• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Prog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Prog"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

oleh

Nina Eka Putri

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

PRESUPOSISI DALAM TUTURAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNSYIAH

(Analisis Presuposisi Faktif, Presuposisi Nonfaktif, dan Presuposisi Konterfaktual)

oleh

Nama : Nina Eka Putri NIM : 1106102010041

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

disetujui,

Pembimbing I,

Drs. Saifuddin Mahmud, M.Pd. NIP 195910151987031005

Pembimbing II,

Dra. Rostina Taib, M.Hum. NIP 196709101992032001

diketahui, Dekan,

Dr. Djufri, M.Si.

NIP 196311111989031001

Ketua Program Studi,

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Nina Eka Putri

NIM : 1106102010041

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unsyiah (Analisis Presuposisi Faktif, Presuposisi Nonfaktif, dan Presuposisi

Konterfaktual) adalah benar karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh

orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapa pun.

Banda Aceh, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

Unsyiah (Analisis Presuposisi Faktif, Presuposisi Nonfaktif, dan Presuposisi

Konterfaktual). Selawat dan salam penulis ucapkan kepada Rasulullah saw. beserta

keluarga dan sahabat beliau.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Drs. Saifuddin Mahmud, M.Pd., selaku pembimbing I dan Dra. Rostina Taib, M.Hum. selaku pembimbing II, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini. Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Drs. Yusri Yusuf, M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan dosen-dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Dekan FKIP Universitas Syiah Kuala, Dr. Djufri, M.Si. Selanjutnya, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada informan yang turut membantu memberikan data untuk penyelesaian penulisan skripsi ini.

(5)

kontribusi materi dan yang terlebih adalah doa sehingga memudahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada adik, Ferdi Ilhamsyah dan Sara Bunga Afrida, alot Ernawati, dan semua anggota keluarga yang lain yang telah memberikan doa dan membantu dalam penulisan skripsi ini. Demikian juga ucapan terima kasih disampaikan kepada sahabat tercinta, Nurul Husna, Khairani, dan Fajrul Zuhri, serta teman-teman PBSI angkatan 2011 yang selalu mendukung dan ikut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang berguna, baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan menjadi salah satu sumber belajar pragmatika.

(6)

ABSTRAK

Kata Kunci: presuposisi, tuturan, mahasiswa

Penelitian ini berjudul Analisis Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unsyiah. Rumusan

masalah penelitian ini adalah (1) bagaimanakah presuposisi faktif dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah, (2) bagaimanakah presuposisi nonfaktif dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah, dan (3) bagaimanakah presuposisi konterfaktual dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah dengan data penelitian berupa tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak libat cakap. Langkah-langkah analisis data penelitian ini, meliputi memproses data, mengategorisasikan data, dan menafsir data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) presuposisi faktif yang ditemukan umumnya ditandai oleh verba, yaitu beritahu, belikan, nunggu, datang, jemput, dikumpul, ada, menyesal,

kira, bergantung, berarti, mengharuskan, terpaksa, keluar, dan dipanggil, adjektiva,

yaitu panas dan rusak, frasa verbal, yaitu udah terlambat, udah ikut, nggak capek nunggu, pasti ada, udah lama dimuseumkan, udah telat, masih ada, nggak diizinkan

lagi terus-terusan, memang libur, dan nggak tau, frasa nominal, yaitu selalu menjadi

korban prodi, udah daftar juga, kesempatan terakhir, juara ketiga, dan belum

penelitian, frasa adjektival, yaitu nggak seindah yang dibayangkan, dan masih

banyak, frasa adverbial, yaitu nggak tau, dan frasa numeral, yaitu kedua kali, (2)

presuposisi nonfaktif yang ditemukan umumnya ditandai oleh verba, yaitu

membayangkan, bermimpi, dan tuduh, nomina, yaitu harapannya, adjektiva, yaitu

curiga, adverbia, yaitu kayaknya, pura -pura, ecek-eceknya, maunya, inginnya, dan

harusnya, dan konjungsi, yaitu padahal, (3) presuposisi konterfaktual hanya ditandai

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Pengertian Presuposisi ... 6

2.2 Jenis-Jenis Presuposisi ... 11

2.3Tindak Tutur ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 22

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 22

3.2 Data dan Sumber Data ... 23

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4 Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 25

4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.1.1 Presuposisi Faktif ... 25

4.1.2 Presuposisi Nonfaktif ... 46

4.1.3 Presuposisi Konterfaktual ... 55

4.2 Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP ... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Mentah Hasil Penelitian ... 77

2. Data Informan ... 80

3. Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing ... 81

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Percakapan merupakan suatu kegiatan atau peristiwa berbahasa lisan antara dua atau lebih penutur yang saling memberikan informasi dan mempertahankan hubungan yang baik (Parera, 2004:235). Percakapan di dalamnya mengandung tutur. Dalam percakapan tutur diartikan sebagai penggunaan bahasa oleh satu orang dalam situasi yang khas. Dapat dikatakan juga bahwa tutur adalah suatu tindak perorangan (Ullman, 2007:23). Selain itu menurut pendapat ahli yang lain, tutur merupakan ujaran lisan atau rentang perbincangan yang didahului dan diakhiri dengan kesigapan pada pihak pembincang (Parera, 2004:262).

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, dalam hal ini percakapan berhubungan dengan kajian pragmatik. Pragmatik ialah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa (Levinson dalam Alamsyah 2010:1). Dapat dikatakan juga bahwa pragmatik mengkaji hubungan unsur-unsur bahasa yang dikaitkan dengan pengguna bahasa, tidak hanya pada aspek kebahasaan dalam lingkup ke dalam (Dia, 2012:1). Dalam kajiannya, pragmatik mencakupi bahasan tentang deiksis, presuposisi, tindak tutur, dan implikatur percakapan (Sumarsono, 2004:87). Berkenaan dengan penelitian, penulis akan mengkaji tentang presuposisi.

(11)

mempresuposisikan suatu pernyataan B apabila pernyataan B merupakan prakondisi mengenai benar atau salahnya pernyataan A. Dengan demikian, presuposisi bergantung pada pernyataan yang diucapkan sebelumnya oleh si pembicara awal. Pada dasarnya, presuposisi didapati dalam tuturan seseorang. Dalam hal penyebutan, presuposisi juga mempunyai sebutan lain, yaitu praduga atau praangapan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa presuposisi terdapat dalam tuturan seseorang. Contohnya yang dikemukakan oleh Pandiangan (2012), yaitu ketika seseorang mengucapkan suatu ujaran kepada lawan bicaranya, si lawan bicara pasti akan memiliki praduga atau anggapan sebelumnya tentang ujaran yang diucapkan oleh si pembicara. Hal tersebut seperti dalam ujaran “Ibu pergi ke pasar dengan mobil.”. Ketika seseorang mengucapkan ujaran tersebut, akan muncul presuposisi

pada pendengar bahwa “Ibu mempunyai mobil.”

Dalam kaitannya dengan jenis, ada beberapa jenis presuposisi (pranggapan) yang terdapat dalam percakapan yang dikemukakan oleh Yule dan Aminuddin. Pertama, Yule (2006:46) mengklasifikasikan presuposisi menjadi enam, yaitu presuposisi eksistensial (existensial presupposition), presuposisi faktif (factive

presupposition), presuposisi leksikal (lexical presupposition), presuposisi nonfaktif

(non-factive presupposition), presuposisi struktural (structural presupposition), dan

(12)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, peneliti akan mengkaji presuposisi yang terdapat dalam tuturan mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah dengan menggunakan konsep presuposisi dalam percakapan yang dikemukan oleh Yule (2006:46). Namun, peneliti hanya mengkaji presuposisi faktif, presuposisi nonfaktif, dan presuposisi konterfaktual. Dalam hal ini, didefinisikan bahwa Presuposisi faktif ialah presuposisi yang berisi fakta. Presuposisi nonfaktif ialah kebalikan dari presuposisi faktif, tidak berdasarkan fakta atau kebenaran. Kendatipun, presuposisi konterfaktual ialah presuposisi yang tidak mengandung kebenaran dan berkaitan dengan pengandaian serta mempunyai makna berlawanan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengkaji masalah tersebut karena beberapa hal sebagai berikut. Pertama, pada dasarnya untuk lebih mudah memahami makna yang tersirat dari suatu percakapan, perlu mengetahui presuposisi yang ada. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti presuposisi yang terdapat dalam tuturan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Unsyiah. Kedua, penelitian mengenai presuposisi dalam tuturan mahasiswa belum penulis temukan. Memang ada beberapa penelitian mengenai presuposisi yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, baik di Aceh maupun di luar Aceh.

Kajian presuposisi yang telah diteliti oleh peneliti lain setahu peneliti, seperti

Presuposisi dalam Kartun Sukribo pada Surat Kabar Harian Kompas oleh

Pandiangan (2012), A Study on Presupposition Used in Weekender Magarine’s

Advertisements oleh Humardhiana (2009), Analisis Presuposisi Konsep Tindak Tutur

(Presupposition) dalam Program Talkshow oleh Dia (2012), Presupposition in

Tagline Hollywood Horror Movies oleh Anggreini (2005), dan Presuposisi dalam

(13)

Penelitian yang sudah ada dilakukan dengan bersumberkan pada percakapan yang terdapat dalam media elektronik, baik percakapan dalam acara talkshow maupun sebuah film, dan dalam media cetak berupa gambar. Dari beberapa penelitian yang peneliti ketahui, belum ada yang mengkaji tentang presuposisi dalam tuturan lisan secara langsung dengan sumber datanya adalah mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengkaji presuposisi dengan judul “Analisis Presuposisi pada

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unsyiah”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah presuposisi faktif dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah?

(2) Bagaimanakah presuposisi nonfaktif dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah?

(3) Bagaimanakah presuposisi konterfaktual dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan presuposisi faktif dalam tuturan mahasiswa Program Studi

PBSI FKIP Unsyiah.

(14)

(3) Mendeskripsikan presuposisi konterfaktual dalam tuturan mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Unsyiah.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ialah sebagai berikut. 1) Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, terutama bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pragmatik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai bahan pembelajaran khususnya bahasa dan sastra Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang prseuposisi yang terdapat dalam peristiwa tutur.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman peneliti tentang presuposisi faktif, presuposisi nonfaktif dan presuposisi konterfaktual yang terdapat dalam peristiwa tutur mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah.

2) Manfaat Praktis

(15)

6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Presuposisi

Praduga atau presuposisi merupakan perkiraan atau sangkaan yang berkaitan dengan kemustahilan sesuatu dapat terjadi (defeesbility), masalah proyeksi, atau penonjolan sesuatu hal berbagai macam keterangan atau penjelas (Sudaryat, 2008:124). Maksudnya ialah mempersangkakan sesuatu yang tidak tampak secara langsung atau merupakan sesuatu yang tersirat. Presuposisi (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan (Pandiangan, 2012).

Lebih lanjut, para ahli lain menyatakan bahwa presuposisi adalah titik tolak yang dengan hanya memakai akal budi sulit dibuktikan kebenarannya atau ketidakbenarannya (Drewes, 2003:22). Berdasarkan pernyataan Drewes tersebut, dapat dikatakan bahwa presuposisi ini tidak dapat dibuktikan dengan hanya memakai akal sehat. Ketika si pendengar memiliki presuposisi mengenai informasi yang disampaikan oleh si pembicara, presuposisi yang muncul dalam pikiran si pendengar dapat berupa benar dan dapat juga salah. Misalnya, seseorang mengatakan “Buka pintu itu”. Presuposisi yang muncul tentunya di sekitar pembicara terdapat pintu. Ketika “pintu” tersebut memang ada di sekitar si pembicara, presuposisi itu benar

(16)

“pintu” tersebut tidak ada atau pintu tersebut telah dalam keadaan terbuka, kebenaran

yang dimunculkan dari presuposisi tersebut adalah tidak benar.

Contoh lainnya adalah ketika seorang penutur mengatakan “Matikan televisi itu!”, memberikan asumsi bahwa kebenarannya ada sebuah televisi di sekitar petutur

dan penutur. Ketika televisi tersebut benar dalam keadaan menyala, kebenaran yang dimunculkan dari presuposisi tersebut adalah benar. Akan tetapi, ketika televisi tersebut tidak dalam keadaan menyala, kebenaran yang dimunculkan dari presuposisi tersebut adalah salah.

Mengenai adanya presuposisi benar dan salah, Leech (2003:356) menyebutkan, presuposisi benar dan salah disebut dengan presuposisi positif dan presuposisi negatif. Presuposisi atau tepatnya presuposisi positif ialah hubungan antara X dan Y sedemikian rupa sehingga ‘seseorang yang mengatakan X menerima

sebagai yang benar mengenai kebenaran Y’ atau dapat dikatakan juga bahwa

presuposisi adalah hubungan antara X dan Y sedemikian rupa sehingga (a) jika ungkapan X sahih, Y haruslah benar

(b) jika Y salah, ungkapan X tidak sahih atau kosong.

(17)

ini tidak tampak langsung dari struktur kalimat ujarannya, tetapi harus dilakukan pengkajian dan penganalisisan kalimat ujaran itu sendiri.

Ada beberapa pendapat para ahli lain tentang presuposisi. Anom (2011:69) menyatakan bahwa

Presuposisi adalah kalimat yang mempunyai makna yang terpendam di balik sebuah ucapan. Presuposisi akan membuat Anda menjadi seorang yang dapat memahami model dunia orang lain secara menyeluruh. Pelanggaran metamodel satu ini cukup sering dilakukan oleh manusia pada setiap kejadian. Saat Anda dapat mengenali model dunia orang lain, Anda akan dengan mudah mengarahkan model dunia yang sedang orang lain gunakan tersebut.”.

Sejalan dengan pendapat Anom, Eriyanto (2001:256) juga berpendapat bahwa “Elemen wacana presuposisi (presuppotion) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Presuposisi adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Presuposisi hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.presuposisi ini merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu. Meskipun berupa anggapan, presuposisi umumnya didasarkan pada ide common sense, praangapan yang masuk akal atau logis sehingga meskipun kenyataannya tidak ada (belum terjadi) tidak dipertanyakan kebenarannya. Orang sudah terlanjur menerimanya.”

Berbeda halnya dengan pendapat Anom dan Eriyanto, Givon (dalam Sudaryanto, 1997:319) menyatakan bahwa presuposisi adalah status tindak tutur negatif. Menurutnya, presuposisi didasarkan pada kenyataan yang belum dicapai misalnya wacana. Contoh: “Apa mau terus di Australia?” tuturan ini bertanya, tetapi sebenarnya tidak dimaksudkan untuk bertanya. Penutur sudah mempunyai presuposisi, yaitu kemungkinan menetap di Australia. Penutur mengatakan yang sebaiknya dengan gaya “bertanya”.

(18)

presuposisi penutur berasumsi atau meyakini bahwa lawan tuturnya mengenali bahwa dia membuat asumsi-asumsi ini, atau memiliki keyakinan ini (Yule, 2006:170). Sifat presuposisi ini biasanya dijelaskan sebagai keajegan di bawah penyangkalan yang berarti bahwa presuposisi suatu pernyataan akan tetap ajeg, yakni tetap benar walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan menyangkal (Yule: 2006:45).

Di samping itu, ada juga pendapat lain yang menyebutkan bahwa presuposisi mengacu pada makna tersirat yang mendahului makna kalimat yang terucapkan (tertulis) (Sumarsono, 2004:87). Kalau kita mendengar ujaran, “Ibunya sedang sakit.”, “makna lain” yang dapat kita tangkap, yaitu dia mempunyai ibu (Sumarsono, 2004:87). Terakhir, selain pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, Stalnaker (dalam Balai Penelitian Bahasa, 2001:16) mengatakan bahwa presuposisi, yaitu pengetahuan bersama (common knowledge) yang dimiliki oleh pembicara dan mitra bicara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa presuposisi adalah anggapan awal yang muncul pada si petutur saat penutur mengucapkan suatu tuturan. Dalam penganalisisan presuposisi, terdapat penanda yang mendukung presuposisi. Adapun penanda yang mendukung kemunculan presuposisi terdiri atas tiga unsur penting, yaitu pengetahuan bersama, konteks situasi, dan partisipan (Pandiangan, 2012).

a) Pengetahuan bersama

(19)

berguna untuk melihat pola tuturan sehingga pemahaman yang didapat sesuai dengan yang diinginkan penutur (Yule dalam Pandiangan: 2012).

Contoh: Sudah bab berapa?

Praanggapan yang terdapat pada tuturan di atas adalah si penutur

menanyakan mengenai skripsi kepada si petutur. Untuk memahami tuturan di

atas diperlukan pengetahuan bersama bahwa si petutur sedang menyusun skripsi sehingga maksud dari tuturan di atas tepat maknanya. Selanjutnya, si pembicara juga mengetahui dengan yakin bahwa yang diajak bicara sedang dalam tahap penulisan skripsi. Di samping itu, si petutur mengetahui dengan benar bahwa yang dimaksud oleh si penutur adalah skripsi.

b) Partisipan

Partisipan dapat diidentifikasi melalui ekspresi yang digunakan dalam tuturan. Hubungan yang dimiliki antara nama atau sebutan yang sesuai dengan objek yang dibicarakan menunjukkan kaitan partisipan dengan tuturan. Dengan adanya penyebutan tertentu oleh atau untuk partisipan, asumsi yang didapat dari sebuah tuturan menjadi berbeda dan memiliki ciri khas satu sama lain (Yule, dalam Pandiangan, 2012).

Contoh: Selamat pagi, Bu!

(20)

Partisipan menjadi sangat penting dalam sebuah tuturan karena dapat memberikan informasi tambahan mengenai tuturan dan membedakan konteks yang terjadi dalam tutura tersebut (Pandiangan, 2012).

c) Konteks situasi

Konteks situasi merupakan bagian dari bagian situasi dalam kajian linguistik yang mengacu pada penggunaan ungkapan dalam tuturan (Pandiangan, 2012). Konteks situasi sangat mempengaruhi suatu praanggapan yang terkandung dalam suatu tuturan. Tanpa mengetahui konteks situasi, kebenaran dari sebuah pernyataan tidak dapat diketahui. Pengaruh adanya pengetahuan tentang konteks situasi pada kebenaran praanggapan yang dimunculkan dapat dilihat pada pengucapan tuturan berikut.

Contoh: Jangan menangis!

Praanggapan yang ditimbulkan dari tuturan tersebut tentu berbeda jika diucapkan pada konteks situasi wisuda dan pada konteks situasi duka. Ketika tuturan tersebut digunakan pada konteks situasi duka, praanggapan yang muncul adalah si petutur sedang menangis karena sedih baru tertimpa musibah. Namun, jika tuturan tersebut digunakan pada konteks situasi wisuda, praanggapan yang muncul adalah si petutur menangis karena bahagia.

2.2 Jenis-jenis Presuposisi

(21)

presuposisi konterfaktual. Dalam hal ini, ketiga jenis itu dipilih karena sesuai dengan kebutuhan peneliti. Ketiga presuposisi tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Presuposisi Faktif (Factive Presupposition)

Presuposisi faktif adalah presuposisi yang informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan (Yule, 2006:170). Presuposisi ini muncul dari informasi yang ingin disampaikan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta atau berita yang diyakini keberadaannya. Kata-kata yang dapat menyatakan fakta dalam tuturan ialah verba yang dapat memberikan makna pasti tuturan tersebut. Kata kerja yang mengandung presuposisi faktif, seperti menyesal, menyadari, menggembirakan, mengherankan, dan mengetahui (Yule, 2006:47). Contohnya pada kalimat “Kami menyesal mengatakan kepadanya”. Dalam kalimat tersebut presuposisinya adalah kami telah mengatakan kepadanya. Pernyataan itu merupakan fakta aktual karena telah disebutkan dalam tuturan. Kata

mengatakan digunakan untuk menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai

sebuah fakta dari sebuah tuturan. Contoh lainnya presuposisi faktif terdapat pada kalimat “Kami menyesal telah mengatakannya”. Kata menyesal memberi asumsi

bahwa kebenarannya ia telah megatakannya. Presuposisi tersebut ditandai oleh adanya kata penanda munculnya presuposisi, yaitu kata menyesal. Dalam kalimat tersebut, kata yang mengandung presuposisi, yaitu mengatakannya diikuti oleh kata penanda menyesal.

(22)

dosen di prodi sekarang” dengan konteks situasi si penutur sedang berada di depan

prodi. Pada saat tersebut, tuturan itu disampaikan kepada petutur melalui alat komunikasi, telepon. Kendatipun saat tuturan tersebut diucapkan dan penutur tidak menyebutkan lokasi si penutur, petutur dapat mengetahui bahwa si penutur sedang berada di depan prodi. Hal ini disebabkan oleh adanya pengetahuan awal antara penutur dan petutur atau pembaca tentang konteks dan partisipan pengucap tuturan tersebut.

(2) Presuposisi Nonfaktif (Non-Factive Presupposition)

Presuposisi nonfaktif adalah suatu presuposisi yang diasumsikan tidak benar (Yule, 2006:50). Presuposisi ini masih memungkinkan adanya pemahaman yang salah karena penggunaan kata-kata yang tidak pasti atau ambigu. Kata kerja yang mengandung presuposisi nonfaktif, seperti bermimpi, membayangkan, dan berpura-pura (Yule, 2006:50). Presuposisi nonfaktif misalnya terdapat pada kalimat “Saya

bermimpi menjadi seorang anggota DPR.”

Tuturan tersebut mengandung presuposisi nonfaktif yang ditandai oleh kata penanda bermimpi. Kata bermimpi menyatakan sesuatu keinginan yang belum terjadi saat tuturan tersebut diucapkan. Berdasarkan kata penanda munculnya presuposisi, dapat diasumsikan bahwa kebenarannya Saya bukan anggota DPR. Contoh lainnya dapat dilihat pada kalimat “Dia ,membayangkan saat kelulusannya nanti”. Kalimat

tersebut mengandung presuposisi nonfaktif yang ditandai dengan kata penanda

membayangkan. Sama halnya dengan kata bermimpi, kata membayangkan juga

(23)

melalui tuturan yang kebenarannya masih diragukan dari fakta yang disampaikan. Presuposisi ini kebalikan dari presuposisi faktif. Pada presuposisi nonfaktif, suatu pernyataan akan mempraanggapkan sesuatu yang bukan kenyataan yang sebenarnya. (3) Presuposisi konterfaktual (Counter-Factual Presupposition)

Presuposisi konterfaktual berarti bahwa yang dipraanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan (Yule, 2006:50). Presuposisi konterfaktual ditandai dengan penggunaan klausa bersyarat (Yule, 2006:50). Contohnya, pada kalimat berikut.

- Jika ia lulus, ia akan menjadi seorang guru.

- Andai ia datang, ia akan mendapatkan hadiah itu.

- Bila ia marah, kamu diam saja.

Ketiga kalimat tersebut mengandung klausa bersyarat yang ditandai oleh adanya konjungsi yang menyatakan persyaratan, yaitu jika, andai, dan bila.

Lebih lanjut, Rahardi (dalam Pandiangan, 2012) memberikan contoh yang berkaitan dengan presuposisi ini sebagai berikut.

“Tuturan yang berbunyi Kalau kamu sudah sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa, aku tidak ada di rumah karena bukan hari

libur. Tuturan itu tidak semata-mata dimaksudkan pada penggunaan kata

pengandaian di dalam tuturan itu, melainkan ada sesuatu yang tersirat dari tuturan itu yang harus dilakukannya, misalnya mencari alamat kantor atau nomor telepon si penutur”. Presuposisi ini menghasilkan pemahaman yang berkelebihan dari pernyataannya atau kontradiktif. Kondisi yang menghasilkan presuposisi seperti ini biasanya dalam tuturannya mengandung ‘if clause’ atau pengandaian. Hasil yang didapat menjadi kontradiktif dari pernyataan sebelumnya.”

(24)

pengandaian. Kata kalau pada kalimat tersebut memberikan asumsi bahwa kenyataannya Ani tidak sekolah. Presuposisi tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya penggunaan kata kalau. Penggunaan kalau membuat presuposisi yang kontradiktif dari tuturan yang disampaikan (Pandiangan, 2012). Pada presuposisi konterfaktual, penanda munculnya presuposisi ditandai oleh kata penghubung yang menyatakan pengandaian, seperti jika, andai, bila, dan kalau.

Dalam hal presuposisi jenis faktif, nonfaktif, dan konterfaktual yang telah dikemukakan oleh Yule, Leech (2003:367). juga mengungkapkan tentang ketiga hal tersebut dengan nama lain, yaitu faktualitas, nonfaktualitas, dan kontrafaktualitas Leech membedakan ketiga bentuk tersebut dalam bentuk kaidah berikut:

Realize (menyadari)-> [faktif]

Suspect (mencurigai)-> [nonfaktif]

Pretend (berpura-pura)-> [kontrafaktif]

Sehubungan dengan pengelompokkan presuposisi, Leech (2003:356), mengemukakan ada dua presuposisi, yaitu praanggapan versus hubungan persyaratan dan presuposisi versus ekspektasi (harapan). Dalam bukunya, Leech memaparkan bahwa presupsosisi versus hubungan persyaratan adalah sebagai hubungan antara dua pernyataan X dan sedemikian rupa sehingga

(a) Jika X benar, Y harus benar (b) Jika Y salah, X harus salah

(25)

dasarnya, seperti yang dikatakan Leech (2003:357) ungkapan itu tidak dapat benar atau salah, hanya saja penempatannya yang kurang tepat. Contoh tersebut menunjukkan bahwa presuposisi tersebut juga dapat mencakup jenis predikasi lain.

Disebutkan juga oleh Leech, dalam hubungan akibat juga terjadinya kekacauan, yaitu presuposisi yang ungkapan yang mengandung persangkaan (X), juga yang dipersangkaan (Y) adalah suatu pernyataan. Hal tersebut diformulasikan dalam arti kebenaran dan kesalahan, berikut.

X mempersyaratkan Y berarti bahwa Jika X benar, Y harus benar

(tetapi jika bukan-X benar, Y tidak harus benar)

Contoh pernyataan rumus tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut. Jika X benar, Y harus benar

X: Ani menikahi seorang tukang bubur berparas ganteng.

mengandung akibat

Y: Ani menikahi seorang berparas ganteng.

(tetapi jika bukan-X benar, Y tidak harus benar)

X: Ani tidak menikahi seorang tukang bubur berparas ganteng

tidak mengandung akibat

Y: Ani menikahi seorang berparas ganteng.

Selanjutnya,

(26)

dan

Jika bukan-X benar, Y benar

Contoh pernyataan rumus tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut. Jika X benar, Y benar

X: Tukang bubur yang dinikahi Ani ganteng.

Y: Ani menikahi tukang bubur.

Jika bukan-X benar, Y benar

X: Tukang bubur yang dinikahi Ani tidak ganteng.

Y: Ani menikahi tukang bubur.

Hal tersebut berarti, jika orang membuat negatif kalimat X yang mengandung akibat, akibatnya tidak lagi jelas; tetapi jika orang menegatifkan kalimat X yang mengandung presuposisi, hubungan presuposisi itu tetap benar.

Tes negasi ini, demikian dinamakan, merupakan sarana memilahkan persyaratan dan presuposisi (praanggapan) yang berguna di dalam kasus yang X adalah suatu pernyataan. Namun, hal tersebut tidak dapat diterapkan pada jenis ungkapan yang lain seperti pertanyaan dan perintah, atas dasar bahwa hanya pernyataan sajalah yang dapat memiliki sifat kebenaran atau kesalahan (Leech, 2003:259). Selanjutnya, Leech (2003:259) juga menyatakan adanya presuposisi versus ekspektasi (harapan), yaitu hubungan tertentu yang lebih lemah daripada persyaratan, sepanjang bahwa hubungan itu tidak memenuhi kriteria tidak dapat dikontradiksikan. Contoh pernyataan tersebut dapat diamati pada kalimat “Ana memakan sebagian kue.” Kalimat tersebut mempunyai praanggapan bahwa Ana

(27)

akan memberikan praanggapan yang berbeda dari kalimat sebelum dikontradiksikan. Setelah dikontradiksikan, kalimat tersebut memberikan praanggapan bahwa Ana memakan semua kue. Contoh lain seperti pada kalimat “Sedikit gadis yang datang.” yang mempunyai ekspektasi “Beberapa gadis yang datang.”

Berdasarkan penanda munculnya presuposisi, Lakoff (dalam Leech, 2003:368) menyatakan bahwa adanya kaidah yang dengan kaidah itu presuposisi positif, netral, dan negatif ‘diaktifkan’ oleh predikat tertentu sehingga menjadi

‘realisasi’. Sehubungan dengan predikat tersebut, Leech (2003:370) membedakan

adanya faktif murni dan faktif kondisional. Dalam faktif murni ada dua penanda munculnya presuposisi yang berfungsi predikat berbentuk verba, yaitu predikat verba yang mengikuti kata itu dan predikat verba yang mengikuti konstruksi infinitif dan normalisasi (Leech, 2003:370). Kendatipun faktif kondisional, predikat berbentuk verba diikuti oleh kata negasi. Dengan demikian, dapat disimpullkan bahwa penanda munculnya presuposisi salah satunya ditandai oleh kategori verba.

(28)

klausa utama berbeda tarafnya. Selanjutnya, anak kalimat partisipal adalah anak kalimat yang menerangkan adanya partisipan yang ikut berperan serta dalam suatu kegiatan. Terakhir anak kalimat bahwa adalah anak kalimat yang menggunakan konjungsi bahwa. Contoh kalimat yang mengandung beberapa ungkapan di atas adalah sebagai berikut.

(1) Klausa relatif

- Anak-anak yang memakai baju merah itu adalah anaknya.

- Dia yang kemarin menabrakmu itu telah meninggal.

(2) Adjektif

- Dia cantik.

- Ani malas.

(3) Frasa Preposisional

- Dia berbicara tentang kehidupannya. - Dia berada di belakangmu.

(4) Adverbial

- Hendaknya ia datang.

(5) Kata benda

- Dia kelaparan.

- Kemari telah terjadi kebakaran. (6) Anak kalimat bahwa

- Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.

(7) Anak kalimat partisipal

(29)

(8) Anak kalimat komperatif

- Pikirannya sekarang lebih tajam daripada sebelumnya.

- Kemarin dia tampil cantik, tetapi hari ini dia tampil tidak menarik sama sekali.

2.3 Tindak Tutur

Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur (Jamilatun, 2011:22). Menurut Rustono (dalam Jamilatun, 2011:22) tindak tutur (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Istilah tindak tutur atau tindak bahasa diterjemahkan dari bahasa Inggris adalah speech acts atau istilah lainnya dalam bahaa Inggris language acts (Lyions dalam Purba, 2007:75). Menurut Richard (dalam Purba, 2007:76), tindak tutur adalah sebagai sesuatu yang sebenarnya kita lakukan ketika kita berbahasa. Tindak tutur berkaitan erat dengan peristiwa tutur. Dalam peristiwa tutur adanya tindak tutur. Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dalam Nurbaeti, 2009:8).

(30)

(1) Penutur dan mitra tutur adalah orang yang bertutur atau yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi, sedangkan mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam penuturan.

(2) Konteks tuturan adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Konteks mencakup fisik dan sosial. Konteks fisik disebut ko-teks, sedangkan konteks sosial disebut konteks. (3) Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai penutur dengan melakukan

tindakan bertutur. Komponen ini melatarbelakangi tuturan.

(4) Tindak tutur sebagai bentuk tindakan. Tindak tutur adalah aktivitas. Menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan, tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang.

(31)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan berdasarkan beberapa asas metodologi pendekatan kualitatif . Beberapa landasan yang mendasari adalah (1) sumber data dan data bersifat naturalistik (alamiah); (2) data penelitian bersifat deskriptif dan data yang akan terkumpul berbentuk kata-kata; (3) lebih mengarah pada proses daripada hasil; (4) analisis data bersifat induktif; (5) peneliti merupakan instrumen kunci; (6) lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2005:10). Selain itu, data penelitiannya diambil berupa sampel dari informan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Darmadi (2013:51) yang mengatakan bahwa sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, tema, dan guru dalam penelitian. Jadi, pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu pengumpulan data dari sampel yang berupa informan atau narasumber.

Adapun jenis penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif

(descriptive research). Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan

(32)

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa data verbal yang meliputi tuturan mahasiswa yang mengandung presuposisi faktif, presuposisi nonfaktif, dan presuposisi konterfaktual. Data diperoleh melalui hasil simak libat cakap dengan informan. Simak libat cakap dilengkapi dengan catatan tertulis dan instrumen yang digunakan adalah alat rekam. Selanjutnya, sumber data penelitian ini berupa informan, yaitu mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah pada percakapan di segala situasi yang mengandung presuposisi yang ingin diteliti.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(33)

ditulis atau dicatat pada lembaran pencatatan data. Setelah pencatatan semua data, data tersebut dianalisis berdasarkan tujuan penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2007: 248). Dalam penelitian, teknik analisis data yang digunakan meliputi tiga teknik, yaitu:

(1) pemrosesan data, dilakukan untuk memilih dan menjaring data sehingga akhirnya diperoleh data yang benar-benar sahih dan handal. Data percakapan yang telah dikumpulkan, ditulis, dan dibaca berulang-ulang kemudian diseleksi keseluruhan maknanya;

(2) kategorisasi data; dilakukan untuk memilah dan mengelompokkan data berdasarkan rumusan masalah yang ingin diteliti. Setelah diperoleh data yang sahih, data tersebut dipilah menurut jenis presuposisi yang ingin diteliti berdasarkan rumusan masalah, yaitu meliputi presuposisi faktif, presuposisi nonfaktif, dan presuposisi konterfaktual.

(34)

25 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan hasil analisis data tentang presuposisi dalam tuturan mahasiswa PBSI Unsyiah, yang meliputi jenis-jenis presuposisi dalam tuturan mahasiswa PBSI Unsyiah. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 21 April hingga 14 Mei 2015 dengan lokasi penelitian FKIP Unsyiah. Data tersebut diolah dan langsung diproses pada hari yang sama. Secara keseluruhan ada 70 data yang dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, data percakapan yang mengandung presuposisi faktif, non faktif, dan konterfaktual dipaparkan sebagai berikut.

4.1.1 Presuposisi Faktif (PF)

(35)

a. Presuposisi Faktif dengan Penanda Verba dan Frasa Verbal

Tuturan yang mengandung PF yang penanda munculnya presuposisi berupa verba adalah sebagai berikut.

(1) a. PA: Sekolah kalian kapan libur?

b. PB: Ini. Bu Risna beritahu bahwa waktu try out nanti kami libur. Jadi, bisa ke kampus ketemu dosen.

Tuturan (1) mengandung PF yang ditandai dengan verba. Sehubungan dengan konteks, situasi tersebut berlangsung di kampus, lebih lengkapnya di depan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tuturan yang berlangsung tersebut membicarakan seputar PPL. Ada dua verba dalam tuturan tersebut yang menandakan adanya PF, yaitu kata beritahu (PF1) dan bisa (PF2).Informasi yang mengikuti kata beritahu dan bisa dapat dianggap sebagai kenyataan. Berdasarkan praanggapan yang mengikuti verba, pada verba (PF1) adanya beberapa kebenaran, yaitu (a) si penutur sedang mengikuti PPL, (b) adanya seseorang yang bernama Risna yang dalam konteks ini yang dimaksud adalah koordinator pamong di sekolah tempat si penutur PPL, dan (c) akan adanya try out di sekolah tersebut. Pada verba (PF2) pula terdapat kebenaran, yaitu (a) si penutur adalah mahasiswa, dan (b) pada hari biasanya si penutur kesulitan atau tidak bisa pergi ke kampus menemui dosennya karena terkendala dengan jam di sekolah.

(36)

Tanpa mengaitkan dengan konteks, kata beritahu telah mempranggapkan bahwa kebenarannya ada informasi yang disampaikan.

(2) Tolong belikan aku capcin lu. Panas gini ‘kan enak yang dingin-dingin.

Dalam tuturan (2) terkandung PF. PF dalam tuturan tersebut ditandai dengan adanya verba belikan .Tuturan (2) terjadi di parkiran FKIP pada siang hari. Adanya kata belikan pada tuturan (2) mengindikasikan timbulnya asumsi bahwa di sekitar tempat tersebut ada dijual capcin. Capcin yang dimaksud ialah minuman cappuccino cincau. Penanda pada tuturan (2) verbanya berfungsi sebagai predikat. Tuturan tersebut merupakan kalimat pasif persona.

(3) a. PA: Beli capcin itu yok?

b. PB: Nggak mau ah! Aku nunggu capcin lain aja.

Verba nunggu pada tuturan (3) merupakan penanda munculnya PF. Tuturan tersebut berlangsung di parkiran FKIP Unsyiah pada saat siang hari setelah penutur menemui dosen di Prodi PBSI untuk konsultasi. Pembicaraan pada tuturan (3) mengenai pembelian capcin. Pada tuturan (3) ada dua penanda munculnya presuposisi, yaitu frasa adverbial nggak mau ah dan verba nunggu. Kedua penanda tersebut saling berkaitan. Penanda presuposisi pertama merupakan jawaban penolakan dari suatu ajakan yang kemudian dijelaskan pada kalimat kedua yang mengandung penanda verba nunggu. Dengan demikian, verba nunggu memberikan asumsi bahwa kenyataannya si penutur tidak membeli

capcin yang telah berada di sekitar penutur dengan alasan tertentu. Boleh jadi

(37)

diasumsikan bahwa biasanya ada lebih dari satu penjual capcin yang berjualan di daerah itu.

(4) Kita datang pukul 10 aja besok biar nggak capek nunggu prodi buka.

Berkenaan dengan presuposisi, termasuk dalam PF. Penutur dan petutur dalam tuturan (4) sedang membicarakan tentang rencana datang ke prodi. Mengenai konteks terjadinya percakapan, tuturan (4) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI pada siang hari. Tuturan tersebut mengandung PF yang ditandai dengan dua penanda, yaitu verba datang dan frasa verbal nggak capek

nunggu. Verba datang mengandung adanya indikasi kebenaran bahwa biasanya

“kita” (yang terdiri dari beberapa penutur yang turut dalam percakapan tersebut)

datang di bawah pukul 10 dan pada saat tersebut prodi sering belum buka. Tuturan (4) juga merupakan kalimat majemuk subordinasi. Pada tuturan tersebut, penanda verba datang terdapat pada induk kalimat. Selanjutnya, pada frasa verbal nggak capek nunggu terkandung asumsi bahwa adanya kebenaran prodi dibuka di atas pukul 10. Apabila si penutur atau si petutur datang pukul 8, biasanya prodi belum dibuka. Berarti berdasarkan praanggapan tersebut dapat disimpulkan bahwa lazimnya pukul 10 prodi sudah buka. Penanda munculnya PF, yaitu frasa verbal pada tuturan (2) terdapat pada klausa anak kalimat.

(5) Nanti jemput aku. Motor rusak.

(38)

Diketahui tuturan (5) terkandung PF ditandai oleh adanya verba yang mengikutinya, yaitu verba jemput dan adjektiva rusak. Verba jemput mengandung asumsi adanya kebenaran bahwa jarak antara si penutur dan lawan bicaranya jauh. Si penutur pada saat tersebut berada di lingkungan kampus, yaitu di depan kantor Prodi PBSI, sedangkan si petutur di telepon berada di luar kampus. Kata jemput di sini mempunyai arti ‘pergi atau datang bersama dengan’. Fungsi penanda PF pada tuturan (5) yang berupa, yaitu verba jemput adalah sebagai predikat. Mengenai penanda presuposisi yang berupa adjektiva, yaitu kata rusak akan dipaparkan pada subbagian adjektiva.

(6) Agendanya dikumpul minggu depan.

Tuturan yang berisi informasi tentang agenda yang terkandung dalam tuturan (6) merupakan PF yang ditandai dengan adanya kata dikumpul. Tuturan (6) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI pada siang hari dan membicarakan tentang tugas dalam kegiatan PPL. Dalam kegiatan PPL adanya tugas berupa agenda yang harus dibuat oleh mahasiswa PPL. PF pada tuturan tersebut ditandai dengan adanya verba dikumpul. Verba tersebut memberikan asumsi kepada petutur bahwa kenyataannya ada lembar pengisian agenda yang harus diisi dengan tenggat waktu tertentu. Verba dikumpul ini merupakan verba pasif pertama yang berarti subjeknya dikenai pekerjaan. Verba dikumpul yang terdapat dalam tuturan berfungsi sebagai predikat.

(7) Sabtu ada seminar proposal. Pak Subhayni pasti ada.

(39)

pada siang hari pada hari Kamis antara mahasiswa yang sedang berkumpul di depan prodi dalam kegiatan konsultasi dengan dosen pembimbing dan sedang membicarakan tentang seminar proposal. Ada dua penanda munculnya presuposisi pada tuturan (7). PF pada tuturan (7) ditandai dengan verba ada dan frasa verbal pasti ada. Penanda pertama, verba ada memberikan asumsi bahwa si penutur mengetahui dengan yakin bahwa hari Sabtu ada jadwal seminar proposal. Verba ada yang terdapat pada tuturan berkedudukan sebagai predikat. Penanda kedua pada tuturan tersebut, yaitu frasa verbal pasti ada memberikan asumsi bahwa adanya seorang dosen di Prodi Bahasa Indonesia yang bernama Subhayni. Verba pasti ada juga memberikan anggapan bahwa kebenarannya Bapak Subhyani tersebut mempunyai sebuah peran dalam pelaksanaan seminar proposal. Fungsi verba pasti ada pada tuturan (3) juga berkedudukan sebagai predikat.

(8) Menyesalonline skripsi semester lalu. Kalau tau kek gini ‘kan nggak online kita.

Salah satu ciri suatu tuturan terkandung PF dengan adanya kata menyesal, seperti pada tuturan (8). Tuturan (8) mempunyai konteks dan keterangan penutur yang sama seperti tuturan sebelumnya, yaitu tuturan berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Pembicaraan pada tuturan (8) mengenai Mata Kuliah Skripsi. Dalam tuturan tersebut, munculnya PF ditandai dengan adanya verba menyesal. Kata

menyesal yang berfungsi sebagai predikat di dalam tuturan tersebut mempunyai

(40)

ada sesuatu terjadi sehingga si penutur merasakan rasa penyesalan ketika telah melakukan online skripsi pada semester lalu. Pada kalimat selanjutnya, adanya kata kalau yang merupakan penanda dari presuposisi konterfaktual. Selengkapnya tentang presuposisi konterfaktual akan dibahas pada subbagian presuposisi konterfaktual.

(9) Ke kira mudah jadi guru.

Suatu tuturan dikategorikan berdasarkan penanda yang terdapat dalam tuturan. Tuturan (9) merupakan PF dengan ditandai oleh adanya kata kira. Percakapan tersebut berlangsung sama konteksnya dengan tuturan sebelumnya, yaitu di depan kantor Prodi PBSI. Saat itu penutur membicarakan tentang proses menjadi guru. Presuposisi dalam tuturan tersebut ditandai dengan adanya kata kira atau lebih tepatnya mengira sebagai predikat yang menerangkan subjek. Kata tersebut memberikan kebenaran bahwa menjadi seorang guru itu tidaklah mudah. Pada keadaan ini, si penutur sedang mengalami proses menjadi guru atau memang telah menjadi guru.

(10) a. PA: Berapa kita bayar les TOEFL? b. PB: Itu bergantung pengajar.

Berkenaan dengan penanda munculnya PF, tuturan (10) merupakan PF yang ditandai oleh kata bergantung. Tuturan tersebut terjadi di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai biaya les TOEFL. Verba yang diikuti oleh presuposisi adalah kata bergantung. Kata bergantung mempunyai arti ‘terkait’. Kata bergantung mempunyai fungsi sebagai predikat. Berdasarkan

(41)

seorang pengajar dan biaya les TOEFL ditentukan oleh si pengajar. Tuturan itu yang mengandung kata bergantung merupakan jawaban dari tuturan sebelumnya yang menanyakan berapa biaya les TOEFL. Kata yang mengandung praanggapan yang mengikuti verba bergantung adalah kata pengajar. Kata pengajar merupakan nomina yang berfungsi sebagai pelengkap. Jika dilihat dari segi sintaksis, tuturan (10) merupakan kalimat aktif intransitif.

(11) a. PA: Emang kapan konsultasinya kata ibuk? b. PB: ‘Kan janjinya hari Senin. Berarti ya hari ini.

Tuturan (11) mengandung PF dengan ditandai oleh kata berarti. Tuturan (11) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai konsultasi. Kata berarti menandakan adanya kebenaran bahwa hari ini adalah hari Senin dan si penutur memiliki janji bertemu dosen pembimbing untuk konsultasi. Kata berarti juga memberikan presuposisi bahwa adanya penekanan atas kebenaran hal yang disampaikan. Kebenaran itu juga diperkuat dengan pertanyaan yang diajukan sebelumnya mengenai waktu konsultasi.

(12) Sidang mengharuskan kita untuk ikut tes UKBI.

(42)

kelulusan adanya sidang dan syarat untuk mendaftar sidang itu harus mengikuti tes UKBI.

(13) Aku terpaksa cabut dari sekolah.

Penanda PF pada tuturan (13) ditandai oleh adanya kata terpaksa. Latar tempat terjadinya tuturan tersebut adalah di depan kantor Prodi PBSI. Pembicaraan yang berlangsung pada saat itu membahas tentang penutur yang bolos dari sekolah tempat penutur melaksanakan PPL. Jika dikategorikan dari segi morfologi, kata terpaksa merupakan kategori verba. Tuturan tersebut merupakan kalimat pasif tipe ketiga. Tuturan (13) mengandung asumsi bahwa kebenarannya adalah (1) penutur sebelumnya berada di sekolah, (2) penutur sedang mengikuti PPL, dan (3) karena alasan tertentu penutur pergi dari sekolah tanpa meminta izin sebelumnya.

(14) SK les TOEFL keluar bulan 1 s.d. bulan 8.

Penggunaan kata keluar yang berkategori verba pada tuturan (14) mengisyaratkan bahwa tuturan tersebut merupakan PF. Tuturan (14) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan tentang masa berlakunya SK les TOEFL. Kata keluar yang merupakan penanda munculnya PF mengasumsikan bahwa kebenarannya adalah (1) ada SK yang diberikan ketika les TOEFL selesai diikuti dan (2) setelah bulan 8 SK tersebut tidak berlaku lagi.

(15) Qis dipanggil bapak ke prodi.

(43)

Presuposisi dalam tuturan tersebut mengikuti kata kerja dipanggil. Dalam tuturan tersebut dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si penutur telah bertemu dengan “bapak” dan ia pun menyampaikan amanah dari “bapak” untuk qisti.

(16) a. PA: Kalian udah ikut les TOEFL?

b. PB: Ke udah terlambat daftarnya, kami udah ikut tes.

Ada dua penanda pada tuturan tersebut yang mengindikasikan bahwa tuturan tersebut termasuk PF. Latar tempat terjadinya tuturan tersebut adalah di depan kantor Prodi PBSI. Saat itu, penutur dan petutur sedang membicarakan tentang les TOEFL yang dilaksanakan oleh fakultas. Penanda munculnya PF pada tuturan (16), yaitu frasa udah terlambat (PF1) dan frasa udah ikut (PF2). Ketika tuturan tersebut diucapkan seolah ada dua tuturan yang diucapkan oleh penutur dengan dipisahkan oleh jeda. Namun, sebenarnya, tuturan tersebut merupakan satu tuturan. Jika dituliskan dalam kalimat, yang diucapkan penutur adalah “Ke udah

terlambat daftarnya karena kami udah ikut tes.” Kedua frasa verbal tersebut

memberikan asumsi bahwa pada kenyataannya ada sebuah les TOEFL yang telah diikuti oleh si penutur dan si petutur berkeinginan mengikutinya kemudian serta ada batas waktu ikut tes sehingga si petutur tidak dapat mengikutinya.

(17) Bukunya udah lama dimuseumkan.

(44)

berdebu dan berbau apak. Untuk menyatakan bahwa buku itu telah berdebu dan berbau apak, penutur mengganti sebutannya atau mengiaskan dengan kata

dimuseumkan. Frasa udah lama dimuseumkan merupakan frasa verbal. Tuturan

tersebut termasuk kalimat pasif. Pada tuturan ini, informasi yang mengandunng PF tidak mengikuti frasa verbal, melainkan informasi yang mengandung PF tersebut diikuti oleh frasa verbal. Jadi, munculnya PF di sini berdasarkan frasa verbal yang mengikuti.

(18) a. PA: Nina belum lagi daftar les TOEFL.

b. PB: Nina udahtelat. Maunya Nina daftar les dengan kami.

Tuturan (18) mengandung PF dengan ditandai oleh adanya frasa udah

telat. Tuturan ini berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik

pembicaraan mengenai pendaftaran les TOEFL. PF pada tuturan terssebut ditandai oleh frasa verbal udah telat. Pada tuturan tersebut, adanya PF yang mengasumsikan suatu kebenaran bahwa adanya les dan Nina telat mendaftar les. Dalam hal ini, penutur maksudkan sebenarnya adalah si Nina harusnya mengikuti les dengan ‘kami’ (penutur dan yang lain) yang terdapat pada tuturan lanjutan “Maunya Nina daftar les dengan kami.” Pada tuturan lanjutan tidak mengandung

PF, melainkan mengandung PN. Hal tersebut ditandai dengan adanya kata

maunya yang berarti tuturan tersebut bermakna kebalikan dari yang sebenarnya.

(45)

(19) a. PA: masih banyak yang belum seminar? b. PB: Masih ada Nina, masih banyak.

Tuturan (19) Masih ada Nina, masih banyak mengandung PF. Tuturan tersebut berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Penutur dan petutur saat percakapan berlangsung sedang membicarakan tentang jumlah mahasiswa yang tidak lulus tes TOEFL dan belum mengikuti les rekomendasi TOEFL. Tuturan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan “Berapa orang lagi yang belum ikut les?”. Hanya dalam jawaban, si penutur tidak menjawab secara lengkap. Namun,

ada tuturan implisit yang tidak disebutkan. Seharusnya, tuturan lengkapnya seperti ini “Masih ada Nina yang belum ikut les TOEFL dan masih banyak.” Dari

tuturan lengkap dapat diketahui bahwa informasi yang mengandung PF benar adanya mengikuti kata yang berfungsi sebagai predikat sebelumnya. Ada dua penanda munculnya PF, yaitu frasa verbal masih ada dan frasa adjektival masih

banyak. Frasa masih ada merupakan frasa verbal yang berfungsi sebagai

predikat. PF yang dimunculkan oleh frasa masih ada adalah (1) ada seorang yang bernama Nina, (2) adanya les TOEFL, dan (3) ada mahasiswa yang belum mengikuti les TOEFL.

(20) a. PA: Sibuk kali kayaknya di sekolah.

b. PB: Aku nggak diizinkan lagi terus-terusan pergi ke kampus.

(46)

PF pada tuturan tersebut ditandai oleh adanya frasa verbal nggak diizinkan lagi

terus-terusan. Frasa verbal tersebut memberikan asumsi bahwa kebenarannya si

penutur sedang mengikuti PPL, si penutur sering ke kampus, dan si penutur tidak memiliki izin lagi untuk sering ke kampus dari pihak sekolah.

(21) Hari Kamis memanglibur.

Frasa memang libur pada tuturan (21) memberi isyarat bahwa tuturan tersebut merupakan PF. Tuturan (21) berlatar tempat di depan kantor Prodi PBSI dan pembicaraannya mengenai hari libur yang akan datang. Penanda munculnya presuposisi pada tuturan (21), yaitu frasa verbal memang libur. Frasa memang

libur memberikan asumsi bahwa kebenarannya pada hari Kamis adalah libur dan

hari pada saat tuturan tersebut diucapkan adalah bukan hari Kamis.

(22) Proposal nggak tau kek mana jadinya.

(47)

proposalnya belum rampung. Frasa verbal penanda munculnya PF pada tuturan (22) berfungsi sebagai predikat.

b. Presuposisi Fakti dengan Penanda Adjektiva dan Frasa Adjektival (1) Tolong belikan aku capcin lu. Panas gini ‘kan enak yang dingin-dingin.

Tuturan (1) mengandung PF yang ditandai dengan adanya kata panas. Latar tempat terjadinya percakapan tersebut adalah di parkiran FKIP pada siang hari. Berdasarkan penanda yang muncul, PF pada tuturan (1) ditandai oleh verba

belikan dan adjektiva panas. Mengenai penanda verba belikan telah dijelaskan

pada subbagian verba sebelumnya. Penanda kedua, yaitu adjektiva panas mengindikasikan suatu kebenaran bahwa percakapan berlangsung pada siang hari dengan sinar matahari yang terik yang membuat gerah. Adjektiva yang merupakan penanda PF tersebut berfungsi sebagai subjek.

(2) Nanti jemput aku ya? Motor rusak.

(48)

(3) PPL nggak seindah yang dibayangkan.

Tuturan (3) mengandung PF. Mengenai konteks, tuturan (3) juga berlangsung di depan Kantor Prodi dan percakapannya mengenai kegiatan PPL yang sedang berlangsung. Dalam tuturan tersebut, munculnya PF ditandai dengan frasa nggak seindah yang dibayangkan atau bakunya tidak seindah yang

dibayangkan. Frasa adjektival nggak seindah yang dibayangkan mengandung

kebenaran bahwa sebelumnya ada pemikiran oleh si penutur bahwa PPL yang akan dilaksanakan akan indah. Namun, setelah dijalani si penutur merasakan bahwa PPL tidak menyenangkan. Frasa nggak seindah yang dibayangkan dalam tuturan berfungsi sebagai predikat dan tuturan tersebut merupakan bentuk pasif umum.

(4) Masih banyak yang belum seminar.

(49)

c. Presuposisi Faktif dengan Penanda Konjungsi

(1) SMP kami, voli, juara ketiga se-Aceh setelah Aceh Besar.

Konjungsi setelah yang digunakan pada tuturan (1) dapat mengindikasikan bahwa tuturan tersebut mengandung PF. Tuturan yang berlangsung di depan Prodi PBSI itu membicarakan tentang hasil lomba voli yang diikuti oleh sekolah tempat si penutur melaksanakan PPL. Konjungsi setelah memberikan asumsi bahwa Aceh mengadakan lomba voli dan Aceh Besar menduduki peringkat kedua.

d. Presuposisi Faktif dengan Penanda Frasa Nominal (1) Leting kita selalumenjadi korban prodi.

Tuturan (1) merupakan PF yang ditandai oleh adanya frasa selalu menjadi

korban prodi. Jika berbicara konteks, tuturan (1) berlangsung di depan kantor

(50)

(2) a. PA: Siapa aja yang udah daftar kompren? b. PB: Orang si Tata udah daftar juga.

Dalam tuturan orang si Tata udah daftar juga megandung PF yang ditandai dengan adanya frasa udah daftar juga. Tuturan ini terjadi pada siang hari di depan kantor Prodi PBSI. Pada saat tuturan berlangsung, penutur dan petutur sedang membicarakan tentang pendaftaran ujian komprehensif. Frasa nominal pada tuturan tersebut terdapat beberapa presuposisi yang mengandung kebenaran, yaitu (a) Tata adalah mahasiswa PBSI, (b) si penutur kenal dengan Tata, dan (c) Tata sudah mendaftar. Frasa nominal pada tuturan tersebut berkedudukan sebagai predikat.

(3) Kita kesempatan terakhir kejar cumlaude semester ini.

Tuturan berikut mengandung PF. Tuturan (3) berlangsung di kampus di depan kantor PBSI antara mahasiswa yang sedang membicarakan tentang kelulusan. PF yang terkandung pada tuturan tersebut dapat diketahui dapat dari frasa nominal yang mengikuti yang digunakan sebagai penanda munculnya PF. Pada tuturan (3), frasa nominal penanda PF adalah kesempatan terakhir. Berhubungan dengan konteks, ketika konteks tidak diungkapkan, kita secara langsung dapat memunculkan suatu anggapan bahwa adanya kebenaran tentang “kita” yang berprofesi sebagai mahasiswa. Berdasarkan penanda munculnya PF,

(51)

pertama dipilih pada semester 7 untuk seminar dan online MK Skripsi kedua dipillih pada semester 8 untuk melanjutkan tugas akhir skripsi. Frasa nominal penanda munculnya PF, kesempatan terakhir, pada tuturan berfungsi sebagai predikat.

(4) SMP kami voli juara ketiga se-Aceh setelah Aceh Besar.

Berdasarkan penanda munculnya PF, tuturan (4) dikategorikan sebagai tuturan yang mengandung PF karena terdapat frasa nominal sebagai penanda PF. Tuturan tersebut merupakan PF yang mempunyai konteks sama seperti tuturan sebelumnya, yaitu di depan kantor Prodi PBSI. Penutur dalam tuturan ini sedang membicarakan tentang lomba voli yang diikuti oleh sekolah tempat si penutur sedang melaksanakan PPL. PF dalam tuturan ini muncul dengan ditandai oleh frasa nominal juara ketiga yang berfungsi sebagai predikat dan konjungsi

setelah yang merupakan konjungsi penanda kalimat majemuk bertingkat yang

berfungsi sebagai keterangan. Sehubungan dengan penanda hadirnya PF, frasa nominal memiliki asumsi yang mengandung kebenaran bahwa adanya dilakukan pertandingan voli se-Aceh dan ada tiga peringkat. Kebenaran PF juga ditandai dengan konjungsi waktu setelah. Selengkapnya mengenai konjungsi akan dijelaskan pada subbagian konjungsi.

(5) Konsultasi terhambat sejak PPL. Ini pun belum penelitian lagi.

(52)

ditandai oleh adanya frasa nominal belum penelitian lagi. Frasa nominal belum

penelitian lagi memberi asumsi bahwa adanya kebenaran si penutur sedang

dalam tahap penyusunan skripsi, tetapi belum melakukan penelitian.

e. Presuposisi Faktif dengan Penanda Frasa Adverbial (1) a. PA: Beli capcin itu yok?

b. PB: Nggak mauah! Aku nunggucapcin lain aja.

Frasa nggak mau pada tuturan (1) menandakan bahwa tuturan tersebut mengandung PF. Percakapan itu berlangsung di parkiran FKIP Unsyiah. Topik yang dibicarakan pada saat itu mengenai pembelian minuman cappucino cincau. Penanda munculnya presuposisi pada tuturan (1) ialah frasa nggak mau yang berkategori sebagai frasa adverbial. Frasa adverbial tersebut memberikan asumsi bahwa kebenarannya adalah adanya ajakan dari si petutur sebelumnya yang hanya memberi opsi pada si penutur untuk menjawab iya atau tidak. Berdasarkan lanjutan kalimat atau tuturannya, dapat diprediksikan bahwa pertanyaannya adalah “Yok beli capcin itu.” Namun, karena alasan tertentu si penutur menolak

dan lebih memilih menunggu penjual capcin yang lain datang.

f. Presuposisi Faktif dengan Penanda Frasa Numeral (1) Ini aku tes TOEFL kedua kali.

(53)

TOEFL untuk kedua kalinya. Frasa kedua kali yang berkategori numeral ini menyatakan intensitas jumlah.

(54)

Tabel 4.1 Penanda Presuposisi Faktif (PF)

No. Wujud PF

Verba Adjektiva F. Verbal F. Nominal F. Adjektival F.Adverbial F. Numeral

1 beritahu Panas udah

terlambat, udah ikut

selalumenjadi

korban prodi

nggak seindahyang

dibayangkan

Nggak mau kedua kali

2 belikan rusak nggak cape

nunggu

udah daftar juga Masih banyak

3 nunggu pasti ada kesempatan

terakhir

4 datang udah lama

dimuseumkan

juara ketiga

5 jemput udahtelat belum penelitian

6 dikumpul Masih ada

7 ada nggak

diizinkan lagi terus-terusan

8 Menyesal memanglibur

9 kira nggak tau

10 bergantung

11 Berarti

12 mengharuskan

13 terpaksa

14 keluar

(55)

4.1.2 Presuposisi Nonfaktif (PN)

Presuposisi nonfaktif adalah suatu presuposisi yang diasumsikan tidak benar (Yule, 2006:50). Yule (2006:50) juga mengatakan bahwa presuposisi ini masih memungkinkan adanya pemahaman yang salah karena penggunaan kata-kata yang tidak pasti atau ambigu. Presuposisi nonfaktif diberi kode PN. Lebih lanjut, presuposisi nonfaktif dipaparkan berdasarkan kategori kata sebagai berikut.

a. Presuposisi Nonfaktif dengan Penanda Verba

(1) Aku membayangkan nanti kita udah punya anak, ada yang kerja, ada yang lanjut

kuliah. Deg-degan rasanya.

Tuturan (1) mengandung PN. Tuturan tersebut berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai pandangan ke depan setelah lulus kuliah. PN pada tuturan (1) ditandai dengan adanya kata

membayangkan yang berkategori sebagai verba. Berdasarkan penanda verba

membayangkan tersebut, dapat diasumsikan bahwa tuturan (1) mempunyai

kebenaran bahwa si penutur mengkhayal tentang apa yang terjadi kelak atau tentang kejadian yang kemungkinan akan terjadi beberapa waktu yang akan mendatang. Kata membayangkan pada tuturan (1) mempunyai arti suatu tindakan yang tidak benar-benar sedang terjadi. Jadi, klausa selanjutnya yang mengikuti kata membayangkan, yaitu kita udah punya anak, ada yang kerja, ada yang

lanjut kuliah merupakan sesuatu yang tidak terjadi pada waktu sekarang. PN juga

(56)

(2) Nina bermimpi suatu saat nanti ingin lanjut S2.

Penanda bahwa tuturan (2) mengandung PN adalah dengan adanya kata

bermimpi. Latar tempat terjadinya tuturan ini adalah di depan kantor Prodi PBSI

dengan topik pembicaraan seputar sesuatu yang diimpikan oleh si penutur. Pada tuturan (2) disebutkan bahwa si penutur bernama Nina. Tuturan tersebut merupakan PN yang mengandung kebenaran bahwa Nina mengingingkan sesuatu dan hal tersebut belum terjadi pada saat sekarang. Ketidaknyataan tersebut ditandai dengan kata bermimpi. Kata bermimpi di sini adalah sesuatu keinginan yang diharapkan dapat terjadi di masa yang akan datang.. Kata bermimpi merupakan verba yang di dalam tuturan (2) tersebut berfungsi sebagai predikat.

(3) Dia tuduh Nina ambil buku dia. Padahal dia yang pinjam buka Nina.

Penggunaan kata tuduh mengindikasikan bahwa tuturan (3) mengandung PN. Pada saat itu, topik pembicaraannya mengenai si petutur yang menuduh si petutur mengambil bukunya. Tuturan (3) berlangsung sama halnya seperti tuturan sebelumnya, yaitu di depan kantor Prodi PBSI. Kata tuduh yang menjadi penanda munculnya PN mengasumsikan bahwa kebenarannya adalah Nina tidak mengambil buku dia. Kata tuduh mempunyai makna menunjuk dan mengatakan bahwa seseorang telah melakukan sesuatu yang kurang baik. Penggunaan kata

tuduh belum berdasarkan fakta. Dapat dikatakan bahwa, apa yang dituduh dapat

benar atau salah. Pada tuturan (1), ketidakbenaran yang dimunculkan oleh kata

tuduh dipertegas dengan lanjutan tuturan yang menggunakan kata padahal. Kata

(57)

b. Presuposisi Nonfaktif dengan Penanda Nomina

(1) Harapannya kan dia dapat konsultasi hari ini.

PN pada tuturan (12) ditandai oleh adanya kata harapannya. Tuturan tersebut berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai keinginan bertemu dengan dosen pembimbing untuk konsultasi skripsi. Kata harapannya yang digunakan pada tuturan (1) menandakan adanya kontradiksi dengan kenyataan yang sebenarnya. Dengan demikian, kenyataan sebenarnya adalah si penutur tidak dapat bertemu dengan dosen pembimbing hari ini untuk konsultasi.

c. Presuposisi Nonfaktif dengan Penanda Adjektiva

(1) a. PA: Bapak nggak ada datang. Kadang bapak tu nggak mau ketemu lagi nggak?

b. PB: Curiga aja ke. Belum tentu pun betul yang ke bilang.

Berdasarkan penanda yang terdapat pada tuturan (1), yaitu kata curiga, tuturan (1) diindikasikan mengandung PN. Tuturan yang memiliki konteks di depan kantor Prodi PBSI membicarakan tentang asumsi si petutur mengenai sesuatu yang kemudian dibantah oleh si penutur. Kata curiga yang berkategori sebagai verba tersebut mempunyai presuposisi bahwa “bapak” tidak datang bukan karena”bapak” tidak mau bertemu, boleh jadi karena berhalangan atau ada

(58)

d. Presuposisi Nonfaktif dengan Penanda Adverbia

(1) Kayaknya, akan hujan ni.

Kata kayaknya pada tuturan (1) mengisyaratkan bahwa tuturan tersebut mengandung PN. Tuturan (1) berlatar tempat di depan kantor Prodi PBSI. Saat itu penutur sedang membahas tentang cuaca di hari tersebut. Presuposisi dalam tuturan (1) mengikuti konjungsi kayaknya. Tuturan tersebut merupakan PN yang mengandung kebenaran bahwa pada kenyataanya hari belum hujan. Berdasarkan penanda munculnya PN, dapat dinyatakan bahwa tuturan (1) berbalik dari kebenaran yang sedang terjadi saat tuturan tersebut diucapkan. Si penutur menyebutkan bahwa hari akan hujan, tetapi pada saat tuturan tersebut diucapkan hari belum hujan. Kata konjungsi kayaknya pada tuturan (1) menduduki fungsi sebagai keterangan.

(2) a. PA: Nggak. Ke minum terus capcin tu.

b. PB: Dia pura-pura nggak mau tu. Padahal dah ngiler.

PN yang terkandung pada tuturan (2) ditandai oleh adanya kata

pura-pura. Tuturan (2) berlangsung di parkiran FKIP. Penutur dan petutur pada saat

(59)

yang berkategori adverbia merupakan kata ulang semu yang bermakna ‘tidak sesungguhnya’. Berarti, kata pura-pura pada tuturan (2) kenyataan apa yang

dikatakan oleh si petutur merupakan pernyataan yang tidak faktual.

(3) Si Jani pura-pura nggakdengar.

Penggunaan kata pura-pura yang termasuk ke dalam reduplikasi semu mengindikasikan bahwa tuturan tersebut merupakan PN. Tuturan (3) ini juga konteksnya berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai “si Jani”, kawan si penutur, yang pura-pura tidak mendengar. Pada

tuturan tersebut dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si Jani mendengar apa yang dikatakan oleh si penutur. Namun, pada tuturan ini, kata penanda munculnya presuposisi nonfaktif, pura-pura, melekat pada predikat sehingga predikat lengkapnya ialah pura-pura

Gambar

Tabel 4.1 Penanda Presuposisi Faktif (PF) No.
Tabel 4.2 Penanda Presuposisi Nonfaktif (PN) Wujud PN Nomina Adjektiva
Tabel 4.3 Penanda Presuposisi Konterfaktual (PK) No. Wujud PF

Referensi

Dokumen terkait

Tuturan di atas ditandai dengan penanda lingual (ya?, tolong, laksanakan, tunjukkan dan harap). Fungsi dari penanda lingual tersebut adalah menunjukan perintah

Dari penelitian, ditemukan tujuh pola-pola pembentukkan penggalan dalam tuturan anak muda Sumba Tengah, yaitu (i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dari suatu

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) wujud campur kode yang digunakan pada tuturan mahasiswa Thailand di Indonesia adalah campur kode dalam bentuk kata, yaitu kata

Dari penelitian, ditemukan tujuh pola-pola pembentukkan penggalan dalam tuturan anak muda Sumba Tengah, yaitu (i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dari suatu

penggunaan kalimat imperatif tidak langsung dengan bentuk tuturan yang lain,... seperti tuturan deklaratif yang mengandung suatu kalimat

Tuturan simpati yang termasuk dalam kategori joy memiliki dua bentuk tuturan, yaitu tuturan dalam bentuk kata tanya dan tuturan dalam.

Fungsi representasional dipakai untuk membuat suatu pernyataan berdasarkan suatu informasi dan fakta-fakta yang belum diketahui oleh orang lain, seperti “Aku telah mencarinya di

Kata-kata Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan tidak kalah kerasnya dengan melontarkan ancaman: “ Turki akan menyesal untuk ini.” Putin mengatakan: “ Jika beberapa orang merasa