• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2017 - Test Repository"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK

MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN

TAHUN PELAJARAN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh NUR AZIZAH NIM 11113039

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK

MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN

TAHUN PELAJARAN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi SebagianTugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh NUR AZIZAH NIM 11113039

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Jadilah diri sendiri dan apabila diri sendiri bisa maka lakukanlah”

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK

MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE

MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2017

Penulis : NurAzizah

NIM : 11113039

Kata Kunci : Prestasi Belajar dan Metode make a match

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan atas dasar rendahnya prestasi belajar siswa. Dari data tes formatif diketahui dari jumlah siswa 34 hanya ada 14 siswa (41,18%) yang mendapat nilai sesuai batas ketuntasan minimal yaitu 75. Hal ini disebabkan oleh sikap siswa yang kurang minat dan respon pada saat pembelajaran akhlak tercela berlangsung. Penyebab lainnya dikarenakan sifat malas, kurang aktif, malu, kurang percaya diri dalam menuangkan ide sehingga penguasaan materi kurang dan model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik yaitu metode ceramah. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran make a match yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa kelas X Agama MAN Tengaran.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : apakah menggunakan model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar akhlak materi akhlak tercela siswa kelas X Agama MAN Tengaran ? Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode make a match

dapat meningkatkan prestasi belajar akhlak materi akhlak tercela pada siswa kelas X Agama di MAN Tengaran. Perlakuan tindakan dilaksanakan tiga siklus berkelanjutan. Data diolah secara deskriptif persentase ketercapaian ketuntasan belajar dan tingkat ketuntasan belajar klasikal.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas karunianya sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlanjtunkan untuk Rasulullah Muhammad yang menjadi sebaik-baiknya panutan. Peneliti menyadari jika skripsi ini jauh dari sempurna dan tanpa bantuan dari berbagai pihak tak kan mungkin terselesaikan dengan judul

“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2017.”

Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan dengan penuh keikhlasan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Badwan, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan nasihat dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

6. Segenap Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga.

(11)

xi

8. Ibu Nur Fathonah, S. Pd.I. selaku Guru Pamong mata pelajaran Akhlak yang telah membantu membimbing dan saran dalam proses penelitian sampai selesai.

9. Bapak Drs. Sarno, M. Pd. Selaku Guru MAN Tengaran yang telah membantu memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam penulisan sekripsi ini.

10.Dewan Guru MAN Tengaran yang telah membantu peneliti selama mengadakan penelitian.

11.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2013 dan semua teman-temanku yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat danmotivasi dalam penulisan skripsi ini. 12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu pelaksanaan penelitian ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharabkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

AmiinyaRobbal’aalamiin

Wassalamu’alaikumwr.wb.

Salatiga, 19 September 2017

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN... vii

NOTA DINAS ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. HipotesisTindakan dan Indikator Keberhasilan ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional... 5

G. Metode Penelitian... 6

1. Rencana penelitian ... 6

2. Tempat danWaktu ... 7

3. Subjek Penelitian ... 7

4. Langkah-Langkah ... 8

5. Pengumpulan Data ... 9

6. Instrumen Penelitian... 10

7. Analisis Data ... 10

(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar ... 12

1. Pengertian Prestasi ... 12

2. Pengertian Belajar ... 12

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 13

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 14

5. Macam-Macam Prestasi Belajar ... 20

6. Cara Mengukur Prestasi Belajar... 23

7. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ... 24

B. Metode Make A Match ... 24

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar mata Pelajaran Akhlak ... 30

4. Penerapan Metode Make A Match pada pembelajaran Akhlak kelas X Agama Materi Akhlak Tercela ... 31

5. Materi Akhlak Tercela ... 32

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Sekolah ... 39

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Tengaran ... 39

2. Identitas Sekolah ... 41

3. Letak Geografis ... 42

4. Visi dan Misi ... 42

5. Struktur Organisasi ... 43

(14)

xiv

7. Keadaan Sarana Prasarana ... 50

8. Aktifitas Pendidikan ... 51

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ... 55

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 56

a. Perencanaan... 56

b. Pelaksanaan Tindakan ... 57

c. Observasi ... 58

d. Refleksi ... 59

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 59

a. Perencanaan ... 59

b. Pelaksanaan Tindakan ... 60

c. Observasi ... 61

d. Refleksi ... 61

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 62

a. Perencanaan ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan ... 62

c. Observasi ... 64

d. Refleksi ... 64

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Struktur Organisasi MAN Tengaran ... 44

Tabel 3.2 Keadaan Guru MAN Tengaran ... 48

Tabel 3.3 Keadaan Siswa MAN Tengara ... 50

Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana MAN Tengara ... 51

Tabel 3.5 Program Kurikuler MAN Tengara ... 52

Tabel 3.6 Program Ekstra Kulikuler MAN Tengara ... 54

Tabel 4.1 Hasil Nilai Prestasi Belajar Siklus I ... 65

Tabel 4.2 Analisis Kemampuan Nilai Prestasi Belajar Siklus I ... 66

Tabel 4.3 Hasil Perilaku Positif Dan Negatif Siswa Siklus I ... 68

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 69

Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus I ... 70

Tabel 4.6 Hasil Nilai Prestasi Belajar Siklus II... 71

Tabel 4.7 Analisis Kemampuan Nilai Prestasi Belajar Siklus II ... 72

Tabel 4.8 Hasil Perilaku Positif Dan Negatif Siswa Siklus II... 74

Tabel 4.9 Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 75

Tabel 4.10 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 77

Tabel 4.11 Hasil Nilai Prestasi Belajar Siklus III ... 78

Tabel 4.12 Analisis Kemampuan Nilai Prestasi Belajar Siklus III ... 79

Tabel 4.13 Hasil Perilaku Positif Dan Negatif Siswa Siklus III ... 81

Tabel 4.14 Hasil Observasi Siswa Siklus III ... 83

Tabel 4.15 Hasil Observasi Guru Siklus III ... 84

(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Pencapaian Ketuntasan Belajar Siklus I ... 67

Grafik 4.2 Pencapaian Ketuntasan Belajar Siklus II ... 73

Grafik 4.3 Pencapaian Ketuntasan Belajar Siklus III... 81

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(18)

xviii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKHLAK

MATERI AKHLAK TERCELA MELALUI METODE MAKE A MATCH

PADA SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) TENGARAN

TAHUN PELAJARAN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh NUR AZIZAH NIM 11113039

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem mutu pendidikan. Subsistem yang pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah faktor guru. Di tangan guru hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni pembelajaran yang baik sekaligus bernilai sebagai pemberdayaan kemampuan dan kesanggupan peserta didik. Mutu pendidikan adalah bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas berlangsung dengan baik. (Kunandar, 2010: 48).

Penggunaan metode pembelajaran di setiap mata pelajaran sangat penting, karena tidak semua metode pembelajaran tepat untuk semua penyampaian, waktu, kondisi, dan bidang studi. Salah satu penentu dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode. Metode pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan pembelajaran sehingga pencapaian hasil pembelajaran dapat optimal. Tanpa metode suatu pesan pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke arah yang dicapai. Metode ceramah dalam pembelajaran Akhlak sering digunakan di setiap sekolah, hal ini mengakibatkan para siswa sulit untuk mengingat apa yang disampaikan oleh guru dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari. (http://www.sarjanaku.com/2013/04/pengertian-metode-pembelajaran-macam.html diakses pada tanggal 05 April 2017

pukul 13.16 WIB)

(20)

2

siap menghadapi berbagai macam tantangan. Untuk mencetak generasi yang diharapkan perlu adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan saat ini adalah Make a Match (mencari pasangan) yang dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran. (Miftahul Huda, 2014: 251).

Model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dan suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Metode pembelajaran merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu penyebab terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas para siswa lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas cenderung untuk dilupakan.

(21)

3

meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, dan bermasyarakat. Di samping itu, dengan adanya penerapan metode tersebut diharapkan siswa mampu mengikuti pembelajaran secara efektif dan menyenangkan.

Dalam pendidikan, keberhasilan seorang siswa dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai motivasi siswa untuk belajar lebih giat dan mendapat hasil yang lebih memuaskan; 2) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; 3) Prestasi belajar sebagai indikator proses belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas; dan 4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Berdasarkan fungsi prestasi belajar tersebut, maka fungsi prestasi belajar tersebut tidak hanya merupakan indikator keberhasilan peserta didik perorangan ataupun kelompok tetapi juga sebagai indikator keberhasilan suatu bidang tertentu dan indikator kualitas suatu institusi pendidikan, Menurut (Eko Putro Widoyoko, 2010: 36).

Setiap siswa pasti mengharapkan prestasi belajar yang baik, karena setiap orang pasti menginginkan prestasi belajar yang tinggi, baik siswa, guru, maupun orang tua. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut, siswa perlu mengikuti tes hasil belajar. Namun, tidak semua siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi, karena kemampuan setiap siswa itu berbeda-beda. Ada siswa yang mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi dan ada juga siswa yang prestasi belajarnya rendah.

(22)

4

Dari uraian diatas diharapkan metode Make A Match dapat meningkatkan pengetahuan dan prestasi siswa dalam Mata Pelajaran Akhlak khususnya dalam materi Akhlak Tercela dengan judul

“Peningkatan Prestasi Belajar Akhlak Materi Akhlak Tercela Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas X Agama Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tengaran Tahun Pelajaran 2017”.

B. Rumusan Masalah

Apakah metode Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar akhlak materi akhlak tercela pada siswa kelas X Agama di MAN Tengaran Tahun Pelajaran 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar akhlak materi akhlak tercela pada siswa kelas X Agama di MAN Tengaran Tahun Pelajaran 2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis adalah salah satu jawaban yang bersifat sementara yang terkumpul. (Ari Kunto, 2009: 67). hipotesis adalah tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi. (Mulyasa, 2011: 63). Dari kedua pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atas kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.

Dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut,

(23)

5 E. Manfaat Penelitian

Dari penulisan ini dihrapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi semua kalangan pendidik di lembaga sekolah pada umumnya. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan itu antara lain sebagai berikut 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mendapatkn pengetahuan baru tentang implementasi metode make a

match sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran Aqidah sebagai dasar penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Meningkatkan motifasi guru dalam memperbaiki strategi pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Dapat digunakan sebagai pembaharuan pendidikan di sekolah. d. Dapat digunakan untuk perbaikan strategi dalam proses belajar

mengajar F. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok, (Djamarah, 1994: 19).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, (Slameto, 1991: 2).

(24)

6

siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

2. Metode make a match

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, peneliti menerapkan metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan. Metode ini merupakan salah satu alternative yang dapat diterapkan kepada siswa. Metode make a match (mencari pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). (Miftahul Huda, 2013: 251).

Hal-hal yang dipersiapkan dengan metode make a match adalah kartu-kartu, kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. (Agus Suprijono, 2011: 94).

Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian yang menggunakan metode make a match ini adalah metode pembelajaran dengan mencari pasangan yang menggunakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan kartu yang lainnya berisi jawaban.

G. Metode Penelitian 1. Rancangan penelitian

Penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis menggunakan 4 (empat) tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah ini terus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam spiral yang menyangkut aspek tersebut, (Arikunto, 2009 : 16).

(25)

7

a. Melihat kondisi ril proses pembelajaran dan hasil ulangan siswa dan catatan mengenai siswa dari guru pengampu mata pelajaran akhlak.

b. Menyiapkan media dan fasilitas pendukung metode pembelajaran. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

d. Membuat panduan observasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran akhlak tercela dalam mata pelajaran akhlak.

2. Tempat dan Waktu

Tempat waktu penelitian dilakukan di MAN Tengaran yang beralamat: Jl. Raya Solo – Semarang KM. 10, Tengaran, Semarang, Jawa Tengah 50775. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

3. Subjek Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, subyek yang menjadi penelitian adalah siswa siswi kelas X Agama MAN Tengaran.

Di bawah ini table data jumlah siswa kelas X Agama MAN Tengaran tahun pelajaran 2017

KELAS

(26)

8

reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangn sekolah meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainy, (Arikunto, 2009: 102).

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahapan tiap siklusnya, dan terdiri dari tiga siklus.

a. Perencanaan (planning)

1) Merencanankan materi pembelajaran akhlak materi akhlak tercela.

2) Menentukan kompetensi dasar dalam RPP 3) Peneliti menetapkan penggunaan make a match.

4) Peneliti merancang strategi dan skenario penenarapan pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses dan meningkatkan hasil belajar.

5) Membuat alat peraga penunjang pembelajaran. 6) Menyusun lembar kerja siswa berbentuk tes. b. Penerapan tindakan (Action)

Pada tahapan ini, rancangan scenario dan strategi penerapan pembelajaran diterapakn di kelas. Gambaran scenario tindkan yang akan dilakukan :

1) Penerapan metode make a match dengan aktifitas membaca dan memahami materi dan menuliskan pertanyaan dan pertanyaan dikartu indeks, kemudian dibagikan kepada siswa dengan kartu jawaban di kelompok A dan kartu jawaban di kelompok B. 2) Proses kegiatan pembelajaran dibagi menjdi tiga bagian yaitu

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

3) Peneliti memberikan kesimpulan terhadap hasil jawapan yang dipresentasikan.

(27)

9

dan post test sehingga akan diketahui adanya peningkatn atau penurunan.

c. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)

Pengumpulan data kegiatan pembelajaran melalui lembar observasi guru dan lembar observasi siswa melalui penilaian. Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung dalam pengumpulan data siswa mengenai aspek di atas secara cermat.

d. Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan data yang telah terkumpul peniliti menganalisis, merefleksi dan mengefaluasi tindakan yang telah dilaksanakan. Jika terdapat masalah atau kendala yang muncul dan proses pembelajaran pada siklus sebelumnya, maka dilakukan proses pengkajian ulang dengn memunculkan ide-ide perbaikan, melalui siklus selanjutnya sebagai upaya menyempurnakan tindakan yang telah dilksanakan.

5. Pengumpulan Data 1. Metode Tes

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. (Eko Putro Widoyoko, 2009: 45). Menurut (Acep Yoni, 2012: 58) Tes akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa, baik sebelum dilaksanakan tindakan maupun setelah dilakukan tindakan.

(28)

10 2. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. (Arikunto, 2007: 127). Peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung terhadap pelaksanaan Metode Make A Match dalam pembelajaran Akhlak. 3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, notulen rapat, agenda dan lain-lain. (Sugiono, 2011: 145). Metode dokumentasi Peneliti menggunakan cara ini untuk mencari data mengenai nilai KKM, nilai prestasi belajar Aqidah, Proses belajar Mengajar (PBM) sebelum tindakan serta untuk mencari data tentang keadaan madrasah yang diteliti.

6. Instrument Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa:

a. Soal tes pada setiap siklus.

b. Lembar observasi siswa terdiri dari keaktifan siswa

c. Lembar observasi guru terdiri dari penggunaan media dan penerapan metode.

7. Analisis Data

(29)

11 H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun dalam lima bab, secara sistematik dapat dilihat di bawah ini:

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan berisi tentang: latar belakang, rumusan masalah, tujun penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi oprasional, metode penelitian dan analisis data serta sistematika penulisan.

Bab II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang prestasi belajar, serta metode make a

match dan pembelajaran Akhlak.

Bab III PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III (rencana pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi).

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengemukakan tentang deskripsi per siklus (data hasil pengamatan/wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan) dan pembahasan (tiap siklus).

Bab V PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian akhir penulisan yang mencakup kesimpulan dan saran.

(30)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

Pemahaman tentang prestasi belajar dapat ditinjau dari prestasi dan belajar. Sedangkan masalah prestasi belajar itu sendiri selalu dipengaruhi oleh beberapa factor yang memerlukan pembahasan tersendiri. Oleh karena itu, pembahasan masalah prestasi belajar ini secara berturut-turut akan dibahas: pengertian prestasi, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, macam-macam prestasi belajar, dan cara mengukur prestasi belajar.

1. Pengertian Prestasi

Prestasi merupakan hasil yang didapat oleh seseorang setelah

melakukan kegiatan. “Achievement (prestasi) adalah isi dari kapasitas seseorang, yang dimaksud di sini ialah hasil yang diperoleh seseorang

setelah mengikuti didikan atau latihan tertentu” (Pasaribu dan

Simanjutak, 2003: 82).

Dari ungkapan tersebut jelaslah bahwa prestasi akan terjadi, setelah adanya kegiatan tertentu. Selanjutnya diungkapkan bahwa

“prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai”

(Winkel, 2001: 15).

Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai, melalui ketekunan yang dilakukan dan menghasilkan perubahan dalam mencapai hasil kerja dalam waktu tertentu.

2. Pengertian Belajar

(31)

13

Perubahan itu bersifat secara dinamis dan membekas”, (Winkel, 2001:

36).

Lebih lanjut dinyatakn bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman” (Wasty Soemanto, 2009: 99).

Pengertian belajar menurut Hilgard yang dikutip oleh

Nasution (2000: 35): “Learning is the prosess by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory on in the naturalenvironment) as distinguished from

changes by factors not attributable).” (Belajar adalah proses yang

melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh factor-faktor yang tidak termasuk latihan), misalnya perubahan karena mabuk atau minuman ganja bukan termasuk hasil belajar.

Dari ketiga tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku melalui pengalaman atau latihan dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut n ilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya, tidak terjadi karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau perubahan karena obat-obatan. Kecuali itu perubahan tersebut relative bersifat lama atau permanen dan menetap.

3. Pengertian Prestasi Belajar

(32)

14

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2000: 70).

Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Zainal Arifin (2000: 3) bahwa:

Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar Akhlak adalah hasil siswa setelah melakukan suatu proses belajar Akhlak.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat di golongkan dalam dua bagian yaitu faktor intern dan ekstern. Menurut Slameto, (1991: 56), sebagai berikut:

a. Faktor Intern adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor intern ini antara lain :

1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi : a) Kesehatan

(33)

15

lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah dan gangguan lainnya.

b) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya juga akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor Psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah :

a) Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka akan timbulah kebosanan sehingga tidak suka lagi belajar.

c) Minat

Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang berminat untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.

d) Bakat

(34)

16 e) Motif

Dalam proses belajar haruslah di perhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan/menunjang belajar. f) Kematangan

Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang) jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan dalam belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.

b. Faktor Ekstern.

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :

a) Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.

b) Relasi Antara Anggota Keluarga

(35)

17 c) Suasana Rumah

Agar anak dapat belajar denganbaik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Didalam rumah yang selain anak kerasan / betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

d) Keadan Ekonomi Keluarga

Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah: a) Metode Mengajar

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pengajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. c) Relasi Guru dan Siswa

(36)

18

d) Relasi siswa dengan siswa

Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan temen lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, atau diasingkan oleh kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannnya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula untuk menerima oleh siswa-siswi untuk menerima bahan yang diajarkan.

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Jika siswa terpaksa masuk sore hari sebenarnya kurang baik. Pada waktu sore hari siswa harisnya beristirahat, tetapi termasuk masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran dengan / sambil ngantuk dan sebagainya.

h) Standar pelajaran di atas ukuran

Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. i) Keadaan Gedung

(37)

19 j) Metode Belajar

Cara belajar yang tepat dan efektif akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Demikian juga dalam pembagian waktu untuk belajar.

k) Tugas Rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak member tugas yang harus dikerjakan di rumah.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, dan teman bergaul.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Siswa harus dapat membatasi kegiatannya dalam masyarakat agar belajarnya tidak terganggu.

b) Mess media

Mass media yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa, dibaliknya mass media yang jelek juga memberikan pengaruh yang jelek pada siswa. Maka perlulah siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

c) Teman bergaul

(38)

20 5. Macam-macam Prestasi Belajar

a. Prestasi Belajar Kognitif

Prestasi belajar ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut: 1) Prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Pengetahuan hafalan, sebagai terjemahan dari knowledge. Cakupan pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali. Seperti: batasan, peristilahan, pasal, hokum, bab, ayat, rumus dan sebagainya. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu dihafal, diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk menguasai atau menghafal misalnya becira berulang-ulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik). Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan ringkasan. 2) Prestasi belajar pemahaman (comprehention)

Hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makana atau arti dari suatu konsep, untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan anatara konsep dengan makna yang ada dalam konsep yang dipelajari.

3) Prestasi belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi sesuatu konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hokum dalam suatu persoalan dan sebagainya.

4) Prestasi belajar analisis

(39)

21

tipe pretstasi belajar sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman aplikasi. Kemampuan menalar pada hakikatnya merupakan unsure analisis, yang dapat memberikan kemampuan pada siswa untuk mengkreasi sesuatu yang baru, seperti: memecahkan, menguraikan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis dan sebagainya.

5) Prestasi Belajar Sintesis

Sintesis adalah hasil belajar, yang menekankan pada unsure kesangguapan menguraikan sesuatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Beberapa bentuk tingkah laku yang operasional biasanya tercermin dalam kata-kata: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkontruksi, mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan, menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.

6) Prestasi Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling paling tinggi dan terkandung semua tipe hasil belajar evaluasi, tekanannya pada pertimbangan mengenai nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya menggunakan kriteria tertentu.

b. Prestasi Belajar Afektif

(40)

22

berbagai tingkah laku, seperti: atensi, perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain. Ada beberapa tingkatan bidang afektif, sebagai tujuan prestasi belajar antara lain adalah sebagai berikut:

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekatan dalam

menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang di dalam diri siswa baik dalam bentuk masalah situasi gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan yang ada dari luar.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan kepada

seorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk: ketetapan reaksi, perasaan, kepuasan dapat menjawab stimulasi yang berasal dari luar.

3) Evaluing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengambilan pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai yang diterimanya.

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu system prganisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan serta prioritas nilai yang dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ini adalah konsep tentang nilai, organisasi dari pada system nilai.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, hal ini merupakan keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

c. Prestasi Belajar Psikomotor

(41)

23

1) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan konseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, hal ini mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang sangat kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursivo

komunikasi, seperti gerakan interpretative dan sebagainya. 6. Cara Mengukur Prestasi Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan

(1986: 26) menyebutkan “Tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes

diagnostik, tes formatif, tes summative.

a. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa dengan melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan tersebut pada siswa dapat dilakukan perlakuan yang tepat.

b. Tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini diberikan sebagai usaha memperbaiki proses belajar.

c. Tes sumatif dapat digunakan pada ulangan umum atau biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Dari tes sumatif inilah prestasi belajar siswa diketahui. Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah dalam jenis yang di titik beratkan pada evaluasi belajar siswa di sekolah yang dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

(42)

24

kemampuan belajar siswa, mengetahui tingkat keberhasilan PBM, menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan memeberikan pertanggung jawaban (accountability).

7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika sudah mencapai nilai KKM materi Akhlak yaitu sebesar 75 dan suatu kelas dikatakan

tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang

telah mencapai KKM materi Akhlak yaitu sebesar 75. B. Metode Make A Match

1. Pengertian Make a Match

Make a Match adalah suatu konsep yang dijadikan titik awal

dari sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan dengannya, (Edmund Bachman, 2005 : 50). Dan Make a

Match menurut Dahar (1996 : 79) adalah ”sekumpulan konsep-konsep

yang menyediakan skema-skema terorganisir untuk menentukan

hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori”. Selain itu Make

a Match adalah suatu model belajar yang dilandasi atas berbagai

konsep dengan asumsi bahwa lingkungan itu banyak ragam dan isinya dan kita sebagai manusia mampu membeda-bedakan objek-objek dengan aspek-aspeknya, (Mulyani Sumantri, 2002 : 41).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Make a

Match adalah suatu model belajar yang dilandasi atas berbagai

konsep dengan asumsi bahwa konsep-konsep itu menyediakan skema-skema terorganisir untuk menentukan obejek-objek hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.

(43)

25

mengantisipasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Proses berpikir ini disebut kategorisasi.

2. Dimensi Make a Match

Make a Match sebagai model pembelajaran yang menekankan

konsep dalam belajar. Make a Match dapat dijadikan sebagai dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang haruskan dilakukan siswa.

Menurut Flavel (1970) model pembelajaran Make a Match

mencakup tujuh dimensi konsep mencakup : atribut, struktur, keabstrakan, keinklusifan, generalitas/keumuman ketepatan dan kekuatan atau power. Dalam teori Ausubel (1968) individu memperoleh konsep melalui dua cara yakni melalui formasi dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah., karena proses pembentukan perkembangan konsep diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu.

Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif. Pembentukan konsep ini merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning) melalui proses diskriminatif abstraktif dan deferensiasi. Asimilasi konsep terjadi setelah anak bersekolah. Asimilasi konsep terjadi secara deduktif. Anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual.

Klausmeier dalam Dahar (1996 : 88) mengemukakan dalam

Make a Match terdapat 4 tingkatan pencapaian konsep, antara lain:

a. Tingkat konkret

Pencapaian konsep tingkat konkret ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. b. Tingkat identitas

(44)

26

tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap suatu objek, dan penentuan objek melalui panca indra.

c. Tingkat klasiplaksitori

Pada tingkat ini, anak sudah mampu mengenal persamaan dari suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama.

d. Tingkat formal

Pada tingkat ini anak harus sudah mampu membatasi suatu konsep, membedakannya, menentukan cirri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau menentukan contoh verbal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa dimensi Make a Match dalam mengembangkan konsep dilakukan berdasar tingkatan-tingkatan yakni: tingkat konkret, tingkat identitas, klasiplaksitori dan tingkatan formal. Dimensi inilah yang mampu membentuk pembelajaran konsep.

3. Strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam Make a Match Menurut Mulyani Sumantri (2002) pembelajaran konsep dalam

Make a Match dapat diidentifikasikan adanya tiga tugas berfikir

induktif, kemudian membangun tiga strategi pengajaran yang sesuai berurutan :

a. Pembentukan konsep

Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan :

1) Mengidentifikasi data yang relevan dengan masalah yang dihadapi.

2) Mengelompokkan data itu berdasarkan kesamaan.

3) Membentuk kategori-kategori dan label-label untuk kelompok-kelompok tersebut.

(45)

27

memperluas kemampuannya untuk mengolah informasi. Dengan kata lain, mereka harus membentuk konsep-konsep yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan terhadap informasi baru yang dapat digunakannya untuk melakukan pendekatan terhadap informasi baru yang dihadapinya.

b. Interprestasi Data

Strategi kedua ini dibangun berdasarkan operasi mental yang disebutnya sebagai interprestasi dan generalisasinya.

Tahap-tahap ini meliputi :

1) Mengidentifikasi butir-butir yang menuntut siswa untuk membedakan antara karakteristik-karakteristik dari data tertentu.

2) Menerangkan butir-butir yang telah diidentifikasi. Hal ini menurut siswa untuk menghubungkan butir-butir antara yang satu dengan yang lain dan menentukan hubungan sebab-akibat di antara data-data.

3) Melakukan generalisasi dari implikasi-implikasi yang terdapat di luar hubungan sebab akibat.

Strategi pembentukan konsep memiliki interprestasi data inipun dibimbing oleh pertanyaan-pertanyaan guru yang terarah. Pada pertanyaan-pertanyaan guru yang terarah.

Pada tahap yang pertama, pertanyaan-pertanyaan guru mengarah kepada siswa untuk mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dan data yang terpilih. Sedangkan pada tahap kedua, siswa diminta menjelaskan aspek-aspek yang sudah disebutkan tadi. c. Generalisasi

Pada tahap ketiga membuat generalisasi atau konklusi. Guru dapat bertanya kepada siswa tentang masalah-masalah yang bersifat umum.

(46)

28

generalisasi. Strategi pembelajaran konsep ini dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan dan daya pikir siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

4. Langkah-langkah dalam pembelajaran Make a Match

Menurut Lorna Curran (1994 : 252) dalam pembelajaran

Make a Match dapat dilaksanakan beberapa langkah-langkah antara

lain :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi reviw, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang. d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang

cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Kesimpulan g. Penutup

5. Kelebihan dan Kelemahan Make A Match a. Kelebihan

Kelebihan metode ini antara lain:

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

(47)

29

5) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

b. Kelemahan Make A Match

1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.

2) Pada awal-awal penerapan metod, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan jenisnya.

3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

4) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan.

5) Menggunakan metode ini secra terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

C. Pembelajaran Akhlak 1. Pengertian Akhlak

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus

Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di

dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia

yang terdidik”, (Asmaran, 2002: 1).

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan akhlak meliputi: a. Seluruh perilaku dan,

b. Etika manusia.

(48)

30

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akhlak a. Kompetensi Inti

1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secraa efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkaitnpenyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

b. Kompetensi Dasar

1) Menyadari kewajiban menghindari akhlak tercela (riya’, takabbur, nifak, fasik dan hasad).

2) Menghindari perilaku akhlak tercela (riya’, takabbur, nifak, fasik dan hasad).

(49)

31

4) Memperesentasikan contoh akhlak tercela (riya’, takabbur, nifak, fasik dan hasad serta cara menghindarinya).

4. Penerapan Metode Make A Match pada Pembelajaran Akhlak kelas X Agama Materi Akhlak tercela

Adapun langkah-langkah penerapan metode make a match pada pembelajaran Akhlak kelas X Agama materi akhlak tercela antara lain: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi reviw, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang. d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang

cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Kesimpulan. g. Penutup.

5. Kelebihan Make A Match

Kelebihan metode ini antara lain:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

(50)

32 1. Materi Akhlak Tercela

Qs. Al-Ma’un: 1-7 adalah ayat yang berkaitan dengan Akhlak Tercela

ََتۡيَءَرَأ

yang berbuat ria (7) dan enggan (memberikan) bantuan.” 1. Riya’

a. Pengertian

Riya’ berasal dari kata ”ru’yah” yang artinya melihat.

Menurut istilah, riya’ adalah ibadah seseorang yang bukan karena

Allah, melainkan ingin dilihat oleh orang lain. Dengan kata lain,

riya’ adalah orang yang beramal atau bekerja dengan

mengharapkan pujian orang lain. b. Macam-macam

Menurut Imam Gazali, sifat riya’ itu dibagi menjadi dua

bagian: 1) riya’ yang berhubungan dengan keduniaan (ibadah gairu mahdah), 2) riya’ yang berhubungan dengan ibadah mahdah. Riya’ yang berhubungan dengan keduniaan adalah

segala jenis usaha seseorang dengan niat di dalam hatinya

mengharapkan kedudukan atau pujian dari orang lain. Riya’ yang

berhubungan dengan ibadah adalah ibadah yang dilakukan seseorang selain mengharabkan keridaan Allah Swt., ia akan mengharapkan pujian atau sanjungan dari orang lain.

Ditinjau dari bentuknya, riya’ ada dua, yaitu: 1) riya’

dalam hal niat, 2) riya’ dalam hal perbuatan atau tindakan.

(51)

33

padahal dalam hati yang sebenarnya tidak demikian. Riya’ dalam

perbuatan, seperti orang yang berpakaian mewah dengan maksut agar orang lain memujinya.

c. Ciri-ciri

1) Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang.

2) Amal atau perbuatan baik yang telah ia lakukan sering diungkit-ungkit.

3) Beramal atau beribadah sekedar ikut-ikutan.

4) Amal (perbuatan baik) selalu ingin dilihat, diperhatikan dan didengar orang lain.

5) Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan sanjungan.

d. Nilai negatif akibat perbuatan riya’ 1) merusak pergaulan antara sesama.

2) merenggangkan hubungan silaturahmi dan kasih sayang. 3) dikucilkan orang lain karena suka berbuat pamer yang

menyebabkan orang lain tidak suka kepadanya. 4) berdosa dan sengsara di akhirat

e. Bahaya yang diakibatkan oleh perbuatan riya’

1) muncul rasa ketidakpuasan terhadap apa yang telah dikerjakannya.

2) muncul rasa hampa dan gelisah di saat berbuat sesuatu. 3) merusak nilai kebaikan dan pahala ibadah.

4) mengurangi kepercayaan dan rasa simpati dari orang lain. 5) menyesal melakukan sesuatu apabila orang lain tidak melihat

dan memperhatikannya.

f. Cara menghindari perilaku Riya’

(52)

34

2) Berusaha bergaul dengan orang-orang yang saleh.

3) Tekun melaksanakan dan berusaha meningkatkan ibadah sesuai dengan kemampuan.

4) Rajin dan tekun mendengarkan ceramah agama dengan menghadiri majelis taklim.

5) Gemar membaca buku-buku agama. 2. Takabur

a. Pengertian

Takabur adalah perasaan merasa besar dan menganggap rendah orang lain, atau merasa lebih dibandingkan dengan orang lain. Biasanya dipengaruhi oleh kekayaan, kedudukan, kecantikan, ketampanan, kepandaian dan sebagainya. Dalam Qs. An-nahl: 23 berbunyi:

ََلَ

Artinya: ”tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah

mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.

b. Bentuk-bentuk

1) Sombong lahir (takabur lahir) adalah perbuatan sombong yang dilakukan oleh anggota badan

2) Sombong batin (takabur batin) adalah sombong yang ditimbulkan oleh perasaan hati.

c. Akibat negatif

1) tidak mau menerima kebenaran. 2) mengganggap rendah orang lain. 3) setan sudah menguasai dirinya. 4) tidak pernah bersyukur kepada Allah.

(53)

35

1) Memahami dan menyadari tentang bahaya takabur, baik di dunia maupun di akhirat nanti.

2) Menerima setiap nikmat dan kelebihan yang dimiliki semata-mata karena karunia Allah Swt.

3) Menyadari bahwa asal kejadian semua manusia adalah sama. 4) Berusaha dengan baik, tanpa membeda-bedakannya.

5) Membaca istigfar manakala kita menyadari telah berbuat sombong.

3. Nifak

a. Pengertian

Nifak secara bahasa artinya pura-pura pada agamanya. Adapun secara istilah, nifak berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatannya.

b. Bentuk dan contoh perbuatan nifak:

1) Menghalangi manusia beriman untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

2) Selalu mengajak kepada kekafiran . 3) Amar mungkar dan nahi makruf. c. Nilai-nilai negatif akibat perbuatan Nifak

1) bagi diri sendiri

a) tercela dalam pandangan Allah dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri. b) hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya. c) tidak disenangi dalam pergaulan sehari-hari.

d) mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak percaya lagi.

e) mendapat siksa yang sangat pedih di hari akhir 2) bagi orang lain

(54)

36

b) membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatan yang tidak menentu.

c) mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitar.

d. Cara menghindari sifat Nifak

1) Berusaha mendekatkan diri kepada Allah. 2) Membiasakan diri dalam keadaan berwudhu. 3) Senantiasa menjaga lisan.

4) Tidak menerima amanah yang kita rasa tidak sanggup memikulnya.

5) Mengingat bahwa Allah Maha Melihat. 4. fasik

a. Pengertian

Fasik adalah orang yang keluar dari jalan hak atau kesalehan. Fasik adalah orang yang tidak mengindahkan perintah Allah swt. Orang islam yang fasik adalah orang yang sering meninggalkan atau melanggar ajaran syariat agama islam, baik yang berhubungan dengan ibadah maupun akhlak.

b. Ciri-ciri orang fasik:

1) Cenderung mendustakan ayat-ayat Allah.

2) Mengikuti kemauan sendiri tanpa memperhatikan hukum-hukum Allah.

3) Lupa kepada Allah.

4) Suka membawa berita yang bohong. 5) Nilai negatif akibat perbuatan Fasik

c. nilai negatif

1) dimasukkan ke neraka jahanam.

(55)

37 d. Cara menghindari Fasik

1) Melaksanakan segala perintah Allah Swt. 2) selalu ingat kepada Allah Swt.

3) Berbudi pekerti dengan akhlak yang baik. 4) Tidak melanggar hukum al-Qur’an

5) Membawa berita baik dan benar. 5. Hasad

a. Pengertian

Hasad ialah perasaan tidak senang melihat orang lain mendapatkan kenikmatan (kesenangan). Sifat hasad mudah membuat gosip (berita tidak benar) terhadap orang yang tidak disukainya. Nabi saw. bersabda:

َأيَدسحلا

)دّادْتاٍَاّر(َةطحلارَاٌّلاَلكَأتَاوكَتَاٌسحلاَلك

Artinya: ”dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar”. (H.R. Abu Dawud).

b. Nilai-nilai negatif akibat perbuatan Hasad 1) menjatuhkan nama baik seseorang.

2) memutuskan rasa persaudaraan dengan sesama manusia. 3) menimbulkan rasa permusuhan dengan orang lain.

4) membuat hati tidak tenang dan tidak tentram dalam menjalani kehidupan.

5) dimusuhi oleh orang banyak. c. Cara menghindari sifat Hasad

1) Mendekatkan diri kepada Allah swt. 2) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah swt.

3) Menyadari bahwa keberuntungan masing-masing orang tidak sama.

4) mensyukuri nikmat yang diterimanya meskipun tidak sama yang dimiliki orang lain.

(56)

38 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

(57)

39

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Tengaran Kabupaten Semarang

Ide mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan nama PGAP NU pada tahun 1967 oleh Bapak Muh Amin (sekarang ketua Yayasan ASWAJA Tengaran), berjalan 3 tahun ajaran telah menamatkan siswa angkatan pertama, dengan berjalannya waktu langsung membuka PGAA dengan nama PGAA NU, tepatnya pada tahun 1970.

Dengan perkembangan status pendidikan pada tahun 1978 alih status dari PGAP NU menjadi MTs NU (sekarang MTs ASWAJA) PGAA NU menjadi MA NU.

Tahun 1979 terdaftar pada Kanwil Depag Provinsi Jawa tengah dengan piagam Nomor : Lk/3c/29/Pgm.MA/1979, tanggal 13 Nopember 1979.

Tahun 1997 perubahan status dari Filial MAN Suruh Kabupaten Semarang menjadi Madrasah Aliyah Negeri Tengaran Kabupaten Semarang dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 107 tanggal 17 Maret 1997.

a. Pendiri

1) Bapak K. Muh. Amin 2) Bapak KH. Kamil Yasin 3) Bapak Gito Sumarno Alm. 4) Bapak H. Ghufron

5) Bapak Merun

(58)

40 7) Bapak Mundiri Alm. b. Kepala Madrasah (swasta)

1) Bapak Dawam Badrudin Alm. 2) Bapak H. Ghufron

3) Bapak KH. Kamil Yasin (s/d 1984) 4) Bapak K. Muh. Amin (Filal MAN Suruh) c. Kepala Madrasah (swasta)

1) Bapak Drs. Santoso 2) Bapak Wondo

d. Kepala Madrasah Aliyah Negeri

1) Bapak Drs. Suharto, M. Ag (MAN Tengaran Kab. Semarang) 2) Bapak Drs. Qosim

3) Bapak Drs. Rifan M. Ag. 4) Bapak Drs. Satibi

5) Bapak Drs. H. Mudlofir, MM (PLT) 6) Bapak Drs. Mahsun Alwa’id, M. Ag. 7) M. Fuad, M.Pd

2. Identitas Sekolah

Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri

Berdiri : Tahun 1970 dengan nama PGAA NU Tahun 1975 menjadi Madrasah Aliyah NU Tahun 1979 terdaftar pada Depag Provinsi

(59)

41

Lk/3c/29/Pgm.MA/1979, tanggal 13 Nopember 1979.

Tahun 1984 menjadi Filal MAN Suruh, Kab. Semarang, No. Wk/5.d/1835/1984, tanggal 29 September 1984.

Tahun 1997, menjadi Madrasah Aliyah Negeri Tengaran Kabupaten Semarang dengan SK Menteri Agama No: 107, tanggal 17 Maret 1997.

NISS : 311332202199

Terakreditasi : A Status Madrasah : Negeri

Alamat Madrasah : Jl. Solo Semarang Km. 10, Salatiga

Kode Pos : 50775

Tlp/Fax. : (0298)610288

Email : mantengaran@yahoo.co.id

Kelurahan : Tengaran

Kecamatan : Tengaran

Kabupaten/kota : Semarang

Provinsi : Jawa Tengah

3. Letak Geografis

(60)

42

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) DAR AL-YATAMA Tengaran Kabupaten Semarang. Lokasi MAN Tengaran ini agak masuk dari jalan raya, kira-kira 20 meter dari jalan raya. Sebenarnya dulunya lokasi MAN Tengaran ini berada dipinggir jalan tepatnya dibelakang Panti Sosial Anak Asuh DAR AL-YATAMA, tapi seiring berkembangnya jaman MAN Tengaran semakin maju dan berkembang dari waktu ke waktu akhirnya mendirikan gedung baru yang mana letaknya agak jauh dari jalan raya. Meskipun sekarang ada gedung baru bukan bararti gedung yang lama tidak dipakai lagi, artinya sampai sekarang gedung yang lama masih digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal itu dikarenakan semakin bertambahnya jumlah siswa/siswi sehingga kelasnya juga harus ditambah. 4. Visi dan Misi

a. Visi

Terwujudnya Generasi Islam yang Unggul dalam Prestasi, Jujur, disiplin, Kerja Keras dan Mandiri.

b. Misi

1) Menumbuhkan penghayatan peserta didik terhadap ajaran agama Islam dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan unggul dalam prestasi, jujur dan disiplin.

(61)

43

3) Melaksanakan program bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki agar menjadi insan yang memiliki karakter kerja keras, dan mandiri.

4) Melaksanakan pengelolaan madrasah dengan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan kelompok kepentingan dengan landasan nilai jujur dan disiplin. 5) Melaksanakan pembelajaran ekstrakurikuler secara efektif sesuai

bakat dan minat sehingga setiap siswa memiliki keunggulan dalam berbagai lomba keagamaan, unggul dalam berbagai lomba olah raga, dan seni dengan landasan nilai unggul dalam prestasi, kerja keras, dan mandiri.

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan bagan yang didalamnya memuat tugas dan tanggung jawab sekelompok orang yang dihrapkan antara satu dengan yang lain bekerja sama dalam mencapai tujuan. Adapun struktur organisasi MAN Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

(62)

44

NO JABATAN NAMA

1 Kepala Madrasah M. Fuad, M.Pd

2 Wakil Kepala Madrasah Bid. Kurikulum, Admin Guru Drs. H. Wardani, M.Pd 3 Wakil Kepala Madrasah Bid. Kesiswaan, Admin Siswa Nur Fathonah S.Pd.I 4 Wakil Kepala Madrasah Bid. Sarpras, Admin PORTAL M. Hidayatur Rohman,

S.Pd., M.Sc

5 Wakil Kepala Madrasah Bid. Humas, SMS Center Dra. Mahmudah Rahmawati

6 Kepala Perpustakaan Ruslin, S.Pd

7 Pustakawan Wahyu Pujiyono

8 Kepala Laboratorium IPA Nur Aini Widi Astuti, S.Pd

9 Kepala Laboratorium Komputer Selamet Hanafi, S.Si

10 Kepala Laboratorium Bahasa Drs. Sarno, M.Pd

11 Kepala Laboratorium Keterampilan Laela Wihdatul Arifah, S.Pd

12 Ketua Pengelola PORTAL Selamet Hanafi, S.Si

13 Koordinator BK H. Munawir, S.Ag, M.Pd

14 Bimbingan dan Konseling, Admin Siswa dan BK Rahma Dwi Wulan Sari, S.Pd

15 Bimbingan dan Konseling Hj. Munjiyati, S.Ag

16 Pengajaran Nur Rokhman, S.Pd

17 Admin Guru dan SIMPATIKA Nur Rokhman, S.Pd

18 Pengembangan Kurikulum dan Pelatihan Maryono, S.Pd, M.Pd

19 Pembina OSIS, Admin PORTAL Prayudi Kurnianto, S.Pd

20 Bina Prestasi Noviati Jamilah SS, M.Hum

21 Bid Sosial dan Zakat Profesi Nurul Qomariyah, S.E.

22 Pembina Pramuka Putra Muhammad Annajih, S.Pd.I

23 Pembina Pramuka Putri Nur Aini Widi Astuti, S.Pd

24 Pelatih Pramuka Putra Manto, S.Pd

25 Pelatih Pramuka Putri Nur Azizah

26 Pembina Ekstra Kurikuler PKS Nurul Huda, S.Ag, M.Pd.I

Gambar

Tabel 3.2 Keadaan Guru MAN Tengaran
Tabel 3.3
Tabel 3.6 Program Ekstra Kurikuler
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Dengan demikian, hihpotesis pertama yang menyatakan bahwa Citra merek berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian SIM card Telkomsel di

Pengaruh kepercayaan Terhadap Niat Beli Kosmetik Maybelline Disurabaya variabel kepercayaan menjadi variabel kedua, berdasarkan uji t yang telah di lakukan oleh

Penyimpangan yang dilakukan oleh para mahasiswa dengan keikutsertaan mereka dalam permainan judi online, dapat terjadi karena terdapat sesuatu yang membuat mereka tertarik

Pengujian kuat geser balok dilakukan pada balok berukuran 20 cm x 25 cm x 160 cm dengan dua buah konfigurasi pemasangan tulangan geser, yaitu pemasangan tulangan geser vertikal

Kisah baginda dan Abdullah bin Abbas ini dapat dijadikan panduan pendidikan akidah kepada kanak-kanak di Malaysia. Baginda menanam benih kecintaan yang jitu

Namun tidak berarti bahwa dengan rasionalitasnya , suara hati dan segenap pandangan moralnya harus dibuktikan terlebih dahulu, melainkan kita harus terbuka bagi setiap argumen