• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Pontianak, Desember Tim Penyusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Pontianak, Desember Tim Penyusun"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga sampai saat ini kita masih diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menyusun Dokumen Rencana pengelolaan dan Zonasi (RPZ) Kawasan Konservasi Perairan (KKP) dan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K) Provinsi Kalimantan Barat.

Terima kasih kami sampaikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Barat, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) Provinsi Kalimantan Barat mulai dari survei pengumpulan data, Focus Group Discussion (FGD) lapangan, Rapat Pokja, dan Konsultasi Publik.

RPZ merupakan salah satu komponen yang mendasar yang harus dimiliki oleh sebuah KKP dan KKP3K yang akan memandu pengelola dalam melakukan penataan zonasi dan mengembangkan strategi serta melaksanakan kegiatan pengelolaan baik jangka Panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun implementasi kegiatan dalam rencana tahunan. Selain sebagai pedoman dalam pengelolaan RPZ juga berfungsi sebagai bahan evaluasi mengenai pengelolaan KKP dan KKP3K yang efektif. Pengelolaan KKP dan KKP3K dapat tercapai secara efektif sesuai dengan tujuannya jika didukung dengan sistem zonasi dan rencana pengelolaan yang baik. Dengan proses yang telah dilakukan mulai dari pengambilan data fisik, biofisik dan sosekbud, kemudian dianalisis dengan MARXAN dan MIRADI, selanjutnya dilakukan proses Focus Group Discussion (FGD), Rapat Pokja, dan Konsultasi Publik kepada stakeholder di daerah dan provinsi. Dokumen ini telah memenuhi standar prosedur penyusunan dan diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal.

Demikian, semoga dokumen RPZ ini dapat membawa pengelolaan KKP dan KKP3K Provinsi Kalimantan Barat yang lebih baik sesuai tujuan pendirian kawasan konservasi yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan menuju kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat dan keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan.

Pontianak, Desember 2019

(5)

iii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi I. PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Tujuan ...2 1.3 Ruang Lingkup ...2

II. POTENSI DAN PERMASALAHAN ...3

2.1 Potensi ...3

2.1.1. Potensi Ekologis ...3

2.1.2 Potensi Ekonomi...15

2.1.3 Kondisi Sosial dan Budaya ...25

2.2 Permasalahan pengelolaan ...31

2.1 Penentuan Status Kawasan E-KKP3K ...32

III. PENATAAN ZONASI ...34

3.1 Umum ...34

3.2 Zona Inti ...36

3.2.1 Rancangan Zonasi dan Koordinat ...36

3.2.2 Potensi...37

3.2.3 Peruntukan (tujuan zonasi spesifik) ...37

3.2.4 Tata Kelola Zona ...38

3.3 Zona Perikanan Berkelanjutan ...38

3.3.1 Rancangan Zonasi dan Koordinat...39

3.3.2 Potensi...39

3.3.3 Peruntukan...40

3.3.4 Tata Kelola Zona ...40

3.4 Zona Pemanfaatan ...40

3.4.1 Rancangan Zonasi dan Koordinat ...41

3.4.2 Potensi...42

3.4.3 Peruntukan...42

3.4.4 Tata Kelola Zona ...42

(6)

iv

3.5.1 Rancangan Zonasi dan Koordinat ...43

3.5.2 Potensi...43

3.5.3 Peruntukan...44

3.5.4 Tata Kelola Zona ...44

IV. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM PENGELOLAAN ...45

4.1 Visi Dan Misi ...45

4.2 Tujuan dan Sasaran ...45

4.3 Strategi Pengelolaan ...45

4.4 Unit Organisasi Pengelola ...46

V. KESIMPULAN ...47

DAFTAR PUSTAKA ...49

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Luas Zona Mangrove di Kayong Utara (BALITBANG KP 2016) ...4

Tabel 2.Jenis mangrove yang terdapat di kayong Utara (BALITBANG KP 2016) ...4

Tabel 3.Potensi Udang di Kayong Utara...6

Tabel 4. Jenis Udang di Kayong Utara ...6

Tabel 5. Koordinat lokasi pengambilan data kualitas perairan ...7

Tabel 6. Baku mutu untuk biota laut dan data lapangan ...8

Tabel 7.Indeks Kesuburan perairan berdasarkan Plankton ...13

Tabel 8. Pengamatan pesut oleh WWF dan BPSPL Pontianak Kayong Utara ...15

Tabel 9. PDRB Kab.Kayong Utara dan Kalimantan Barat ...15

Tabel 10.Produksi perikanan laut Kabupaten Kayong Utara tahun 2015-2018 (ton) ....17

Tabel 11.Produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara tahun 2018 (ton) ...17

Tabel 12.Jumlah kapal jenis di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018 ...18

Tabel 13.Jumlah alat tangkap di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018 ...19

Tabel 14.Pendapatan dan pengeluaran total rumah tangga nelayan ...21

Tabel 15. Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Kayong Utara ...25

Tabel 16.Jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Kayong Utara26 Tabel 17.TPAK Kabupaten Kayong Utara ...27

Tabel 18. Penentan status Kawasan KP3K ...33

Tabel 19. Luasan Zonasi SAP Kayong Utara ...35

Tabel 20.Koordinat dan Luasan Zona Inti...37

Tabel 21.Koordinat dan Luasan Zona Perikanan Berkelanjutan ...39

Tabel 22.Koordinat dan Luasan Zona Pemanfaatan ...41

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Pengukuran kecerahan perairan ...8

Gambar 2.Pengukuran pH perairan ...10

Gambar 3.Pengukuran Salinitas Perairan ...11

Gambar 4.Pengukuran DO Perairan ...12

Gambar 5.Pengambilan Sampel plankton ...13

Gambar 6.Kontribusi perikanan berdasarkan jenis ...18

Gambar 7. Jumlah kapal berdasarkan jenis ...19

Gambar 8. Kontribusi jenis ikan berdasarkan jumlah produksi (i) dan nilai (ii) ...20

Gambar 9. PPP Teluk Batang ...22

Gambar 10. Pantai Kerang di Desa Tanjung Satai, Pulau Maya ...23

Gambar 11. Situs Gunung Tokek ...23

Gambar 12. Speed boat dari PPP Teluk Batang menuju Pulau Maya Karimata ...24

Gambar 13.Tingkat pendidikan angkatan kerja Kabupaten Kubu Raya tahun 2018...27

Gambar 14.Tingkat pendidikan Responden (Hasil Survei Tim RPZ ) ...28

Gambar 15.Pemahaman konservasi responden (Hasil Survei Tim RPZ ) ...28

Gambar 16.Edukasi konservasi responden (Hasil Survei Tim RPZ Kalimantan Barat) 29 Gambar 17.Dukungan responden terhadap kawasan konservasi ...30

Gambar 18.Bentuk keterlibatan responden dalam pengelolaan kawasan konservasi ..30

Gambar 19.Peta Zonasi Sebelum FGD ...34

Gambar 20 Zonasi Perairan SAP Kayong Utara ...35

Gambar 22.Peta Zona Inti ...36

Gambar 23. Peta Zonasi Zona Perikanan Berkelanjutan ...39

Gambar 24.Peta Zona Pemanfaatan ...41

(9)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan dengan letak astronomis 2º08’ LU - 3º02’ LS dan 108º30’ BT - 114º10’ BT. Batas wilayah dari provinsi ini di bagian utara adalah Serawak (Malaysia), bagian selatan adalah Laut Jawa dan Kalimantan Tengah, bagian timur adalah Kalimantan Timur, dan bagian barat adalah Laut Natuna dan Selat Karimata (Badan Pusat Statistik, 2019). Terdapat tujuh kabupaten /kota dengan wilayah pesisir, empat kabupaten diantaranya telah dicadangkan sebagai kawasan konservasi dengan potensi perikanan dan pariwisata yang perlu dikelola secara berkelanjutan. Pengelolaan tersebut diwujudkan melalui Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) pada kawasan konservasi di Kalimantan Barat dalam rangka memenuhi target konservasi nasional sebesar 20 juta hektar pada tahun 2020.

Sebagian wilayah perairan di empat kabupaten tersebut telah dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah melalui Keputusan Gubernur Kalimantan Barat No. 193/DKP/2017 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Kalimantan Barat. Kemudian Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menerbitkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2019 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Barat 2018-2038 yang mana telah mengalokasikan wilayah perairannya menjadi Kawasan Konservasi yang terdiri dari Taman Pulau Kecil Randayan, Taman Pesisir Paloh, Taman Pesisir Kubu Raya, Kawasan Konservasi Kubu Raya dan Kayong Utara, serta Taman Pulau Kecil Kendawangan.

Meskipun telah di alokasikan kedalam peraturan daerah, kawasan-kawasan tersebut belum memiliki pola ruang, rencana pengelolaan, dan unit pengelola. Sebagai upaya percepatan penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut menerbitkan surat No. 552/DJPRL.5/III/2019 dimana kawasan konservasi perairan di Kalimantan Barat masuk kedalam prioritas 3 sebagai kawasan yang belum mempunyai dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ).

Sebagai tindak lanjut dari upaya percepatan tersebut maka Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019 menyusun dokumen RPZ. Penyusunan dokumen RPZ tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.

(10)

2

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen RPZ SAP Kubu Raya dan Kayong Utara adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya pada SAP Kubu Raya dan Kayong Utara.

2. Menyusun zonasi pengelolaan pada SAP Kubu Raya dan Kayong Utara.

3. Menyusun rencana kebijakan, strategi dan program pengelolaan pada SAP Kubu Raya dan Kayong Utara.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dokumen RPZ SAP Kubu Raya dan Kayong Utara adalah sebagai berikut:

1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dokumen RPZ adalah SAP Kubu Raya dan Kayong Utara dengan luas 115.745,974 ha yang menggunakan garis pantai Rupa Bumi Indonesia (RBI) tahun 2017.

2. Lingkup Waktu

Lingkup waktu penyusunan dokumen RPZ SAP Kubu Raya dan Kayong Utara dilaksanakan pada tahun anggaran 2019.

(11)

3

II.

POTENSI DAN PERMASALAHAN

2.1 Potensi

Kabupaten Kayong Utara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Ketapang yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kayong Utara di Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah pesisir Kabupaten Kayong Utara terletak di 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Pulau Maya, Kecamatan Kepulauan Karimata, Kecamatan Teluk Batang, Kecamatan Seponti, Kecamatan Simpah Hilir, dan Kecamatan Sukadana. Badan Pusat Statistik mencatat 103 pulau dengan 14 pulau berpenghuni dan 89 tidak berpenghuni.

Sebagian perairan dan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kayong Utara dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kayong Utara. Kawasan tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Pulau Maya, Kecamatan Kepulauan Karimata, Kecamatan Teluk Batang, Kecamatan Seponti, Kecamatan Simpah Hilir, serta Kecamatan Batu Ampar. Potensi sumber daya alam yang terdapat di setiap wilayah perairan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh kondisi biologis, geografis, dan fisik suatu perairan. Potensi wilayah yang akan dilakukan zonasi perairannya meliputi dari potensi ekologis dan juga potensi sosial ekonomi budaya, selain menilai potensi yang eksisting, variabel tersebut dapat dijadikan dasar pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.

2.1.1. Potensi Ekologis

a. Terumbu Karang dan Padang Lamun

Kawasan konservasi perairan Kayong Utara merupakan salah satu wilayah perairan di Kalimantan Barat yang memiliki potensi ekologis yang cukup unik, berdasarkan hasil analisis citra yang dilakukan, kawasan Konservasi perairan Kayong Utara tidak memiliki ekosistem terumbu karang dan padang lamun dengan kondisi perairan cenderung keruh, dan tingkat sedimentasi tinggi.

Potensi ekologi yang dimiliki oleh kawasan konservasi perairan Kayong Utara Kubu raya meliputi ekosistem mangrove, serta potensi refugia udang penaeid yang bernilai ekonomis tinggi, serta biota endemik.

b. Mangrove

Mangrove merupakan tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut, mangrove dapat tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam tinggi, jenis air dan kondisi yang kurang dan anaerob (Tomlilson,1986). Bakau merupakan tipe

(12)

4

tumbuhan tropik dan subtropik yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan bakau banyak dijumpai di pesisir pantai yang terlindungi dari gempuran ombak dan daerah landai. Hutan bakau tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur, sedangkan di wilayah pesisir yang tidak memiliki muara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Hutan bakau tidak atau sulit tumbuh di wilayah yang terjal dan berombak besar yang berarus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat (media) bagi pertumbuhannnya (Dahuri:2003).

Hutan mangrove pesisir Kalimantan memiliki keanekaragaman yang tinggi, ditemukan 150 jenis dari 202 jenis diindonesia (Noor,et al, 1999). Kalimantan Barat memiliki jenis mangrove yang paling beragam di pulau Kalimantan yakni sebanyak 53 jenis vegetasi penyusun ekosistem mangrove yang berarti Kalimantan Barat memiliki 35,33% biodiversitas mangrove di Indonesia. Berdasarkan laporan kajian penentuan refugia udang di Kalimantan Barat oleh BALITBANG KP pada tahun 2016 luas mangrove di kabupaten Kayong Utara seluas 4.290,63 km2.

Tabel 1.Luas Zona Mangrove di Kayong Utara (BALITBANG KP 2016) Zona Zona Pesisir(Km2) Luasan Mangrove

(Km2)

Proporsi Mangrove (%) Teluk batang dan

Pulau maya 22.110.00 4.290,63 20,33

Wilayah Kayong Utara yang memiliki luas pesisir sebesar 22.110,00 km2. Lokasi

Teluk Batang dan Pulau Maya memiliki luas Mangrove sebesar 4.290,63 km2 yang

merupakan Kawasan mangrove di Kawasan pesisir Kayong Utara atau sekitar 20,33% dari luas zona pesisir keseluruhan.

Tabel 2.Jenis mangrove yang terdapat di kayong Utara (BALITBANG KP 2016)

No Jenis Keberadaan

1 Acanthus ilicifolius L +

2 Ascroticum aurem L +

3 Aspleniumnidus L +

4 Avicennia alba Blume +

5 A.marina ++ 6 Bruguiera gymnorhiza + 7 Carbera manghas L + 8 Clerodendrum inerne L + 9 Deeistrifoliata Lour + 10 Excoecaria agallocha L + 11 Fimbristylisferruginea L Vahl +

(13)

5

No Jenis Keberadaan

12 Hertiera littoralis Aiton +

13 Hibiscus tiliaceus L +

14 iIpomoea pes-caprae Roth +

15 Kandelia candel L. D Druce +

16 Lumnitzera racemosa Willd ++

17 Melastomacandidum D. Don +

18 Morinda citrifolia L +

19 Myriostachya wightian (nees ex steud)Hook. F +

20 Nypa fruticans wurbn +

21 Pandanus tectorius Parkinson ex Du Roi +

22 Rhizophora apiculata Blume +++

23 R.mucronata Lam +

24 Scaevola taccada (Gaertn) Roxb +

25 Scirpuslitoralis Schrad +

26 Scyphiphora Hydrophylacea C.F.Gaertn) +

27 Sonneratia alba Blume +

28 Stachytarphetajamaicensis (L) Vahl +

29 Stenochlaenapalustris (Burm.F) Bedd. +

30 Terminalia catappa L +

31 Wedeliabiflora (L)Dc +

32 Xylocarpus Granatum J. Koenig +

Penjelasan: ada (+), sedang (++), dominan (+++)

Jenis mangrove yang ditemukan di Kayong Utara (Teluk Batang dan Pulau Maya) sebanyak 32 jenis. Jenis Mangrove yang mendominasi Lokasi Teluk Batang dan Pulau Maya ialah jenis Rhizopora Apiculata blume.

Ekosistem mangrove di sepanjang pesisir Kalimantan Barat khususnya di Kayong Utara memiliki potensi dalam mendukung perekonomian sebagian besar masyarakat pesisir pantai. Seperti diutarakan dalam millennium ecosistem assessment/MEA (2005) bahwa ekosistem mangrove menyimpan manfaat baik bagi jasa penyedia bahan baku (provisioning service) yakni sumber kayu, perikanan dan ekonomi lainnya, jasa pengaturan (regulating service) yakni pengaturan iklim mikro. Retensi tanah, serta karbon stok, jasa budaya (culture service) seperti rekreasi dan penelitian, serta jasa pendukung (supporting service) terkait fungsi ekosistem bagi keberlanjutan hidup biota perairan.

c. Potensi Udang

Udang merupakan biota yang menghabiskan hidupnya berasosiasi dengan biota lainnya, khususnya di kawasan hutan mangrove. Faktor kondisi perairan seperti salinitas, kecerahan, dan keberadaan nutrien juga sangat mempengaruhi keberadaan dan sebaran udang di perairan Kabupaten Kayong Utara.

(14)

6

Genus udang yang banyak ditemukan di perairan Kabupaten Kayong Utara ialah Famili udang Penaeid, dari genus metapeneus, Parapenaeopsis, dan Penaeus.

Tabel 3.Potensi Udang di Kayong Utara

Genus Udang Penaeid Kelimpahan Udang di Kayong Utara

(Teluk Batang, Pulau Maya)

Metapenaeus 22,4

Parapenaeopsis 77,4

Penaeus 0,2

Berdasarkan tabel di atas kelimpahan udang dari genus Parapenaeopsis memiliki nilai kelimpahan tertinggi di perairan Kabupaten Kayong Utara , dengan nilai kelimpahan 77,4% (BRPSDI KP, 2016).

Udang merupakan salah satu produksi perikanan unggulan dari Kabupaten Kayong Utara. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Balai Riset Penelitian dan Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan Perikanan (BRPSDI KP, 2016 ) di Kabupaten Kayong Utara ditemukan 3 jenis udang yang bernilai ekonomis.

Tabel 4. Jenis Udang di Kayong Utara

Daerah kajian Spesies Nama Lokal

Teluk Batang dan Pulau Maya

Metapeneus Lysianassa Udang Ambai Parapenaeopsis gracilima, Udang Burik

Acetes sp Udang Rebon

Jenis udang yang terdapat di daerah Teluk Batang dan Pulau Maya memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti Udang Ambai, Udang Burik, dan Udang Rebon. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh tim survei sosek dalam kegiatan penyusunan RPZ Kayong Utara jenis udang dominan hasil tangkapan nelayan ialah dari jenis Udang Ambai dan Udang Burik.

d. Keterkaitan Hutan Mangrove dan Perikanan Udang

Menurut Kirkegaard et al. (1970) terjadi konektifitas kawasan mangrove dengan produksi udang, fase pasca larva dan juvenil udang membutuhkan perairan payau dan lingkungan mangrove sebagai daerah asuhan. Pasca larva dan juvenil udang penaeid banyak ditemukan dilingkungan muara sungai dan cenderung hidup di perairan yang ditumbuhi mangrove

Udang memiliki dua fase kehidupan di alam, yaitu fase kehidupan di kawasan estuari dan laut lepas, untuk Udang Penaeid (Gracia, 1988, forbes & ciprus,1991) atau kehidupan di estuari dan sungai atau air tawar untuk Udang Palaemonidae, Udang Penaeid dewasa yang telah matang gonad memijah di laut lepas dengan kadar salinitas tinggi. Telur-telur menetas menjadi larva yang bersifat planktonik. Larva udang

(15)

7 mengalami beberapa stadium perkembangan yang dimulai dari naupilus, zoea, mysis dan pasca larva. Stadium pasca larva terbawa arus ke daerah estuari yang kaya akan sumber makan dan menetap disana hingga mencapai tahap juvenil. Udang Penaeid yang mencapai tahap dewasa dan matang gonad akan bermigrasi ke laut lepas (Whetstone et al,2012).

Berbagai penelitian membuktikan adanya keterkaitan yang erat antara keberadaan hutan mangrove dengan produksi perikanan khususnya perikanan udang. Terdapat korelasi positif antara luasan hutan mangrove dengan produksi udang. Kesimpulan ini termaktub dalam lokakarya biologi dan sumber daya Udang Penaeid di Kinabalu, Sabah 1980 (SCS dalam Naamin, 1984). Di perairan Pakistan, pantai barat India, Australia, dan Papua Nugini, kehidupan pasca larva dan yuwana Udang Penaeid ternyata bergantung pada ekosistem mangrove (Doi et al, 1973; Staples, 1980). Udang Penaeid dalam daur hidupnya memerlukan daerah pantai dan muara-muara sungai terutama yang ada hutan mangrovenya.

Hubungan positif terkait sumber fungsi sumber makanan (feeding ground) dan fungsi daerah asuhan/perlindungan (nursery ground). Mangrove dan vegetasinya termasuk sistem perakaran mangrove mampu menyediakan ruang bagi perlindungan biota dari fsisik lingkungan seperti arus dan gelombang, maupun predator.

e. Kondisi Perairan

Kualitas perairan meliputi kondisi kimia perairan, seperti suhu (C), Tingkat keasaman (pH), kadar garam (Salinitas), kecerahan, dan oksigen terlarut (DO). Parameter perairan tersebut merupakan unsur penting yang menentukan kehidupan biota atau ekosistem mangrove di perairan Kabupaten Kayong Utara. Ekosistem perairan memiliki standar baku mutu kualitas perairan biota laut untuk dapat tumbuh dan bertahan hidup yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004.

Pengambilan data kualitas perairan dilakukan di 4 lokasi (Stasiun) yang tersebar di perairan Kabupaten Kayong utara.

Tabel 5. Koordinat lokasi pengambilan data kualitas perairan

Stasiun Stasiun ID Koordinat Lintang Bujur Kayong Utara St 1 (Perairan Pemangkat) 1,13520 109,80421 St 2 (Perairan Teluk Batang) 1,04926 109,76357 St 3 (Perairan Pulau Nenas) 0,95197 109,49786 St 4 (Perairan Sungai Teluk Batang) 0,97968 109,61245

(16)

8

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti Refraktometer (pengukur salinitas), DO meter (pengukur DO perairan), Secchi Disc (pengukur kecerahan perairan), dan Water Quality Checker (pengukur pH dan variabel lainnya). Hasil dari pengukuran lapangan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Baku mutu untuk biota laut dan data lapangan

Parameter Satuan variabel Baku Stasiun

ekosistem Mutu 1 2 3 4 Kecerahan M Coral >5 2 4 7 6 Mangrove - Lamun >3 Suhu °C Coral 28-30 29,1 29,1 29,2 29,2 Mangrove 28-32 Lamun 28-30 pH - - 7 - 8,5 7,2 7 7,08 7,4 Salinitas %o Coral 33-34 34 32 33 33 Mangrove 0 -34 Lamun 33 - 34 DO mg/l - >5 8,6 6,1 7,8 5,5 1. Kecerahan

Merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan Secchi Disc. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui lapisan-lapisan mana yang keruh dan tidak keruh, perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca normal dapat memberikan petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersuspensi dalam perairan tersebut.

Gambar 1.Pengukuran kecerahan perairan

Berdasarkan baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004, hasil pengamatan di perairan kayong utara secara umum tingkat

(17)

9 kecerahan tergolong kurang, dengan tingkat kecerahan air laut berkisar 2 – 6 m, hasil pengamatan stasiun 1 dan 2 berada di bawah baku mutu air laut untuk biota laut, kecuali pada stasiun 3, dan 4 dengan tingkat kecerahan 6 dan 7 m

Menurut Davis (1995) dalam Widiadmoko, (2013), kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Oleh karena itu, tingkat kecerahan dan kekeruhan air laut sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota laut. Tingkat kecerahan air laut sangat menentukan tingkat fotosintesis biota yang ada di perairan laut.

2. Suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan organisme di perairan. Aktivitas metabolisme serta penyebaran organisme air banyak dipengaruhi oleh suhu air (Nontji,2005). Suhu merupakan salah satu faktor ekternal yang paling mudah untuk diteliti dan ditentukan.

Hasil pengukuran suhu secara langsung di lapangan diperoleh relatif sama pada semua stasiun sampling dengan nilai pengukuran berkisar antara 29,1°C. Berdasarkan baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004 untuk biota laut yakni berkisar 28-32° C maka perairan Kabupaten Kayong utara berada dalam batas normal dan sesuai untuk tumbuh dan aktivitas ekosistem mangrove dan biota perairan lainnya seperti udang.

3. pH (Tingkat Keasaman)

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya suatu perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan (Simanjuntak, 2009).

(18)

10

Gambar 2.Pengukuran pH perairan

Nilai pH perairan Kabupaten Kayong Utara Berdasarkan baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004 berada di atas standar baku mutu yang dianjurkan untuk biota laut yakni berkisar 7-7,4.

4. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Gufran dan Baso, 2007 dalam Widiadmoko, 2013). Perbedaan salinitas perairan dapat terjadi karena adanya perbedaan penguapan dan presipitasi.

(19)

11 Gambar 3.Pengukuran Salinitas Perairan

Hasil pengukuran salinitas di perairan Kabupaten Kayong Utara tidak terlalu berbeda jauh antar stasiun pengamatan (32– 34‰). Nilai salinitas tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai salinitas perairan Indonesia, dimana secara umum permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32 – 34‰ (Dahuri et al., 1996).

Berdasarkan baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004, sebagian besar nilai salinitas pada stasiun pengamatan masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk biota laut dan masih sesuai untuk pertumbuhan mangrove dan biota laut lainnya.

5. DO

Hasil pengukuran DO pada stasiun pengamatan cukup bervariasi berkisar antara 6,1– 8,6 mg/l. Pada setiap stasiun pengambilan data, nilai DO yang diperoleh menandakan perairan dalam kondisi sangat baik, dan masih memenuhi standar baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 51 tahun 2004 untuk kehidupan biota laut dengan nilai DO >5 mg/l, sehingga konsentrasi DO di perairan Kabupaten Kayong Utara masih tergolong masih sesuai untuk biota laut.

(20)

12

Gambar 4.Pengukuran DO Perairan

f. Plankton dan Kesuburan Perairan

Selain melakukan pengamatan kondisi perairan dilakukan pula pengambilan kualitas perairan dengan analisa plankton di perairan Kabupaten Kayong Utara, Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain (Djarijah, 1996)

Plankton memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perairan. Fungsi ekologisnya sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikan skala ukuran kesuburan suatu ekosistem. Berdasarkan struktur tropik level, pada kebanyakan ekosistem fitoplankton terutama dikomsumsi oleh zooplankton disamping larva hewan tingkat tinggi lainnya. Fitoplankton dan zooplankton memiliki kedekatan hubungan ekologis yaitu pemangsaan (grazing), selanjutnya zooplankton dikomsumsi oleh konsumen yang lebih tinggi seperti larva dan hewan muda dari berbagai organisme termasuk kepiting bakau (Scylla spp) (Nur Asia, 2002).

(21)

13 Gambar 5.Pengambilan Sampel plankton

Berdasarkan analisis Laboratorium Plankton di perairan Kabupaten Kayong Utara disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 7.Indeks Kesuburan perairan berdasarkan Plankton

Keterangan H’ E D (Indeks Keanekaragaman) (Indeks Keseragaman) (Indeks Dominansi) St 1 (Perairan pemangkat) 1,7782 0,8551 0,1953

St 2 (Perairan Teluk Batang) 1,4779 0,7107 0,1296

St 3 (Perairan Pulau Nenas) 2,1186 0,9201 0,1467

St 4 (Perairan Sungai teluk batang) 1,769 0,8507 0,1914

Rata-Rata 1,785925 0,83415 0,16575

Status Rendah Tinggi Rendah

Sumber: Survei Kualitas perairan RPZ 2019 (BPSPL Pontianak)

Jumlah total spesies plankton yang ditemukan sebanyak 17 jenis, dengan nilai kelimpahan tiap stasiun pengamatan berkisar 121,43– 654,84 ind/L, kelimpahan plankton terbesar dimiliki oleh spesies Coscinodiscus sp, sebanyak 138,31 ind/L sedangkan kelimpahan terkecil dimiliki oleh spesies Lephrocylindrus, Navicula dan Nothoica masing-masing sebesar 25 ind/L Status kesuburan perairan masing-masing lokasi memiliki nilai yang cukup subur.

Nilai indeks keanekaragaman berkisar 1,47 - 2,11 kategori rendah, nilai indeks keseragaman 0,71-0,92 kategori tinggi, dan nilai indeks dominansi 0,12-0,19 kategori rendah, sesuai dengan pendapat Soegianto (1994), yang mengatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir

(22)

14

sama. Sebaliknya, jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies dan jika hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah.

Plankton tidak saja sangat penting bagi kehidupan langsung maupun tidak langsung, akan tetapi penting pula bagi segala macam organisme yang ada didalam air, tanpa adanya plankton khususnya fitoplankton sebagai produsen primer, tidak mungkin ada kehidupan hewan dalam perairan. Plankton sangat penting artinya bagi suatu perairan dan merupakan faktor penentu bagi keseimbangan komunitas perairan tersebut. Hal ini terjadi karena plankton terutama fitoplankton merupakan komponen dasar dari rantai makanan di perairan sehingga kelangsungan hidup dari organisme perairan lainnya sangat tergantung pada keberadaan planktonnya.

Kondisi perairan Kayong Utara dapat disimpulkan bahwa parameter lingkungan yang masih sesuai dengan baku mutu antara lain suhu, salinitas, DO, pH dan kecerahan. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa lokasi di perairan Kabupaten Kayong Utara cocok untuk menjadi tempat hidup dan bertumbuhnya ekosistem mangrove dan biota laut lainnya.

g. Habitat Pesut

Pesut atau lumba-lumba (Orcaella brevirostris) merupakan salah satu mamalia air yang populasinya terancam. Berdasarkan peraturan IUCN Red List of Threatened Species pada tahun 2002, pesut berstatus vulnerable (rentan).

Pesut juga telah masuk dalam daftar merah ke Appendix 1 yang berarti jenis ini tidak diperkenankan untuk diperdagangkan. Peraturan Menteri (Permen) P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, karena pesut termasuk hewan yang dilindungi, maka peraturan tersebut juga berlaku pada pesut.

Usaha identifikasi dan inventarisasi pesut di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kayong Utara dan Kubu Raya telah dilakukan sejak waktu lama. Pada tahun 2011, WWF Kalimantan Barat melakukan kegiatan pengamatan dan pendataan pesut di wilayah perairan Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara yang kemudian dilanjutkan dengan survei pada tahun 2013 yang dilakukan oleh kerjasama WWF Kalimantan Barat dan BPSPL Pontianak di wilayah Kayong Utara. Kegiatan serupa dilakukan hingga tahun 2016.

(23)

15 Tabel 8. Pengamatan pesut oleh WWF dan BPSPL Pontianak di Wilayah Kayong Utara

Tahun Wilayah Lokasi Jumlah Spesies Keterangan

2013 Kayong Utara Muara Sungai Bumbun 6 Orcaella brevirostris Bentuk kepala, sirip, perenang lambat 2015 Kayong Utara Simpang lidah dan Muara Bumbun 13 Orcaella brevirostris Bentuk kepala, sirip, perenang lambat 2017 Kayong Utara Simpang Lidah, desa paket 12 Orcaella brevirostris Bentuk kepala, sirip, perenang lambat

Berdasarkan hasil pengamatan pesut di perairan Kayong Utara yang berhasil didentifikasi dengan pemotretan dorsal fins berjumlah 6 ekor kemunculan pada tahun 2013, 13 ekor kemunculan pada tahun 2015, dan 12 ekor kemunculan pada tahun 2017. Mengingat pesut merupakan salah satu biota yang dilindungi penuh keberadaannya maka tentu keberadaannya yang terdapat di perairan Kabupaten Kayong Utara perlu untuk dikonservasi dan beserta dengan perencanaan pengelolaan terkait wilayah habitatnya.

2.1.2 Potensi Ekonomi

a. Nilai penting perikanan

Nilai penting perikanan Kabupaten Kayong Utara diperoleh melalui analisis location quotient. Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis. Teknik LQ digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di suatu daerah (Jumiyanti, 2018).

Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah sekunder berupa PDRB sub sektor perikanan Kabupaten Kayong Utara, PDRB total Kabupaten Kayong Utara, PDRB sub sektor perikanan Provinsi Kalimantan Barat, dan PDRB total Provinsi Kalimantan Barat. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik berupa Kabupaten Kayong Utara dalam angka tahun 2019 dan Provinsi Kalimantan Barat dalam angka tahun 2019.

Tabel 9. PDRB Kab.Kayong Utara dan Kalimantan Barat PDRB Sub Sektor Perikanan Kabupaten Kayong Utara (juta rupiah) PDRB Total Kabupaten Kayong Utara (juta rupiah) PDRB Sub Sektor Perikanan Provinsi Kalimantan Barat (juta rupiah) PDRB Total Provinsi Kalimantan Barat (juta rupiah) 292.310,7 3.798.252,2 2.691.180 177.468.594

(24)

16

Menurut Bedavid-Val (1991), perhitungan analisis LQ dilakukan dengan menggunakan rumus LQ seperti berikut:

Keterangan:

𝑋

𝑟 : PDRB sektor perikanan kabupaten

𝑅𝑉

𝑟 : PDRB total kabupaten

𝑋

𝑛 : PDRB sektor perikanan provinsi

𝑅𝑉

𝑛 : PDRB total provinsi

Kriteria dalam analisis LQ menurut Mangilaleng (2015) adalah sebagai berikut:

LQ > 1 : Laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga perikanan merupakan sub sektor unggulan sekaligus merupakan basis ekonomi.

LQ < 1 : Laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Sehingga perikanan bukan merupakan sub sektor unggulan Kabupaten Kayong Utara dan bukan merupakan basis ekonomi.

LQ = 1 : Laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah sama dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor perikanan Kabupaten Kayong Utara memiliki nilai LQ sebesar 5,1. Nilai tersebut >1 yang artinya laju pertumbuhan sub sektor perikanan di Kabupaten Kayong Utara adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sub sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Perikanan merupakan sub sektor unggulan sekaligus merupakan basis ekonomi. Sektor ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian di Kabupaten Kayong Utara.

b. Produksi Perikanan

Analisis produksi perikanan dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Data produksi perikanan merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik yang terdiri data hasil produksi perikanan berdasarkan sub sektor pada setiap kecamatan. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data

𝐿𝑄 =

𝑋

𝑟

/𝑅𝑉

𝑟

𝑋

𝑛

/𝑅𝑉

𝑛

(25)

17 disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan. Berikut adalah hasil analisis produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara.

Tabel 10.Produksi perikanan laut Kabupaten Kayong Utara tahun 2015-2018 (ton) Tahun

Produksi Perikanan

Total Produksi

Laut Perairan Umum Budidaya

2018 33.111,86 728,75 380,79 34.221,40

2017 32.232,26 727,43 378,70 33.338,39

2016 29.731,30 724,30 352,80 30.808,40

2015 24.585,90 710,50 316,30 27.403,10

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Terdapat tiga jenis perikanan pada Kabupaten Kayong Utara yaitu perikanan laut, perairan umum, dan budidaya. Ketiga jenis perikanan tersebut memberikan kontribusi terhadap total produksi perikanan di Kabupaten Kayong Utara. Data di atas menunjukkan adanya kecenderungan meningkat pada total produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara. Kondisi ini dikarenakan meningkatnya produksi perikanan laut, perairan umum, dan budidaya di Kabupaten Kayong Utara. Jumlah produksi perikanan tersebut terus mengalami peningkatan hingga tahun 2018.

Tabel 11.Produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara tahun 2018 (ton)

No. Sub Sektor Jumlah Produksi (ton) Persentase

1 Laut 33.111,86 97%

2 Perairan umum 728,75 2%

3 Budidaya 380,79 1%

Jumlah 34.221,40 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Secara keseluruhan, perikanan laut memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi perikanan di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018. Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi perikanan laut di Kabupaten Kayong Utara yaitu sebesar 34.221,40 ton atau 97% dari total produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara. Diperlukan pengelolaan yang efektif dan efisien agar tujuan konservasi dan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Sehingga pengelolaan kawasan konservasi SAP Kubu Raya dan Kayong Utara dapat berjalan secara berkelanjutan.

(26)

18

Gambar 6.Kontribusi perikanan berdasarkan jenis

c. Aktivitas Penangkapan

Analisis aktivitas penangkapan dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Data yang digunakan adalah data jumlah nelayan, jenis kapal, dan jumlah alat tangkap. Seluruh data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan. Berikut adalah hasil analisis aktivitas penangkapan di Kabupaten Kayong Utara.

Kegiatan penangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Kayong Utara dilakukan oleh 8.574 nelayan yang tersebar di seluruh kecamatan yang berbatasan dengan laut. Jumlah nelayan tersebut termasuk ke dalam 2.432 rumah tangga nelayan yang ada di Kabupaten Kayong Utara. Untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan di Kabupaten Kayong Utara menggunakan perahu tanpa motor, kapal motor tempel dan kapal motor (Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat, 2017).

Tabel 12.Jumlah kapal jenis di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018

No. Jenis Kapal Jumlah Unit Persentase

1 Tanpa Motor 452 33%

2 Motor Tempel 497 37%

3 Tanpa Motor 400 30%

Jumlah 1.349 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Tabel di atas menunjukkan jumlah kapal yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2018. Jenis kapal yang banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kayong Utara adalah kapal motor tempel

Laut 97% Perairan umum 2% Budidaya 1%

(27)

19 dengan persentase 37%. Kapal tanpa motor dan kapal motor hanya digunakan oleh masing-masing 33% dan 30% nelayan di Kabupaten Kayong Utara. Jenis kapal yang digunakan mempengaruhi jenis ikan target dan jarak tempuh menuju fishing ground. Semakin besar kapal maka jarak yang bisa ditempuh semakin jauh, begitu juga sebaliknya. Banyaknya kapal motor tempel menunjukkan bahwa daerah penangkapan sebagian besar nelayan di Kabupaten Kayong Utara sedikit menjauh dari pantai.

Gambar 7. jumlah kapal berdasarkan jenis

Tabel 13.Jumlah alat tangkap di Kabupaten Kayong Utara tahun 2018

No. Jenis Kapal Jumlah Unit Persentase

1 Jaring insang 382 25% 2 Trammel net 319 21% 3 Rawai 252 16% 4 Jaring lainnya 150 10% 5 Jaring pantai 117 8% 6 Perangkap lainnya 70 5% 7 Bagan tancap 58 4% 8 Jermal 56 4% 9 Bubu 60 4% 10 Serok 44 3% 11 Jaring lingkar 18 1% 12 Pancing 0 0% 13 Tonda 2 0% 14 Sero 0 0% Jumlah 18.904 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Untuk melakukan aktivitas penangkapan, nelayan di Kabupaten Kayong Utara menggunakan berbagai macam alat tangkap. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah jaring insang, trammel net, rawai, dan jaring lainnya dengan persentase masing masing 25%, 21%, 16% dan 10%. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan akan menentukan jenis dan ukuran ikan target.

Tanpa Motor 33% Motor Tempel 37% Kapal Motor 30%

(28)

20

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat (2011), jenis ikan yang ditangkap di Kabupaten Kayong Utara adalah ikan kembung, teri, tembang, tenggiri, gulamah, tongkol, manyung, selangat, dan pari. Sedangkan untuk golongan Mollusca dan Crustacea yang ditangkap adalah cumi-cumi, sotong, dan udang. Komoditas ikan pelagis di Kabupaten Kayong Utara memiliki jumlah produksi tertinggi yaitu 5.401,6 ton atau 42% dari jumlah produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara dengan nilai produksi mencapai Rp 53.452.200.000 atau 45% dari nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara.

Sedangkan komoditas udang dan kepiting yang menjadi salah satu target konservasi mampu mengasilkan produksi sebesar 1.331,6 ton atau 10% dari jumlah produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara dengan nilai produksi mencapai Rp 20.447.650.000 atau 17% dari nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Kayong Utara.

(i)

(ii)

Gambar 8 kontribusi jenis ikan berdasarkan jumlah produksi (i) dan nilai (ii)

Ikan Pelagis 42%

Ikan Demersal 32%

Udang dan Kepiting 10% Ikan Lainnya 16% Ikan Pelagis 45% Ikan Demersal 29% Udang dan Kepiting 17% Ikan Lainnya 9%

(29)

21

d. Pendapatan dan Nilai Tukar Nelayan

Nilai tukar nelayan (NTN) merupakan perbandingan antara indeks yang diterima dengan indeks yang dibayar oleh nelayan yang dinyatakan dalam indeks atau persentase. NTN menyatakan tingkat kemampuan tukar atas barang-barang yang dihasilkan nelayan di pedesaan pesisir terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses produksi perikanan tangkap (BAPPENAS, 2014).

Analisis NTN dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah wawancara dengan 39 orang responden yang dipilih secara acak (simple random sampling). Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden.

Data yang digunakan dalam analisis NTN adalah data primer pendapatan dan pengeluaran rumah tangga nelayan di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara selama bulan Agustus tahun 2019. Pendapatan rumah tangga nelayan merupakan total pendapatan selama satu bulan yang terdiri dari pendapatan perikanan dan non perikanan. Sedangkan pengeluaran rumah tangga nelayan merupakan pengeluaran total rumah tangga nelayan selama satu bulan yang terdiri dari pengeluaran untuk modal (perikanan) dan pengeluaran untuk konsumsi (non perikanan).

Tabel 14.Pendapatan dan pengeluaran total rumah tangga nelayan

No. Variabel Jumlah

1 Rata-rata pendapatan total rumah tangga nelayan Rp 3.528.889 2 Rata-rata pengeluaran total rumah tangga nelayan Rp 3.395.021 Sumber: Survei RPZ Provinsi Kalimantan Barat BPSPL Pontianak, 2019

Perhitungan NTN menurut Basuki et al. (2001) dapat dirumuskan seperti berikut:

Keterangan:

𝑌 : Pendapatan total nelayan 𝐸 : Pengeluaran total nelayan 𝑡 : Periode waktu

Hasil analisis menunjukkan NTN nelayan di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara adalah sebesar 103,94. Nilai tersebut lebih tinggi dari 100 yang artinya rumah tangga nelayan memperoleh surplus dari kegiatan produksi yang dilakukan. Namun nilai tersebut masih lebih rendah dari NTN Provinsi kalimantan barat tahun 2018 yaitu 107,23 dan NTN Nasional tahun 2018 yaitu sebesar 112.34. Masih diperlukan kegiatan

𝑁𝑇𝑁 =

𝑌𝑡

(30)

22

pemberdayaan masyarakat dalam hal peningkatan pendapatan dan efisiensi produksi agar nilai NTN di Kabupaten Kayong Utara bisa meningkat.

e. Fasilitas

Terdapat beberapa fasilitas pendukung aktivitas ekonomi dan transportasi yang ada di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara. Karena memiliki wilayah yang dipisahkan oleh sungai dan laut, fasilitas pelabuhan sangat penting dalam menunjang aktivitas ekonomi dan transportasi. Terdapat dua pelabuhan besar di sekitar kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Teluk Batang dan Pelabuhan Melano.

PPP Teluk Batang merupakan pelabuhan strategis yang terletak di Kecamatan Teluk Batang. Pelabuhan ini menjadi pusat pendaratan ikan di Kabupaten Kayong Utara karena berdekatan dengan fishing ground. Selain itu PPP Teluk Batang juga memiliki dermaga yang cukup panjang sehingga mampu menampung banyak kapal untuk bersandar.

Gambar 9. PPP Teluk Batang

Pelabuhan kedua yaitu Pelabuhan Melano yang terletak di Sungai Melano, Kecamatan Teluk Melano. Secara geografis pelabuhan ini berada pada 109º57’38” BT dan 1º6’9” LS. Pelabuhan ini memiliki fasilitas dermaga labuh yang terbuat dari kayu dengan luas 38 m2. Selain aktivitas perikanan, pelabuhan ini juga membantu kegiatan

perdagangan dan transportasi dari dan menuju Kecamatan Teluk Melano.

f. Pariwisata

Selain potensi perikanan tangkap, SAP Kubu Raya dan Kayong Utara juga memiliki potensi pariwisata. Sebagai daerah pesisir, Kabupaten Kayong Utara memiliki beberapa destinasi wisata pantai yang tersebar di beberapa daerah pesisir. Wisata

(31)

23 pantai tersebut terdiri dari Pantai Teluk Pandan di Pulau Kumbang, Pantai Kerang di Desa Tanjung Satai, dan Pantai Pulau Nenas di Desa Dusun Kecil. Wisata pantai tersebut mampu menarik wisatawan untuk berkunjung setiap tahunnya.

Gambar 10. Pantai Kerang di Desa Tanjung Satai, Pulau Maya

Pemerintah Kabupaten Kayong Utara berupaya untuk mengembangkan pariwisata menjadi sektor unggulan. Upaya tersebut dilakukan dengan menyediakan fasilitas akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Kayong Utara. Hingga tahun 2009 terdapat enam penginapan yang tersebar di dua kecamatan. Terdapat dua penginapan di Kecamatan Teluk Melano yaitu penginapan Rosdana dan Simpang Empat. Sedangkan di Kecamatan Teluk Batang terdapat tiga penginapan yaitu penginapan Nirwana, Bakri, dan Citra (RIPDA Kabupaten Kayong Utara, 2011).

(32)

24

Beberapa peninggalan sejarah di Kabupaten Kayong Utara juga berpotensi sebagai pariwisata budaya. Terdapat makam dengan ukiran-ukiran pada nisannya di Desa Tanjung Satai yang diperkirakan berasal dari abad ke-19. Terdapat peninggalan purbakala berupa keramik dalam jumlah besar dengan motif hewan mitologi Cina sepanjang Sungai Meledang Desa Kemboja. Selain itu terdapat situs Gunung Tokek yang memiliki peninggalan purbakala/artefak berupa arca, baru bergambar, dan baru bertulis yang berada di Desa Dusun Kecil (RIPDA Kabupaten Kayong Utara, 2011).

g. Aksesibilitas

Kabupaten Kayong Utara terletak di pesisir barat Provinsi Kalimantan Barat yang lokasinya dekat dengan Kepulauan Karimata. Untuk menuju pusat kabupaten ini dapat dilakukan melalui perjalanan darat dan laut dari Kota Pontianak. Perjalanan laut dimulai dari pelabuhan Rasau Jaya dengan memilih rute perjalanan menuju PPP Teluk Batang. Pengunjung dapat menggunakan speed boat dengan waktu tempuh 3-4 jam dan biaya Rp 300.000 – Rp 400.000 per orang. Selain itu pengunjung dapat menggunakan kapal Ferry yang membutuhkan waktu 8-9 jam perjalanan dengan tarif Rp 125.000 per orang. Namun jika pengunjung membawa mobil pribadi maka akan dikenakan tarif tambahan sebesar Rp 800.000.

Gambar 12. Speed boat dari PPP Teluk Batang menuju Pulau Maya Karimata

Kemudian dari PPP Teluk Batang pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menggunakan speed boat menuju Pulau Maya Karimata yang tersedia setiap harinya. Tarif per orang sebesar Rp 100.000. Akses di dalam Pulau Maya Karimata dapat dilakukan melalui perjalanan darat menuju beberapa desa yang terletak disana.

(33)

25

2.1.3 Kondisi Sosial dan Budaya

a. Kependudukan

Analisis kependudukan dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Data kependudukan merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan. Berikut adalah hasil analisis kependudukan di kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara.

Kawasan ini mencakup 5 kecamatan di Kabupaten Kayong Utara dan 1 kecamatan di Kubu Raya yaitu Kecamatan Batu Ampar. Sehingga pengelolaan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara akan melibatkan penduduk di kedua kabupaten tersebut. Kecamatan Simpah Hilir merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sejumlah 117.402 jiwa. Namun kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Teluk Batang dengan kepadatan 102,77 jiwa/ km2.

Tabel 15. Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Kayong Utara

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

(jiwa) Kepadatan (jiwa/km

2) 1 Pulau Maya 15.343 13,88 2 Teluk Batang 21.974 102,77 3 Seponti 11.718 28,05 4 Simpah Hilir 33.166 16,33 5 Kepulauan Karimata 3.597 12,71 6 Batu Ampar 36.844 18

Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 56 tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian membagi klasifikasi tingkat kepadatan penduduk pada suatu daerah kedalam 4 kategori, yaitu:

1) Tidak padat (1-50 jiwa/km2)

2) Kurang padat (51-250 jiwa/km2)

3) Cukup padat (251-400 jiwa/km2)

4) Sangat padat (>400 jiwa/km2)

Berdasarkan klasifikasi tersebut, 83,3% kecamatan di sekitar kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara tergolong tidak padat dengan rata-rata kepadatan penduduk 17,8 jiwa/km2. Kecamatan dengan kategori kepadatan tidak padat adalah

Kecamatan Pulau Maya, Kecamatan Seponti, Kecamatan Simpah Hilir, Kecamatan Kepulauan Karimata, dan Kecamatan Batu Ampar. Sedangkan sisanya 16,7% merupakan kecamatan dengan kategori kurang padat yaitu Kecamatan Teluk Batang. Tingkat kepadatan ini menujukkan bahwa di sekitar kawasan SAP Kubu Raya dan

(34)

26

Kayong Utara masih bisa dilakukan pembangunan untuk mempermudah pengelolaan kawasan tersebut.

b. Ketenagakerjaan

Analisis ketenagakerjaan dilakukan dengan teknik statistik deskriptif. Analisis yang dilakukan pada aspek ketenagakerjaan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja dari penduduk di Kabupaten Kayong Utara. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang terlibat aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu (Mala et al., 2017).

Tabel 16.Jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Kayong Utara Tahun

Angkatan Kerja

Bukan Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Jumlah

2014 47.869 2.038 49.898 21.113

2015 49.278 1.927 51.205 21.497

2017 42.986 2.262 45.248 30.551

2018 48.743 1.993 50.736 26.557

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019

Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan rumus TPAK yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu:

Keterangan:

TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 𝑎 : Jumlah angkatan kerja

𝑏 : Jumlah penduduk berusia >15 tahun

Hasil analisis menunjukan bahwa pada tahun 2018 Kabupaten Kayong Utara memiliki nilai TPAK sebesar 65,6%. Artinya, 65,6% penduduk usia kerja di Kabupaten Kayong Utara aktif secara ekonomi berupa ketersediaan pasokan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa di Kabupaten Kayong Utara. Nilai ini sedikit lebih rendah dari TPAK Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018 yaitu sebesar 68,65 yang artinya 68,65% penduduk usia kerja di Provinsi Kalimantan Barat aktif secara ekonomi.

𝑇𝑃𝐴𝐾 =

𝑎

(35)

27 Tabel 17.TPAK Kabupaten Kayong Utara

Tahun Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Jumlah TPAK

2014 49.898 21.113 71.011 70,3

2015 51.205 21.497 72.702 70,4

2017 45.248 30.551 75.799 59,7

2018 50.736 26.557 77.293 65,6

c. Pendidikan

Analisis pendidikan dilakukan dengan teknik analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara wawancara 39 orang responden di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara yang dipilih secara acak (simple random sampling). Sedangkan data sekunder merupakan data jumlah angkatan kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Kayong Utara yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh akan dikumpulkan dan digolongkan kemudian data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk dideskripsikan. Berikut adalah hasil analisis pendidikan di kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara.

Gambar 13.Tingkat pendidikan angkatan kerja Kabupaten Kubu Raya tahun 2018 (BPS, 2019)

Hasil analisis data menunjukkan bahwa mayoritas angkatan kerja di Kayong Utara memiliki latar belakang pendidikan di tingkat SD/kebawah dengan persentase 35%. Sedangkan sisanya memiliki latar belakang di tingkat SMP sederajat sebanyak 6%, SMA sederajat 23%, diploma 13%, dan sarjana 23%.

SD kebawah 35% SMP sederajat 6% SMA sederajat 23% Diploma 13% Sarjana 23%

(36)

28

Gambar 14.Tingkat pendidikan Responden (Hasil Survei Tim RPZ Kalimantan Barat)

Masyarakat di sekitar kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara mayoritas hanya menempuh pendidikan hingga sekolah dasar yaitu sebesar 77%. Jika mengacu pada program wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, capaian ini masih kurang. Ditambah lagi masih ada 10% masyarakat yang tidak sekolah. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut yang ada di Kabupaten Kayong Utara.

d. Pemahaman Konservasi

Analisis pemahaman konservasi dilakukan dengan menggunakan teknik satistik deskriptif. Data yang dianalisis adalah data hasil wawancara 39 orang responden yang dipilih secara acak (simple random sampling). Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden. Data tersebut terdiri dari tingkat pendidikan, pemahaman konservasi dan partisipasi dalam edukasi konservasi.

Gambar 15.Pemahaman konservasi responden (Hasil Survei Tim RPZ Kalimantan Barat)

SD/sederajat 77% SMP/sederajat 8% SMA/sederajat 5% Tidak Sekolah 10% Tahu 15% Tidak Tahu 85%

(37)

29 Hasil survei menunjukkan sebanyak sebanyak 85% responden tidak mengetahui mengenai kawasan perairan yang dilindungi maupun yang dilindungi maupun dikelola dengan sistem zonasi. Hanya 15% memiliki pengetahuan mengenai kawasan konservasi yang berada di area daratan meliputi hutan lindung dan perlindungan lahan gambut seperti kawasan mangrove. Tidak ada responden yang secara spesifik mengetahui mengenai konservasi kawasan perairan. Hanya beberapa responden yang mengetahui jenis-jenis ikan dilindungi seperti pesut dan hiu.

Gambar 16.Partisipasi edukasi konservasi responden (Hasil Survei Tim RPZ Kalimantan Barat)

Kurangnya pemahaman konservasi tersebut disebabkan oleh rendahnya keterlibatan masyarakat dalam edukasi kawasan konservasi. Sebagian besar masyarakat tidak pernah mendapatkan edukasi ataupun sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah, NGO, ataupun kelompok masyarakat dengan persentase 95%. Masyarakat yang pernah mendapatkan edukasi mengenai Konservasi hanya sejumlah 5% dengan intensitas 1-2 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan edukasi atau sosialisasi mengenai konsep konservasi dan pengelolaannya perlu untuk segera dilakukan.

e. Dukungan Masyarakat

Analisis dukungan masyarakat dilakukan dengan menggunakan teknik satistik deskriptif. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah wawancara dengan 39 orang responden yang dipilih secara acak (simple random sampling). Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden. Data tersebut terdiri dari dukungan terhadap kawasan konservasi dan keinginan untuk terlibat.

1-2 Kali 5%

Tidak Pernah 95%

(38)

30

Gambar 17.Dukungan responden terhadap kawasan konservasi

(Hasil Survei Tim RPZ Kalimantan Barat)

Hasil analisis dukungan masyarakat menunjukkan bahwa 74% responden sangat setuju dengan adanya kawasan konservasi. Menurut mereka kawasan konservasi mampu memberikan pengaruh positif terhadap penghasilan penduduk sekitar yang bekerja sebagai nelayan karena kelestarian lingkungan akan terjaga dan dapat mendukung habitat ikan untuk berkembang biak. Beberapa responden yang setuju menyampaikan syarat berupa penentuan kawasan konservasi tidak mengganggu hasil tangkapan nelayan serta pemberlakukan aturan konservasi secara adil dan merata. Sedangkan sisanya 26% tidak setuju dengan adanya kawasan konservasi. Karena mereka menganggap bahwa kawasan konservasi akan mengurangi hasil tangkapan ikan karena semakin berkurangnya area tangkapan. Persepsi ini muncul karena belum meratanya pemahaman mengenai kawasan konservasi dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan.

Gambar 18.Bentuk keterlibatan responden dalam pengelolaan kawasan konservasi

(Hasil Survei Tim RPZ Kalimantan Barat)

Sangat Setuju 74% Tidak Setuju 26% Ikut dalam Pengawasan 3% Terlibat dalam Organisasi 54% Tidak ingin terlibat 2% Terlibat dalam Waktu Pendek 13% Sebagai Peserta Sosialisasi 28%

(39)

31 Analisis selanjutnya adalah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara. Analisis ini menunjukkan bentuk keterlibatan yang diinginkan oleh masyarakat di sekitar kawasan konservasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat cukup antusias dengan kegiatan konservasi. Antusiasme tersebut terdiri dari ketertarikan untuk ikut dalam sosialisasi sebanyak 28%, kemauan untuk ikut dalam beberapa kegiatan dalam waktu pendek sebanyak 13%, kemauan untuk ikut dalam kegiatan pengawasan sebanyak 3%, dan kemauan untuk terlibat aktif dalam organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang konservasi sebanyak 54%. Hanya 2% responden yang tidak ingin terlibat dalam kegiatan konservasi. Semakin banyak penduduk yang ingin terlibat maka semakin besar peluang keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi.

f. Kelembagaan

Belum terdapat lembaga mandiri atau kelompok masyarakat yang bergerak di bidang konservasi perairan. Namun di Kecamatan Simpang Hilir terdapat organisasi masyarakat yang bergerak di konservasi darat yaitu Kelompok Masyarakat Peduli Gambut yang memiliki tugas untuk memberikan edukasi terhadap sesama masyarakat mengenai pentingnya lahan gambut serta tata kelola lahan gambut. Tujuan kelompok masyarakat ini adalah mengurangi intensitas terjadinya kebakaran hutan gambut di kecamatan tersebut.

2.2 Permasalahan pengelolaan

1. Permasalahan Ekologis

Berdasarkan hasil wawancara responden, terdapat satu permasalahan ekologis yag sering terjadi di sekitar SAP Kubu Raya dan Kayong Utara. Permasalahan tersebut berupa pencemaran air sungai dan laut karena limbah sawit. Kabupaten Kubu Raya memiliki banyak perkebunan sawit yang di antaranya berdekatan dengan aliran sungai. Beberapa bahan kimia untuk perawatan sawit dikhawatirkan akan mencemari air sungai hingga ke muara. Tidak jarang ketika musim hujan terjadi kematian ikan mendadak meskipun jarang.

2. Permasalahan Sosial dan Budaya

Konflik antar nelayan juga terjadi di Kabupaten Kayong Utara. Berdasarkan hasil wawancara, masih ada nelayan yang menggunakan trawl untuk menangkap ikan dan udang. Karena sifatnya yang aktif, trawl sering membuat alat tangkap pasif lainya tersangkut seperti jaring insang dan bubu. Nelayan dengan alat tangkap pasif mengeluhkan daerah fishing ground yang semakin kecil karena ekspansi trawl. Setelah

(40)

32

dilakukan focus group discussion (FGD) bersama beberapa nelayan dengan berbagai alat tangkap, nelayan trawl bersedia jika alat tangkap mereka ditertibkan oleh pemerintah. Namun mereka meminta kompensasai alat tangkap baru yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

2.1 Penentuan Status Kawasan E-KKP3K

Penentuan Status Kawasan dilakukan berdasarkan Kriteria di dalam pedoman E-KKP3K, merujuk kepada Suplemen 1 dalam penentuan Kawasan konservasi terdapat 17 kriteria yang kemudian diisikan berdasarkan data lapangan dan kondisi eksisting setiap Kriteria, Hasil Skoring kriteria disajikan dalam tabel berikut :

(41)

33 Tabel 18. Penentan status Kawasan KP3K

No ` Penilaian TNP TWP SAP SP TP TPK SPs SPK 1 Keanekaragaman Hayati 0 3 2 3 2 2 2 3 3 2 Kealamiahan 3 3 1 3 2 1 1 3 3 3 Keterwakilan 2 3 1 3 2 1 1 3 3 4 Keunikan 3 3 2 3 3 2 2 2 2 5 Daerah Ruaya 3 2 2 3 3 2 2 3 3

6 Habitat Ikan Khas/Langka dan Endemik 2 3 2 3 3 2 2 3 3

7 Ikan Dilindungi 1 3 2 3 3 2 2 3 3

8 Ikan yang Perlu Dilindungi 1 2 1 2 3 2 2 2 3 9 Potensi Rekreasi dan Pariwisata 1 3 3 2 1 3 3 1 1 10 Kemudahan Pencapaian Lokasi 1 3 3 1 1 3 3 1 1 11 Pemanfaatan kawasan utk Pariwisata 2 2 3 2 1 3 3 2 1

12 keunikan budaya 2 3 3 2 2 3 3 2 2

13 Daerah Pemijahan Ikan 3 3 2 3 3 2 2 3 3

14 Daerah Pengasuhan 2 2 2 3 3 2 2 3 3

15 Nilai Penting Perikanan 3 3 3 1 1 3 3 1 1

16 Kepentingan Strategis tidak ya ya ya ya ya ya ya ya 17 Calon kawasan melingkupi:

a. Daratan besar/pesisir b. pulau-pulau kecil

tidak tidak tidak tidak tidak ya tidak ya tidak

tidak tidak tidak tidak tidak tidak ya tidak ya

Mandat UU31 Mandat UU27

Score 1.975,00 1.143,75 2.053,13 1.856,25 REKOMENDASI CKKP3K TNP SAP

Keterangan: Rekomendasi UTAMA Rekomendasi Alternatif

*Calon Pengelola hanya di perkenankan untuk mengisi pada kolom "Penilaian" yang di blok hitam

Berdasarkan Hasil Skoring Kawasan dengan merujuk kepada 17 kriteria penentuan Kawasan maka perairan Kayong Utara masuk kedalam rekomendasi Kawasan yakni Suaka Alam Perairan (SAP) sejalan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat No. 1 Tahun 2019 tentang RZWP3K Kalimantan Barat.

(42)

34

III. PENATAAN ZONASI

3.1 Umum

SAP Kayong Utara terbagi dalam 4 zona, yakni zona inti, zona pemanfaatan terbatas, zona perikanan berkelanjutan, dan zona lainnya, zonasi ditetapkan berdasarkan acuan Regulasi penentuan zonasi dalam pedoman E-KKP3K, selain itu penentuan dan pembagian zona juga memperhatikan karakteristik wilayah kajian, dan sumber daya yang ditemukan, serta faktor sosial ekonomi kemasyarakatan, khususnya masyarakat pesisir dan pulau sekitar wilayah kajian.

Dalam penyusunan Zonasi yang menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan penentuan Zona ialah pendapat dari masyarakat dan stakeholder terkait kawasan yang akan dikelola, hal ini menjadi perhatian khusus dalam penyusunan dokumen dan penentuan zonasi, sehingga ke depannya dalam tata kelola tidak terjadi konflik kawasan, berdasar dari hal tersebut maka dilakukan jejak pendapat kepada masyarakat dan stakeholder di Kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong Utara dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD), hal ini dapat dilihat dari peta berikut:

Gambar 19.Peta Zonasi Sebelum FGD

Pada pembahasan penentuan Zonasi di Focus Group Discussion (FGD), antara nelayan dan stakeholder terkait Kawasan, zonasi awal dilakukan revisi berdasarkan

(43)

35 saran-saran yang disampaikan pada forum diskusi tersebut, di antaranya ialah pertimbangan konflik lokasi dengan pelaku perikanan di beberapa lokasi di dalam kawasan, sehingga hal ini harus diakomodasi. Hasil dari FGD tersebut juga didapatkan informasi tambahan dari nelayan mengenai biota penting perairan yakni Pesut dan juga Refugia udang, yang kemudian dijadikan saran penambahan lokasi terkhusus zona inti. Berikut peta revisi berdasarkan saran-saran nelayan dan stakeholder terkait Kawasan SAP Kubu Raya dan Kayong utara dan Sekitarnya :

Gambar 20 Zonasi Perairan SAP Kayong Utara

Tabel 19. Luasan Zonasi SAP Kayong Utara

No Zona Sub Zona Luas (Ha) Proporsi Luasan (%)

1 Inti - 15350,88 13,26

2 Pemanfaatan Terbatas - 31228,95 26,98

3 Perikanan Berkelanjutan - 65755,27 56,81

4 Lainnya - 3411,02 2,95

SAP Kubu Raya dan Kayong Utara dikelola dengan sistem zonasi. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. Zonasi yang dilakukan di kawasan konservasi perairan yang terdiri dari Zona Inti, Zona Perikanan berkelanjutan, Zona Pemanfaatan, dan Zona Lainnya di peruntukkan berdasarkan fungsi

Gambar

Tabel 1.Luas Zona Mangrove di Kayong Utara (BALITBANG KP 2016)  Zona  Zona Pesisir(Km2)  Luasan Mangrove
Tabel 3.Potensi Udang di Kayong Utara
Tabel 6. Baku mutu untuk biota laut dan data lapangan
Gambar 2.Pengukuran pH perairan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat bahwa p- value = 0,022&lt; α (0,05), ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu

Untuk perkiraan arus penumpang domestik yang sebagian besar merupakan penumpang PT (Persero) Pelni, maka akan digunakan hasil studi yang sebelumnya disusun dalam

Melalui kegiatan tracer study ini diharapkan FPIK mendapatkan gambaran mengenai karir alumni FPIK UB, serta umpan balik alumni dan pengguna alumni

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan dalam mengembangkan perusahaan terutama yang berhubungan dengan

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis darib. Fakultas Teknik Universitas

Berdasarkan hasil penelitian yang tellah dilakukan mengenai pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja, tunjangan, pengembangan karir terhadap kinerja perawat pada Rumah Sakit

Penggunaan dana bantuan operasional sekolah di MTs Negeri 1 Rakit berjalan dengan baik, dibuktikan dengan perencanaan yang terorganisir, penggunaan dana bantuan

Pada siswa kelas VII B ditemukan bahwa motivasi belajar mereka sangat rendah. Motivasi berbeda dengan minat, motivasi merupakan daya penggerak/pendorong untuk