HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Presentase Ketertarikan Imago Lalat Buah pada Beberapa Limbah
Dari hasil persentase ketertarikan imago betina pada setiap perlakuan menunjukkan A3 lebih tinggi dibandikan perlakuan A1 (tahu), A2 (tempe), dan A4 (kulit jeruk) yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase imago betina yang tertarik pada beberapa limbah selama 6 hari Perlakuan Ketertarikan (%) Kelas Ketertarikan
Tingkat Kriteria
A1 (Tahu) 48.7 3 Cukup
A2 (Tempe) 52.0 3 Cukup
A3 (Kakao) 73.5 4 Tinggi
A4 (Kulit Jeruk) 53.8 3 Cukup
Persentase ketertarikan imago betina terbaik terdapat pada perlakuan A3 dengan tingkat 4 termasuk dalam kriteria tinggi dengan persentase sebesar 73.5% dan terendah pada A1 sebesar 48.7% termasuk dalam kriteria cukup dengan tingkat 3. Persentase ketertarikan ini dipengaruhi oleh kandungan senyawa volatil dari limbah kakao. Senyawa volatil mampu menarik lalat buah baik betina maupun jantan. Hal ini sesuai dengan literatur Pratama et al (2012) yang menyatakan bahwa limbah kakao mengandung senyawa berupa ammonia, etil-2-hidroksi propanoat, 7-dodesenil asetat, senyawa asetamida, 3,5 dietil-2-hidroksi-2-metil- dihidroksi-2-metil-5,6- dihidropiran, hidroksi metilfurfurol dan derivat-1-undekuna yang dapat menarik lalat buah.
Pada pengamatan di atas dapat dilihat bahwa perlakuan kulit jeruk memiliki kriteria yang sama dengan limbah tempe dan limbah tahu, hanya persentase yang berbeda. Hal ini karena kulit jeruk, tahu dan tempe memiliki
Indriyanti (2011) yang menyatakan bahwa limbah tahu dan tempe memiliki 40-60% kandungan protein dan kulit jeruk 40%.
Dari hasil persentase ketertarikan imago jantan pada setiap perlakuan menunjukkan A2 (tempe) lebih tinggi dibandingkan perlakuan A1 (tahu), A3 (kakao) dan A4 (kulit jeruk) yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase imago jantan yang tertarik pada beberapa limbah selama 6 hari Perlakuan Ketertarikan (%) Kelas Ketertarikan
Tingkat Kriteria
A1 (Tahu) 58.2% 3 Cukup
A2 (Tempe) 82.5% 5 Sangat Tinggi
A3 (Kakao) 81.3% 5 Sangat Tinggi
A4 (Kulit Jeruk) 29.2% 2 Sedang
Dari pengamatan yang dilakukan, perlakuan terbaik ada pada A2 dengan tingkat kelas 5 yang termasuk dalam kriteria tinggi dan pesentase sebesar 82.5% dan persentase terendah adalah A4 dengan tingkat kelas 2 yang termasuk dalam kriteria sedang dan presentase sebesar 29.2%. Pada lalat jantan tingkat kelas ketertarikan antara perlakuan A2 dan A3 sama-sama sangat tinggi, hanya presentase yang berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh prilaku lalat buah, lalat buah tertarik pada kedua atraktan (kakao dan kulit tempe) dikarenakan komposisi protein sebagai sumber makanan untuk mempertahankan hidup dan melakukan perkawinan. Hal ini sesuai dengan literatur Sookar et al (2006) menyatakan bahwa berbagai macam protein hidrolisat sudah digunakan untuk menangkap lalat buah baik jantan maupun betinanya. Protein hidrolisat dapat dibuat dari berbagai macam sumber protein dari putih telur, ragi tape, dan kedelai. Protein hidrolisat ini digunakan untuk sumber makanan lalat buah.
paling rendah pada perlakuan A4 dan imago betina memiliki persentase paling rendah pada perlakuan A1. Pada perlakuan A4 terlihat bahwa A4 lebih tinggi pada lalat betina dibandingkan pada lalat jantan. Hal ini karena imago betina pada umumnya lebih respon pada aroma jeruk dan warna jeruk dibanding dengan imago jantan. Lalat betina lebih respon terhadap aroma dan warna dapat dilihat pada akitivitas lalat betina dalam meletakkan telur. Hal ini sesuai dengan Kalie (2009) yang menyatakan bahwa aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh warna dan aroma dari buah. Lalat buah mendekati jeruk untuk meletakkan telur pada permukaan jeruk.
Berikut gambar imago yang tertarik pada setiap perlakuan secara berturut-turut yaitu perlakuan air (Gambar 6a), perlakuan tahu (Gambar 6b), perlakuan tempe (Gambar 6c), perlakuan kakao (Gambar 6d), dan perlakuan kulit jeruk (Gambar 6e).
Gambar a. Imago yang
terperangkap pada perlakuan air
Gambar b. Imago yang terperangkap pada perlakuan tahu
Gambar c. Imago yang
terperangkap pada perlakuan
Gambar d. Imago yang
terperangkap pada perlakuan kakao
Gambar 6. Imago lalat buah yang tertarik pada beberapa limbah 2. Jumlah Imago Lalat Buah yang Terperangkap pada Beberapa Limbah
Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan A3 (kakao) berbeda tidak nyata dengan A2 (tempe) tetapi berbeda nyata dengan A0 (air) , A1 (tahu) dan A4 (kulit jeruk) yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah imago betina yang tertarik pada limbah selama 6 hari (ekor)
Perlakuan Populasi Imago pada Hari ke- Rataan
1 2 3 4 5 6
A0 (Air) 0.75c 1.25b 1.00d 0.75b 0.75b 0.50 0.83c A1 (Tahu) 2.50b 1.50b 1.75cd 2.00b 1.50a 1.00 1.71b A2 (Tempe) 4.50a 4.00a 4.25ab 1.50b 0.75b 0.75 2.63ab A3 (Kakao) 3.50ab 4.75a 6.25a 4.25a 2.00a 1.25 3.67a A4 (Kulit Jeruk) 2.25b 2.25b 3.50bc 1.50b 1.75a 0.75 2.00b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan yang memberikan hasil tertinggi dalam menarik imago betina (Bactrocera sp.) adalah perlakuan limbah kakao dengan rataan sebesar 3.67 dan yang terendah pada perlakuan air dengan rataaan sebesar 0.83. Hal ini dikarenakan limbah kakao memiliki protein yang tinggi dan memiliki senyawa volatil yang menarik lalat buah sehingga lalat buah lebih tertarik pada limbah kakao dibanding limbah
Gambar e. Imago yang
terperangkap pada perlakuan kulit jeruk
tempe, tahu, limbah kulit jeruk dan air. Setiap perlakuan merupakan atraktan makan bagi lalat buah. Berdasarkan penelitian Indriyanti (2011) menyatakan bahwa limbah olahan kakao mengandung protein 12,98%, gula (1,17% gula reduksi dan sukrosa 0,12%), amonia 46,45 mg/100g dan enam senyawa volatil
kompleks yang bersifat atraktan yaitu ammonia, etil-2-hidroksi propanoat, 7-dodesenil asetat, senyawa asetamida, 3,5 dihidroksi-2-metil-5,6- dihidropiran,
hidroksi metilfurfurol dan derivat-1-undekuna.
Dari hasil sidik ragam jumlah lalat buah jantan pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan A3 (kakao) tidak berbeda nyata dengan A2 (tempe) dan A1 (tahu) tetapi berbeda nyata dengan A0 (air) dan A4 (kulit jeruk) yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah imago jantan yang tertarik pada limbah selama 6 hari (ekor)
Perlakuan Populasi Imago pada Hari ke- Rataan
1 2 3 4 5 6
A0 (Air) 0.25c 0.75c 0.25b 0.50b 0.25tn 0.00b 0.33b A1 (Tahu) 4.50a 2.00b 3.25a 0.50b 0.25tn 0.50b 1.83a A2 (Tempe) 1.75b 3.50ab 3.50a 1.75a 0.75tn 0.25b 1.92a A3 (Kakao) 2.25b 4.75a 2.50a 1.00ab 1.00tn 1.00a 2.08a A4 (Kulit Jeruk) 1.00c 0.75c 0.75b 0.75b 0.25tn 0.00b 0.58b Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test
Berdasarkan hasil pengamatan selama 6 hari menunjukkan bahwa rataan jumlah lalat buah jantan yang terperangkap tertinggi pada perlakuan A3 sebesar 2.08 dan terendah pada perlakuan A0 sebesar 0.33. Dari hasil ini diketahui bahwa lalat buah jantan juga tertarik pada limbah. Perlakuan A3 lebih efektif menarik lalat buah jantan dibanding perlakuan lainnya karena pulpa kakao mengandung senyawa yang bersifat atraktan dan mengandung glukosa sebagai sumber makanan lalat buah. Menurut Sulfiani (2014) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa limbah pulpa kakao bersifat atraktan pada lalat buah jantan dan betina. Selain mengandung senyawa volatil, pulpa kakao juga mengandung banyak glukosa, fruktosa, sukrosa dan asam sitrat yang dapat dijadikan sumber makanan lalat buah jantan dan betina.
Dari parameter jumlah yang terperangkap, lalat betina memiliki jumlah yang lebih tinggi dibanding lalat jantan. Total lalat betina yang terperangkap selama 6 hari pada semua perlakuan dan semua ulangan adalah sebesar 300 ekor, sementara pada lalat jantan sebanyak 162 ekor. Hal ini karena lalat betina pada umumnya membutuhkan protein lebih besar dibanding jantan. Hal ini sesuai dengan literatur Warthen (2002) yang menyatakan bahwa lalat buah betina membutuhkan protein hidrolisat dalam jumlah besar, hal ini berkaitan dengan perkembangan organ reproduksi dan pembentukan telur- telur yang fertil.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, jumlah lalat buah jantan dan lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan kelima dan keenam paling rendah. Penurunan jumlah lalat buah terperangkap terjadi pada semua perlakuan. Hal ini disebabkan banyaknya lalat buah baik jantan dan betina yang mengalami kematian pada hari kelima dan keenam. Kematian lalat buah karena siklus hidup imago lalat buah baik betina dan jantan yang singkat dimana imago dewasa memiliki siklus hidup + 6-9 hari. Hal ini sesuai dengan literatur Putra (2007) yang menyatakan bahwa siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 -20 hari. Lalat buah dewasa sudah siap untuk bereproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali dan siklus hidup imago dewasa + 6-9 hari.
3. Durasi Waktu Ketertarikan Imago Lalat Buah pada Beberapa Limbah