Program ICARE diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan penerima manfaat yang ditargetkan, yaitu para petani dan peternak, pemangku kepentingan dalam rantai nilai pertanian, dan staf di instansi yang terkait dengan sektor pertanian. Perbaikan infrastruktur pertanian diharapkan dapat meningkatkan hasil pertanian dan dengan demikian meningkatkan pendapatan petani. Demikian pula, selama pelaksanaan, Program akan menciptakan, meskipun dalam skala kecil, kesempatan kerja di tingkat lokal lewat kegiatan konstruksi atau perbaikan infrastruktur di mana penduduk setempat dapat mendapatkan uang tunai. Perbaikan infrastruktur pertanian dan fasilitas penelitian di bawah program ICARE akan memajukan pertanian atau
ESMF – ICARE 29 kegiatan lain yang meningkatkan pendapatan petani. Di tingkat nasional, peningkatan produksi pertanian akan menambah ketahanan pangan dan jaring pengaman pangan.
Berdasarkan kajian dan kunjungan lapangan yang dilakukan, tidak ditemukan kelompok masyarakat adat atau cagar budaya di lokasi program ICARE, sehingga potensi risiko program ICARE terhadap masyarakat adat dan cagar budaya kemungkinan tidak ada36. Begitu pula, tidak ditemukan keberadaan benda cagar budaya di lokasi-lokasi program yang diusulkan.
Secara umum, Program ICARE tidak secara signifikan berdampak negatif terhadap lingkungan dan sosial. Program berada pada lokasi pertanian yang telah ada sebelumnya, sehingga kemungkinan gangguan terhadap habitat alami/kritis adalah rendah. ICARE tidak akan mendukung kegiatan konstruksi berskala besar, tetapi lebih pada peningkatan infrastruktur rantai nilai pertanian seperti fasilitas gudang penyimpanan hasil panen, pemrosesan hasil panen, gedung pertemuan, area perbenihan/pembibitan, instalasi teknologi informasi, jalan usaha tani, irigasi tersier dan lainnya (subkomponen A1) dan perbaikan fasilitas milik UPT Kementan, (subkomponen B2) serta dukungan untuk peningkatan kapasitas korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai (subkomponen A3).
2.2.1 Potensi Dampak Positif
Potensi dampak positif dari Program ICARE adalah sebagai berikut:
Peningkatan kolateral kelompok tani dan korporasi petani. Peningkatan kolateral ini terkait dengan subkomponen A-2 (fasilitasi pengembangan kelompok tani dan korporasi petani) dan B-2 (peningkatan pendampingan terhadap korporasi petani untuk akses layanan finansial). Kelompok tani/ternak, korporasi petani/peternak berpotensi untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari Program ICARE dalam meningkatkan kolateral yang dapat mempermudah akses perbankan, peningkatan kapasitas manajerial maupun teknis pertanian dan peternakan.
Peningkatan kapasitas kelompok tani dan korporasi tani dalam penggunaan teknologi dan inovasi. Dampak positif ini terkait dengan subkomponen A-4 (peningkatan peran teknologi dan inovasi mendukung sistem produksi dan rantai nilai produk pertanian). Kelompok tani/ternak dan korporasi petani/peternak meningkat kapasitasnya, terutama dalam penguasaan teknologi pertanian yang relevan. Selain itu, produktifitas mereka juga akan meningkatkan karena ditopang oleh penguasaan teknologi dan inovasi digital.
Peningkatan infrastruktur pertanian. Dampak positif ini terkait SubKomponen A-3 (dukungan untuk korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai).
Kelompok tani/korporasi petani akan memiliki infrastruktur yang mendukung produksi dan pengembangan rantai nilai di kawasan pertanian mereka, sehingga memudahkan mereka dalam meningkatkan produksi pertanian dan peternakan, penyimpanan hasil tani, akses pasar, transportasi, dan lainnya. Peningkatan infrastruktur pertanian ini terkait dengan terkait dengan: (1) subkomponen A-3 – dukungan untuk korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai, khususnya pada penyiapan dukungan infrastruktur untuk pengembangan model kawasan pertanian terpilih.
36 Dasar penentuan keberadaan masyarakat adat mengacu pada data yang tercatat di Badan Regsitrasi Wilayah Adat (BRWA). Lihat https://brwa.or.id/
ESMF – ICARE 30
Kesempatan kerja. Kesempatan kerja ini terkait dengan kegiatan subkomponen A.3 (dukungan untuk Korporasi Petani dalam produksi dan pengembangan rantai nilai) dan subkomponen B.2 (peningkatan fasilitas dan layanan penelitian dan pengembangan).
Program ICARE memberikan dukungan pembangunan infrastruktur kawasan pertanian dan fasilitas laboratorium/penelitian. Proses pembangunan infrastruktur akan memperkerjakan tenaga kerja lokal dalam jumlah yang terbatas dan dalam waktu yang tidak lama. Penduduk lokal yang memiliki ketrampilan dalam membangun infrastruktur berpotensi mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.
2.2.2 Risiko dan Potensi Dampak Negatif
Risiko dan potensi dampak positif dari Program ICARE adalah sebagai berikut:
Pencemaran dan gangguan kesehatan akibat penggunaan pestisida. Potensi penggunaan pestisida ini muncul pada sub komponen A-4 – kegiatan peningkatan peran teknologi dan inovasi mendukung sistem produksi dan rantai nilai produk pertanian. Untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian, petani mungkin mengunakan pestisida yang berbahaya untuk membasmi hama dan penyakit yang mungkin muncul. Penggunaan pestisida dapat mengakibatkan penurunan kualitas tanah, degradasi lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat sekitar, walaupun jumlahnya tidak besar. Selain itu, penggunaan bahan kimia dan pestisida yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan pada petani maupun masyarakat sekitar.
Pencemaran dan gangguan akibat limbah dari kegiatan konstruksi. Munculnya limbah konstruksi ini terkait dengan: (1) subkomponen A-3 – dukungan untuk korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai, khususnya pada penyiapan dukungan infrastruktur untuk pengembangan model kawasan pertanian terpilih; dan (2) sub komponen B-2 – perbaikan fasilitas dan layanan penelitian dan pengembangan pertanian.
Program ICARE memberikan dukungan untuk peningkatan infrastruktur kawasan pertanian seperti pembangunan gudang, fasilitas perbenihan/pembibitan, tempat pertemuan, pembangunan dan renovasi fasilitas penelitian, dan lainnya. Meskipun jumlahnya tidak besar, proses pembangunan infrastruktur tersebut berpotensi menimbulkan limbah-limbah yang muncul antara lain adalah sisa bahan bangunan berupa kayu, batu, besi, kertas, dan lain-lain. Selain itu, proses pembangunan infrastruktur pertanian juga berpotensi menimbulkan debu yang diakibatkan oleh proses mobilisasi alat dan bahan pembangunan.
Dampak pengadaan tanah untuk perbaikan sarana dan prasarana rantai nilai pertanian dan Lembaga Penelitian. Potensi pengadaan tanah terkait dengan kegiatan subkomponen A3 tentang dukungan untuk korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai termasuk perbaikan infrastruktur desa/lokal dan subkomponen B2 terkait perbaikan fasilitas penelitian dan pengembangan milik UPT Kementan.
Kegiatan peningkatan infrastruktur pertanian dilakukan di lokasi yang sebelumnya telah digunakan sebagai infrastruktur pertanian sehingga tidak akan memerlukan lahan baru.
Kegiatan ini hanya akan dilakukan berada di tingkat desa dan dalam skala kecil. Risiko dan dampak ekspropriasi atas properti milik masyarakat (expropriation of property) tidak ada atau akan dihindari. Kegiatan ini juga tidak akan melakukan relokasi atau pemindahan fisik (physical displacement) dan tidak ada juga isu pembatasan pemakaian lahan (restriction on land use issues).
ESMF – ICARE 31 Namun untuk pembangunan fasilitas pengembangan produksi dan rantai nilai baru (seperti gudang, fasilitas pembibitan, pengolahan hasil panen dan lainnya), ada kemungkinan memerlukan lahan baru yang merupakan miliki petani atau milik korporasi petani. Program sedapat mungkin tidak akan menggunakan lahan lahan milik masyarakat umum sebagai penerima manfaat untuk pembangunan fasilitas pertanian tersebut.
Perbaikan infrastruktur lokal yang mendukung pengembangan produksi rantai nilai seperti rehabilitasi (pengerasan jalan di sawah) atau perbaikan irigasi tersier akan dilakukan di intrastruktur yang sudah ada. Antisipasi akan dilakukan sekiranya mengenai lahan pribadi sehingga program/subprogram perlu menyusun kerangka kebijakan pengadaan tanah (atau Resettlement Policy Framework/”RPF”), yang mencakup panduan jual beli lahan secara sukarela (willing buyer – willing seller mechanism) dan sumbangan lahan secara sukarela (voluntary land donation).
Terkait kegiatan sub komponen B2 (perbaikan fasilitas dan layanan penelitian dan pengembangan pertanian) memang tidak memerlukan lahan baru karena akan menggunakan lahan milik lembaga UPT Kementan yang ditunjuk. Namun ada kemungkinan beberapa lahan milik lembaga penelitian ada yang diokupasi oleh sebagian kecil masyarakat, sehingga kajian uji tuntas (due diligence) untuk memastikan bahwa lahan itu clean and clear perlu dilakukan. RPF yang disiapkan akan memastikan isu okupasi di lahan milik Lembaga penelitian ini (jika ada) dikelola dengan benar.
Risiko kesehatan dan keselamatan terhadap tenaga kerja dan masyarakat. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap tenaga kerja dan masyarakat terkait dengan kegiatan subkomponen A3 tentang rehabilitasi infrastruktur untuk dukungan korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai dan subkomponen B2 terkait perbaikan fasilitas penelitian dan pengembangan milik Balitbangtan. Pekerjaan pembangunan/renovasi infrastruktur desa seperti jalan lokal atau irigasi tersier dan pembangunan sarana produksi rantai nilai skala kecil dapat dilakukan oleh petani sendiri (community workers) maupun pekerja kontraktor (contracted workers). Untuk pekerjaan konstruksi pengembangan fasilitas produksi rantai nilai skala menengah dan pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan Balitbang biasanya akan dilakukan oleh kontraktor.
Dampak terhadap tenaga kerja akan terkait dengan kegiatan konstruksi bagi petani sendiri (community workers) dan pekerja kontraktor (contracted workers). Namun demikian, kegiatan konstruksi hanya berada pada skala kecil hingga menengah dan sebagian besar hanya melibatkan pekerja setempat atau lokal, Prosedur Pengelolaan Tenaga Kerja (Labor Management Procedure/”LMP”) disediakan dalam ESMF sebagai panduan mengelola resiko Program terhadap tenaga kerja. Risiko Program terkait kemungkinan kejadian kekerasan berbasis gender (Gender-based Violence/”GBV”) atau eksploitasi seksual dan pelecehan seksual (Sexual Exploitation and Abuse/Sexual Harassment) dinilai rendah karena pekerjaan konstruksi berskala kecil menengah dan hanya melibatkan pekerja setempat. Kode etik telah disediakan dalam ESMF ini untuk diacu dalam kegiatan konstruksi. Tidak ada risiko terkait pekerja anak atau pekerja paksa karena tingkat produksi petani akan berada di tingkat rumah tangga masing-masing petani atau tingkat korporasi petani.
Risiko akses informasi atau manfaat program yang tidak setara di antara atau dalam kelompok atau korporasi petani. Program bekerja melalui mobilisasi kelompok tani.
ESMF – ICARE 32 Dominasi oleh elit (elite capture) adalah masalah umum yang kemungkinan bisa terjadi.
Petani yang memiliki hubungan politik atau status ekonomi sosial yang lebih baik kemugkinan akan memiliki akses lebih ke Program. Namun, Program ICARE didesain untuk mengembangkan sistem produksi pertanian yang inklusif. Isu inklusi tersebut akan diatasi melalui desain Program dengan menentukan kriteria penerima manfaat sehingga petani akan memiliki akses yang setara ke program, termasuk guna mendapatkan informasi.
Risiko terpapar COVID-19. Risiko Covid-19 ada dalam setiap kegiatan di seluruh komponen program, terutama kegiatan yang melibatkan pertemuan secara fisik.
Mengingat pandemi COVID-19 yang masih berlangsung saat dokumen ESMF ini disusun, seluruh komponen kegiatan program berpotensi menularkan COVID-19. Karena itu, selama pelaksanaan program ICARE ini perlunya menerapkan protokol pencegahan COVID-19 yang dianjurkan oleh pemerintah pusat maupun setempat. Program ICARE akan menerapkan protokol COVID-19 tersebut dalam pelaksanaan komponen kegiatan program.