• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi satwa yang disajikan pada NSDH Nasional Tahun 2018 berupa peningkatan populasi 25 (dua puluh lima) satwa terancam punah prioritas dari tahun 2016 sampai dengan 2018.

Berdasarkan data dari Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem untuk peningkatan populasi 25 satwa terancam punah prioritas tercantum dalam Tabel 28 dan rincian berdasarkan penyebarannya dapat dilihat dalam Buku II Lampiran NSDH Nasional Tahun 2018 Tabel 18.

Data satwa dimaksud menyajikan data dari tahun 2016 sampai dengan 2018 termasuk baseline sebagai data acuan dalam monitoring tiap tahun. Perubahan tiap tahun diperhitungkan dengan baseline yang telah ditentukan termasuk persentase perubahannya. Daerah lokasi monitoring untuk 25 satwa dilindungi terancam punah sebanyak 315 lokasi (site monitoring).

Pengurangan yang tinggi berdasarkan hasil monitoring di temukan pada Jalak Bali, ada penurunan sebesar 39,73 % dari jumlah baseline sebanyak 146 ekor berkurang menjadi 88 ekor. Penambahan yang tinggi untuk jenis Celepuk Rinjani sebesar 892,59 % dari jumlah baseline sebanyak 27 ekor bertambah menjadi 268 ekor.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 76

Tabel 28. Daftar Perubahan Populasi 25 Satwa Terancam Punah Tahun 2018 (ekor).

No. Satwa Baseline Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Jumlah Perubahan Persen KET

(%) Jumlah Perubahan Persen (%) Jumlah Perubahan Persen (%)

Sumber : Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ditjen KSDAE

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 77

F. Analisa Perubahan

Perubahan potensi dan nilai kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm dan diameter ≥ 50 cm disebabkan adanya perubahan luas kawasan hutan dan perubahan penutupan lahan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 29 dengan analisa perubahan sebagai berikut:

1. Perubahan Luas

Perubahan luas kawasan terdiri dari pelepasan, tukar menukar, perubahan fungsi, revisi kawasan hutan dan koreksi luas kawasan hutan.

a. Pelepasan Kawasan Hutan

Pelepasan kawasan hutan pada tahun 2018 terdiri dari pelepasan untuk perkebunan seluas 76.719,08 Ha yang berada pada 7 (tujuh) provinsi.

Provinsi Sumatera Utara seluas 386,72 Ha, Sumatera Selatan seluas 65,18 Ha, Kalimantan Tengah seluas 16.948,48 Ha, Kalimantan Selatan seluas 2.716,88 Ha, Sulawesi Tengah seluas 9.964,00 Ha, Sulawesi Tenggara seluas 17.820,40 Ha dan Papua seluas 28.817,42 Ha seperti pada Tabel 2 di atas dan rincian pada Buku II Lampiran NSDH Nasional Tahun 2018 Tabel 5.b.

Dengan adanya pelepasan kawasan hutan tersebut terjadi pengurangan sebagai berikut :

- Luas kawasan hutan seluas 79.719,08 Ha.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebanyak 4,16 juta M3 dengan nilai Rp. 1,61 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm sebanyak 1,92 juta M3, dengan nilai Rp. 0,78 trilyun.

- Total estimasi nilai hilang atau berkurang dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebanyak Rp. 1,61 trilyun. Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm sudah masuk dalam potensi kayu semua jenis diameter

≥ 20 cm.

Estimasi potensi dan nilai hasil hutan lainnya dan jasa lingkungan tidak dapat diperhitungkan karena belum ada data. Untuk bahan perbandingan nilai yang hilang dalam pelepasan kawasan hutan dapat dilihat dari perolehan PNBP dalam proses pelepasan kawasan hutan.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 78

b. Tukar Menukar

Tukar menukar pada tahun 2018 berada pada 2 (dua) provinsi yaitu pada Provinsi Jawa Barat dengan areal yang ditukar seluas 7,75 Ha dan areal pengganti seluas 8,10 Ha serta Jawa Timur dengan areal yang ditukar seluas 33,45 Ha dan areal pengganti seluas 67,07 Ha seperti pada Tabel 2 dan rincian di Buku II Lampiran NSDH Nasional Tahun 2018 pada Tabel 5.c. dan 5.d. Dari tukar menukar kawasan hutan terdapat penambahan seluas 33,97 Ha dengan rincian areal yang ditukar seluas 41,20 Ha pada fungsi kawasan HP dan areal pengganti seluas 75,17 Ha pada fungsi HP. Dengan adanya tukar menukar kawasan hutan tersebut terdapat penambahan terhadap luas, potensi dan nilai sebagai berikut:

- Luas kawasan hutan bertambah seluas 33,97 Ha.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm bertambah sebanyak 1,00 ribu M3 (tidak tergambarkan dalam satuan juta M3) dengan nilai Rp. 1,00 milyar (tidak tergambarkan dalam satuan trilyun).

- Total estimasi nilai bertambah dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebanyak Rp. 1,00 milyar.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 79

Tabel 29. Perubahan Potensi dan Nilai Tahun 2018

No. Uraian Luas (Ha) Kayu Diameter ≥ 20 Cm Kayu Diameter ≥ 50 Cm

Jumlah Nilai (Rp. Milyar) M3 (x

Juta) Rp. (x

Trilyun) M3 (x Juta) Rp. (x Trilyun)

I. Perubahan

A. Perubahan Luas Kawasan

1. Pelepasan Kawasan -76.719,08 -4,16 -1,61 -1,92 -0,78 -1.610,00

2. Areal Yang ditukar 33,97 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00

3. Perubahan Fungsi 0,00 -0,46 -0,14 -0,37 -0,10 -141,00

4. Revisi SK / Re-Strukturisasi Batas -4.496,00 -30,11 -14,41 -5,35 -2,64 -14.408,00

Jumlah I.A. -81.181,11 -34,72 -16,16 -7,63 -3,51 -16.158,00

B. Perubahan Penutupan Lahan

1. Kegiatan IUPHHK ALAM 0,00 0,49 0,15 2,01 0,92 915,00

2. Kegiatan IUPHHK Tanaman 0,00 -11,40 -0,52 -12,42 -0,90 -902,00

3. Rehabilitasi Lahan 0,00 2,00 0,71 1,20 0,44 705,00

4. Pinjam Pakai 0,00 -4,14 -1,72 -2,66 -1,10 -1.718,00

5. Perambahan Perladangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -1,00

6. Penebangan Ilegal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

7. Kebakaran Hutan 0,00 -1,54 -0,58 -0,88 -0,33 -581,00

8. Revisi Data/Penutupan Lahan 0,00 -9,10 2,68 -32,13 -5,83 -5.833,00

Jumlah I.B. 0,00 -23,69 0,71 -44,88 -6,81 -7.415,00

Jumlah I. -81.181,11 -58,41 -15,45 -52,52 -10,32 -23.573,00

Keterangan : *) = Jumlah Nilai merupakan jumlah nilai dari Kayu Diameter yang mempunyai nilai terbesar.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 80

c. Perubahan Fungsi

Perubahan fungsi pada tahun 2018 terdapat pada 5 (lima) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Perubahan fungsi di Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat merupakan perubahan fungsi kawasan hutan dalam kawasan Konservasi, dimana dalam NSDH Nasional kawasan Konservasi digabungkan sehingga secara keseluruhan tidak mengubah total luas kawasan konservasi di provinsi tersebut. Di Provinsi Sumatera Utara terdapat perubahan dari Cagar Alam (CA) ke Taman Wisata Alam (TWA) seluas 60,94 Ha dan di Provinsi Jawa Barat terdapat perubahan dari Cagar Alam (CA) ke Taman Wisata Alam (TWA) seluas 4.382,00 Ha. Perubahan fungsi yang mempengaruhi hasil analisa NSDH Nasional terdapat di Provinsi Lampung yaitu dari Hutan Lindung (HL) ke Hutan Produksi tetap (HP) seluas 102 Ha, di Provinsi Kalimantan Selatan dari Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB) ke Hutan Lindung (HL) seluas 6.514,95 Ha dan di Sulawesi Utara dari Hutan Lindung (HL) ke Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 301,00 Ha. Dari perubahan fungsi tersebut mengakibatkan:

- Luas kawasan hutan secara keseluruhan tidak berubah.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm berkurang sebanyak 0,46 juta M3 dengan nilai Rp. 0,14 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm berkurang sebanyak 0,37 juta M3 dengan nilai Rp. 0,10 trilyun.

- Total estimasi nilai dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm berkurang sebanyak Rp. 141,00 milyar.

d. Revisi dan Koreksi Kawasan Hutan

Revisi kawasan hutan provinsi dikarenakan adanya perubahan Keputusan Kawasan Hutan dan Perairan tahun 2018 untuk 3 (dua) provinsi, yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas perubahan berupa pengurangan seluas 1.391,00 Ha dengan rincian seperti pada Tabel 30.

Perubahan pada Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SK MenLHK) No.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 81

SK.272/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2018 tanggal 6 Juni 2018 (sumber Surat Wakil Ketua DPR RI/Koordinator Bidang Korinbang No. 105706/DPR RI/III/2018, Tanggal 21 Maret 2018) menjadikan luas kawasan hutan berkurang seluas 330,00 Ha dari Hutan Lindung (HL) serta perubahan fungsi dari Kawasan Konservasi (KK) menjadi Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 7.560,00 Ha, Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan SK MenLHK No. SK.190/Menlhk/Setjen/PLA.0/4/2018 tanggal 20 April 2018 (sumber Surat Ombudsman RI 254/ORI-SRT/II/2018 Tanggal 22 Februari 2018) menjadikan luas kawasan hutan berkurang seluas 1.061,00 Ha dari Hutan Produksi tetap (HP) dan Provinsi Kalimantan timur SK MenLHK No.

254/MENLHK/SETJEN/PLA.2/5/2018 tanggal 30 Mei 2018 mengubah fungsi kawasan hutan HP menjadi HPK seluas 17.210,00 Ha.

Perubahan kawasan hutan karena koreksi terdapat di Provinsi Aceh dengan luas berkurang sebesar 3.105,00 Ha, dikarenakan penyesuaian luas kawasan konservasi daratan dengan hasil rekalkulasi penutupan lahan (dalam SK Kawasan hutan konservasi daratan dan perairan tidak dipisahkan). Koreksi untuk Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara berupa pemisahan luas untuk tiap provinsi sesuai hasil rekalkulasi penutupan lahan dengan catatan dasar hukum luas kawasan hutan masih tetap bersatu.

Tabel 30. Perubahan Revisi Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi dan Koreksi Tahun 2018.

2. Kalimantan Timur -1.264.499,59 -1.026.826,16 -2.082.492,09 -1.067.370,16 -59.087,91 -5.500.275,91 3. Kalimantan Utara 1.264.499,59 1.026.826,16 2.082.492,09 1.067.370,16 59.087,91 5.500.275,91

Jumlah B. -3.105,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -3.105,00

Jumlah Total -10.665,00 -330,00 0,00 -18.271,00 24.770,00 -4.496,00 Sumber : Direktorat Inventarisasi dan Pemantaiuan Sumber Daya Hutan Tahun 2018

Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Ditjen PKTL Tahun 2018 Statistik Bidang Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Tahun 2018

Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 82

Dari perubahan tersebut mengakibatkan:

- Luas kawasan hutan berubah seluas 4.496,00 Ha.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebanyak 30,11 juta M3 dengan nilai Rp. 14,41 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm sebanyak 5,35 juta M3 dengan nilai Rp. 2,64 trilyun.

- Total estimasi nilai hilang atau berkurang hanya dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebanyak Rp. 14,41 trilyun.

Estimasi potensi dan nilai hasil hutan lain dan jasa lingkungan tidak dapat diperhitungkan karena belum ada data. Dengan berkurang luas, potensi dan nilai karena keputusan revisi kawasan hutan tidak bisa dibandingkan, karena berupa kebijakan dalam perkembangan pembangunan bidang kehutanan, pembangunan diluar bidang kehutanan, kepastian hukum dan kesejahteraan masyarakat tentang batas kawasan hutan.

2. Perubahan Penutupan Lahan

Perubahan penutupan lahan adalah berubahnya kondisi hamparan pada lahan berdasarkan hasil monitoring maupun hasil penafsiran dengan tidak mengubah luas kawasan hutan.

a. Kegiatan IUPHHK Hutan Alam

Perubahan penutupan lahan karena kegiatan IUPHHK Hutan Alam berupa penanaman/pengayaan seluas 20.864,87 Ha dan penebangan dengan sistem tebang pilih seluas 146.171,29 Ha. Dari kegiatan tersebut potensi dan nilai berubah (Tabel 29), terdiri dari :

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm bertambah sebesar 0,49 juta M3 dengan nilai Rp. 0,15 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm bertambah sebesar 2,01 juta M3 dengan nilai Rp. 0,92 trilyun.

- Total estimasi perubahan nilai potensi kayu bertambah sebesar Rp. 915 milyar. Estimasi ini menggunakan nilai perubahan semua jenis kayu diameter ≥ 50 karena nilai kayu diameter ≥ 50 cm lebih besar.

Berdasarkan data produksi IUPHHK Hutan Alam tahun 2018 dari Direktorat Bina Usaha Hutan Alam Ditjen PHPL dan Statistik Lingkungan Hidup dan

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 83

Kehutanan Tahun 2018, potensi kayu berkurang sebesar 7,02 juta M3 karena ada penebangan seperti pada Tabel 31. Dalam NSDH Nasional digunakan pendekatan potensi rata-rata dari tiap penutupan lahan, sedangkan data produksi dari IUPHHK Hutan Alam berdasarkan nilai produksi tiap perusahaan pemegang ijin. Dalam proses perhitungan NSDH Nasional, perubahan potensi dari kegiatan penebangan dihasilkan dari selisih potensi rata-rata hutan primer dengan hutan sekunder, sehingga penebangan pada hutan sekunder tidak dapat dihitung perubahan potensinya. Sedangkan perubahan potensi dari penanaman/pengayaan dihitung dari selisih hutan sekunder dengan tidak berhutan.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 84

Tabel 31. Data Penanaman dan Penebangan IUPHHK Hutan Alam Tahun 2018

No. Provinsi IUPHHK Hutan Alam Penanaman Penebangan

Jumlah Luas Luas (Ha) Luas (Ha) RATA-RATA Potensi (M3) 9. Kalimantan Tengah 55 4.009.395,00 16.686,48 44.002,06 52,88 2.326.829,08

10. Kalimantan Selatan 4 209.001,00 585,27 28,31 16.569,08

11. Kalimantan Timur 80 5.077.730,00 1.382,86 26.149,28 50,81 1.328.645,11

12. Kalimantan Utara 15,00 15.481,43 48,58 752.087,90 Sumber : Direktorat Bina Usaha Hutan Produksi, Ditjen PHPL Tahun 2018

Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018

b. Kegiatan IUPHHK Hutan Tanaman

Perubahan penutupan lahan karena kegiatan IUPHHK Hutan Tanaman berupa penanaman seluas 282.840,40 Ha dan penebangan dengan sistem tebang habis seluas 388.806,3 Ha. Dari kegiatan tersebut mengakibatkan potensi dan nilai berkurang yaitu:

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebesar 11,40 juta M3 dengan nilai Rp. 0,52 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm sebesar 12,42 juta M3 dengan nilai Rp. 0,90 trilyun.

- Total estimasi perubahan nilai potensi kayu berkurang sebesar Rp. 902,00 milyar. Estimasi ini menggunakan nilai perubahan semua jenis kayu diameter ≥ 50 karena nilai kayu diameter ≥ 50 cm lebih besar.

Data IUPHHK Hutan Tanaman dari Direktorat Bina Usaha Hutan Produksi, Ditjen PHPL, Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 85

Perum Perhutani Tahun 2018, seperti terlihat pada Tabel 32. Berdasarkan data produksi IUPHHK Hutan Tanaman tahun 2018 dari Direktorat Bina Usaha Hutan Alam Ditjen PHPL, Perum Perhutani dan Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018, potensi kayu berkurang sebesar 40,95 juta M3 karena ada penebangan.

Tabel 32. Data Penanaman dan Penebangan IUPHHK Hutan Tanaman Tahun 2018

No. Provinsi Jumlah Penanaman Penebangan

HTI Luas (Ha) Luas (Ha) Potensi (M3)

6. Sumatera Selatan 19 103.331,28 67.975,02 7.699.530,59

7. Lampung 3 277,48 408,70 46.293,22

8. Babel 9 2.039,70

9. Jawa Barat dan Banten 1 9.134,00 8.883,00 137.273,00

10. Jawa Tengah 1 23.362,00 9.830,00 254.657,00

11. Jawa Timur 1 9.601,00 15.759,00 418.004,00

12. Kalimantan Barat 45 7.276,84 10.246,98 1.160.674,86

13. Kalimantan Tengah 32 6.292,00 10.730,64 1.215.459,48

14. Kalimantan Selatan 17 2.579,06 152,29 17.249,81

15. Kalimantan Timur 45 29.713,59 27.812,58 3.150.331,17

16. Kalimantan Utara 4 6.611,10 5.339,10 604.760,05

Jumlah 273 282.840,40 388.806,29 40.945.378,90 Sumber : Direktorat Bina Usaha Hutan Produksi, Ditjen PHPL Tahun 2018

Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018 Perum Perhutani Tahun 2018

c. Rehabilitasi Lahan

Rehabilitasi lahan pada tahun 2018 seluas 188.630,00 Ha, pada kawasan hutan seluas 18.787,00 Ha dan diluar kawasan hutan (APL) seluas 169.843,00 Ha. Rehabilitasi lahan dibedakan menjadi rehalibitasi pada lahan mangrove seluas 960,00 Ha (kawasan hutan seluas 950,00 Ha dan APL seluas 10,00 Ha) seperti pada Tabel 33, dana rehabilitasi lahan diluar

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 86

mangrove seluas 187.670,00 Ha (kawasan hutan seluas 17.837,00 Ha dan APL seluas 169.833,00 Ha) seperti Tabel 34.

Tabel 33. Luas Rehabilitasi Lahan Mangrove pada Tahun 2018 (Ha).

No. Provinsi Fungsi Kawasan Hutan Jumlah

Kawasan Sumber : Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Tahun 2018

Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018

Rehabilitasi lahan dalam proses NSDH hanya pada kawasan hutan seluas 18.787,00 Ha terdiri dari lahan mangrove seluas 950,00 Ha dan diluar lahan mangrove seluas 187.670,00 Ha.

Dari kegiatan rehabilitasi lahan ada penambahan potensi dan nilainya (dengan asumsi berubah menjadi hutan sekunder) terdiri dari :

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm bertambah sebesar 2,00 juta M3 dengan nilai Rp. 0,71 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm bertambah sebesar 1,20 juta M3, dengan nilai Rp. 0,44 trilyun.

Perubahan tersebut tidak termasuk akibat dari rehabilitasi mangrove karena potensi dan nilainya belum bisa disajikan. Penambahan potensi dan nilai pada kegiatan rehabilitasi lahan dalam NSDH ini dihitung dari perubahan kondisi penutupan lahan dari tidak berhutan menjadi berhutan (hutan sekunder). Perubahan tersebut telah diperhitungkan dengan perubahan revisi penutupan lahan, dimana perubahan penutupan lahan akhir sesuai dengan hasil rekalkulasi penutupan lahan tahun 2018. Dari kegiatan rehabilitasi lahan terdata tindakan untuk pembangunan kawasan

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 87

hutan dalam pengelolaan hutan termasuk diluar kawasan hutan dengan cara rehabilitasi lahan seluas 188.630,00 Ha pada tahun 2018. Keberhasilan dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada kurun waktu kurang lebih 5 sampai dengan 7 tahun kedepan.

Tabel 34. Luas Rehabilitasi Lahan diluar Mangrove pada Tahun 2018 (Ha).

No. Provinsi Fungsi Kawasan Hutan Jumlah

Kawasan

Jumlah Total 2.708,00 14.142,00 645,00 75,00 267,00 17.837,00 169.833,00 187.670,00

Sumber : Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Tahun 2018 Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018 Perum Perhutani Tahun 2018

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 88

d. Pinjam Pakai

Pinjam pakai kawasan hutan pada tahun 2018 seluas 89.385,76 Ha terdiri dari HL seluas 11.156,40 Ha, HPT seluas 20.333,04 Ha, HP seluas 51.473,80 Ha dan HPK seluas 6.422,52 Ha (Tabel 35.) Dari pinjam pakai diasumsikan kondisi penutupan lahan berubah, menjadikan potensi dan nilai berkurang yang terdiri dari :

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebesar 4,14 juta M3 dengan nilai Rp. 1,72 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm sebesar 2,66 juta M3 dengan nilai Rp. 1,10 trilyun.

- Total estimasi nilai hilang atau berkurang hanya dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebesar Rp. 1.718 milyar.

Dalam analisis NSDH diasumsikan bahwa pinjam pakai menyebabkan kawasan hutan menjadi tidak berhutan. Berkurangnya nilai dan potensi pada pinjam pakai, dikarenakan perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan primer atau sekunder menjadi tidak berhutan. Potensi dan nilai akan diperhitungkan kembali pada waktu akhir pinjam pakai (pengembalian), dimana potensi dan nilai akan bertambah sesuai kondisi penutupan lahan kawasan yang dipinjam pakai dikembalikan.

e. Perambahan Perladangan

Perambahan/perladangan sampai dengan tahun 2018 yang diproses berdasarkan data dari Perum Perhutani seluas 50.10 Ha yang berada di Hutan Produksi tetap (HP) seperti pada Tabel 36. Perambahan menjadikan potensi dan nilai berkurang untuk kayu semua jenis sebesar 0,001 juta M3 dengan nilai Rp. 0,001 trilyun

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 89

Tabel 35. Luas Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tahun 2018 (Ha).

No. Provinsi Fungsi Kawasan Hutan Jumlah

Kawasan

16. Kalimantan Tengah 0,00 8.825,85 15.924,82 4.066,22 28.816,89 17. Kalimantan Timur 30,56 2.578,05 15.682,20 253,96 18.544,77

18. Kalimantan Utara 33,55 0,00 1.048,40 20,97 1.102,92

19. Kalimantan Selatan 10,61 1.320,90 8.731,11 1.620,37 11.682,99

20. Sulawesi Utara 3,36 52,95 20,28 0,00 76,59

Jumlah Total 11.156,40 20.333,04 51.473,80 6.422,52 89.385,76 Sumber : Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Tahun 2018

Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018

Tabel 36. Luas Perambahan/Perladangan Kawasan Hutan Tahun 2018 (Ha).

No. Provinsi Fungsi Kawasan Hutan Jumlah

Kawasan

Sumber : Perum Perhutani Tahun 2018

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 90

f. Penebangan Ilegal

Penebangan ilegal tahun 2018 dianalisa berdasarkan data Perum Perhutani seluas 1,48 Ha seperti Tabel 37. Data diperoleh dari Perum Perhutani berupa volume kayu hasil penangkapan penebangan liar dan diperhitungkan dengan potensi rata-rata untuk memperoleh luas. Penebangan liar (ilegal) tidak tergambarkan potensi dan nilai, dikarenakan terlalu kecil.

Tabel 37. Penebangan liar (ilegal) pada Kawasan Hutan Tahun 2018 (Ha).

No. Provinsi Fungsi Kawasan Hutan Jumlah

Kawasan

Sumber : Analisa data Perum Perhutani Tahun 2018

g. Kebakaran Hutan

Indikasi kebakaran lahan pada tahun 2018 seluas 526.869,06 Ha terdiri dari kebakaran pada kawasan hutan seluas 290.579,98 Ha dan diluar kawasan hutan (APL) seluas 238.686,76 Ha. Pada penyusunan NSDH, hanya kebakaran pada kawasan hutan yang dianalisis, yaitu seluas 290.579,98 Ha yang terdiri dari Kawasan Konservasi seluas 78.863,68 Ha, HL seluas 37.189,91 Ha, HPT seluas 33.289,78 Ha, HP seluas 77.416,56 Ha dan HPK seluas 63.820,05 Ha, seperti pada Tabel 38. Kebakaran Hutan menjadikan potensi dan nilai berkurang, terdiri dari :

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebesar 1,54 juta M3 dengan nilai Rp. 0,58 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm sebesar 0,88 juta M3 dengan nilai Rp. 0,33 trilyun.

- Total estimasi nilai hilang atau berkurang hanya dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm sebesar Rp. 581 milyar.

Estimasi kerugian yang lain seperti keanekaragaman hayati, ekosistem, kualitas udara atau lainnya belum bisa tergambarkan.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 91

h. Revisi Data Penutupan Lahan

Revisi data merupakan perubahan berdasarkan perbandingan hasil rekalkulasi penutupan lahan tahun 2017 dan 2018 setelah diperhitungkan dengan perubahan penutupan lahan di atas (point a s/d g), sehingga penutupan lahan akhir selaras dengan hasil rekalkulasi penutupan lahan tahun 2018. Perubahan tersebut berupa penambahan hutan primer seluas 740.698,05 Ha, pengurangan hutan sekunder seluas 955.960,74 Ha, pengurangan hutan tanaman seluas 227.479,21 Ha dan penambahan tidak berhutan seluas 442.741,90 Ha, seperti pada Tabel 7 dan Tabel 29 di atas.

Revisi Data Penutupan Lahan menjadikan potensi dan nilai menjadi berubah, terdiri dari :

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 20 cm berkurang sebesar 9,10 juta M3. Namun walaupun potensinya berkurang tetapi nilai ekonominya bertambah, karena pada penutupan hutan tanaman terdapat pengurangan potensi yang cukup besar sementara harga kayu dari hutan tanaman lebih rendah dibandingkan dari hutan alam, sehingga secara keseluruhan nilai ekonominya bertambah yaitu sebesar Rp.2,68 trilyun.

- Potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm berkurang sebesar 32,13 juta M3 dengan nilai berkurang Rp.5,83 trilyun.

- Total estimasi perubahan nilai ekonomi digunakan pendekatan dari potensi kayu semua jenis diameter ≥ 50 cm yaitu terjadi pengurangan sebesar Rp.5,83 trilyun.

Penambahan hutan primer seluas 740.698,05 Ha kemungkinan disebabkan dari berubahnya hutan sekunder menjadi hutan primer (suksesi).

Pengurangan hutan sekunder seluas 955.960,74 Ha kemungkinan berubah menjadi hutan primer serta non hutan, pengurangan hutan tanaman seluas 227.479,21 Ha dikarenakan penebangan lebih luas dari penanaman dan penambahan tidak berhutan seluas 442.741,90 Ha dikarenakan perubahan dari hutan tanaman (tebang habis) serta hutan sekunder berubah menjadi tidak berhutan.

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 92

Tabel 38. Kebakaran Hutan pada Kawasan Hutan Tahun 2018 (Ha).

No. Provinsi Fungsi Kawasan Hutan Jumlah

Kawasan Hutan APL Jumlah Total

16. Nusa Tenggara Timur 1.240,64 8.401,18 4.526,80 3.627,50 1.777,93 19.574,05 37.854,75 57.428,80 17. Kalimantan Barat 1.468,85 3.647,53 4.146,31 18.395,63 3.310,32 30.968,64 37.453,39 68.422,03 18. Kalimantan Tengah 2.974,29 16.162,78 97,58 15.442,33 4.698,96 39.375,94 8.056,62 47.432,56

19. Kalimantan Timur 4.129,48 0,00 66,14 3.113,92 0,00 7.309,54 20.583,67 27.893,21

20. Kalimantan Utara 0,00 0,00 155,13 12,06 0,00 167,19 460,53 627,72

21. Kalimantan Selatan 697,91 1.096,91 58,71 1.879,39 10.715,97 14.448,89 84.189,10 98.637,99

22. Sulawesi Utara 6,31 7,40 70,93 0,00 0,00 84,64 241,75 326,39

Jumlah Total 78.863,68 37.189,91 33.289,78 77.416,56 63.820,05 290.579,98 238.686,76 526.869,06

Keterangan : *) = Data di Areal Penggunaan Lainnya (APL) tidak masuk dalam analisis NSDH, tetapi data tersebut sebagai informasi kebakaran hutan diluar Kawasan Hutan Sumber : Sub Direktorat Pemantauan Sumber Daya Hutan, Direktorat IPSDH Ditjen PKLT

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 93

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Data luas kawasan hutan dan perairan pada awal tahun 2018 seluas 125.922.475,73 Ha (sesuai kawasan hutan dan perairan tiap provinsi), dengan luas daratan seluas 120.390.159,73 Ha dan perairan seluas 5.532.316,00 Ha (konservasi perairan). Dalam penyusunan NSDH yang dipergunakan adalah luas daratan dengan luas 120.390.159,73 Ha sebagai data awal penyusunan NSDH Nasional Tahun 2018.

Saldo awal NSDH Nasional Tahun 2018 ditetapkan berdasarkan data awal (120.390.159,73 Ha) dengan memperhitungkan perubahan luas kawasan hutan mulai dari terbitnya keputusan kawasan hutan tiap provinsi sampai dengan awal 2018. Perubahan dimaksud berkurang seluas 1.045.454.39 Ha, terdiri dari : a. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan berupa Kawasan Konservasi (KSA+KPA+TB)

yaitu bertambah seluas 88.471,34 Ha, Hutan Lindung (HL) berkurang seluas 181.538,54 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) berkurang seluas 52.250,72 Ha, Hutan Produksi tetap (HP) bertambah seluas 147.421,21 Ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) berkurang seluas 9.777,29 Ha.

Perubahan fungsi kawasan hutan mengubah luas total kawasan hutan, berkurang seluas 7.674,00 Ha dikarenakan ada perubahan menjadi Areal Penggunaan Lainnya (APL).

b. Pelepasan Kawasan Hutan seluas 1.067.594,26 Ha pada fungsi kawasan HPK.

c. Tukar Menukar Kawasan Hutan menjadikan luas kawasan hutan bertambah seluas 5.273,85 Ha, terdiri dari areal yang ditukar seluas 16.700,01 Ha dan areal pengganti seluas 21.973,86 Ha.

d. Kompensasi pinjam pakai seluas 559,82 Ha.

e. Pencabutan pelepasan kawasan hutan seluas 23.980,20 Ha.

Dari proses di atas diperoleh luas Saldo Awal NSDH Nasional Tahun 2018 seluas 119.344.705,34 Ha, sama dengan Saldo Akhir NSDH Nasional Tahun 2017.

2. Dalam NSDH Nasional Tahun 2018, Saldo Awal luas kawasan hutan Indonesia 119.344.705,34 Ha terdapat perubahan (pengurangan) seluas 81.181,11 Ha,

Neraca Sumber Daya Hutan Nasional Tahun 2018

Tahun Anggaran 2019 94

sehingga Saldo Akhir luas kawasan hutan menjadi 119.263.524,23 Ha.

Perubahan luas kawasan hutan disebabkan:

a. Perubahan fungsi kawasan hutan pada kawasan konservasi bertambah seluas 6.514,95 Ha, HL berkurang seluas 6.917,95 Ha, HPT berkurang seluas 301,00 Ha dan HP bertambah seluas 102,00 Ha yang berada di Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi

a. Perubahan fungsi kawasan hutan pada kawasan konservasi bertambah seluas 6.514,95 Ha, HL berkurang seluas 6.917,95 Ha, HPT berkurang seluas 301,00 Ha dan HP bertambah seluas 102,00 Ha yang berada di Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi

Dokumen terkait