• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan

F. DIVRE I Medan

1. Prasaran Perkeretaapian Barang DIVRE I Medan

a. Jalan Rel

Dengan memperhatikan tipe rel di DIVRE I Medan masih terdapat tipe rel 25, tipe rel 33, tipe rel 41/42 maka sebaiknya tipe rel tersebut diganti dengan tipe R 54 bahkan tipe rel 60. Hal ini dimaksudkan agar kapasitas daya tahan rel lebih mapan untuk menahan beban barang yang lebih besar. Dengan demikian sebagian angkutan barang melalui jalan raya lintas Sumatera akan dapat secara bertahap dialihkan melalui angkutan Kereta Api Barang. Sekarang ini kondisi jalan raya lintas Sumatera sudah mulai padat bahkan terjadi kemacetan di beberapa titik. Dari sepanjang jalan rel kereta api 474,065 Km Divre I Medan, di antaranya tipe rel 25 sepanjang 80,95 Km, tipe rel 33 sepanjang 115,042 Km, dan tipe rel 41/42 sepanjang 233,528 Km serta tipe rel 54 sepanjang 33,070 Km.

Tipe R 25, R 33 dan R 41/42, diperkirakan tidak mampu lagi menahan beban yang lebih berat, karena tekanan gandar yang makin besar, goncangan, gaya vertikal, lateral dan longitudinal. Apabila muatan barang dialihkan dari angkutan jalan ke angkutan KA barang sebesar 373.580 ton/tahun, maka tipe rel R 25, R 33 dan R 41/42 sebaiknya perlu diganti dengan tipe rel R 54. Dari klasifikasi rel yang ada di Indonesia, R Tipe R 54 rel yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Tipe R 25, R 33 dan R 41/42. Oleh karena itu tipe R 54 ini dapat

Executive Summary Report II- 62 digunakan diseluruh lintasan di DAOP dan DIVRE untuk keseragaman rel, meskipun pelaksanaannya dan secara bertahap diganti menjadi tipe rel R 60. Secara keseluruhan, panjang rel kereta api pada DIVRE I Medan terdapat panjang rel keseluruhan 502,03 km, terdiri dari type R25 sepanjang 80,95 km, type R33 sepanjang 115,042 km, type R41/42 sepanjang 233,528 km, type R54 sepanjang 33,070 km. Kondisi rel semua semua berada dalam kondisi baik diantaranya tipe R 54 adalah paling dominan. Melihat karakteristik tipe rel yang ada di DIVRE I Medan maka beberapa strategi yang bisa ditempuh untuk dapat menambah kapasitas prasarana jaringan kereta api khususnya rel maka perlu dilakukan beberapa skenario, yaitu dengan prioritas pertama adalah pergantian tipe rel 25 sepanjang 80,95 km dan tipe rel 33 sepanjang 115,042 km dan tipe rel 41/42 sepanjang 233,528 km sehingga total keseluruhan panjang rel yang perlu diganti dalam rangka mengantisipasi pengalihan sebagian angkutan barang dari jalan raya ke angkutan barang kereta api sepanjang 429,52 km.

b. Bantalan Rel

Pada DIVRE I Medan terdapat bantalan yang beraneka ragam, dimana bantalan kayu terdapat sepanjang 120,39 km dan bantalan beton sepanjang 381,640 km. Artinya bantalan sudah lebih dominan bantalan yang terbuat dari beton. Berdasarkan data panjang rel untuk lintas operasi, yang menggunakan bantalan beton adalah sepanjang 391,646 km, dengan jarak antar bantalan beton 60 cm, dan

ini adalah sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk

keselamatan,keamanan,dan kenyamanan dalam buku Peraturan Dinas 10 PT KAI (Persero). Sementara bantalan kayu sepanjang 82,418 km dan bantalan besi sepanjang 391,646 km.

Dalam rangka pengalihan angkutan barang melalui jalan raya Lintas Sumatera untuk jenis

BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan – Pamatang siantar dan dari Rantau - Prapat maka diperlukan pergantian bantalan kayu sepanjang 82,418 km menjadi bantalan beton. Hal ini dimaksudkan untuk memperkokoh jalan rel sebagai lintasan angkutan kereta api barang. Dengan pergantian tipe bantalan kayu menjadi beton diharapkan beban jalan pantura Jakarta – Surabaya yang sampai saat ini kurang mampu lagi menampung angkutan barang truk. Dibeberapa titik jalan Lintas Sumatera telah menunjukan adanya kemacetan pada jam-jam tertentu yang pada hakekatnya menggangu kelancaran arus lalu lintas barang Jawa-Sumatera. Sesuai dengan teori seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keunggulan bantalan beton adalah sebagai berikut:

1) Stabilitas baik karena berat sendiri satu balok bantalan mencapai 160 – 200 kg, sehingga tahanan terhadap gaya vertikal, longitudinal dan lateral menjadi lebih baik.

2) Kereta api dengan tonase berat dan kecepatan tinggi lebih sesuai menggunakan bantalan beton

3) Umur konstruksi lebih panjang. 4) Biaya pemeliharaan yang rendah

5) Pengendalian mutu bahan lebih mudah.

6) Bentuk dan proses pembuatannya bebas dan relatif mudah pembuatannya. 7) Komponen-komponennya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis lainnya.

Executive Summary Report II- 63 Pada DIVRE I Medan terdapat penambat elastik terdapat 381,64 km sedangkan penambat kaku mencapai 120,41km. Sekarang ini kedua jenis penambat tersebut berada dalam kondisi yang baik. Artinya, penambat rel elastic sudah dominan dibandingkan dengan penambat kaku. Dalam rangka mengantisifasi peningkatan kapasitas angkutan KA barang, sebaiknya menggunakan penambat elastic, karena memmiliki keunggulan;

Penambat kaku yang akan digantikan menjadi penambat elastik terdapat di lintas Binjai – Stabat sepanjang 22,42 km, Stabat – Tg Slamet sepanjang 10,33 km, Tg Slamet – Tanjung Pura sepanjang 13,70 km, Tg Pura – Pangkalan Brandan sepanjang 19,45 km ,Pangkalan Brandan – Besitan sepanjang 14,90 km, lintas emplasemen stasiun sepanjang 33,11 km dan di Dipo Balaiyasa sepanjang 6,37 km. Perbedaan jenis penambat ini praktis telah berpengaruh pada kecepatan kereta api. Dengan penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik dampak positifnya telah mampu digunakan pada semua kelas jalan rel, kecuali jalan rel kelas lima (5). Di lain pihak pemeliharaannya juga menjadi ringan. Penambat elastik pada dasarnya telah mampu mengeliminasi gaya lateral akibat pergerakan dinamis roda yang bergerak diatas rel.

Alternatif lain sebagai salah satu skenario pilihan adalah menggunakan penambat elastik ganda. Karena penggunaan penambat elastik ganda telah mampu meredam getaran yaitu mengurangi pengaruh getaran pada rel terhadap bantalan. Selain meredam getaran, juga mampu menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi dan juga mampu memberikan perlawanan rangkak (creep resistence). Penggantian penambat kaku menjadi penambat elastik ganda adalah agar mampu menahan beban yang besar untuk angkutan barang kereta api. Penggunaan penambat elastik tunggal maupun elastik ganda sangat relevan terhadap penggunaan tipe rel 54 dan bantalan yang terbuat dari beton.

d. Sebidang tanah untuk tumpukan rel

Pada DIVRE I Medan untuk tumpuan di sepanjang rel KA untuk spoor tunggal lurus 6 m, lengkung 8 m. Untuk spoor ganda spoor raya lurus 8 m, lengkung 10 m. Berkaitan dengan pengalihan barang dari jalan lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang maka tubuh jalan rel perlu dipertahankan kondisinya melalui pemeliharaan dengan pematusan (suatu kegiatan pengambilan air dari tubuh jalan dan tergenang air) .

e. Jembatan

Pada DIVRE I Medan terdapat jembatan besi atau baja sepanjang 2,91 km, sementara jembatan beton terdapat 0,24 km dengan kondisi yang baik. Berkaitan dengan peningkatan beban di lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari konstruksi baja/ besi menjadi konstruksi beton. Pergantian tersebut tentunya dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas yang perlu diganti pada setiap lintas.

Dengan adanya pengalihan angkutan barang melalui jalan Lintas Sumatera jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO dari Pulubrayan – Pamatang siantar

Executive Summary Report II- 64 dan dari Rantau - Prapat ke angkutan barang kereta api maka salah satu alternatif strategi yang dapat ditempuh adalah mengantisipasi prasarana yang mampu menahan beban yang relatif besar. Salah satu prasarana angkutan kereta api barang yang memiliki kontribusi besar untuk menjamin arus lalu lintas barang melalui jalan kereta api adalah menggantikan secara berkala konstruksi yang terbuat dari baja/besi menjadi konstruksi yang terbuat dari beton. Dengan demikian pergantian konstruksi baja atau besi menjadi beton adalah senada dengan kemampuan rel tipe 54 dan bantalan yang terbuat dari beton berikut penambat yang terbuat dari elastik ganda.

f. Gorong-gorong (box culvert)

Pada DIVRE I Medan Gorong-gorong beton terdapat 712 unit dengan kondisi baik dan semuanya terbuat dari beton. Sementara terbuat dari kayu tidak ada lagi. Artinya, gorong-gorong yang ada sudah mampu menahan beban yang relative berat. Daya tahan gorong-gorong yang terbuat dari beton sangat relevan dan/atau saling komplementer terhadap tipe rel R 54, bantalan yang terbuat dari beton dan penambat elastik ganda serta jembatan yang memiliki konstruksi beton. Jika jalan kereta api barang memiliki rel R 54, bantalan terbuat dari beton dan penambat terbuat dari elastik ganda, jembatan konstruksinya terbuat dari beton serta gorong-gorong terbuat dari beton, maka dapat diyakinkan pengalihan barang jenis BBM dari Labuan – Kisaran , untuk CPO Pulubrayan – Pamatang siantar dan Rantau - Prapat akan dapat terjamin lebih lancar.

g. Terowongan

Tidak ada terowongan pada DIVRE I Medan, karena itu lalu lintas angkutan KA Barang tidak mengalami hambatan dari segi Terowongan.

h. Perlintasan sebidang

Pada Divre I Medan , perlintasan sebidang manual terdapat 254 unit dengan lebar rata-rata 4-5 m dengan pintu pengaman besi atau kayu. Di antara sebidang perlintasan tersebut, di antaranya sebidang manual terdapat 254 unit dengan lebar rata-rata 4 s/d 5 m, dan dengan pintu pengaman besi/kayu. Sedangkan perlintasan sebidang otomatis sebanyak 96 unit. Perlintasan sebidang manual diupayakan menjadi perlintasan sebidang otomatis dengan menyediakan dana tambahan. Pada perlintasan sebidang terdapat daerah pandangan yang memadai, daerah pandangan berupa segitiga pandangan. Jarak pandang bebas bagi masinis 500 m dan bagi pengemudi minimal 150 m.

Perlintasan sebidang otomatis sebanyak 96 unit dengan pintu pengaman mekanik. Sementara perlintasan sebidang manual masih terdapat sebanyak 254 unit dengan pintu pengaman besi/kayu. Kondisi semacam ini dikhawatirkan akan membahayakan pada keselamatan kendaraan yang sedang melintasi maupun terhadap kereta api barang yang memiliki muatan relatif banyak dan frekuensi lalu lintas yang semakin tinggi. Untuk mengantisipasi angkutan kereta api barang yang memiliki muatan lebih besar maka sebaiknya perlintasan sebidang manual sejumlah 254 unit diganti menjadi persinyalan otomatis. Hal ini disebabkan karena perlintasan sebidang manual masih dianggap rawan karena masih menggunakan kayu/besi sebagai pintu pengaman.

Executive Summary Report II- 65 Pada DIVRE I Medan terdapat lima puluh (50) stasiun kereta api. Di antara stasiun tersebut stasiun Medan, stasiun Belawan, stasiun Kisaran, stasiun Rantauprapat adalah termasuk stasiun kelas besar. Kelima puluh (50) stasiun tersebut memiliki spoor yang relatif berbeda, tetapi kondisi stasiun secara keseluruhan berada dalam kondisi yang baik.

Kelancaran angkutan kereta api barang dari stasiun pemberangkatan ke stasiun tujuan sangat dipengaruhi beberapa faktor dan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah jumlah spoor pada setiap stasiun. Semakin banyak jumlah spoor di stasiun, maka arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang ke stasiun akan semakin lancar. Berdasarkan informasi dari pimpinan stasiun Medan, selama ini belum ada hambatan arus lalu lintas masuk kestasiun tersebut. Hal ini disebabkan karena jumlah spoor di stasiun Medan terdapat tujuh (7) spoor. Karena itu untuk mengantisipasi pergerakan barang melalui angkutan kereta api sebaiknya distasiun antara memiliki jumlah spoor sebanyak lima (5). Jumlah spoor pada masing-masing stasiun antara diharapkan akan mampu menjamin arus lalu lintas keluar masuk kereta api barang, Sementara distasiun antara hanya sebagai lalu lintas angkutan kereta api barang dan bongkar muat barang. Karena itulah jumlah spoor sebanyak enam (7) sudah memadai. Sekarang ini dibeberapa stasiun antara sudah ada memiliki tujuh belas (5) spoor yaitu distasiun antara Tebingtinggi dan Rantau prapatl lima (5) spoor, tetapi diantara lima puluh (50) stasiun pada DIVRE I Medan kebanyakan stasiun hanya mempunyai lima (5) spoor kebawah, sebaiknya stasiun antara yang memiliki lima (5) spoor kebawah ditambah menjadi (7) spoor.

j. Emplasemen/ Peron

Panjang peron merupakan salah satu indikator menjamin kelancaran arus lalu lintas kereta api barang. Semakin panjang peron maka akan memungkinkan beberapa kereta api barang bongkar muat sekaligus. Untuk itu untuk menjamin arus lalu lintas kereta api barang diharapkan peron semakin panjang,. Berdasarkan data dari lokasi studi untuk lintas Medan - Belawan peron yang paling panjang berada pada stasiun Lidahtanah sepanjang 845 m, pada lintas Medan – Tebing tinggi peron yang paling panjang berada pada stasiun Batangkuis sepanjang 660 m dan 660 m untuk stasiun Puluraja pada lintas Kisaran – Rantauprapat. Karena itu untuk mengantisipasi pengalihan barang lintas Sumatera sebaiknya panjang peron diusulkan minimal sama dengan stasiun Batangkuis dan Puluraja yaitu masing-masing sepanjang 660 m pada setiap stasiun antara. Sebaiknya masing-masing stasiun memiliki panjang peron relatif sama. Lebih jelasnya masing-masing stasiun yang berada dibawah 660 m dapat dilihat pada tabel sebelumnya.

Sebagai gambaran pada masing-masing stasiun berada pada kisaran 120 m (stasiun Pangkalanbrandan) – 587 m (stasiun Bandar tinggi). Untuk menjamin kelancaran lalu lintas kereta api barang sebaiknya panjang spoor ditetapkan masing-masing sepanjang 660 m, sehingga dengan demikian dalam waktu yang bersamaan dapat beberapa angkutan kereta api barang untuk muat bongkar barang.

Executive Summary Report II- 66 Pada DIVRE I Medan, saat ini rumah sinyal terdapat di beberapa stasiun lintas kereta api. Rumah sinyal yang ada rumah sinyal elektrik, dimana pengendalian dilakukan di dalam stasiun, oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Pada stasiun-stasiun tertentu seperti halnya di stasiun Belawan, stasiun Lubukpakam, stasiun Tebing tinggi, stasiun Perlanaan, stasiun Sebaijangkar, stasiun Kisaran, stasiun Membangmuda, stasiun Situngir, stasiun Padang Halaban, stasiun Rantau prapat, stasiun Dologmlangir, stasiun Pamatang siantar, dan stasiun Binjai. Berkaitan dengan peningkatan frekuensi dan jumlah angkutan kereta api barang, sebagai akibat adanya upaya pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang, maka rumah sinyal tetap dipertahankan pada stasiun besar namun perangkatnya yang ada pada setiap stasiun antara seharusnya sudah elektrik.

l. Gardu Listrik/ Catu Daya Listrik

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api barang akibat pengalihan barang dai jalan Pantura (Jakarta - Surabaya) sebaiknya gardu listrik yang ada dibeberapa stasiun besar dilengkapi dengan genset. Begitu juga halnya pada stasiun antara, selain menggunakan gardu listrik juga dilengkapi genset tersendiri. Hal ini sangat diperlukan, bilamana sewaktu-waktu arus listrik adari PLN mengalami pemadaman maka secara otomatis genset yang ada dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjamin kelancaran operasional kereta api barang.

m. Persinyalan

Jenis sinyal yang ada di DIVRE I Medan hanya jenias mekanik dan terdapat di 50 stasiun. Artinya, dari segi persinyalan, angkutan KA barang yang memiliki beban berat tidak lagi mengalami permasalahan dari segi persinyalan.

n. Wesel

Pada DIVRE I Medan jumlah wesel yang terdapat pada jenis rel R 54 sebanyak 6 unit, sedangkan untuk 41/42 sebanyak 83 unit, 33 sebanyak 30 unit dan R-25, sebanyak 191 unit, dari keseluruhan jumlah wesel yang ada di DIVRE I Medan sebanyak 310 unit dari berbagai tipe semuanya masih dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik. Berkaitan dengan pengalihan barang lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang maka, sebaiknya menggunakan wesel dengan tipe Rel 54. Hal ini adalah seiring dengan adanya upaya menggunakan rel tipe R-54 dalam meningkatkan operasional kereta api barang

o. Telekomunikasi

Di wilayah DIVRE I Medan terdapat beberapa jenis alat telekomunikasi yang terdiri dari; jaringan radio, jaringan traindispatching, dan perangkat Telkom. Jumlah telekomunikasi di DIVRE I seluruhnya terdapat 35 unit dan berada dalam kondisi baik. Artinya, dari segi komunikasi tidak ada permasalahan, bilamana frekuensi KA barang ditingkatkan.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang

Executive Summary Report II- 67 maka sebaiknya setiap jenis telekomunikasi yang terdiri dari a) Jaringan radio, b) Jaringan Traindispatcing, c) Perangkat telkom harus dilengkapi pada setiap stasiun besar maupun stasiun antara. Hal ini disebabkan karena fungsi telekomunikasi sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya memiliki peranan yang cukup besar untuk menjamin kelancaran, keamanan dan keselamatan operasional kereta api barang. Di lain pihak untuk menjamin kehandalan para aparat pengguna telekomunikasi juga disiapkan peralatan perekam pembicaraan antara pengendali dengan awak kereta api serta petugas stasiun untuk kepentingan pengoperasian dan penelusuran bila mana terjadi kecelakaan.

p. Akses Jalan

Di wilayah DIVRE I Medan terdapat stasiun sebanyak 50 unit. Semua stasiun tersebut memiliki akses dan berada dalam kondisi baik. Namun untuk mengantisifasi perkembangan angkutan KA barang dan pelayanan pada stasiun antara, maka diperlukan pelebaran jalan sehingga lalu lintas truk angkutan barang lebih lancar.

q. Gudang barang

Di wilayah DIVRE I Medan terdapat gudang sebanyak 6 unit dan berada dalam kondisi baik. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang maka gudang barang perlu ditingkatkan baik dari segi kapasitas maupun peralatan yang ada dalam gudang.

r. Lapangan Penumpukan

Pada DIVRE I Medan tidak ada lapangan penumpukan kecuali stasiun Pulubraian dan Kisaran. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang maka, lapangan penumpukan sangat diperlukan pada setiap stasiun antara.

s. Tempat bongkar muat barang

Di wilayah DIVRE I Medan yang memiliki tempat bongkar muat barang terdapat di lima (6) stasiun, yaitu : stasiun Rantauprapat, stasiun Dologmarangir, stasiun Belawan, stasiun Pamatang siantar, stasiun Kisaraan dan stasiun Pulubraian. Proses pembongkaran barang dilakukan secara langsung dari kereta api menggunakan forklift langsung dibawa ke gudang penyimpanan. Tempat bongkar muat tersebut dalam kondisi baik dan aktif.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang, maka tempat bongkar muat barang distasiun perlu ditingkatkan ukuran dan kapasitasnya, menambah alat bongkar muat, ada jalan akses dengan ukuran dan konstruksi jalan yang baik, ada atap, lantai beton ada fasilitas untuk kendaraan masuk dan keluar, lampu penerangan, ada menara pengawas dan

Executive Summary Report II- 68 tenaga pengawas yang cukup. Selain dari kelima stasiun yang telah diuraikan untuk stasiun antara lainnya yang potensial dalam hal pemuatan dan pembongkaran barang harus dibuat tempat bongkar muat juga dengan harapan bisa melayani semua kereta api barang.

t. Langsiran gerbong barang

Di wilayah DIVRE I Medan untuk stasiun Medan, stasiun Belawan, stasiun Pulubraian, stasiunLabuan kegiatan langsir sudah menggunakan lokomotif khusus jenis BB 302 dan 306. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur Lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang, maka perlu penambahan jalur parkir barang untuk menampung 20 unit gerbong, ditambah 1 unit ditambah lagi 1 unit Cabous (tempat petugas), bila ada penambahan pelangsiran perlu penambahan wesel dan penambahan jumlah spoor sepanjang ± 350 m s/d 400 m.

.

u. Parkir kendaraan angkutan barang

Pada DIVRE I Medan di stasiun Belawan mampu menampung kendaraan jenis truk satu sumbu lebih kurang 15 truk. Begitu juga halnya di stasiun Medan juga terdapat tempat parkir kendaraan angkutan barang yang mampu menampung kurang lebih 10 truk. Di stasiun Rantauprapat mempunyai kapasitas muat kurang lebih 25 truk tangki muatan CPO, stasiun Dologmarangir mempunyai kapasitas muat kurang lebih 20 truk tangki muatan CPO, stasiun Pulubraian mempunyai kapasitas muat kurang lebih 20 truk tangki muatan latex dan stasiun Kisaraan mempunyai kapasitas muat kurang lebih 30 truk tangki muatan latex. Dengan adanya peningkatan angkutan barang melalui KA barang, sebaiknya tempat parkir sebaiknya dikembangkan.

v. Crane

Di wilayah DIVRE I Medan alat bongkar muat barang (Crane) belum ada, karena itu perlu pengadaan dalam rangka meningkatkan pelayanan bongkar muat barang.

w. Jembatan timbang

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang, maka perlu adanya pengadaan timbangan barang distasiun dengan spesifikasi sesuai kebutuhan dan kondisi berat volume barang pada saat dimuat dengan kereta api barang dan setiap selesai penimbangan harus ada struk sebagai bukti hasil penimbangan.

x. Security/ Keamanan

Pada wilayah DIVRE I Medan, petugas keamanan yang berjumlah 85 orang dan ditempatkan masing-masing stasiun dengan jumlah yang beragam di enam (6) emplasemen stasiun yaitu pada stasiun Medan 24 orang, stasiun Belawan sebanyak 20 orang, stasiun Rantauprapat sebanyak 16 orang, stasiun Dolog

Executive Summary Report II- 69 merangir sebanyak 10 orang, stasiun Pulubrayan sebanyak 15 orang dan stasiun kisaraan sebanyak 10 orang. Dari 85 orang mempunyai latar belakangan pendidikan bermacam-macam dari SD, SMP, SMA, S1, Kesamaptaan, Beladiri dan Polri, untuk waktu bertugas dibagi menjadi 3 shiff yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari.Untuk meningkatkan keamanan, diperlukan peningkatn kualitas dan kuantitas sesuai dengan volume aktivitas bongkar muat barang.

y. Gapeka

Di wilayah DIVRE I Medan perjalanan kereta api mengacu ke GAPEKA yang masih berlaku. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang, maka sebagai instrumen pengaturan perjalanan kereta api harus dibuat lebih cermat karena selain untuk kelancaran operasi, juga dalam rangka keselamatan angkutan kereta api.

z. Tempat muat barang curah dan batubara

Berdasarkan pemantauan pada DIVRE I Medan, bahwa di DIVRE ini tidak ada tempat muat barang jenis curah dan batu bara tetapi hanya tempat muat jenis CPO, BBM dan Latex. Berkenaan dengan itu, dalam rangka peningkatan kapasitas angkutan kereta api barang, sebagai akibat pengalihan barang dari jalur lintas Sumatera ke angkutan kereta api barang, maka harus diupayakan juga pelayanan muat barang jenis curah. Selain itu juga pemuatan/ pembongkaran

Dokumen terkait