II. POTENSI DAN PERMASALAHAN
2.1 Potensi
2.1.2 Potensi Ekonomi
a. Nilai penting perikanan
Nilai penting perikanan Kabupaten Kayong Utara diperoleh melalui analisis location quotient. Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis. Teknik LQ digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di suatu daerah (Jumiyanti, 2018).
Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah sekunder berupa PDRB sub sektor perikanan Kabupaten Kayong Utara, PDRB total Kabupaten Kayong Utara, PDRB sub sektor perikanan Provinsi Kalimantan Barat, dan PDRB total Provinsi Kalimantan Barat. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik berupa Kabupaten Kayong Utara dalam angka tahun 2019 dan Provinsi Kalimantan Barat dalam angka tahun 2019.
Tabel 9. PDRB Kab.Kayong Utara dan Kalimantan Barat PDRB Sub Sektor Perikanan Kabupaten Kayong Utara (juta rupiah) PDRB Total Kabupaten Kayong Utara (juta rupiah) PDRB Sub Sektor Perikanan Provinsi Kalimantan Barat (juta rupiah) PDRB Total Provinsi Kalimantan Barat (juta rupiah) 292.310,7 3.798.252,2 2.691.180 177.468.594
16
Menurut Bedavid-Val (1991), perhitungan analisis LQ dilakukan dengan menggunakan rumus LQ seperti berikut:
Keterangan:
π
π : PDRB sektor perikanan kabupatenπ π
π : PDRB total kabupatenπ
π : PDRB sektor perikanan provinsiπ π
π : PDRB total provinsiKriteria dalam analisis LQ menurut Mangilaleng (2015) adalah sebagai berikut:
LQ > 1 : Laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga perikanan merupakan sub sektor unggulan sekaligus merupakan basis ekonomi.
LQ < 1 : Laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga perikanan bukan merupakan sub sektor unggulan Kabupaten Kayong Utara dan bukan merupakan basis ekonomi.
LQ = 1 : Laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah sama dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor perikanan Kabupaten Kayong Utara memiliki nilai LQ sebesar 5,1. Nilai tersebut >1 yang artinya laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Perikanan merupakan sub sektor unggulan sekaligus merupakan basis ekonomi. Sektor ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Kayong Utara.
b. Produksi Perikanan
Analisis produksi perikanan dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Data produksi perikanan merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik yang terdiri data hasil produksi perikanan berdasarkan sub sektor pada setiap kecamatan. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data
πΏπ = π
π/π π
ππ
π/π π
π17 disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan. Berikut adalah hasil analisis produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara.
Tabel 10.Produksi perikanan laut Kabupaten Kayong Utara tahun 2015-2018 (ton) Tahun
Produksi Perikanan
Total Produksi
Laut Perairan Umum Budidaya
2018 33.111,86 728,75 380,79 34.221,40
2017 32.232,26 727,43 378,70 33.338,39
2016 29.731,30 724,30 352,80 30.808,40
2015 24.585,90 710,50 316,30 27.403,10
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Terdapat tiga jenis perikanan pada Kabupaten Kayong Utara yaitu perikanan laut, perairan umum, dan budidaya. Ketiga jenis perikanan tersebut memberikan kontribusi terhadap total produksi perikanan di Kabupaten Kayong Utara. Data di atas menunjukkan adanya kecenderungan meningkat pada total produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara. Kondisi ini dikarenakan meningkatnya produksi perikanan laut, perairan umum, dan budidaya di Kabupaten Kayong Utara. Jumlah produksi perikanan tersebut terus mengalami peningkatan hingga tahun 2018.
Tabel 11.Produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara tahun 2018 (ton)
No. Sub Sektor Jumlah Produksi (ton) Persentase
1 Laut 33.111,86 97%
2 Perairan umum 728,75 2%
3 Budidaya 380,79 1%
Jumlah 34.221,40 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Secara keseluruhan, perikanan laut memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi perikanan di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018. Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi perikanan laut di Kabupaten Kayong Utara yaitu sebesar 34.221,40 ton atau 97% dari total produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara. Diperlukan pengelolaan yang efektif dan efisien agar tujuan konservasi dan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Sehingga pengelolaan kawasan konservasi SAP Kubu Raya dan Kayong Utara dapat berjalan secara berkelanjutan.
18
Gambar 6.Kontribusi perikanan berdasarkan jenis
c. Aktivitas Penangkapan
Analisis aktivitas penangkapan dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Data yang digunakan adalah data jumlah nelayan, jenis kapal, dan jumlah alat tangkap. Seluruh data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan. Berikut adalah hasil analisis aktivitas penangkapan di Kabupaten Kayong Utara.
Kegiatan penangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Kayong Utara dilakukan oleh 8.574 nelayan yang tersebar di seluruh kecamatan yang berbatasan dengan laut. Jumlah nelayan tersebut termasuk ke dalam 2.432 rumah tangga nelayan yang ada di Kabupaten Kayong Utara. Untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan di Kabupaten Kayong Utara menggunakan perahu tanpa motor, kapal motor tempel dan kapal motor (Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat, 2017).
Tabel 12.Jumlah kapal jenis di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018
No. Jenis Kapal Jumlah Unit Persentase
1 Tanpa Motor 452 33%
2 Motor Tempel 497 37%
3 Tanpa Motor 400 30%
Jumlah 1.349 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Tabel di atas menunjukkan jumlah kapal yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2018. Jenis kapal yang banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kayong Utara adalah kapal motor tempel
Laut 97% Perairan umum 2% Budidaya 1%
19 dengan persentase 37%. Kapal tanpa motor dan kapal motor hanya digunakan oleh masing-masing 33% dan 30% nelayan di Kabupaten Kayong Utara. Jenis kapal yang digunakan mempengaruhi jenis ikan target dan jarak tempuh menuju fishing ground. Semakin besar kapal maka jarak yang bisa ditempuh semakin jauh, begitu juga sebaliknya. Banyaknya kapal motor tempel menunjukkan bahwa daerah penangkapan sebagian besar nelayan di Kabupaten Kayong Utara sedikit menjauh dari pantai.
Gambar 7. jumlah kapal berdasarkan jenis
Tabel 13.Jumlah alat tangkap di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018
No. Jenis Kapal Jumlah Unit Persentase
1 Jaring insang 382 25% 2 Trammel net 319 21% 3 Rawai 252 16% 4 Jaring lainnya 150 10% 5 Jaring pantai 117 8% 6 Perangkap lainnya 70 5% 7 Bagan tancap 58 4% 8 Jermal 56 4% 9 Bubu 60 4% 10 Serok 44 3% 11 Jaring lingkar 18 1% 12 Pancing 0 0% 13 Tonda 2 0% 14 Sero 0 0% Jumlah 18.904 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Untuk melakukan aktivitas penangkapan, nelayan di Kabupaten Kayong Utara menggunakan berbagai macam alat tangkap. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah jaring insang, trammel net, rawai, dan jaring lainnya dengan persentase masing masing 25%, 21%, 16% dan 10%. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan akan menentukan jenis dan ukuran ikan target.
Tanpa Motor 33% Motor Tempel 37% Kapal Motor 30%
20
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat (2011), jenis ikan yang ditangkap di Kabupaten Kayong Utara adalah ikan kembung, teri, tembang, tenggiri, gulamah, tongkol, manyung, selangat, dan pari. Sedangkan untuk golongan Mollusca dan Crustacea yang ditangkap adalah cumi-cumi, sotong, dan udang. Komoditas ikan pelagis di Kabupaten Kayong Utara memiliki jumlah produksi tertinggi yaitu 5.401,6 ton atau 42% dari jumlah produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara dengan nilai produksi mencapai Rp 53.452.200.000 atau 45% dari nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara.
Sedangkan komoditas udang dan kepiting yang menjadi salah satu target konservasi mampu mengasilkan produksi sebesar 1.331,6 ton atau 10% dari jumlah produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara dengan nilai produksi mencapai Rp 20.447.650.000 atau 17% dari nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara.
(i)
(ii)
Gambar 8 kontribusi jenis ikan berdasarkan jumlah produksi (i) dan nilai (ii)
Ikan Pelagis 42%
Ikan Demersal 32%
Udang dan Kepiting 10% Ikan Lainnya 16% Ikan Pelagis 45% Ikan Demersal 29% Udang dan Kepiting 17% Ikan Lainnya 9%
21
d. Pendapatan dan Nilai Tukar Nelayan
Nilai tukar nelayan (NTN) merupakan perbandingan antara indeks yang diterima dengan indeks yang dibayar oleh nelayan yang dinyatakan dalam indeks atau persentase. NTN menyatakan tingkat kemampuan tukar atas barang-barang yang dihasilkan nelayan di pedesaan pesisir terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses produksi perikanan tangkap (BAPPENAS, 2014).
Analisis NTN dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah wawancara dengan 39 orang responden yang dipilih secara acak (simple random sampling). Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden.
Data yang digunakan dalam analisis NTN adalah data primer pendapatan dan pengeluaran rumah tangga nelayan di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara selama bulan Agustus tahun 2019. Pendapatan rumah tangga nelayan merupakan total pendapatan selama satu bulan yang terdiri dari pendapatan perikanan dan non perikanan. Sedangkan pengeluaran rumah tangga nelayan merupakan pengeluaran total rumah tangga nelayan selama satu bulan yang terdiri dari pengeluaran untuk modal (perikanan) dan pengeluaran untuk konsumsi (non perikanan).
Tabel 14.Pendapatan dan pengeluaran total rumah tangga nelayan
No. Variabel Jumlah
1 Rata-rata pendapatan total rumah tangga nelayan Rp 3.528.889 2 Rata-rata pengeluaran total rumah tangga nelayan Rp 3.395.021 Sumber: Survei RPZ Provinsi Kalimantan Barat BPSPL Pontianak, 2019
Perhitungan NTN menurut Basuki et al. (2001) dapat dirumuskan seperti berikut:
Keterangan:
π : Pendapatan total nelayan πΈ : Pengeluaran total nelayan π‘ : Periode waktu
Hasil analisis menunjukkan NTN nelayan di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara adalah sebesar 103,94. Nilai tersebut lebih tinggi dari 100 yang artinya rumah tangga nelayan memperoleh surplus dari kegiatan produksi yang dilakukan. Namun nilai tersebut masih lebih rendah dari NTN Provinsi kalimantan barat tahun 2018 yaitu 107,23 dan NTN Nasional tahun 2018 yaitu sebesar 112.34. Masih diperlukan kegiatan
πππ =ππ‘
22
pemberdayaan masyarakat dalam hal peningkatan pendapatan dan efisiensi produksi agar nilai NTN di Kabupaten Kayong Utara bisa meningkat.
e. Fasilitas
Terdapat beberapa fasilitas pendukung aktivitas ekonomi dan transportasi yang ada di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara. Karena memiliki wilayah yang dipisahkan oleh sungai dan laut, fasilitas pelabuhan sangat penting dalam menunjang aktivitas ekonomi dan transportasi. Terdapat dua pelabuhan besar di sekitar kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Teluk Batang dan Pelabuhan Melano.
PPP Teluk Batang merupakan pelabuhan strategis yang terletak di Kecamatan Teluk Batang. Pelabuhan ini menjadi pusat pendaratan ikan di Kabupaten Kayong Utara karena berdekatan dengan fishing ground. Selain itu PPP Teluk Batang juga memiliki dermaga yang cukup panjang sehingga mampu menampung banyak kapal untuk bersandar.
Gambar 9. PPP Teluk Batang
Pelabuhan kedua yaitu Pelabuhan Melano yang terletak di Sungai Melano, Kecamatan Teluk Melano. Secara geografis pelabuhan ini berada pada 109ΒΊ57β38β BT dan 1ΒΊ6β9β LS. Pelabuhan ini memiliki fasilitas dermaga labuh yang terbuat dari kayu dengan luas 38 m2. Selain aktivitas perikanan, pelabuhan ini juga membantu kegiatan perdagangan dan transportasi dari dan menuju Kecamatan Teluk Melano.
f. Pariwisata
Selain potensi perikanan tangkap, SAP Kubu Raya dan Kayong Utara juga memiliki potensi pariwisata. Sebagai daerah pesisir, Kabupaten Kayong Utara memiliki beberapa destinasi wisata pantai yang tersebar di beberapa daerah pesisir. Wisata
23 pantai tersebut terdiri dari Pantai Teluk Pandan di Pulau Kumbang, Pantai Kerang di Desa Tanjung Satai, dan Pantai Pulau Nenas di Desa Dusun Kecil. Wisata pantai tersebut mampu menarik wisatawan untuk berkunjung setiap tahunnya.
Gambar 10. Pantai Kerang di Desa Tanjung Satai, Pulau Maya
Pemerintah Kabupaten Kayong Utara berupaya untuk mengembangkan pariwisata menjadi sektor unggulan. Upaya tersebut dilakukan dengan menyediakan fasilitas akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kayong Utara. Hingga tahun 2009 terdapat enam penginapan yang tersebar di dua kecamatan. Terdapat dua penginapan di Kecamatan Teluk Melano yaitu penginapan Rosdana dan Simpang Empat. Sedangkan di Kecamatan Teluk Batang terdapat tiga penginapan yaitu penginapan Nirwana, Bakri, dan Citra (RIPDA Kabupaten Kayong Utara, 2011).
24
Beberapa peninggalan sejarah di Kabupaten Kayong Utara juga berpotensi sebagai pariwisata budaya. Terdapat makam dengan ukiran-ukiran pada nisannya di Desa Tanjung Satai yang diperkirakan berasal dari abad ke-19. Terdapat peninggalan purbakala berupa keramik dalam jumlah besar dengan motif hewan mitologi Cina sepanjang Sungai Meledang Desa Kemboja. Selain itu terdapat situs Gunung Tokek yang memiliki peninggalan purbakala/artefak berupa arca, baru bergambar, dan baru bertulis yang berada di Desa Dusun Kecil (RIPDA Kabupaten Kayong Utara, 2011).
g. Aksesibilitas
Kabupaten Kayong Utara terletak di pesisir barat Provinsi Kalimantan Barat yang lokasinya dekat dengan Kepulauan Karimata. Untuk menuju pusat kabupaten ini dapat dilakukan melalui perjalanan darat dan laut dari Kota Pontianak. Perjalanan laut dimulai dari pelabuhan Rasau Jaya dengan memilih rute perjalanan menuju PPP Teluk Batang. Pengunjung dapat menggunakan speed boat dengan waktu tempuh 3-4 jam dan biaya Rp 300.000 β Rp 400.000 per orang. Selain itu pengunjung dapat menggunakan kapal Ferry yang membutuhkan waktu 8-9 jam perjalanan dengan tarif Rp 125.000 per orang. Namun jika pengunjung membawa mobil pribadi maka akan dikenakan tarif tambahan sebesar Rp 800.000.
Gambar 12. Speed boat dari PPP Teluk Batang menuju Pulau Maya Karimata
Kemudian dari PPP Teluk Batang pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menggunakan speed boat menuju Pulau Maya Karimata yang tersedia setiap harinya. Tarif per orang sebesar Rp 100.000. Akses di dalam Pulau Maya Karimata dapat dilakukan melalui perjalanan darat menuju beberapa desa yang terletak disana.