• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.KERANGKA PEMIKIRAN

5. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2. Potensi Kawasan

5.2.1. Potensi Flora dan Fauna

Kawasan konservasi Pulau Pombo baik daratan yang ditunjuk sebagai cagar alam maupun perairan yang mengelilinginya sebagai taman wisata alam laut, memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang cukup tinggi. Kawasan perairan Pulau Pombo memiliki pemandangan laut berupa batu-batu karang yang sangat indah yang tersusun rapi sangat alamiah, dipadukan dengan kehidupan sebagai jenis ikan hias, zoo-plankton dan kerang-kerangan. Kawasan konservasi ini juga merupakan tempat singgah dan bersarang salah satu jenis burung khas/endemik Maluku yaitu Burung Pombo (Ducula bicolor) dan berbagai jenis burung lainnya. Selain itu juga ditemukan beberapa jenis burung laut antara lain Raja Udang (Alcedinidae), Gangsa Batu Muka Biru (Sula dactylatra), Kuntul Karang (Egretta sacra). Jenis mamalia yang ditemukan, antara lain : Tikus Hutan (Pogonomelomys), sedangkan jenis reptil yang ditemukan adalah Ular Sanca (Phyton morulus), Kadal Panana (Triliqua gigas) dan Biawak Coklat (Varanus gouldi).

Selanjutnya dengan kondisi perairan Pulau Pombo yaitu adanya arus berputar (up-welling) dan ketersediaan pakan makanan, memungkinkan keanekaragaman keberadaan satwa laut di kawasan konservasi ini, antara lain Ikan Teri (Stolephorus sp.), Ikan Layang (Decapterus sp.), Ikan Tongkol (Auxis thzard), Ikan Kembung (Rastreliger kanagurta), jenis-jenis Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) serta moluska seperti Kima (Tridacnidae), Bia jalang (Strombus luhuanus), Lola (Trochus niloticus), Bia kambing (Lambis sp.), Bia Cumi Bercangkang (Nautilus pompilius), Kerang Mutiara (Pinctada margaritifera) dan jenis lain dari Cypreanidae, Strombidae, dan Connidae. Dari jenis-jenis moluska tersebut ada beberapa jenis yang langka atau sudah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 7 Tahun 1999 seperti Kima (Tridacnidae), Lola (Trochus niloticus), Bia Cumi Bercangkang (Nautilus pompilius) dan Triton trompet (Charonnia tritonis).

Berbagai jenis flora di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pulau Pombo di antaranya adalah : Kayu Gempol (Nauclea orientalis), Croton sp., Purnamarsada (Cordia subcordata), Gumira Pantai (Premna corymbosa), Sayur Putih (Pisonia alba), Kayu Mata Ikan (Hernandia peltata), Hutung (Barringtonia asiatica), Beringin (Ficus benjamina), Ketapang (Terminalia catappa) dan Dadap (Erythrina variegata).

Berdasarkan tipe vegetasi, Pulau Pombo termasuk tipe hutan vegetasi pantai dengan jenis pohon dan flora yang bervariasi dengan strata yang tidak sempurna. Strata teratas membentuk tajuk hutan terdiri atas pohon-pohon yang dapat mencapai ketinggian 30 m, strata terbawah terdiri dari perdu/anakan pohon. Jenis yang banyak dijumpai antara lain Kayu Besi (Intsia bijuga), Cemara Laut (Casuarina sp.), Pule (Alstonia scholaris), Bakau (Rhizoporasp.), Kira-kira (Xylocarpus granatum), Ketapang (Terminalia cattapa), Linggua Pantai (Pterocarpus indicus), Galala dan lain-lain.

5.2.2. Potensi Wisata

Pulau Pombo memiliki keaneka ragaman flora dan fauna serta pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk. Di samping itu bentuknya yang berupa karang Atol yang sangat indah menjadikan tempat itu sebagai atraksi alam yang menarik. Dengan pemandangan bawah laut yang begitu indah, menyebabkan kawasan perairan Pulau Pombo sangat cocok dikembangkan wisata air seperti snorkling, diving, fishing, camping, dan lain-lain. Pulau Pombo memiliki salah satu jenis burung khas/endemik pulau ini yaitu Burung Pombo (Ducula bicolor). Selain itu juga ditemukan berbagai jenis burung perairan lainnya. Wisata pengamatan burung (birdwatching) dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan perilaku burung di secara alami.

a. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Beberapa desa yang berdekatan dengan kawasan tersebut adalah desa Kailolo, Pelauw, dan Desa Ori berada pada bagian barat Pulau Haruku, sedangkan Desa Tulehu, Waai, dan Liang di bagian Utara Pulau Ambon atau sering disebut Jazirah Leitimur.

Pertumbuhan penduduk dapat terjadi akibat 4 (empat) komponen yaitu, tingkat kelahiran (natalitas), tingkat kematian (mortalitas), migrasi masuk dan migrasi keluar. Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan yang dinamis antara kelahiran, kematian, datang dan pergi. Penduduk Kabupaten Maluku Tengah berdasarkan hasil sensus Tahun 2000 berjumlah 317.476 jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,03 % bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Maluku Tengah tahun 1990 yaitu sebesar 295.059 jiwa. Sementara itu berdasarkan perkiraan, penduduk Maluku Tengah tahun 2007 mencapai 368.136 jiwa atau mengalami pertumbuhan 1,42 % dibandingkan jumlah penduduk tahun 2006. Dengan luas wilayah 11.595,57 km2 maka pada tahun 2007 tingkat kepadatan penduduk di Maluku Tengah mencapai 31 jiwa per km2.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Maluku Tengah konstan mengalami peningkatan selama periode 2009-2011dari 60,89 persen menjadi 69,28 persen. TPAK menggambarkan persentase angkatan kerja yang bekerja.

Pasar tenaga kerja Maluku Tengah juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja dan besarnya mencapai lebih dari 90 persen pada tahun 2011. Tingkat pengangguran terlihat semakin menurun selama kurun waktu 2009-2011. Pada tahun 2009 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 12,41 persen. Angka ini menurun menjadi 6,45 persen pada tahun 2011.

Tabel 9. Statistik Ketenagakerja Maluku Tengah Uraian 2009 2010 2011 TPAK (%) 60,89 62,90 69,28 TPT (%) 12,41 12,17 6,45 Bekerja (%) 87,59 87,83 93,55 UMP(000 Rp) 775 840 840 Bekerja di Sektor A (%) 50,92 53,55 57,33 Bekerja di Sektor B (%) 7,13 3,49 9,02 Bekerja di Sektor C (%) 16,66 17,65 10,18 Bekerja di Sektor D (%) 12,04 15,07 13,01 Bekerja di Sektor E (%) 13,29 10,24 10,47

Sumber : Maluku Tengah Dalam Angka, BPS 2012

Berdasarkan perbandingan menurut lima sektor utama, pilihan bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan perinanan dan peternakan (A) masih mendominasi dengan persentase terbesar 57,32 persen pada tahun 2011, yang diikuti dengan sektor jasa kemasyarakatan (D) dengan 13,01. Sektor lainnya (E) sebesar 10,47 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran (C) dengan persentase sebesar 10,18 persen dan sementara pekerja di sektor manufaktur (B) sebanyak 9,02 persen. Komposisi tersebut tidak banyak mengalami perubahan selama kurun waktu 2009-2011. Upah Minimum Provinsi (UMP) terus mengalami peningkatan.

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani, pedagang, dan nelayan. Sedangkan sebagian kecil lainnya (25%) adalah pegawai negeri sipil. Baik itu masyarakat dari Kecamatan Haruku maupun masyarakat di Kecamatan Salahutu, khususnya desa yang sangat berdekatan yang selalu menggantungkan hidup di laut sebagai nelayan menjadikan Pulau Pombo sebagai tempat istirahat selama mencari ikan di laut.

b. Posisi Kawasan dalam Perspektif Tata Ruang dan Pembangunan

Daerah

Peruntukan Pulau Pombo sebagai sebuah kawasan konservasi dengan fungsi wisata alam sesuai dengan kriteria dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Tengah yaitu :

1. Kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas.

2. Mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan keanekargaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya.

Pengelolaan kawasan dengan kriteria tersebut di atas, dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Melindungi keanekaragamnan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas kehidupan.

2. Menetapkan daerah yang berbatasan dengan kawasan suaka alam sebagai daerah penyangga.

Sehubungan dengan penunjukannya sebagai taman wisata alam, maka kawasan Pulau Pombo peruntukan utamanya adalah untuk kegiatan wisata alam. Maka ketentuan pengembangannya adalah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya di kawasan pariwisata guna mendorong pengembangan pariwisata.

2. Memperhatikan kelestarian nilai budaya, adat-istiadat, serta mutu dan keindahan lingkungan alam.

3. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Kawasan Pulau Pombo dan perairan di sekitarnya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Maluku Tengah termasuk dalam Wilayah Pengembangan (WP) – IV dengan Pusat Pengembangan di Kota Tulehu. Di wilayah pengembangan ini, kegiatan pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dikembangkan. Pulau Pombo dan perairan disekitarnya dalam RTRW Kabupaten Maluku Tengah termasuk dalam Rencana Pemantapan Kawasan Lindung yang secara umum pemanfaatan ruangnya akan diarahkan sebagai kawasan suaka alam yang meliputi kawasan terumbu karang dan taman wisata alam. Selanjutnya dalam Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya termasuk dalam kawasan yang direncanakan sebagai lokasi pengembangan wisata bahari.

Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Maluku dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Maluku Tengah, kawasan Pulau Pombo termasuk dalam salah satu obyek wisata alam untuk kegiatan wisata alam minat khusus. Pulau Pombo dalam pembangunan pariwisata daerah berdasarkan RIPPDA Kabupaten Maluku Tengah, termasuk dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) V atau Cluster V dengan basis pengembangan wisata, yaitu pengembangan produk wisata berbasis alam pantai dan wisata tirta dalam satu kesatuan tema pengembangan wisata.

Dokumen terkait