• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pre conference dan Post conference a. Definisi Pre dan Post Conference

Dalam dokumen BAB I-VI Laporan MPKP Jiwa (Halaman 88-97)

BAB IV ANALISA DATA

MANAGEMENT APPROACH 1.Perencanaan a. Wawancara

A. KESENJANGAN TEORI

1. Pre conference dan Post conference a. Definisi Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :

1) Pre Conference

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).

Waktu : setelah operan

Tempat : Meja masing – masing tim Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim

Kegiatan :

a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara

b) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat pelaksana

c) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

d) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement e) Ketua tim atau Pj tim menutup acara

2) Post Conference

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006).

Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya. Tempat : Meja masing – masing tim.

Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim Kegiatan :

a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

b) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.

c) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya. d) Ketua tim atau Pj menutup acara.

b. Tujuan Pre dan Post Conference

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962).

Pre dan Post Conference juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

1) Tujuan pre conference adalah:

a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan

c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

2) Tujuan post conference adalah:

Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

1) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan

2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan

4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

d. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).

1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.

2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.

3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi : a) Keadaan klien

b) Keluhan klien c) TTV

d) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru. e) Masalah keperawatan

f) Rencana keperawatan hari ini. g) Perubahan keadaan terapi medis. h) Rencana medis.

4) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :

a) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.

b) Ketepatan pemberian infuse.

c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan. d) Ketepatan pemberian obat / injeksi.

e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain, f) Ketepatan dokumentasi.

5) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

6) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.

7) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan ketika melakukan pre conference

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 0%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pre-conference masih kurang maksimal. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain:

1) Menyiapkan tempat untuk pre coference

2) Menjelaskan tujuan dilakukan post

conference

3) Memandu pelaksanaan pre conference

4) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakan

5) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan

6) Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya, menyimpulkan hasil pre conference.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 0%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan post-conference masih kurang maksimal. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain:

1) Menyiapkan tempat

untuk post coference

2) Menjelaskan tujuan

dilakukan post conference,

3) Menerima penjelasan

dari PA tentang hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan

4) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah,

5) Menyimpulkan hasil

post conference, mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga shift berikutnya (melakukan ronde keperawatan).

2. Pendelegasian

a. Definisi Pendelegasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi tetap berjalan. Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.

Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.

1) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya antara lain adalah :

a) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu

b) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif

c) Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. 2) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil

ruang MPKP berhalangan hadir, sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang berhalangan.

b. Prinsip Pendelegasian

Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah :

1) Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian 2) Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang

berkompetemen dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya

3) Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan tertulis

4) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi

5) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya

c. Mekanisme Pendelegasian

1) Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang.

2) Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim.

3) Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.

d. Panduan Pendelegasian

Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut: 1) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan

2) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas

3) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan 4) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa

tujuaanya

5) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas

6) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang terjadi 7) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai

Kesenjangan data dengan teori

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 83%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendelegasian di ruang Shinta sudah cukup baik. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain:

1) Pembuatan rencana tugas yang perlu dituntaskan, 2) Adanya evaluasi kinerja setelah tugas selesai

3) Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian.

Dalam dokumen BAB I-VI Laporan MPKP Jiwa (Halaman 88-97)