• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Indikator Pembelajaran

2) Praktikalitas (Siswa)

Peneliti melakukan penilaian praktikalitas berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa pada saat uji coba kelompok kecil. Siswa sebanyak 9 orang diminta untuk menggunakan modul secara mandiri dan peneliti mengamati setiap aktivitas awal siswa ketika menggunakan modul berbasis augmented reality.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan yakni siswa mampu menggunakan modul dari awal sampai evaluasi belajar dengan mengikuti petunjuk pengguanaan

yang terdapat didalam modul berbasis augmented reality, serta siswa terlihat antusias dalam pengoperasian augmented reality yakni melihat visualisasi yang muncul dari berbagai sudut pandang dengan memanfaatkan fitur yang tersedia di aplikasi assemblr tersebut seperti zoom in, zoom out, memutar objek yang muncul.

Setelah menggunakan modul, peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan dapat diketahui bahwa siswa bisa menggunakan modul dengan baik dan mudah, namun terkadang aplikasi yang dijalankan terkeluar sendiri atau tidak dapat dijalankan.

Adapun beberapa aspek yang dinilai pada angket praktikalitas oleh siswa ini yaitu aspek kemudahan penggunaan, efektivitas waktu pembelajaran, dan manfaat. Pemberian angket untuk mendapatkan praktikalitas dari siswa dilakukan dua kali yakni pada uji coba kelompok kecil dan pada uji coba lapangan. Dari hasil pengisian angket praktikalitas modul berbasis augmented reality oleh 9 orang siswa pada uji coba kelompok kecil diperoleh hasil 84,26% dengan kategori sangat praktis. Berdasarkan uji coba kelompok kecil modul berbasis augmented reality menyajikan materi bangun ruang sisi datar dengan cara yang berbeda dan menarik yaitu dengan warna yang menarik dan cerah serta penggunaan teknologi augmented reality yang belum pernah siswa ketahui dan gunakan dalam pembelajaran sebelumnya sehingga membuat siswa lebih tertarik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bagus P, Buchori, and Aini (2018) bahwa media berbasis android menggunakan augmented reality terbukti sebagai cara yang menarik bagi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Teknologi baru ini memungkinkan belajar berpusat pada siswa dan membuat peluang untuk berkolaborasi yang menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi.

digunakan baik saat berada disekolah maupun digunakan secara mandiri dirumah serta materi yang disajikan dalam modul mudah untuk dipahami karena bahasa yang digunakan singkat, jelas, dan padat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilhamsyah, Sudarti, and Bektiarso (2022) bahwa modul berbasis augmented reality praktis digunakan siswa untuk belajar secara mandiri. Menurut Setyandaru, Wahyuni, and Putra (2017) bahwa modul memilki ukuran A4 yang lebih mudah dan tipis untuk dibawa sehingga modul bisa digunakan kapan saja dan dimana saja. Penggunaan teknologi augmented reality membantu siswa untuk dapat melihat visualisasi bangun ruang sisi datar menjadi lebih nyata sehingga dapat membantu siswa memahami materi dan meningkatkan kemampuan spasial siswa.

Berdasarkan pembahasan diatas maka modul berbasis augmented reality sesuai dengan aspek kepraktisan yang diadaptasi dari (Amini & Oktarisma, 2021) dinyatakan sangat praktis dari hasil yang diperoleh dan teori yang digunakan.

Selain itu kepraktisan juga dapat dilihat dari aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa selama penggunaan modul berbasis augmented reality.

Adapun observasi aktivitas mengajar guru dan observasi aktivitas belajar siswa dilakukan selama 4 kali pertemuan. Untuk melihat keefektifan dari tes hasil belajar mengacu pada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku dikelas VIII MTs Negeri 8 Muaro Jambi yaitu 69 dan untuk melihat peningkatan kemampuan spasial siswa mengacu pada kategori perhitungan nilai N-Gain berada pada kategori tinggi dan kategori sedang. Adapun hasil observasi aktivitas mengajar guru dan

observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama masing-masing memperoleh hasil persentase keefektifan sebesar 88,54% dan 75,00%, pada pertemuan kedua hasil observasi mengajar guru dan aktivitas belajar siswa masing-masing sebesar 89,58% dan 79,19%. Sebelum memulai pembelajaran, peneliti memberikan soal pre-test serta diperoleh rata-rata nilai pre-test sebesar 14,89. Pada pertemuan pertama dengan sub materi kubus, siswa terlihat sangat antusias menggunakan modul berbasis augmented reality dalam proses pembelajaran karena siswa baru pertama kalinya mengenal serta menggunakan teknologi augmented reality, siswa mengamati dan mengidentifikasi visualisasi yang muncul dan mengikuti instruksi yang tertulis dalam modul berbasis augmented reality.

Pada pertemuan kedua dengan sub materi balok, siswa mulai menunjukkan rasa ingin belajar yang tinggi dan juga siswa mulai terbiasa dalam memindai Marker yang ada didalam modul dengan menggunakan smartphone dan melihat visualisasi yang muncul, siswa mengamati dan mengidentifikasi visualisasi yang muncul dan mengikuti instruksi yang tertulis dalam modul berbasis augmented reality.

Selanjutnya pertemuan ketiga dengan sub materi prisma, siswa kembali belajar secara berkelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dalam mengungkapkan secara lisan mengenai kesimpulan dari apa yang diidentifikasi pada visualisasi augmented reality serta kemampuan spasial siswa terlihat semakin terasah. Adapun hasil observasi aktivitas mengajar guru dan observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga ini masing-masing memperoleh persentase keefektifan sebesar 89,29% dan 79,29%.

Pada pertemuan keempat dengan sub materi limas, pembelajaran yang dilakukan juga menggunakan sistem kelompok. Siswa terlihat semakin aktif dalam

mengajar guru dan observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan keempat ini diperoleh hasil persentase keefektifan sebesar 88,54% dan 85,83%. Setelah menggunakan modul berbasis augmented reality, siswa diberikan soal post-test sebanyak 10 soal pilihan ganda yang disertai dengan alasan siswa untuk setiap pilihan jawaban yang dipilih. Pemberian soal post-test ini dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan modul berbasis augmented reality untuk materi bangun ruang sisi datar dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa. Adapun nilai rata-rata yang diperoleh pada saat post-test yaitu sebesar 77,81.

Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru dan observasi aktivitas belajar siswa selama 4 kali pertemuan masing-masing diperoleh persentase keefektifan sebesar 88,98% dan 79,82%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul berbasis augmented reality yang digunakan selama proses pembelajaran termasuk kategori efektif. Selain itu, siswa juga menunjukkan bahwa kemampuan spasial yang semakin terasah, hal ini sejalan dengan pernyataan (Nienke Nieveen et al., 1999) keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud.

Dokumen terkait