• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Prestasi belajar akuntansi

A. Deskripsi Teori/Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Akuntansi

a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

Memperoleh pendidikan disekolah bagi siswa dilakukan dengan belajar berbagai bidang ilmu pengetahuan. Belajar tersebut nantinya menimbulkan suatu perubahan dari diri siswa baik yang disengaja maupun tidak disengaja dengan adanya perubahan tingkah laku siswa.

Muhibbin Syah (1995 : 88) mengemukakan bahwa

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyeleng garaan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Sedangkan menurut Moh. Surya yang dikutip oleh Sri Rumini dkk (1995 : 59) mengemukakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”.

Dari kedua pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian belajar bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut untuk memperoleh tujuan pendidikan baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan keluarga dan interaksinya.

Pada hakikatnya belajar untuk mencapai sesuatu yang akhirnya mencapai suatu hasil yang dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar. Prestasi belajar dapat dinilai dengan matematis (angka) yang mencerminkan tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran tersebut digunakan untuk mendorong belajar siswa yang lebih baik dalam proses belajar mengajar selanjutnya.

Abd. Rahman Abror (1993 : 63), mengemukakan bahwa Pencapaian atau prestasi akademik para siswa sedikit banyak merupakan pencerminan atau pantulan dari belajar yang direncanakan, diarahkan, dan diharapkan, ini berarti bahwa belajar yang berupa itu mengandung ruang lingkup yang luas bagi kebudayaan dan pribadi.

Sedangkan Muhibbin Syah (1995 : 150) mengemukakan bahwa “pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”.

Sedangkan Andaruningsih (1999 : 7) mengemukakan bahwa Prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan tingkah laku setelah seseorang atau siswa melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa yang telah melaksanakan proses belajar akan mempunyai kemampuan baru yang secara kualitatif lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan sebelum belajar. Kemampuan baru tersebut diperoleh karena ada usaha, latihan dan pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dari teori-teori tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai prestasi belajar. Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan kemampuan belajar individu melalui berbagai perubahan tingkah laku yang diperoleh dari usaha-usaha, latihan dan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar akuntansi merupakan hasil belajar atau kompetensi akuntansi yang dicapai oleh siswa dengan kegiatan belajar secara efektif disekolah, dikelas khususnya setelah siswa atau individu mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru akuntansi untuk mencapai tujuan pengajaran akuntansi. Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan.

b. Faktor-faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi

Prestasi belajar sebagai akibat dari proses belajar mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa).

Abu Ahmadi dkk (1991 : 130) mengemukakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah Faktor internal adalah

1). Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya : penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang terdiri atas faktor intelektual yaitu faktor potensial berupa kecerdasan dan bakat, dan faktor kecakapan nyata berupa prestasi yang telah dimiliki. Sedangkan faktor non intelektual yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3). Faktor kematangan fisik maupun psikis. Faktor eksternal adalah

1). Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

2). Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4). Faktor lingkungan spiritual/keamanan.

Ngalim Purwanto (1996 : 107) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dalam meliputi faktor fisiologis ialah kondisi fisik dan panca indera. Faktor psikologis adalah minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya. Sedangkan faktor luar meliputi faktor lingkungan ialah faktor alam dan faktor sosial. Faktor instrumental adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, dan administrasi/ manajemen sekolah.

Sedangkan Sri Rumini dkk (1995 : 60) mengemukakan bahwa

Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar, dan faktor dari luar diri individu. Faktor yang dari dalam individu dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Yang termasuk faktor psikis antara lain : kognitif, afektif, psikomotorik, campuran, kepribadian, sedangkan yang termasuk faktor fisik antara lain kondisi indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf, dan organ-organ dalam tubuh. Faktor yang berasal dari luar diri individu dikelompokkan menjadi faktor lingkungan alam, faktor sosial ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana.

Uraian dari teori-teori tersebut yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dengan kompleksnya faktor-faktor tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

1). Faktor internal (dalam diri siswa) yaitu faktor fisiologis (penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya), faktor psikologis (kecerdasan, kecakapan, sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri).

2). Faktor eksternal (luar diri siswa) yaitu lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok, guru, metode mengajar, kurikulum, program, mata pelajaran, dan sarana dan prasarana.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut baik faktor internal maupun faktor eksternal dilakukan melalui pengalaman belajar mata pelajaran akuntansi.

2. Persepsi Terhadap Profesi Guru Akuntansi a. Pengertian Persepsi

Sebelum menjelaskan mengenai profesi guru maka akan dijelaskan tentang persepsi terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan. (KBBI, 1998 : 675). Sedangkan menurut Eny Zuhni yang dikutip oleh Rahmad Hadiyanto mengatakan :

Persepsi dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan, menyeleksi, mengawinkan, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi.

(Rahmad Hardiyanto, 1991 : 47).

Menurut Mujiyah yang dikutip oleh Subandiyah bahwa persepsi merupakan proses yang dipelajari melalui interaksi dengan sekitar. Persepsi timbul secara perlahan-lahan sejak kecil dan seterusnya melalui interaksi dengan manusia lain. Pada hakekatnya persepsi merupakan proses pengenalan seseorang di dalam memahami informasi melalui proses belajar dengan jalan membanding-bandingkan pengalaman masa lalu dengan kenyataan sekarang. Hal ini akan dijadikan pertimbangan untuk memilih alternatif yang dipandang tepat dalam menentukan keputusan dan sekaligus menentukan prilaku. Dengan kata lain, persepsi

merupakan proses mendasar untuk mengenal, memahami serta menginterprestasi lingkungan yang seterusnya dapat mempengaruhi prilaku seseorang tentang apa yang dipersepsikannya (Subandiyah, 1990 : 16).

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa persepsi seseorang akan tumbuh dan berkembang karena pengaruh interaksi belajar. Melalui belajar seseorang akan membandingkan pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang dihadapi. Hal ini dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih alternatif yang dipandang tepat dalam menentukan keputusan dan sekaligus menentukan tindakan serta prilaku yang memungkinkan untuk bertindak. Persepsi dapat digambarkan sebagai aktivitas psikologis dalam bentuk interprestasi terhadap stimulus yang berbentuk sebagai pengindraan sensorik, mengetahui, memikirkan seleksi terhadap alternatif dan membuat pertimbangan. (Moh Amien dkk. 1985 : 9 – 10).

Dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu :

a. Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap ransangan dari luar intensitas dan jenisnya dapat banyak dan sedikit.

b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti penting bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan sebagainya. Dan interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang diterimanya yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

c. Interpretasi dan reaksi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. (M. Muhandar Solaeman, 1992 : 16).

Dari pendapat diatas dapat dikatakan, persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor luar (stimulus) dan faktor dalam (personal). Kedua faktor itu secara bersama-sama akan menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang diamati. Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin. Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan kepercayaan. (Depdikbud, 1981 : 26).

Dengan demikian dapat disimpulkan yang dimaksud persepsi adalah pendapat atau tanggapan terhadap stimulus yang didapat dengan melalui proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang ada dalam diri seseorang.

b. Profesi Guru

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1983 pasal 27 ayat 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud guru ialah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah. Guru merupakan faktor penting dalam terselenggaranya proses belajar mengajar di sekolah. Tanggung jawab guru tidak hanya di sekolah saja, tetapi tanggung jawab guru meliputi tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara.

Menurut Zanti Arbi, peran guru dalam pelajaran belum dapat digantikan oleh mesin pengajar, alat perekam, komputer dan lain-lain

yang diciptakan manusia karena alat-alat tersebut tidak dapat menggantikan peran guru berkenaan dengan unsur-unsur manusiawi seperti siap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan dan unsur-unsur lain yang ingin dicapai. (Zanti Arbi, 1991 : 129).

Tugas-tugas pokok guru :

1. Tugas profesional, yaitu sehubungan dengan profesinya yang meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih.

2. Tugas manusiawi, tugasnya sebagai manusia dalam hal ini guru bertugas mewujudkan dirinya ialah merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Melakukannya auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya dalam keseluruhan kemanusiaan. Guru berfungsi sebagai orang tua kedua dari siswanya.

3. Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan tugas warga negara. Dalam hal ini guru membimbing siswa agar menjadi warga negara yang baik, sesuai dengan Pancasila dan UUD 45 dan GBHN. Disini guru berfungsi sebagai pencipta masa depan dan pengarah kemajuan (Rochman Natawidjaja, 1984 : 105).

Sedang 10 kompetensi yang harus dimiliki guru : 1. Menguasai bahan.

2. Mengelola proses belajar mengajar. 3. Penggunaan media atau sumber belajar. 4. Pengelolaan kelas

5. Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar.

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.

9. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah

10.Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran (Mansur Pateda, 1990 : 120).

Profesi atau jabatan guru sebagai tenaga pengajar merupakan tanggung jawab moral yang berat. Guru dituntut dapat memberikan bekal kemampuan dasar kepada muridnya, sehingga mereka mampu

mengembangkan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia sehingga memiliki bekal baik pengetahuan maupun keterampilan (PP No. 28 1992).

Guru sebagai pendidik pada lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang besar, yaitu sebagai :

1. Alat dalam melestarikan nilai-nilai yang terpuji dalam masyarakat, nilai-nilai yang dikehendaki untuk dipertahankan. 2. Pengembangan nilai-nilai baru yang dianggap serasi oleh

masyarakat dalam menghadapi tantangan perkembangan ilmu, teknologi dan modernisasi.

3. Pembentukan tenaga pembangunan yang ahli dan trampil serta dapat meningkatkan produktivitas kualitas dan efisiensi kerja, merupakan jembatan masa kini dan masa akan datang karena pendidikan adalah kegiatan yang bersifat futuristik.

4. Pembentukan pribadi-pribadi yang memiliki kepercayaan diri, disiplin dan tanggung jawab, serta mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada mampu melaksanakan hubungan manusiawi dan menjadi warga negara yang baik (Sudiyono, 1988 : 6).

Sehubungan dengan empat fungsi diatas, guru sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengajaran disekolah, perlu merasa bahwa dirinya selalu dituntut rasa tanggung jawab akademis maupun tanggung jawab moral (Chomaidi dkk, 1982 : 6).

Willi Toisota dalam prasarannya pada lokakarya Dasa Warsa IKIP Yogyakarta seperti yang dikutip oleh Chomaidi mengemukakan bahwa guru-guru di Indonesia dalam menjalankan tugas mengajarnya akan berperan dalam tiga lingkungan, yaitu :

1. Lingkungan sekolah, peran yang diharapkan padanya adalah mengajar, karena ia berhubungan dengan muridnya. Dan sebagai administrator atau organisator pendidikan, karena ia berhubungan dengan rekan sejawat.

2. Lingkungan masyarakat, peran yang diharapkannya adalah sebagai inovator pendidikan tempat guru berhubungan dengan orang tua murid, dan peran sebagai pimpinan pembangunan masyarakat disekitarnya, tempat ia berhubungan dengan masyarakat pada umumnya.

3. Lingkungan masyarakat dunia, peran yang diharapkan padanya adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ketertiban dan perdamaian, karena guru merupakan bagian penduduk dunia (Willi Toisota dalam Chomaidi dkk, 1982 : 7).

Selanjutnya Willi menjelaskan supaya guru dalam menjalankan peran yang diharapkan dalam tiga lingkungan tersebut, kepadanya perlu diberi kompetensi yang sesuai dengan tugasnya yang meliputi (Chomaidi dkk, 1982:9):

1. Kompetensi mata pelajaran (subject matter competency). 2. Kompetensi kepemimpinan (leadership competency).

3. Kompetensi hubungan antar manusia (human relations competency).

Jadi profesi guru merupakan profesi yang menuntut tanggung jawab yang kompleks, baik terhadap tanggung jawab pendidikan, moral maupun tanggung jawab sosial. Mengingat betapa berat peranan guru, tugas guru dan persyaratannya untuk menjadi guru yang profesional maka seorang guru dituntut mempunyai kompetensi dan kemampuan sesuai tuntutan profesi.

Dokumen terkait