KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
Pemahaman tentang prestasi belajar dapat ditinjau dari prestasi dan belajar. Sedangkan masalah prestasi belajar itu sendiri selalu dipengaruhi oleh beberapa factor yang memerlukan pembahasan tersendiri. Oleh karena itu, pembahasan masalah prestasi belajar ini secara berturut-turut akan dibahas: pengertian prestasi, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, macam-macam prestasi belajar, dan cara mengukur prestasi belajar.
1. Pengertian Prestasi
Prestasi merupakan hasil yang didapat oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan. “Achievement (prestasi) adalah isi dari kapasitas seseorang, yang dimaksud di sini ialah hasil yang diperoleh seseorang
setelah mengikuti didikan atau latihan tertentu” (Pasaribu dan
Simanjutak, 2003: 82).
Dari ungkapan tersebut jelaslah bahwa prestasi akan terjadi, setelah adanya kegiatan tertentu. Selanjutnya diungkapkan bahwa
“prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai”
(Winkel, 2001: 15).
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai, melalui ketekunan yang dilakukan dan menghasilkan perubahan dalam mencapai hasil kerja dalam waktu tertentu.
2. Pengertian Belajar
Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar, yang mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
13
Perubahan itu bersifat secara dinamis dan membekas”, (Winkel, 2001:
36).
Lebih lanjut dinyatakn bahwa “belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman” (Wasty Soemanto, 2009: 99).
Pengertian belajar menurut Hilgard yang dikutip oleh
Nasution (2000: 35): “Learning is the prosess by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory on in the naturalenvironment) as distinguished from
changes by factors not attributable).” (Belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh factor-faktor yang tidak termasuk latihan), misalnya perubahan karena mabuk atau minuman ganja bukan termasuk hasil belajar.
Dari ketiga tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku melalui pengalaman atau latihan dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut n ilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya, tidak terjadi karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau perubahan karena obat-obatan. Kecuali itu perubahan tersebut relative bersifat lama atau permanen dan menetap.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu, (Sutratinah Tirtonagoro, 2009: 43).
14
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2000: 70).
Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Zainal Arifin (2000: 3) bahwa:
Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar Akhlak adalah hasil siswa setelah melakukan suatu proses belajar Akhlak.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat di golongkan dalam dua bagian yaitu faktor intern dan ekstern. Menurut Slameto, (1991: 56), sebagai berikut:
a. Faktor Intern adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor intern ini antara lain :
1) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah meliputi : a) Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat
15
lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah dan gangguan lainnya.
b) Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya juga akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.
2) Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor Psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah :
a) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi yang rendah.
b) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka akan timbulah kebosanan sehingga tidak suka lagi belajar.
c) Minat
Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang berminat untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.
d) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya, maka kemungkinan keberhasilannya akan lebih besar.
16 e) Motif
Dalam proses belajar haruslah di perhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan/menunjang belajar. f) Kematangan
Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang) jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan dalam belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
b. Faktor Ekstern.
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
1) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :
a) Cara Orang Tua Mendidik
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
b) Relasi Antara Anggota Keluarga
Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih saying, disertai dengan bimbingan orang tua dan bila perlu hukuman untuk mensukseskan belajar anak.
17 c) Suasana Rumah
Agar anak dapat belajar denganbaik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Didalam rumah yang selain anak kerasan / betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
d) Keadan Ekonomi Keluarga
Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah: a) Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pengajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. c) Relasi Guru dan Siswa
Dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga menyukai pelajarannya yang diberikan, sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
18
d) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan temen lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, atau diasingkan oleh kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.
e) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannnya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. f) Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula untuk menerima oleh siswa-siswi untuk menerima bahan yang diajarkan.
g) Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Jika siswa terpaksa masuk sore hari sebenarnya kurang baik. Pada waktu sore hari siswa harisnya beristirahat, tetapi termasuk masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran dengan / sambil ngantuk dan sebagainya.
h) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. i) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik siswa menuntut keadaan gedung harus memadai didalam setiap kelas.
19 j) Metode Belajar
Cara belajar yang tepat dan efektif akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Demikian juga dalam pembagian waktu untuk belajar.
k) Tugas Rumah
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak member tugas yang harus dikerjakan di rumah.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, dan teman bergaul.
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Siswa harus dapat membatasi kegiatannya dalam masyarakat agar belajarnya tidak terganggu.
b) Mess media
Mass media yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa, dibaliknya mass media yang jelek juga memberikan pengaruh yang jelek pada siswa. Maka perlulah siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
c) Teman bergaul
Agar dapat belajar dengan baik, maka perlulah di usahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik.
20 5. Macam-macam Prestasi Belajar
a. Prestasi Belajar Kognitif
Prestasi belajar ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut: 1) Prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan hafalan, sebagai terjemahan dari knowledge. Cakupan pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali. Seperti: batasan, peristilahan, pasal, hokum, bab, ayat, rumus dan sebagainya. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu dihafal, diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk menguasai atau menghafal misalnya becira berulang-ulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik). Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan ringkasan. 2) Prestasi belajar pemahaman (comprehention)
Hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makana atau arti dari suatu konsep, untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan anatara konsep dengan makna yang ada dalam konsep yang dipelajari.
3) Prestasi belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi sesuatu konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hokum dalam suatu persoalan dan sebagainya.
4) Prestasi belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai sesuatu integritas (kesatuan yang utuh), menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan
21
tipe pretstasi belajar sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman aplikasi. Kemampuan menalar pada hakikatnya merupakan unsure analisis, yang dapat memberikan kemampuan pada siswa untuk mengkreasi sesuatu yang baru, seperti: memecahkan, menguraikan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis dan sebagainya.
5) Prestasi Belajar Sintesis
Sintesis adalah hasil belajar, yang menekankan pada unsure kesangguapan menguraikan sesuatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Beberapa bentuk tingkah laku yang operasional biasanya tercermin dalam kata-kata: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkontruksi, mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan, menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.
6) Prestasi Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling paling tinggi dan terkandung semua tipe hasil belajar evaluasi, tekanannya pada pertimbangan mengenai nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya menggunakan kriteria tertentu.
b. Prestasi Belajar Afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila orang yang bersangkutan telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Prestasi belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru, dan biasanya dititik beratkan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe prestasi belajar yang afektif tampak pada siswa dalam
22
berbagai tingkah laku, seperti: atensi, perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain. Ada beberapa tingkatan bidang afektif, sebagai tujuan prestasi belajar antara lain adalah sebagai berikut:
1) Receiving/attending, yakni semacam kepekatan dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang di dalam diri siswa baik dalam bentuk masalah situasi gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan yang ada dari luar.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan kepada
seorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk: ketetapan reaksi, perasaan, kepuasan dapat menjawab stimulasi yang berasal dari luar.
3) Evaluing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengambilan pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai yang diterimanya.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu system prganisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan serta prioritas nilai yang dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ini adalah konsep tentang nilai, organisasi dari pada system nilai.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, hal ini merupakan keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
c. Prestasi Belajar Psikomotor
Prestasi belajar psikomotor tampak dalambentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan yang antara lain adalah:
23
1) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan konseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, hal ini mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang sangat kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursivo
komunikasi, seperti gerakan interpretative dan sebagainya. 6. Cara Mengukur Prestasi Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan
(1986: 26) menyebutkan “Tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes
diagnostik, tes formatif, tes summative.”
a. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa dengan melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan tersebut pada siswa dapat dilakukan perlakuan yang tepat.
b. Tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini diberikan sebagai usaha memperbaiki proses belajar.
c. Tes sumatif dapat digunakan pada ulangan umum atau biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Dari tes sumatif inilah prestasi belajar siswa diketahui. Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah dalam jenis yang di titik beratkan pada evaluasi belajar siswa di sekolah yang dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa tes ini dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, tes ini dapat berguna untuk mendeskripsikan
24
kemampuan belajar siswa, mengetahui tingkat keberhasilan PBM, menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan memeberikan pertanggung jawaban (accountability).
7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika sudah mencapai nilai KKM materi Akhlak yaitu sebesar 75 dan suatu kelas dikatakan
tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang
telah mencapai KKM materi Akhlak yaitu sebesar 75. B. Metode Make A Match
1. Pengertian Make a Match
Make a Match adalah suatu konsep yang dijadikan titik awal
dari sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan dengannya, (Edmund Bachman, 2005 : 50). Dan Make a
Match menurut Dahar (1996 : 79) adalah ”sekumpulan konsep-konsep
yang menyediakan skema-skema terorganisir untuk menentukan
hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori”. Selain itu Make
a Match adalah suatu model belajar yang dilandasi atas berbagai
konsep dengan asumsi bahwa lingkungan itu banyak ragam dan isinya dan kita sebagai manusia mampu membeda-bedakan objek-objek dengan aspek-aspeknya, (Mulyani Sumantri, 2002 : 41).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Make a
Match adalah suatu model belajar yang dilandasi atas berbagai
konsep dengan asumsi bahwa konsep-konsep itu menyediakan skema-skema terorganisir untuk menentukan obejek-objek hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
Dengan kata lain kita menentukan kategori dan membentuk konsep-konsep. Kategori ini memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek-objek dengan perbedaan yang nyata berdasarkan karakteristik umum, serta mengurangi kerumitan lingkungan. Dengan terlebih dahulu memahami konsep, kita dapat
25
mengantisipasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Proses berpikir ini disebut kategorisasi.
2. Dimensi Make a Match
Make a Match sebagai model pembelajaran yang menekankan
konsep dalam belajar. Make a Match dapat dijadikan sebagai dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang haruskan dilakukan siswa.
Menurut Flavel (1970) model pembelajaran Make a Match
mencakup tujuh dimensi konsep mencakup : atribut, struktur, keabstrakan, keinklusifan, generalitas/keumuman ketepatan dan kekuatan atau power. Dalam teori Ausubel (1968) individu memperoleh konsep melalui dua cara yakni melalui formasi dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah., karena proses pembentukan perkembangan konsep diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu.
Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif. Pembentukan konsep ini merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning) melalui proses diskriminatif abstraktif dan deferensiasi. Asimilasi konsep terjadi setelah anak bersekolah. Asimilasi konsep terjadi secara deduktif. Anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual.
Klausmeier dalam Dahar (1996 : 88) mengemukakan dalam
Make a Match terdapat 4 tingkatan pencapaian konsep, antara lain:
a. Tingkat konkret
Pencapaian konsep tingkat konkret ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. b. Tingkat identitas
Pada tingkatan identitas ini dapat terpenuhi apabila anak telah memiliki ciri-ciri yakni mengenal objek setelah selang waktu
26
tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap suatu objek, dan penentuan objek melalui panca indra.
c. Tingkat klasiplaksitori
Pada tingkat ini, anak sudah mampu mengenal persamaan dari suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama.
d. Tingkat formal
Pada tingkat ini anak harus sudah mampu membatasi suatu konsep, membedakannya, menentukan cirri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau menentukan contoh verbal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa dimensi Make a Match dalam mengembangkan konsep dilakukan berdasar tingkatan-tingkatan yakni: tingkat konkret, tingkat identitas, klasiplaksitori dan tingkatan formal. Dimensi inilah yang mampu membentuk pembelajaran konsep.
3. Strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam Make a Match Menurut Mulyani Sumantri (2002) pembelajaran konsep dalam
Make a Match dapat diidentifikasikan adanya tiga tugas berfikir
induktif, kemudian membangun tiga strategi pengajaran yang sesuai berurutan :
a. Pembentukan konsep
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan :
1) Mengidentifikasi data yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
2) Mengelompokkan data itu berdasarkan kesamaan.
3) Membentuk kategori-kategori dan label-label untuk kelompok-kelompok tersebut.
Strategi belajar konsep dimaksudkan untuk mendorong siswa memperoleh sistem konseptual dalam memproses informasi. Pada fase pertama ini mereka diminta untuk mengelompokkan data, suatu kegiatan yang menuntut mereka untuk mengubah atau
27
memperluas kemampuannya untuk mengolah informasi. Dengan kata lain, mereka harus membentuk konsep-konsep yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan terhadap informasi baru yang dapat digunakannya untuk melakukan pendekatan terhadap informasi baru yang dihadapinya.
b. Interprestasi Data
Strategi kedua ini dibangun berdasarkan operasi mental yang disebutnya sebagai interprestasi dan generalisasinya.
Tahap-tahap ini meliputi :
1) Mengidentifikasi butir-butir yang menuntut siswa untuk membedakan antara karakteristik-karakteristik dari data tertentu.
2) Menerangkan butir-butir yang telah diidentifikasi. Hal ini menurut siswa untuk menghubungkan butir-butir antara yang satu dengan yang lain dan menentukan hubungan sebab-akibat di antara data-data.
3) Melakukan generalisasi dari implikasi-implikasi yang terdapat di luar hubungan sebab akibat.
Strategi pembentukan konsep memiliki interprestasi data inipun dibimbing oleh pertanyaan-pertanyaan guru yang terarah. Pada pertanyaan-pertanyaan guru yang terarah.
Pada tahap yang pertama, pertanyaan-pertanyaan guru mengarah kepada siswa untuk mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dan data yang terpilih. Sedangkan pada tahap kedua, siswa diminta menjelaskan aspek-aspek yang sudah disebutkan tadi. c. Generalisasi
Pada tahap ketiga membuat generalisasi atau konklusi. Guru dapat bertanya kepada siswa tentang masalah-masalah yang bersifat umum.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran meliputi pembentukan konsep, interpretasi data, dan
28
generalisasi. Strategi pembelajaran konsep ini dilaksanakan secara