• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI

5. Preferensi Konsumen

Mutu hedonik dari dendeng dengan proses pengeringan di bawah sinar matahari langsung, di dalam oven, dan di dalam alat pengering memiliki beberapa perbedaan. Parameter-parameter yang menunjukkan tingkat perbedaan yang cukup besar adalah warna, kekerasan, dan aroma.

Dendeng jantung pisang yang dikeringkan dengan alat pengering tipe ERK memiliki warna yang lebih cerah dibanding dengan yang dikeringkan dengan dua cara lain terutama yang dikeringkan dengan oven.. Ketebalan dendeng yang dikeringkan dengan alat pengering tipe ERK tidak jauh berkurang karena penguapannya berlangsung secara perlahan. Aroma

dendeng tetap kuat dan tidak bercampur dengan bau asap karena ruang pengering tertutup. Tingkat kekerasannya sedang. Dendeng tidak terlalu alot dan tidak terlalu renyah. Ini mempermudah proses penggorengan dan menjadikan dendeng yang dikeringkan dengan metode ini sangat mirip dengan dendeng daging pada umumnya.

Pengeringan di bawah matahari langsung menyebabkan penguapan berlangsung dengan cepat sehingga dendeng kering cenderung tipis dan mudah patah, terutama setelah digoreng. Berbeda. Warna dendeng kering coklat gelap, lebih gelap daripada dendeng yang dikeringkan dengan alat pengering. Terkadang aroma dendeng bercampur dengan bau-bauan lain karena dendeng dijemur di tempat terbuka.

Dendeng yang dikeringkan dengan oven berwarna kehitaman, namun berwarna cerah di bagian dalam. Dendeng cenderung lembek dan mudah digigit. Karena oven yang digunakan merupakan oven kompor, aroma dendeng sering tercampur dengan bau asap.

Untuk menguji tingkat kesukaan konsumen terhadap dendeng jantung pisang dengan proses pengeringan yang berbeda, dilakukan uji hedonik terhadap sejumlah sampel. Karena batas bawah jumlah responden untuk uji hedonik mengenai preferensi konsumen adalah 30 orang, maka responden yang dipilih sebanyak 31 orang. Pengujian dilakukan untuk tiga parameter mutu, yaitu warna, kekerasan, dan aroma dengan tiga macam perlakuan pengeringan. Perlakuan yang dilakukan adalah pengeringan dengan oven, pengeringan dengan alat pengering tipe ERK, dan pengeringan di bawah sinar matahari langsung.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 12. Berdasarkan hasil Kruskal-Wallis Test (Lampiran 13), ketiga perlakuan tidak berpengaruh bagi preferensi konsumen yang ditunjukkan dengan nilai kepercayaan kurang dari 95%. Pengujian dilakukan tanpa memberitahukan perbedaan perlakuan yang dilakukan. Keadaan aktual yang terjadi di lapangan memberikan hasil yang berbeda (Lampiran 14). Konsumen lebih memilih dendeng yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering tipe ERK karena lebih unggul dalam penggunaan teknologi.

C. ANALISIS FINANSIAL

Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan terhadap keuangan perusahaan secara keseluruhan untuk menentukan keputusan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan keuntungan yang bias didapatkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Dalam melakukan analisis finansial, terdapat beberapa parameter dasar yang digunakan sebagai landasan bagi perkiraan biaya investasi. Beberapa parameter dasar tersebut dianalisis terlebih dahulu dalam analisis terhadap aspek-aspek yang lain. Parameter tersebut meliputi kapasitas produksi, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi harga-harga.

Analisis dilakukan terhadap 2 skenario proyek yang berbeda. Dalam skenario yang pertama, alat pengering termasuk ke dalam komponen biaya investasi yang didapatkan melalui kredit bank. Lahan dan bangunan juga dimasukkan ke dalam komponen biaya investasi (modal tetap) namun dianggap sebagai hasil pembelian dengan modal pribadi, bukan pinjaman dari bank. Skenario kedua disesuaikan dengan keadaan aktual dimana alat pengering merupakan hibah. Lahan dan bangunan tidak termasuk ke dalam komponen biaya investasi karena proses produksi dilakukan di rumah pemilik perusahaan.

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan sebagai parameter dasar dalam analisis ini adalah:

a) Harga produk berdasarkan harga kemasan 75 gram, yaitu Rp 4.000,-/pack. b) Umur proyek selama 10 tahun.

c) Tingkat suku bunga sebesar 17.5% (Bank Jabar, per 1 Maret 2006).

d) Harga-harga yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan survey pada bulan Februari hingga Mei 2006.

e) Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dengan nilai sisa alat (alat pengering) sebesar 10% dari harga awal.

f) Hari kerja per tahun adalah 275 hari. g) Discount rate (dr) sebesar 10.75%.

h) Pajak penghasilan untuk pendapatan < Rp 50.000.000,-/tahun sebesar 10%, dihitung berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No. 17 tahun 2000.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun industri dendeng jantung pisang. Biaya investasi dalam pendirian industri ini terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap adalah semua biaya yang diperlukan dari tahap pra investasi hingga pabrik siap beroperasi. Modal tetap skenario ke-1 industri ini meliputi biaya pembelian mesin-mesin dan peralatan serta fasilitas penunjang. Pengadaan lahan dan pendirian bangunan tidak dimasukkan ke dalam modal tetap karena Modal tetap yang digunakan untuk mendirikan industri ini adalah Rp 99.252.500,- dengan komposisi biaya seperti terdapat pada Tabel 8. Komposisi modal secara lengkap disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 8. Komponen modal tetap skenario proyek ke-1

Komponen Nilai

1 Fasilitas Penunjang Rp 5.150.000,- 2 Mesin dan Peralatan Rp 34.815.000,-

Total Rp 39.965.000,-

Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dendeng jantung pisang pada waktu beroperasi pertama kali. Modal kerja terdiri dari biaya promosi/pemasaran, administrasi dan telepon, pemeliharaan, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya kemasan, biaya alat pengering, dan transportasi/distribusi produk).

Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya operasional pabrik karena modal kerja akan digunakan untuk pembiayaan awal sampai pabrik bisa memproduksi. Produk tidak boleh disimpan terlalu lama agar mutunya tidak berkurang. Untuk itu, diasumsikan selama dua bulan produksi berjalan semua produk yang dihasilkan habis terjual sehingga biaya minimum yang diperlukan pada saat awal pabrik beroperasi setara dengan dua bulan biaya operasional. Hal itu berarti bahwa pada bulan berikutnya biaya produksi sudah mampu ditutupi dari biaya penerimaan penjualan. Komposisi modal kerja untuk skenario ke-1 industri dendenga jantung pisang ditunjukkan oleh Tabel 9.

Tabel 9. Komponen modal kerja skenario proyek ke-1

Komponen Nilai

Pemeliharaan Rp 1.166.000,-

Adminsitrasi dan telepon Rp 2.683.333,-

Promosi/pemasaran Rp 3.061.200,-

Bahan baku Rp 23.158.400,-

Kemasan Rp 6.386.800,-

Tenaga kerja Rp 19.529.867,-

Biaya operasi alat pengering Rp 153.333,- Transportasi&distribusi produk Rp 4.198.989,-

Total modal kerja Rp 60.337.923,-

Biaya investasi yang diperlukan oleh industri dendeng jantung pisang berasal dari modal sendiri dan kredit perbankan. Pinjaman dari perbankan terdiri atas kredit modal tetap dan kredit modal kerja. Modal tetap yang dimaksud dalam skenario ke-1 adalah alat pengering ERK sedangkan pada skenario ke-2 pinjaman dilakukan hanya untuk menambah modal kerja.

Jumlah keseluruhan modal skenario ke-1 adalah Rp 100.302.922,70. Debt to Equity Ratio (DER) kredit skenario ke-1 adalah 30.9 : 69.1 yaitu 30.9% berasal dari modal pinjaman bank atau senilai Rp 31.000.000,- berupa pinjaman untuk alat pengering dan tambahan modal kerja. 69.1% dari modal berasal dari dana sendiri. Jumlah keseluruhan modal skenario ke- 2 sebesar Rp 74.302.922,67. Perusahaan melakukan pinjaman kepada bank pada tahun ke-0 sebesar Rp 5.000.000,- sebagai tambahan modal kerja. Dengan begitu, DER-nya adalah 6.73 : 93.27. Besarnya tingkat suku bunga perbankan senilai 17.5% sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu tingkat suku bunga kredit Bank Jabar. Jangka waktu pengembalian modal adalah sesuai dengan umur proyek yaitu selama 10 tahun.

2. Analisis Biaya

Analisis biaya dilakukan untuk skenario ke-1, skenario ke-2 dan pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar matahari langsung. Dalam penghitungan biaya pokok produksi dendeng jantung pisang, komponen- komponen usaha harus dibagi ke dalam perhitungan Biaya Tetap (BT) dan

Biaya Tidak Tetap (BTT). Yang temasuk ke dalam komponen BT adalah biaya penyusutan dan beban listrik. Sedangkan komponen BTT adalah biaya pemeliharaan, pengolahan, transportasi, pengemasan, administrasi, promosi dan pemasaran, gaji pegawai, operasi alat pengering, dan biaya pengeringan manual. Perhitungan Biaya Pokok Produksi (BPP) ini menggunakan asumsi bahwa kapasitas pengeringan sesuai dengan kapasitas efektif, yaitu 175 kemasan per hari.

Dalam skenario ke-1, biaya penyusutan fasilitas penunjang dan peralatan produksi termasuk di antaranya biaya penyusutan alat pada tingkat suku bunga 17.5% berturut-turut adalah Rp 5.150.000,- dan Rp 43.067.630,- per tahunnya (Lampiran 7). Beban listrik selama setahun sebesar Rp 216.000,-. Dengan begitu, BT selama setahun adalah Rp 48.433.630,-.

Penggunaan biomassa untuk alat pengering dilakukan pada saat musim hujan saja. BTT skenario 1 adalah Rp 60.337.923,-/tahun. Setelah diakumulasi, biaya totalnya sebesar Rp 108.771.553,-/tahun. Setelah dibagi dengan kapasitas pengeringan, BPP adalah Rp 2.260,19/kemasan. Maksudnya adalah untuk menghasilkan tiap kemasan ukuran 75 gram, dibutuhkan uang sebesar Rp 2.260,19. Dengan harga per kemasan Rp 4.000,-, keuntungan yang didapat tiap penjualan 1 kemasan 75 gram adalah Rp 1.739,81.

Untuk skenario ke-2, nilai penyusutan alat pengering tidak dimasukkan. BPP sebesar Rp 1.731,74/kemasan. Keuntungan yang didapatkan dari penjualan tiap kemasan adalah Rp 2.268,26.

Biaya produksi dengan penjemuran langsung dibawah sinar matahari langsung tidak memasukkan nilai penyusutan alat, namun ada penambahan biaya penyewaan lahan pengeringan sebesar Rp 4.000.000,-/tahun. Dengan biaya total sejumlah Rp 64.184.589,7/tahun, maka BPP dengan penjemuran langsung di bawah sinar matahari langsung adalah Rp 1.811,67/kemasan. Keuntungan yang didapatkan dari tiap kemasan adalah Rp 2.185,15. Berdasarkan ketiga analisis yang dilakukan, proses produksi pada skenario ke-2 lebih menguntungkan dengan BPP lebih rendah. Pembandingan secara langsung ditunjukkan dalam Lampiran 9.

Tabel 11. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-2 industri dendeng jantung pisang CV Bianca

3. Aliran Kas

Aliran kas industri dendeng jantung pisang terdiri dari bagian pemasukan dan pengeluaran yang selisihnya dinamakan aliran kas bersih. Tabel aliran kas menunjukkan jumlah kas di awal dan di akhir tahun. Pemasukan dana pada tabel aliran kas terdiri dari pendapatan laba bersih dan nilai sisa. Tabel aliran kas industri dendeng jantung pisang skenario ke- 1 menunjukkan nilai kas sudah mulai positif sejak tahun kedua.

Tabel 10. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-1 industri dendeng jantung pisang CV. Bianca

thn Biaya sebelum pajak

Bunga

bank Pendapatan Pajak Laba bersih NPV

0 74302922.7 - - - -74302922.7 -74302922.7 1 75394442 - 67520650 - -7873792 -7109518.7 2 117444444.4 6027777.78 128000000 452777.78 4075000 3322309.92 3 165444444.4 6027777.78 192000000 2052777.78 18475000 13600448.9 4 165444444.4 6027777.78 192000000 2052777.78 18475000 12280315 5 165444444.4 6027777.78 193050000 2157777.78 19420000 11655490.4 6 165444444.4 6027777.78 192000000 2052777.78 18475000 10012027.6 7 165444444.4 6027777.78 192000000 2052777.78 18475000 9040205.5 8 165444444.4 6027777.78 192000000 2052777.78 18475000 8162713.77 9 165444444.4 6027777.78 192000000 2052777.78 18475000 7370396.18 10 165444444.4 6027777.78 195650000 2417777.78 21760000 7838293.87

Aliran kas kumulatif skenario ke-2 menunjukkan nilai positif pada tahun ke-2. Angsuran pinjaman mulai dilakukan setelah aliran kas bernilai positif. Proyeksi aliran kas industri dendeng jantung pisang skenario 1 dan skenario 2 ditunjukkan dalam Lampiran 10.

thn Biaya sebelum pajak

Bunga

bank Pendapatan Pajak Laba bersih NPV

0 74302922.7 - - - -74302922.7 -74302922.7 1 75394442 - 67520650 - -7873792 -7109518.74 2 115000000 875000 128000000 1212500 10912500 8896860.62 3 163000000 875000 192000000 2812500 25312500 18633903.23 4 163000000 875000 192000000 2812500 25312500 16825194.79 5 163000000 875000 193050000 2917500 26257500 15759219.32 6 163000000 875000 192000000 2812500 25312500 13717426.16 7 162000000 - 192000000 3000000 27000000 13211667.03 8 162000000 - 192000000 3000000 27000000 11929270.46 9 162000000 - 192000000 3000000 27000000 10771350.3

10 162000000 - 195650000 3365000 30285000 10909132.81 4. Kriteria Penilaian (kriteria investasi)

Penentuan kelayakan suatu proyek perencanaan pendirian industri diukur dengan kriteria yang disebut kriteria investasi. Kritera investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan industri dendeng jantung pisang dengan penggunaan alat pengering ERK adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost ratio (Net B/C Ratio).

a. Net Present Value

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value (nilai sekarang) benefit (keuntungan) dengan present value biaya. NPV industri dendeng jantung pisang skenario ke-1 dengan penggunaan alat pengering ERK pada dr 10.75% adalah sebesar Rp 1.869.759,70. Nilai ini menunjukkan bahwa laba bersih (net benefit) yang diterima selama 10 tahun mendatang jika diukur dengan nilai sekarang adalah sebesar Rp 1.869.759,70. Meskipun nilainya relative kecil, NPV menunjukkan nilai positif sehingga skenario ke-1 layak dijalankan.

NPV skenario ke-2 sebesar Rp 39.241.583,50. Nilai ini menunjukkan bahwa laba bersih yang diterima selama 10 tahun mendatang atau setelah proyek selesai jika diukur dengan nilai sekarang adalah Rp 39.241.583,50. Karena NPV bernilai positif, proyek dengan skenario ke-2 dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

b. Net Benefit-Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika Net B/C > 1. Nilai Net B/C untuk skenario ke-1 adalah sebesar 1.02. Karena memenuhi standar yang diharapkan, proyek dengan skenario ke-1 layak dilaksanakan. Namun karena selisihnya kecil, maka keuntungan yang didapatkan pun sedikit.

Net B/C pada skenario ke-2 adalah 1.48. Nilai ini menunjukkan bahwa perbandingan antara keuntungan dan biaya yang harus dikeluarkan adalah 1.48 yang berarti keuntungan lebih besar daripada

biaya yang harus dikeluarkan. Dengan begitu, proyek dengan skenario ke-2 layak untuk dilaksanakan. Keuntungan hampir mencapai separuh lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan selama proyek berlangsung.

c. Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) meupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol atau tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek. Nilai IRR untuk industri dendeng jantung pisang skenario ke-1 adalah 11.19%. Nilai ini sedikit lebih besar dari dr sebesar 10.75 sehingga skenario industri ke-1 layak untuk dijalankan. Nilai IRR untuk skenario ke-2 sebesar 19.25%. Karena nilai IRR lebih tinggi dari dr dan tingkat suku bunga yang berlaku, scenario proyek ke-2 layak dijalankan.

d. Pay Back Period

Pay back period (PBP) merupakan penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek. Berdasarkan hasil perhitungan PBP untuk skenario ke-1, proyek baru dapat mengembalikan modal dalam jangka waktu 9.76 tahun. Karena proyek dapat mengembalikan modal sebelum umur proyek berakhir, skenario proyek ke-1 dinyatakan layak.

Hasil perhitungan periode pengembalian skenario proyek ke-2 menunjukkan bahwa proyek bisa mengembalikan modal dalam jangka waktu 6.57 tahun atau 6 tahun 7 bulan. Hal ini berarti skenario proyek ke-2 layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek..

5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas hanya dilakukan terhadap skenario proyek ke-2. Berdasarkan hasil analisis terhadap kriteria-kriteria investasi seperti disajikan dalam Lampiran 11, dapat disimpulkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan. Pengkajian kelayakan industri ini masih perlu dilakukan

apabila terjadi perubahan pada beberapa parameternya seperti harga jual dan biaya operasional, khususnya yang berhubungan dengan operasional alat pengering. Hal ini dilakukan karena dalam melakukan investasi mungkin saja terdapat ketidakpastian dari kondisi yang dipresdiksi. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap dua parameter yaitu kenaikan harga bahan baku dan input (meliputi transportasi, kemasan, dan bahan bakar) dan penurunan harga jual dengan asumsi biaya yang lain tetap.

Dalam analisis sensitivitas ini, kenaikan harga bahan baku yang digunakan adalah 5 dan 6%. Penurunan harga jual sebesar 4 dan 5%. Pada nilai-nilai tersebut terjadi perubahan pada beberapa kriteria investasi seperti NPV, IRR, dan Net B/C. Perubahan-perubahan yang terjadi menentukan layak tidaknya proyek untuk dijalankan. Adapun perubahannya ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dan input serta penurunan harga A. Kenaikan harga bahan baku dan input

Nilai Kriteria Investasi 5% 6% NPV Rp 1.207.576,10 (-) Rp 6.399.225,30 IRR 11.12 8.63 Net B/C 1.01 0.92 PBP 9.85 10.82 B. Penurunan harga Nilai Kriteria Investasi 4% 5% NPV Rp 3.785.785,80 (-) Rp 5.078.163,50 IRR 11.88 9.09 Net B/C 1.05 0.94 PBP 9.55 10.65

Berdasarkan analisis sensitivitas pada nilai-nilai tersebut, dapat diketahui batas dari kelayakan proyek. kenaikan harga bahan baku > 5% dan penurunan harga jual > 4% akan berdampak pada aliran kas perusahaaan sehingga proyek menjadi tidak layak lagi untuk dilaksanakan.

Dokumen terkait