• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinggi atau rendahnya produktivitas suatu kelompok nelayan sangat dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki dan permasalahan yang dihadapinya. Potensi merupakan sesuatu yang berharga menjadi modal untuk meningkatkan produktivitas, misalnya tingginya kualitas SDM dan posisi strategis. Permasalahan merupakan sesuatu bernilai negatif yang akan menurunkan produktivitas, misalnya rendahnya tingkat partisipasi anggota dan infarstruktur kurang memadai.

Berdasarkan hasil FGD 3 kelompok nelayan, diperoleh atribut yang menjadi potensi dan atribut yang menjadi permasalahan kelompok nelayan di Tobelo. Potensi dan permasalahan kelompok tersebut dapat berasal dari dalam (internal) maupun luar (eksternal). Potensi yang berasal dari dalam menjadi sebuah faktor kekuatan kelompok untuk meningkatkan produktivitas sedang potensi dari luar menjadi faktor peluang yang mendukung faktor kekuatan untuk peningkatan produktivitas kelompok. Begitu juga halnya permasalahan kelompok dapat berasal dari dalam dan luar kelompok. Permasalahan yang berasal dari dalam kelompok menjadi faktor kelemahan kelompok tersebut, sedangkan permasalahan dari luar menjadi faktor ancaman bagi kelompok tersebut. Hasil identifikasi potensi dan permasalahan kelompok nelayan disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9 Potensi kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo

No Potensi Kelompok Keterangan

1 Posisi kelompok yang strategis

Kecamatan Tobelo sebagai pusat perekonomian dan pusat pemerintahan kabupaten Halmahera.

2 Motivasi dan etos Kepengurusan dianggap sebagai tugas mulia atau tugas mulia sebagi bagian dari ibadah

kerja pengurus tinggi

3 Besarnya potensi SDI Potensi lestari perikanan 86.660,6 ton/tahun dan baru 13 % yang sudah dimanfaatkan 4 Sebagian besar program

pemberdayaan emerintah berbasis kelembagaan

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dan lain-lain.

5 Peluang pasar SDI cukup besar

Tobelo sebagai pusat perekonomian dan pusat pertumbuhan penduduk.

6 Jumlah anggota

kelompok relatif banyak

Rata-rata keanggotaan kelompok nelayan mencapai 80 % dari nelayan yang ada di masing-masing desa nelayan.

7 Keberadaan fasilitas umum cukup memadai

Keberadaan dan kondisi pasar, listrik, jalut transportasi, alat transportasi,pusat pelayan kesehatan lebih baik di banding kecamatan lain.

8 Meningkatnya peranan Lembaga

Lembaga sebagai tempat pemasaran (seperti koprasi), usaha simpan pinjam, jaminan sosial, pelatihan dan bantuan servis dan lain-lain. 9 Sebagian besar anggota

tergolong umur produktif 20 -50 tahun

76 % tergolong produktif (>20 – 50 tahun), 16 % persen belum produktif (<20 tahun), 8 % pasca produktif (> 50 tahun).

10 Alat tangkap cukup memadai

Alat tangkap dan perahu jumlahnya cukup memadai.

Tabel 10 Permasalahan kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo

No Potensi Kelompok Keterangan

1 Masih rendahnya partisipasi anggota

Tingkat partisipasi anggota Kelompok Kurnia adalah 45 %, Nustalenta 30 %, Imanuel 65 % 2 Pengetahuan dan

keterampilan organisasi rendah

Kurang pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen, pembagian tugas dan pengarsifan

3 Kurangnya menejemen lembaga

Sebagian besar kegiatan kelompok di tangani oleh ketua dan bendahara, kurang memberdayakan pengurus lain atau anggota 4 Kurangnya infrastruktur

organisasi

Sekretariat menggunakan rumah ketua dan pertemuan bergantian dirumah-rumah anggota 5 Kurangnya komunikasi Komunikasi dilakukan jika ada kegiatan besar

dengan anggota dan pemerintah

6 Kurang tegas dalam pemberian sanksi

Tidak tegas dalam usaha simpan pinjam, iuran anggota, pelanggaran sistem pemasaran hasil 7 Lembaga belum ada badan

hukum

Semua kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo tidak punya badan hukum

8 Keanggotaan cenderung keluarga

Rata-rata 65 % merupakan keluarga dan kerabat dekat, sehingga lebih mempermudah koordinasi

9 Kurangnya dokumentasi dan publikasi lembaga

Tidak adanya atau kurang pengarsifan kegiatan atau dokumen kelompok dan publikasi lewat media

10 Kurangnya relevansi rencana dengan pelaksanaan

60 % dari rencana tidak jalan atau tidak sesuai dengan yang di rencana. Kegiatan sering bersifat dadakan

11 Semakin tingginya tingkat persaingan dalam

pemasaran hasil tangkapan

Semakin banyaknya nelayan dan pedagang, baik lokal maupun pendatang untuk berdagang di Tobelo

12

Program pemerintah masih berorientasi proyek

Pelaksanaan program pemerintah tergantung pada administrasi bukan pada pencapain hasil program

13

Menurunnya minat

generasi penerus (usia <30 th) untuk menjadi nelayan

Masyarakat menganggap bahwa propesi nelayan adalah propesi orang yang tidak sekolah, kerja kasar, dan beresiko. Banyak peluang kerja lain

14 Rentan terjadi konflik yang bersifat sara

Trauma konflik sara 2000-2002

15 Belum jelasnya peraturan penangkapan ikan terkait alat dan wilayah

penangkapan

Banyak peraturan yang tumpang tindih dalam pelaksanaanya, tidak tegas dalam pelaksanaan peraturan masih bersifat tebang pilih

Potensi dan permasalahan kelompok nelayan yang disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10, dikelompokkan menjadi faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Pengelompokkan tersebut akan mempermudah dalam proses identifikasi atau evaluasi faktor. Evaluasi faktor atau atribut faktor bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut yang menjadi potensi atau permasalahan utama bagi kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo, khususnya 3 kelompok nelayan yang menjadi peserta FGD. Evaluasi tersebut

dilakukan secara partisifatif dengan harapan pembobotan dapat sesuai dengan kondisi sebenarnya dan menjadi referensi bagi peserta dalam pengelolaan kelompoknya ke depan. Evaluasi faktor didasarkan pada penilaian peserta terhadap tingkat penting (bobot) dan pengaruh (rating) atribut faktor terhadap atribut yang lain dalam satu kelompok faktor. Atribut yang memiliki skor tertinggi (perkalian bobot dengan pengaruh) merupakan atribut utama.

4.5.1 Evaluasi faktor internal

Atribut yang menjadi faktor kekuatan, antara lain: (1) motivasi dan etos kerja pengurus tinggi, (2) jumlah anggota kelompok relatif banyak, (3) meningkatnya peranan lembaga, (4) sebagian besar anggota tergolong umur produktif 20 -50 tahun, dan (5) alat tangkap cukup memadai. Faktor kelemahan, antara lain: (1) masih rendahnya partisipasi anggota, (2) pengetahuan dan keterampilan organisasi rendah, (3) kurangnya menejemen lembaga, (4) kurangnya infrastruktur organisasi, (5) kurangnya komunikasi dengan anggota dan pemerintah, (6) kurang tegas dalam pemberian sanksi, (7) kelompok belum ada badan hukum, (8) keanggotaan cenderung keluarga, (9) kurangnya dokumentasi dan publikasi lembaga, dan (10) kurangnya relevansi rencana dengan pelaksanaan.

Hasil penilaian peserta terhadap atribut-atribut yang termasuk dalam faktor kekuatan disajikan pada Tabel 11. Motivasi dan etos kerja pengurus merupakan atribut kekuatan yang memiliki skor tertinggi. Tingginya nilai skor atribut tersebut dianggap sangat penting dalam upaya penguatan kelompok nelayan dan sangat berpengaruh dalam perjalanan kelompok. Hal tersebut sangat wajar karena pengurus merupakan mesin penggerak roda kelompok. Jika motivasi dan etos kerja pengurus rendah, maka kelompok tidak bisa menjalankan peranan dan mencapai tujuannya. Kondisi alat tangkap merupakan atribut yang paling rendah skornya pada indikator kekuatan. Rendahnya skor atribut tersebut karena keberadaan dan kondisi alat tangkap tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi kelompok. Kondisi alat tangkap dianggap bukan permasalahan kelompok, tetapi dianggap sebagai permasalahan individu anggota.

Tabel 11 Evaluasi faktor internal kondisi kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo

No Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strengths):

1 Jumlah anggota banyak (K1) 0.70 3 2.10

2 Motivasi dan etos kerja pengurus tinggi (K2)

0.90 5 4.50

3 Meningkatnya peranan lembaga (K4) 0.90 3 2.70

4 Sebagian besar anggota tergolong umur produktif / 35 -50 Thn (K5)

0.60 4 2.40

5 Alat tangkap nelayan tergolong cukup memadai (K6)

0.75 2 1.50

Kelemahan (Weakness):

1 Masih rendahnya partisipasi anggota (L1) 0.90 3 2.70 2 Pengetahuan dan keterampilan organisasi

rendah (L2) 0.90 5 4.50

3 Kurangnya menejemen lembaga (L3) 0.90 5 4.50

4 Kurangnya infrastruktur organisasi (L4) 0.70 4 2.80 5 Kurangnya komunikasi dengan Anggota

dan pemerintah (L5) 0.80 4 3.20

6 Kurang tegas dalam pemberian sanksi (L6) 0.70 3 2.10 7 Lembaga belum ada badan hukum (L7) 0.70 3 2.70 8 Keanggotaan cenderung keluarga (L8) 0.60 3 1.80 9 Kurangnya dokumentasi dan publikasi

lembaga (L9) 0.70 3 2.10

10 Kurangnya relevansi rencana dengan

pelaksanaan (L10) 0.80 4 3.20

Pengetahuan dan keterampilan organisasi yang rendah, dan kurangnya menejemen lembaga atau kelompok merupakan permasalahan internal atau faktor kelemahan kelompok yang paling tinggi skornya. Tingginya skor terhadap atribut tersebut karena profesionalitas, efektifnya dan optimalnya peranan kelompok sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan manajemen dalam mengurus kelompok tersebut. Rendahnya pengetahuan dan ketampilan manajemen akan memperburuk kinerja kelompok.

Keanggotaan cenderung keluarga dan kerabat dekat merupakan faktor kelemahan yang paling rendah skornya. Atribut tersebut bukan menjadi permasalahan yang pokok bagi kelompok nelayan dibanding permasalahan yang lain, karena hal tersebut sulit dihindari mengingat sempitnya wilayah kelompok (tingkat desa).

4.5.2 Evaluasi faktor eksternal

Potensi eksternal yang menjadi faktor peluang, antara lain: (1) posisi kelompok yang strategis, (2) besarnya potensi SDI, (3) sebagian besar program pemberdayaan pemerintah berbasis kelembagaan, (4) peluang pasar SDI cukup besar, dan (5) keberadaan fasilitas umum. Permasalahan eksternal kelompok yang menjadi faktor ancaman, antara lain: (1) semakin tingginya tingkat persaingan dalam pemasaran hasil tangkapan, (2) program pemerintah masih berorientasi proyek, (3) rentan terjadi konflik yang bersifat sara, (4) belum jelasnya peraturan penangkapan ikan terkait alat dan wilayah penangkapan, dan (5) menurunnya minat generasi penerus (usia <30 th) untuk menjadi nelayan.

Hasil penilaian peserta terhadap faktor eksternal disajikan pada Tabel 12. Sebagian besar program pemerintah tentang pemberdayaan masyarakat berbasis kelembagaan, menjadi faktor peluang yang paling tinggi skornya. Atribut tersebut dianggap dapat menjadi pendorong bagi nelayan untuk berlembaga (kelompok) dan bagi kelompok untuk meningkatkan peranan dan kinerjanya. Anggapan atau penilaian tersebut didasarkan pada pengalaman masyarakat, khususnya Kelompok Nelayan Nustalenta, Kurnia dan Imanuel terhadap pelaksanaan program PEMP, PNPM dan program lain yang sejenis.

Tabel 12 Evaluasi faktor eksternal kondisi kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo

No Faktor eksternal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunities):

1 Besarnya potensi SDI (P1) 0.80 2 1.60

2 Posisi lembaga yang sangat strategis (P3)

0.80 3

2.40 3 Sebagian besar program pemberdayaan

pemerintah berbasis kelembagaan(P2) 1.00 5 5.00

4 Peluang pasar SDI cukup besar (P3) 0.80 3 2.40

5 Keberadaan fasilitas umum cukup

memadai (Jalan dan Listrik) (P4) 0.90 4 3.60

Ancaman (Threats):

1 Semakin tingginya tingkat persaingan

dalam pemasaran hasil tangkapan (A1) 0.83 4 3.32 2 Program pemerintah masih berorientasi

proyek (A2) 0.90 3 2.70

3 Menurunnya minat generasi penerus (usia <30 th) untuk menjadi nelayan (A3)

0.80 3 2.40

4 Rentan terjadi konflik yang bersifat sara

(A4) 0.65 5 3.25

5 Belum jelasnya peraturan penangkapan ikan terkait alat dan wilayah

penangkapan (A5)

0.85 4 3.4

Besarnya potensi SDI merupakan faktor kekuatan yang memiliki skor terendah. Rendahnya penilaian peserta terhadap atribut tersebut dibanding atribut yang lain karena sebagian besar masyarakat nelayan tidak mengerti tentang bagaimana menghitung besarnya potensi. Penghitungan potensi yang sampai saat ini dilakukan juga tidak bisa menjamin 100% sesuai dengan kenyataan karena metode yang digunakan merupakan pendugaan yang memiliki banyak kekurangan. Masyarakat nelayan hanya tahu hasil tangkapannya hari ini dan hasil besok.

Belum jelasnya aturan penangkapan ikan yang terkait dengan jenis alat dan kawasan penangkapan dianggap menjadi faktor ancaman yang paling besar. Faktor tersebut menyebabkan keraguan dan ketakutan di kalangan nelayan yang menggunakan alat-alat yang diindikasikan oleh peraturan tertentu sebagi alat yang dilarang. Keraguan dan ketakutan tersebut didasarkan pada pengalaman penangkapan dan denda yang pernah dialami oleh nelayan. Hal tersebut menyebabkan penurunan gairah dan produktivitas nelayan dalam melakukan penangkapan dan pengembangan usaha penangkapan.

Menurunnya minat generasi muda untuk menjadi nelayan, dinilai menjadi faktor ancaman yang paling rendah skornya dibanding atribut yang lain. Anggapan tersebut didasarkan atas pemahaman peserta bahwa pekerjaan nelayan tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi karena hasil tangkapan sangat ditentukan oleh alam. Peluang kerja lain di kecamatan Tobelo cukup banyak dan bervariasi karena Tobelo sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian kabupaten. Pekerjaan tersebut tergolong lebih ringan dan jelas hasilnya dibanding menjadi nelayan.

Dokumen terkait