• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presuposisi Faktif

Dalam dokumen Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Prog (Halaman 34-55)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Presuposisi Faktif

Presuposisi faktif adalah presuposisi yang informasinya dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan (Yule, 2006:170). Penanda presuposisi yang berupa verba, seperti menyadari dan memberitahukan. Pada penelitian ini presuposisi faktif dikodekan dengan PF, sedangkan untuk penutur (PA) dan petutur (PB). Ada 30 tuturan berikut yang mengandung PF yang telah dipilah berdasarkan kategori kata. Uraian data dipaparkan sebagai berikut.

a. Presuposisi Faktif dengan Penanda Verba dan Frasa Verbal

Tuturan yang mengandung PF yang penanda munculnya presuposisi berupa verba adalah sebagai berikut.

(1) a. PA: Sekolah kalian kapan libur?

b. PB: Ini. Bu Risna beritahu bahwa waktu try out nanti kami libur. Jadi, bisa ke kampus ketemu dosen.

Tuturan (1) mengandung PF yang ditandai dengan verba. Sehubungan dengan konteks, situasi tersebut berlangsung di kampus, lebih lengkapnya di depan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tuturan yang berlangsung tersebut membicarakan seputar PPL. Ada dua verba dalam tuturan tersebut yang menandakan adanya PF, yaitu kata beritahu (PF1) dan bisa (PF2).Informasi yang mengikuti kata beritahu dan bisa dapat dianggap sebagai kenyataan. Berdasarkan praanggapan yang mengikuti verba, pada verba (PF1) adanya beberapa kebenaran, yaitu (a) si penutur sedang mengikuti PPL, (b) adanya seseorang yang bernama Risna yang dalam konteks ini yang dimaksud adalah koordinator pamong di sekolah tempat si penutur PPL, dan (c) akan adanya try out di sekolah tersebut. Pada verba (PF2) pula terdapat kebenaran, yaitu (a) si penutur adalah mahasiswa, dan (b) pada hari biasanya si penutur kesulitan atau tidak bisa pergi ke kampus menemui dosennya karena terkendala dengan jam di sekolah.

Tuturan (1) yang ditandai oleh kata beritahu dan bisa, keduanya merupakan verba yang berfungsi sebagai predikat. Dalam menentukan faktif atau tidaknya presuposisi ini dikaitkan juga dengan konteks percakapan yang berlangsung. Namun, ada juga kata yang bila hadir dalam tuturan dapat ditentukan kebenarannya tanpa memperhatikan konteks, seperti kata beritahu.

Tanpa mengaitkan dengan konteks, kata beritahu telah mempranggapkan bahwa kebenarannya ada informasi yang disampaikan.

(2) Tolong belikan aku capcin lu. Panas gini ‘kan enak yang dingin-dingin.

Dalam tuturan (2) terkandung PF. PF dalam tuturan tersebut ditandai dengan adanya verba belikan .Tuturan (2) terjadi di parkiran FKIP pada siang hari. Adanya kata belikan pada tuturan (2) mengindikasikan timbulnya asumsi bahwa di sekitar tempat tersebut ada dijual capcin. Capcin yang dimaksud ialah minuman cappuccino cincau. Penanda pada tuturan (2) verbanya berfungsi sebagai predikat. Tuturan tersebut merupakan kalimat pasif persona.

(3) a. PA: Beli capcin itu yok?

b. PB: Nggak mau ah! Aku nunggu capcin lain aja.

Verba nunggu pada tuturan (3) merupakan penanda munculnya PF. Tuturan tersebut berlangsung di parkiran FKIP Unsyiah pada saat siang hari setelah penutur menemui dosen di Prodi PBSI untuk konsultasi. Pembicaraan pada tuturan (3) mengenai pembelian capcin. Pada tuturan (3) ada dua penanda munculnya presuposisi, yaitu frasa adverbial nggak mau ah dan verba nunggu. Kedua penanda tersebut saling berkaitan. Penanda presuposisi pertama merupakan jawaban penolakan dari suatu ajakan yang kemudian dijelaskan pada kalimat kedua yang mengandung penanda verba nunggu. Dengan demikian, verba nunggu memberikan asumsi bahwa kenyataannya si penutur tidak membeli

capcin yang telah berada di sekitar penutur dengan alasan tertentu. Boleh jadi

dengan alasan capcin yang dijual oleh penjual tersebut tidak enak sehingga penutur menunggu datangnya penjual capcin yang lain. Selanjutnya, dapat juga

diasumsikan bahwa biasanya ada lebih dari satu penjual capcin yang berjualan di daerah itu.

(4) Kita datang pukul 10 aja besok biar nggak capek nunggu prodi buka.

Berkenaan dengan presuposisi, termasuk dalam PF. Penutur dan petutur dalam tuturan (4) sedang membicarakan tentang rencana datang ke prodi. Mengenai konteks terjadinya percakapan, tuturan (4) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI pada siang hari. Tuturan tersebut mengandung PF yang ditandai dengan dua penanda, yaitu verba datang dan frasa verbal nggak capek

nunggu. Verba datang mengandung adanya indikasi kebenaran bahwa biasanya

“kita” (yang terdiri dari beberapa penutur yang turut dalam percakapan tersebut) datang di bawah pukul 10 dan pada saat tersebut prodi sering belum buka. Tuturan (4) juga merupakan kalimat majemuk subordinasi. Pada tuturan tersebut, penanda verba datang terdapat pada induk kalimat. Selanjutnya, pada frasa verbal nggak capek nunggu terkandung asumsi bahwa adanya kebenaran prodi dibuka di atas pukul 10. Apabila si penutur atau si petutur datang pukul 8, biasanya prodi belum dibuka. Berarti berdasarkan praanggapan tersebut dapat disimpulkan bahwa lazimnya pukul 10 prodi sudah buka. Penanda munculnya PF, yaitu frasa verbal pada tuturan (2) terdapat pada klausa anak kalimat.

(5) Nanti jemput aku. Motor rusak.

Tuturan (5) merupakan pembicaraan yang dilakukan melalui telepon. Penggunaan kata jemput pada tuturan (5) mengindikasikan adanya PF. Tuturan ini berlangsung di kampus, tepatnya di depan kantor Prodi PBSI pada siang hari antara si penutur dan si petutur yang merupakan lawan bicara di telepon.

Diketahui tuturan (5) terkandung PF ditandai oleh adanya verba yang mengikutinya, yaitu verba jemput dan adjektiva rusak. Verba jemput mengandung asumsi adanya kebenaran bahwa jarak antara si penutur dan lawan bicaranya jauh. Si penutur pada saat tersebut berada di lingkungan kampus, yaitu di depan kantor Prodi PBSI, sedangkan si petutur di telepon berada di luar kampus. Kata jemput di sini mempunyai arti ‘pergi atau datang bersama dengan’. Fungsi penanda PF pada tuturan (5) yang berupa, yaitu verba jemput adalah sebagai predikat. Mengenai penanda presuposisi yang berupa adjektiva, yaitu kata rusak akan dipaparkan pada subbagian adjektiva.

(6) Agendanya dikumpul minggu depan.

Tuturan yang berisi informasi tentang agenda yang terkandung dalam tuturan (6) merupakan PF yang ditandai dengan adanya kata dikumpul. Tuturan (6) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI pada siang hari dan membicarakan tentang tugas dalam kegiatan PPL. Dalam kegiatan PPL adanya tugas berupa agenda yang harus dibuat oleh mahasiswa PPL. PF pada tuturan tersebut ditandai dengan adanya verba dikumpul. Verba tersebut memberikan asumsi kepada petutur bahwa kenyataannya ada lembar pengisian agenda yang harus diisi dengan tenggat waktu tertentu. Verba dikumpul ini merupakan verba pasif pertama yang berarti subjeknya dikenai pekerjaan. Verba dikumpul yang terdapat dalam tuturan berfungsi sebagai predikat.

(7) Sabtu ada seminar proposal. Pak Subhayni pasti ada.

Kata ada yang digunakan pada tuturan (7) menunjukkan bahwa tuturan tersebut mengandung PF. Tuturan (7) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI

pada siang hari pada hari Kamis antara mahasiswa yang sedang berkumpul di depan prodi dalam kegiatan konsultasi dengan dosen pembimbing dan sedang membicarakan tentang seminar proposal. Ada dua penanda munculnya presuposisi pada tuturan (7). PF pada tuturan (7) ditandai dengan verba ada dan frasa verbal pasti ada. Penanda pertama, verba ada memberikan asumsi bahwa si penutur mengetahui dengan yakin bahwa hari Sabtu ada jadwal seminar proposal. Verba ada yang terdapat pada tuturan berkedudukan sebagai predikat. Penanda kedua pada tuturan tersebut, yaitu frasa verbal pasti ada memberikan asumsi bahwa adanya seorang dosen di Prodi Bahasa Indonesia yang bernama Subhayni. Verba pasti ada juga memberikan anggapan bahwa kebenarannya Bapak Subhyani tersebut mempunyai sebuah peran dalam pelaksanaan seminar proposal. Fungsi verba pasti ada pada tuturan (3) juga berkedudukan sebagai predikat.

(8) Menyesalonline skripsi semester lalu. Kalau tau kek gini ‘kan nggak online kita.

Salah satu ciri suatu tuturan terkandung PF dengan adanya kata menyesal, seperti pada tuturan (8). Tuturan (8) mempunyai konteks dan keterangan penutur yang sama seperti tuturan sebelumnya, yaitu tuturan berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Pembicaraan pada tuturan (8) mengenai Mata Kuliah Skripsi. Dalam tuturan tersebut, munculnya PF ditandai dengan adanya verba menyesal. Kata

menyesal yang berfungsi sebagai predikat di dalam tuturan tersebut mempunyai

asumsi bahwa adanya kebenaran si penutur telah malakukan online skripsi pada semester lalu. Pada tuturan (8), kata menyesal menandakan bahwa tindakan tersebut telah terjadi. Kata tersebut juga menandakan adanya kebenaran bahwa

ada sesuatu terjadi sehingga si penutur merasakan rasa penyesalan ketika telah melakukan online skripsi pada semester lalu. Pada kalimat selanjutnya, adanya kata kalau yang merupakan penanda dari presuposisi konterfaktual. Selengkapnya tentang presuposisi konterfaktual akan dibahas pada subbagian presuposisi konterfaktual.

(9) Ke kira mudah jadi guru.

Suatu tuturan dikategorikan berdasarkan penanda yang terdapat dalam tuturan. Tuturan (9) merupakan PF dengan ditandai oleh adanya kata kira. Percakapan tersebut berlangsung sama konteksnya dengan tuturan sebelumnya, yaitu di depan kantor Prodi PBSI. Saat itu penutur membicarakan tentang proses menjadi guru. Presuposisi dalam tuturan tersebut ditandai dengan adanya kata kira atau lebih tepatnya mengira sebagai predikat yang menerangkan subjek. Kata tersebut memberikan kebenaran bahwa menjadi seorang guru itu tidaklah mudah. Pada keadaan ini, si penutur sedang mengalami proses menjadi guru atau memang telah menjadi guru.

(10) a. PA: Berapa kita bayar les TOEFL? b. PB: Itu bergantung pengajar.

Berkenaan dengan penanda munculnya PF, tuturan (10) merupakan PF yang ditandai oleh kata bergantung. Tuturan tersebut terjadi di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai biaya les TOEFL. Verba yang diikuti oleh presuposisi adalah kata bergantung. Kata bergantung mempunyai arti ‘terkait’. Kata bergantung mempunyai fungsi sebagai predikat. Berdasarkan verba yang terdapat pada tuturan (10), dapat diasumsikan kebenarannya ada

seorang pengajar dan biaya les TOEFL ditentukan oleh si pengajar. Tuturan itu yang mengandung kata bergantung merupakan jawaban dari tuturan sebelumnya yang menanyakan berapa biaya les TOEFL. Kata yang mengandung praanggapan yang mengikuti verba bergantung adalah kata pengajar. Kata pengajar merupakan nomina yang berfungsi sebagai pelengkap. Jika dilihat dari segi sintaksis, tuturan (10) merupakan kalimat aktif intransitif.

(11) a. PA: Emang kapan konsultasinya kata ibuk? b. PB: ‘Kan janjinya hari Senin. Berarti ya hari ini.

Tuturan (11) mengandung PF dengan ditandai oleh kata berarti. Tuturan (11) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai konsultasi. Kata berarti menandakan adanya kebenaran bahwa hari ini adalah hari Senin dan si penutur memiliki janji bertemu dosen pembimbing untuk konsultasi. Kata berarti juga memberikan presuposisi bahwa adanya penekanan atas kebenaran hal yang disampaikan. Kebenaran itu juga diperkuat dengan pertanyaan yang diajukan sebelumnya mengenai waktu konsultasi.

(12) Sidang mengharuskan kita untuk ikut tes UKBI.

PF pada tuturan ini ditandai dengan adanya kata mengharuskan yang menyatakan kebenaran bahwa untuk mengikuti sidang harus sudah mengikuti tes. Tuturan (12) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Tuturan tersebut membicarakan tentang sidang dan UKBI. Kata mengharuskan merupakan verba yang berfungsi sebagai predikat. Verba mengharuskan yang merupakan penanda munculnya presuposisi memberikan asumsi bahwa kebenarannya untuk mencapai

kelulusan adanya sidang dan syarat untuk mendaftar sidang itu harus mengikuti tes UKBI.

(13) Aku terpaksa cabut dari sekolah.

Penanda PF pada tuturan (13) ditandai oleh adanya kata terpaksa. Latar tempat terjadinya tuturan tersebut adalah di depan kantor Prodi PBSI. Pembicaraan yang berlangsung pada saat itu membahas tentang penutur yang bolos dari sekolah tempat penutur melaksanakan PPL. Jika dikategorikan dari segi morfologi, kata terpaksa merupakan kategori verba. Tuturan tersebut merupakan kalimat pasif tipe ketiga. Tuturan (13) mengandung asumsi bahwa kebenarannya adalah (1) penutur sebelumnya berada di sekolah, (2) penutur sedang mengikuti PPL, dan (3) karena alasan tertentu penutur pergi dari sekolah tanpa meminta izin sebelumnya.

(14) SK les TOEFL keluar bulan 1 s.d. bulan 8.

Penggunaan kata keluar yang berkategori verba pada tuturan (14) mengisyaratkan bahwa tuturan tersebut merupakan PF. Tuturan (14) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan tentang masa berlakunya SK les TOEFL. Kata keluar yang merupakan penanda munculnya PF mengasumsikan bahwa kebenarannya adalah (1) ada SK yang diberikan ketika les TOEFL selesai diikuti dan (2) setelah bulan 8 SK tersebut tidak berlaku lagi.

(15) Qis dipanggil bapak ke prodi.

Penanda pada tuturan (15), yaitu kata dipanggil mengisyaratkan bahwa kalimat tersebut merupakan PF. Berdasarkan konteks, tuturan (15) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai konsultasi.

Presuposisi dalam tuturan tersebut mengikuti kata kerja dipanggil. Dalam tuturan tersebut dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si penutur telah bertemu dengan “bapak” dan ia pun menyampaikan amanah dari “bapak” untuk qisti. (16) a. PA: Kalian udah ikut les TOEFL?

b. PB: Ke udah terlambat daftarnya, kami udah ikut tes.

Ada dua penanda pada tuturan tersebut yang mengindikasikan bahwa tuturan tersebut termasuk PF. Latar tempat terjadinya tuturan tersebut adalah di depan kantor Prodi PBSI. Saat itu, penutur dan petutur sedang membicarakan tentang les TOEFL yang dilaksanakan oleh fakultas. Penanda munculnya PF pada tuturan (16), yaitu frasa udah terlambat (PF1) dan frasa udah ikut (PF2). Ketika tuturan tersebut diucapkan seolah ada dua tuturan yang diucapkan oleh penutur dengan dipisahkan oleh jeda. Namun, sebenarnya, tuturan tersebut merupakan satu tuturan. Jika dituliskan dalam kalimat, yang diucapkan penutur adalah “Ke udah terlambat daftarnya karena kami udah ikut tes.” Kedua frasa verbal tersebut memberikan asumsi bahwa pada kenyataannya ada sebuah les TOEFL yang telah diikuti oleh si penutur dan si petutur berkeinginan mengikutinya kemudian serta ada batas waktu ikut tes sehingga si petutur tidak dapat mengikutinya.

(17) Bukunya udah lama dimuseumkan.

Penggunaan frasa udah lama ditemukan merupakan penanda bahwa tuturan (17) adalah PF. Tuturan (17) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Topik yang dibicarakan oleh si penutur dan petutur adalah mengenai buku pendaftaran ujian komprehensif. PF yang berupa kebenaran atau kenyataan yang muncul pada tuturan (17) adalah bukunya telah lama disimpan sehingga menjadi

berdebu dan berbau apak. Untuk menyatakan bahwa buku itu telah berdebu dan berbau apak, penutur mengganti sebutannya atau mengiaskan dengan kata

dimuseumkan. Frasa udah lama dimuseumkan merupakan frasa verbal. Tuturan

tersebut termasuk kalimat pasif. Pada tuturan ini, informasi yang mengandunng PF tidak mengikuti frasa verbal, melainkan informasi yang mengandung PF tersebut diikuti oleh frasa verbal. Jadi, munculnya PF di sini berdasarkan frasa verbal yang mengikuti.

(18) a. PA: Nina belum lagi daftar les TOEFL.

b. PB: Nina udahtelat. Maunya Nina daftar les dengan kami.

Tuturan (18) mengandung PF dengan ditandai oleh adanya frasa udah

telat. Tuturan ini berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik

pembicaraan mengenai pendaftaran les TOEFL. PF pada tuturan terssebut ditandai oleh frasa verbal udah telat. Pada tuturan tersebut, adanya PF yang mengasumsikan suatu kebenaran bahwa adanya les dan Nina telat mendaftar les. Dalam hal ini, penutur maksudkan sebenarnya adalah si Nina harusnya mengikuti les dengan ‘kami’ (penutur dan yang lain) yang terdapat pada tuturan lanjutan “Maunya Nina daftar les dengan kami.” Pada tuturan lanjutan tidak mengandung PF, melainkan mengandung PN. Hal tersebut ditandai dengan adanya kata

maunya yang berarti tuturan tersebut bermakna kebalikan dari yang sebenarnya.

(19) a. PA: masih banyak yang belum seminar? b. PB: Masih ada Nina, masih banyak.

Tuturan (19) Masih ada Nina, masih banyak mengandung PF. Tuturan tersebut berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Penutur dan petutur saat percakapan berlangsung sedang membicarakan tentang jumlah mahasiswa yang tidak lulus tes TOEFL dan belum mengikuti les rekomendasi TOEFL. Tuturan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan “Berapa orang lagi yang belum ikut les?”. Hanya dalam jawaban, si penutur tidak menjawab secara lengkap. Namun, ada tuturan implisit yang tidak disebutkan. Seharusnya, tuturan lengkapnya seperti ini “Masih ada Nina yang belum ikut les TOEFL dan masih banyak.” Dari tuturan lengkap dapat diketahui bahwa informasi yang mengandung PF benar adanya mengikuti kata yang berfungsi sebagai predikat sebelumnya. Ada dua penanda munculnya PF, yaitu frasa verbal masih ada dan frasa adjektival masih

banyak. Frasa masih ada merupakan frasa verbal yang berfungsi sebagai

predikat. PF yang dimunculkan oleh frasa masih ada adalah (1) ada seorang yang bernama Nina, (2) adanya les TOEFL, dan (3) ada mahasiswa yang belum mengikuti les TOEFL.

(20) a. PA: Sibuk kali kayaknya di sekolah.

b. PB: Aku nggak diizinkan lagi terus-terusan pergi ke kampus.

Frasa nggak diizinkan lagi terus-terusan yang berkategori sebagai frasa verbal merupakan penanda bahwa tuturan (20) adalah PF. Tuturan (20) berlatar tempat di depan kantor Prodi PBSI dan sedang membicarakan tentang penutur yang tidak memiliki izin lagi dari pihak sekolah untuk sering pergi ke kampus.

PF pada tuturan tersebut ditandai oleh adanya frasa verbal nggak diizinkan lagi

terus-terusan. Frasa verbal tersebut memberikan asumsi bahwa kebenarannya si

penutur sedang mengikuti PPL, si penutur sering ke kampus, dan si penutur tidak memiliki izin lagi untuk sering ke kampus dari pihak sekolah.

(21) Hari Kamis memanglibur.

Frasa memang libur pada tuturan (21) memberi isyarat bahwa tuturan tersebut merupakan PF. Tuturan (21) berlatar tempat di depan kantor Prodi PBSI dan pembicaraannya mengenai hari libur yang akan datang. Penanda munculnya presuposisi pada tuturan (21), yaitu frasa verbal memang libur. Frasa memang

libur memberikan asumsi bahwa kebenarannya pada hari Kamis adalah libur dan

hari pada saat tuturan tersebut diucapkan adalah bukan hari Kamis.

(22) Proposal nggak tau kek mana jadinya.

Tuturan (22) diindikasikan mengandung PF dengan adanya penggunaan frasa nggak tau. Sama seperti tuturan sebelumnya, tuturan ini berlangsung di kampus, yaitu depan kantor Prodi PBSI. Penutur dan petutur dalam percakapan ini sedang membicarakan tentang proposal. PF pada tuturan ini ditandai dengan adanya frasa verbal nggak tau atau bakunya tidak tahu. Frasa verbal nggak tahu memberikan asumsi bahwa tuturan tersebut mengandung kebenaran si penutur sedang membuat proposal. Berdasarkan frasa verbal tersebut, muncul anggapan yang berupa kebenaran bahwa si penutur memiliki kesibukan sehingga proposalnya terhambat penulisannya. Dengan kata lain, kebenarannya adalah

proposalnya belum rampung. Frasa verbal penanda munculnya PF pada tuturan (22) berfungsi sebagai predikat.

b. Presuposisi Fakti dengan Penanda Adjektiva dan Frasa Adjektival (1) Tolong belikan aku capcin lu. Panas gini ‘kan enak yang dingin-dingin.

Tuturan (1) mengandung PF yang ditandai dengan adanya kata panas. Latar tempat terjadinya percakapan tersebut adalah di parkiran FKIP pada siang hari. Berdasarkan penanda yang muncul, PF pada tuturan (1) ditandai oleh verba

belikan dan adjektiva panas. Mengenai penanda verba belikan telah dijelaskan

pada subbagian verba sebelumnya. Penanda kedua, yaitu adjektiva panas mengindikasikan suatu kebenaran bahwa percakapan berlangsung pada siang hari dengan sinar matahari yang terik yang membuat gerah. Adjektiva yang merupakan penanda PF tersebut berfungsi sebagai subjek.

(2) Nanti jemput aku ya? Motor rusak.

Penggunaan kata rusak pada tuturan (2) yang dilakukan melalui telepon ini mengindikasikan bahwa tuturan tersebut merupakan PF. Latar tuturan ini adalah di depan kantor Prodi PBSI pada siang hari antara si penutur dan si petutur yang merupakan lawan bicara di telepon. Tuturan tersebut diketahui mengandung PF yang ditandai dengan adanya adjektiva yang mengikutinya, yaitu adjektiva rusak. Adjektiva mengandung asumsi bahwa si penutur mempunyai motor dan pada saat itu motornya rusak dengan alasan tertentu. Fungsi penanda PF pada tuturan (2) yang berupa adjektiva adalah sebagai predikat.

(3) PPL nggak seindah yang dibayangkan.

Tuturan (3) mengandung PF. Mengenai konteks, tuturan (3) juga berlangsung di depan Kantor Prodi dan percakapannya mengenai kegiatan PPL yang sedang berlangsung. Dalam tuturan tersebut, munculnya PF ditandai dengan frasa nggak seindah yang dibayangkan atau bakunya tidak seindah yang

dibayangkan. Frasa adjektival nggak seindah yang dibayangkan mengandung

kebenaran bahwa sebelumnya ada pemikiran oleh si penutur bahwa PPL yang akan dilaksanakan akan indah. Namun, setelah dijalani si penutur merasakan bahwa PPL tidak menyenangkan. Frasa nggak seindah yang dibayangkan dalam tuturan berfungsi sebagai predikat dan tuturan tersebut merupakan bentuk pasif umum.

(4) Masih banyak yang belum seminar.

Penggunaan frasa masih banyak merupakan penanda munculnya PF pada tuturan (4). Tuturan (4) berlangsung di kampus, di depan kantor Prodi PBSI antara mahasiswa yang sedang berada di semester 8. Penanda munculnya PF pada tuturan (4) ditandai dengan adanya frasa adjektival, yaitu masih banyak . Frasa tersebut memberikan asumsi bahwa kenyataannya ada beberapa orang yang sudah seminar. Frasa adjektival penanda munculnya PF pada tuturan (4) berfungsi sebagai predikat.

c. Presuposisi Faktif dengan Penanda Konjungsi

(1) SMP kami, voli, juara ketiga se-Aceh setelah Aceh Besar.

Konjungsi setelah yang digunakan pada tuturan (1) dapat mengindikasikan bahwa tuturan tersebut mengandung PF. Tuturan yang berlangsung di depan Prodi PBSI itu membicarakan tentang hasil lomba voli yang diikuti oleh sekolah tempat si penutur melaksanakan PPL. Konjungsi setelah memberikan asumsi bahwa Aceh mengadakan lomba voli dan Aceh Besar menduduki peringkat kedua.

d. Presuposisi Faktif dengan Penanda Frasa Nominal (1) Leting kita selalumenjadi korban prodi.

Tuturan (1) merupakan PF yang ditandai oleh adanya frasa selalu menjadi

korban prodi. Jika berbicara konteks, tuturan (1) berlangsung di depan kantor

Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai perubahan peraturan yang kerap terjadi atau berlaku mulai angkatan 2010 ke atas. Partisipan pada tuturan tersebut

Dalam dokumen Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Prog (Halaman 34-55)

Dokumen terkait