavonoid Fe3Cl Terbentuk warna
hijau tua
Tanin Natrium klorida 2 %
dan Larutan Gelatin 1%
Tidak terbentuk endapan
a. Identifikasi Alkaloid
Pereaksi Mayer digunakan untuk mengetahui adanya basa amin (alkaloid).
Reaksi positif jika terbentuk endapan dengan penambahan pereaksi Mayer dan
Dragendorff. Pada uji alkaloid sampel di didihkan dengan HCl 1% dengan tujuan
untuk menggaramkan alkaloid yang berbentuk basa. Dari