• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presuposisi Konterfaktual

Dalam dokumen Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Prog (Halaman 64-74)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Presuposisi Konterfaktual

Presuposisi konterfaktual merupakan presuposisi pengandaian yang mempunyai makna berlawanan dari fakta yang sebenarnya. Presuposisi ini muncul ditandai dengan adanya penggunaan kata pengandaian. Dalam penganalisisan data,

presuposisi konterfaktual dikodekan dengan PK. Penanda munculnya PK berupa konjungsi pengandaian. Berikut dijelaskan 20 data yang mengandung presuposisi konterfaktual.

(1) Kalau dia tiap hari datang ke prodi, ‘kan bisa dia temui ibu tu.

Tuturan (1) mengandung PK dengan menggunakan kata pengandaian

kalau. Latar tempat berlangsungnya tuturan (1) adalah di depan kantor Prodi

PBSI dan topik pembicaraan yang sedang dibicarakan mengenai konsultasi dengan dosen pembimbing. Tuturan tersebut mempunyai penanda PK, yaitu kata

kalau. Kata kalau bermakna ‘kata penghubung yang menandai syarat’.

Berdasarkan informasi yang mengikuti penanda munculnya presuposisi dapat diasumsikan bahwa kenyataannya “dia” tidak datang tiap hari ke prodi. Kata

kalau hanya sebagai pengandaiaan syarat. Bila pengandaian tersebut dilakukan,

akan ada sebab yang muncul, yaitu “dia” dapat menemui dosen pembimbingnya. Sama halnya seperti PN, ketika kata penanda PK dihilangkan, tuturan tersebut menjadi tuturan yang mengandung PF. Tuturan (1) secara lebih kompleks dapat dianalisis sebagai berikut.

a. Kalau dia tiap hari datang ke prodi, kan bisa dia temui ibu tu. (Tuturan)

b. Dia tidak datang tiap hari ke prodi. (Kenyataan)

(2) a. PA: Bapak tu nggak datang kayaknya.

b. PB: Coba kalau awal ke sms, ‘kan ke tau dosen itu datang atau tidak.

Tuturan (2) mengandung PK. Tuturan (2) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI saat penutur sedang menunggu dosen pembimbing untuk konsultasi. Topik pembicaraan pada saat tersebut mengenai kedatangan dosen pembimbing

di prodi. Kemunculan PK pada tuturan tersebut ditandai dengan kata coba dan

kalau. Pada tuturan ini, kata coba bukan berarti ‘silakan’ atau ‘sudilah’ seperti

makna leksikal. Namun, pada penuturannya, kata coba yang dimaksud oleh penutur sama maknanya dengan penggunaan kata kalau. Kedua kata penanda tersebut pada tuturan, dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si petutur tidak menghubungi dosen pembimbing sehingga si petutur tidak tahu tentang jadwal ada atau tidaknya dosen pembimbing datang ke prodi.

(3) Andai aja ‘kan skripsi itu nggak ada.

PK yang terkandung pada tuturan (3) ditandai dengan adanya kata andai. Tuturan tersebut berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai skripsi. Pada tuturan (3), penanda munculnya skripsi adalah kata andai. Kata andai merupakan kata nomina yang bermakna ‘perisitiwa yang dianggap mudah terjadi’ atau ‘umpama’. Penanda PK tersebut dapat memunculkan presuposisi yang mengasumsikan bahwa kenyataannya skripsi itu ada dan si penutur sedang dalam tahap penyusunan skripsi.

(4) a. PA: Haduh. Bapak tu nggak datang.

b. PB: Kalau aja ke denger, ‘kan ke ga akan kek gini jadinya.

Kata kalau pada tuturan (4) mengindikasikan bahwa tuturan tersebut mengandung PK sama halnya seperti penanda pada tuturan (3). Namun, berbeda dengan tuturan sebelumnya, kata kalau pada tuturan (4) terjadi di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai si petutur yang tidak menghubungi dosen pembimbingnya sehingga si petutur menunggu dosen

pembimbingnnya tanpa kepastian. Tuturan (4) mempunyai praanggapan yang mengasumsikan bahwa kenyataannya si petutur tidak mendengar saran dari si penutur untuk menghubungi dosen pembimbingnya.

(5) Coba kalau tiap hari kita libur kan enak.

Adanya kontradiksi yang menandakan PK pada tuturan (5) ditandai oleh kata coba dan kalau. Konteks terjadinya tuturan, yakni di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai keinginan untuk libur PPL setiap hari. Tuturan tersebut mengandung PK yang ditandai dengan adanya kata coba dan

kalau yang maknanya dimaksudkan sama oleh si penutur. Kata penanda tersebut

diikuti oleh informasi yang mengandung pranggapan yang dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si penutur tidak mendapatkan libur tiap hari atau si penutur kesulitan mendapatkan libur.

(6) a. PA: Guru kebanyakan memanfaatkan PPL. b. PB: Coba kalau mereka baik, ‘kan kita juga enak.

Penanda yang digunakan pada tuturan (6) sama halnya dengan penanda yang digunakan pada tuturan (5), yaitu kata coba dan kalau. Tuturan (6) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai kegiatan PPL. Lebih lengkapnya, penutur sedang membicarakan tentang sikap guru di sekolah tempat penutur melaksanakan PPL. Penanda coba dan kalau pada tuturan tersebut mengandung praanggapan yang dapat diasumsikan bahwa kenyataannya “mereka” yang acuannya pada guru tempat si penutur melaksanakan PPL bersikap kurang baik.

(7) a. PA: Iya betul. Coba kalau gurunya ikut serta, kita pun enak. b. PB: Iya. Jadi waktu gotong royong, kita pun nggak masalah.

Tuturan (7) merupakan tanggapan dari tuturan (6) sebelumnya yang juga mengandung PK. Tuturan tersebut juga berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Topik pembicaraan yang dibicarakan mengenai sikap guru pada saat gotong royong di sekolah tempat penutur melaksanakan PPL. Penanda yanng digunakan pada tuturan (7) juga kata coba dan kalau. Tuturan (7) mengandung praanggapan yang mengasumsikan bahwa kenyataannya saat gotong royong, guru tidak ikut serta sehingga penutur merasakan perasaan tidak menyenangkan. Asumsi tentang kenyataannya pada tuturan tersebut diperjelas pada jawaban petutur.

(8) Coba kalau kita sms dibalas.

Kata coba dan kalau juga digunakan pada tuturan (8) sebagai penanda munculnya PK. Tuturan (8) juga berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Hanya pada tuturan (8), topik pembicaraannya mengenai dosen pembimbing yang ketika dikirimkan sms tidak dibalas. Tuturan tersebut mengungkapkan tentang keinginan penutur agar dosen pembimbingnya membalas ketika dikirimkan pesan singkat. Penanda coba dan kalau pada tuturan (8) mengandung praanggapan yang mengasumsikan bahwa kenyataannya dosen pembimbing tidak membalas pesan singkat yang dikirim oleh si penutur.

(9) Coba kita nggak online skripsi semester 7 lalu, kan ada peluang cumlaude kita. Tuturan tersebut mengandung PK dengan ditandai oleh adanya kata coba. Tuturan (9) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai cumlaude. Pada tuturan (9), penanda munculnya presuposisi konterfaktual, yaitu kata coba. Pada tuturan ini, kata coba yang dimaksud penutur sama maknanya dengan kata kalau. Tuturan tersebut mengandung presuposisi bahwa si penutur telah melakukan online MK Skripsi pada semester 7. Tuturan (9) mengungkapkan pengandaian yang dinyatakan oleh si penutur.

(10) a. PA: Ibuk udah pergi.

b. PB: Mungkin kalau aku datang lebih awal, aku bisa konsisten konsultasinya.

Tuturan (10) juga mengandung PK yang ditandai oleh kata kalau. Tuturan yang topik pembicaraannya mengenai konsultasi ini berlangsung di depan kantor Prodi PBSI.. Tuturan (10) juga memiliki penanda yang sama seperti tuturan sebelum-sebelumnya, yaitu kata kalau. Kata kalau menyatakan pengandaian. Tuturan (10) memiliki praanggapan yang dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si penutur sering datang terlambat yang menyebabkan si penutur tidak dapat menemui dosen pembimbingnya.

(11) Kalau pergi ke kantin, tolong beli kue bentar.

Sama seperti sebelumnya, tuturan (11) juga menggunakan penanda munculnya PK, yakni kata kalau. Percakapan ini berlangsung di depan kantor Prodi PBSI. Saat itu, penutur sedang membicarakan tentang permintaan untuk

membeli kue pada petutur. Penanda yang berupa kata kalau tersebut memberikan asumsi bahwa saat tuturan itu diucapkan si penutur masih berada di dekat si penutur dan petutur belum ada niat pergi ke kantin.

(12) a. PA: maunya, bulan 6 ini sidang kita.

b. PB: Kalau mau cepat ya harus tiap hari konsultasi.

Begitu juga pada tuturan (12) yang menggunakan kata kalau sebagai penanda bahwa tuturan tersebut mengandung PK. Topik pembicaraan pada saat itu mengenai rencana untuk sidang. Tutur tersebut berlatar tempat di depan kantor Prodi PBSI. Berdasarkan penanda yang digunakan, tuturan (12) mengasumsikan bahwa kenyataannya, baik si penutur maupun si petutur tidak setiap hari melakukan konsultasi. Anggapan tersebut dapat dipahami dengan memperhatikan tuturan sebelumnya karena pada tuturan yang diucapkan petutur infornasi mengenai yang dibahas, yaitu sidang, dilesapkan.

(13) Kalau ada ke kampus tolong lihat Pak Yusri bentar.

Tuturan (13) juga memiliki penanda yang sama seperti tuturan sebelumnya, yaitu kalau. Bedanya tuturan ini berlangsung lewat media komunikasi. Saat tuturan diucapkan, si penutur sedang berada di rumah dan si petutur atau si pendengar juga sedang berada di rumahnya. Pembicaraan antara petutur dan penutur membahas tentang keberadaan dosen di kantor Prodi PBSI. Berdasarkan penanda munculnya PK, dapat diasumsikan bahwa kenyataannya pada tuturan (13), si petutur tidak berada di kampus pada saat tuturan tersebut diucapkan.

(14) Kalau hujan hari ini kan nggak ke sekolah.

Kata kalau juga digunakan pada tuturan (14) sebagai penanda PK. Tuturan (14) berlatar tempat di depan kantor Prodi PBSI. Topik yang dibicarakan mengenai hujan. Penanda PK, yaitu kata kalau pada tuturan (14) memberikan asumsi bahwa kenyataannya saat tuturan tersebut diucapkan hujan belum turun.

(15) Kalau aku lewat TOEFL kan nggak mungkin aku ikut tes lagi.

Indikasi munculnya PK pada tuturan (15) juga ditandai oleh penanda, yaitu kata kalau. Tuturan tersebut membahas tentang tes TOEFL dan latar tuturannya terjadi di depan kantor Prodi PBSI. Kata kalau pada tuturan (15) juga mempunyai makna yang sama seperti pada tuturan sebelumnya, yaitu pengandaian atau persyaratan. Penggunaan kata kalau mengisyaratkan adanya kontradiksi informasi dari yang sebenarnya terjadi. Penanda kata kalau pada tuturan tersebut mengasumsikan bahwa kenyataannya si aku tidak lulus TOEFL.

(16) Kalau aku bawa skripsi hari ini kan udah bisa konsultasi. Dosen aku ada

datang.

PK yang terkandung dalam tuturan (16) juga ditandai dengan adanya kata

kalau. Tuturan (16) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik

pembicaraannya mengenai konsultasi. Berdasarkan penanda munculnya PK, yaitu kata kalau pada tuturan (16), dapat diasumsikan bahwa kenyataannya si aku tidak membawa skripsi sehingga ia tidak dapat menemui dosen untuk konsultasi.

(17) Jika nanti ditanya mengenai itu, Ke bilang aja itu udah diubah. Cuma di situ udah terlanjur dicetak.

Tuturan (17) mengandung PK yang ditandai dengan adanya kata jika. Kata jika sama halnya dengan kata kalau dari segi penggunaan, yaitu untuk menyatakan pengandaian. Mengenai konteks, tuturan (17) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraannya mengenai persiapan seminar proposal. Dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya pertanyaan tersebut bisa jadi tidak dipertanyakan.

(18) Jika kita ke kantin, nanti ibu datang pula.

Tuturan (18) yang memiliki penanda yang sama, yaitu kata jika juga mengindikasikan bahwa tuturan tersebut mengandung PK. Mengenai latar terjadinya tuturan, tuturan (18) berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraannya mengenai menunggu dosen pembimbing untuk tujuan konsultasi. Kata jika pada tuturan tersebut memberikan praanggapan bahwa pada kenyataanya, “ibu”(dosen pembimbing) belum datang.

(19) Andai aku udah lulus, kan aku bisa pergi nonton one direction.

Penggunaan kata andai memberikan indikasi bahwa tuturan (19) merupakan tuturan yang mengandung PK. Tuturan tersebut berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dengan topik pembicaraan mengenai band penyanyi luar negeri yang akan konser di Jakarta. Kata andai memberikan praanggapan bahwa kenyataannya si penutur belum lulus kuliah. Tuturan tersebut hanya pernyataan pengandaian saja. Ketika kata penanda tersebut dihilangkan, tuturan tersebut tidak lagi mengandung PK, melainkan akan mengandung PN.

(20) Andai ada alat pendeteksi dosen, jadi kita tau dosen itu di mana.

PK yang terkandung dalam tuturan (20) ditandai dengan adanya kata nomina andai. Berdasarkan latar tempat, uturan ini berlangsung di depan kantor Prodi PBSI dan topik pembicaraannya mengenai harapan si penutur tentang adanya alat pendeteksi dosen. Tuturan tersebut mengandung praanggapan yang mengasumsikan bahwa kenyataannya tidak adanya alat dosen detector. Pernyataan itu hanya berupa harapan si penutur.

Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa PK hanya terkandung dalam tuturan yang menggunakan konjungsi pengandaian dan persyaratan. PK ini mengungkapkan sesuatu yang berlawanan dari kenyataan. Berbeda dengan PN, PK lebih fokus kepada penggunaan kata pengandaian yang memberi makna ‘seandainya itu terjadi’ dan hal tersebut tentunya bertolak belakang dengan hal yang sebenarnya terjadi. Ketika penanda PK ini dihilangkan, tuturan tersebut akan menjadi PN. Setelah dianalisis, terdapat beberapa penanda munculnya PK sebagai berikut.

Tabel 4.3 Penanda Presuposisi Konterfaktual (PK)

No. Wujud PF Jumlah

1 Kalau 15

2 Jika 3

Dalam dokumen Presuposisi dalam Tuturan Mahasiswa Prog (Halaman 64-74)

Dokumen terkait