• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1.Investasi 1.Investasi

6. Price Earning Ratio (PER)

Rasio yang sering digunakan dalam pendekatan analisis saham adalah Price Earning Ratio (PER). Dalam pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan perkiraan laba per saham pada masa yang akan datang,

28

sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali (Agustin, 2014 : 66).

Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan. Bagi para investor Price Earning Ratio (PER) dipandang sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba di masa yang akan datang (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363).

Price Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai prospek yang tinggi untuk bertumbuh. Sebaliknya, perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah akan mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang rendah. Dari segi investor, Price Earning Ratio (PER) yang terlalu tinggi tidak menarik karena harga saham kemungkinan akan sulit untuk naik lagi. Ini berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil lagi (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 241).

Dikutip oleh Wibowo (2013 : 2-3), PER juga merupakan angka psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. Jika Price Earning Ratio (PER) tinggi, berarti harga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya memperoleh laba yang kecil. Dengan demikian, calon pembeli saham akan

29

memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat Price Earning Ratio (PER) rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga, sementara jika Price Earning Ratio (PER) menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER) bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga (capital gain).

Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang dilaporkan (Astuti, 2004 : 38). Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham). Price Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan cara membagi harga pasar per saham dengan pendapatan per saham. Artinya semakin tinggi nilai PER akan semakin baik karena dapat menunjukkan tingginya tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pemodal dan rendahnya tingkat risiko pada saham tersebut (Moeljadi, 2006 : 54).

=

30

7. Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Tujuan analisa solvabilitas adalah untuk mengetahui posisi keuangan jangka pendek dan jangka panjang, dengan membandingkan antara total aktiva yang dimiliki perusahaan dengan total hutang yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang (Aprianty, 2014 : 457).

Pengukuran kinerja keuangan dengan rasio solvabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya dengan total aset yang dimiliki. Pengukuran ini lebih bersifat untuk menjadi penjamin bagi pihak kreditor, bilamana pada saat yang bersamaan perusahaan dalam kondisi terlikuidasi. Dikutip oleh Noor (2008 : 224), leverage / solvabilitas menunjukkan ketergantungan perusahaan kepada sumber dana dari luar, atau ketergantungan pada hutang.

Rasio leverage menunjukkan ukuran besarnya dana yang diperoleh dari kreditur. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio leverage dapat diartikan sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari pihak luar. Namun penggunaan dana dari pihak luar akan memperbesar

31

=

risiko atas hasil bagi para pemegang saham karena adanya beban tetap pembayaran bunga pinjaman (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 234).

Debt Ratio mengukur proporsi dana dari hutang. Semakin rendah maka perusahaan dikatakan semakin aman. Rasio yang tinggi menunjukkan perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham dengan cepat. Namun apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham akan cepat turun pula (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 235).

Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio hutang (debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang total yang didapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio hutang menunjukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena hutang membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003 : 36).

32 8. Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008 : 196), rentabilitas adalah merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah pengginaan rasio ini menunjukkan efesiensi perusahaan.

Rasio profitabilitas atau rasio kemampulabaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sehubungan dengan hal itu, kemampulabaan merupakan rasio efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Artinya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Efektivitas ini dinilai dengan mengaitkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Kodrat dan indonanjaya, 2010 : 238).

Rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri. Profitabilias adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahan. Secara umum, rasio profitabilias dihitung dengan membagi laba dengan modal. Rasio profitabilitas juga menunjukkan

33

= ( )

pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan hutang terhadap operasi (Moeljadi, 2006 : 52). Ada beberapa pengukuan indikator dalam rasio profitabilitas, diantaranya adalah mengukur laba yang mampu dihasilkan per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiiki atau Return On Equity (ROE) (Moeljadi, 2006 : 73).

Earning Per Share (EPS)

Earning per Share (EPS) atau pendapatan per lebar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Earnings per Share (EPS) menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Earnings per Share (EPS) menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham. Earnings per Share (EPS) yang lebih tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365). Untuk mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar (Fahmi, 2013 : 288).

34

= ( )

ℎ ℎ

Return On Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan (Astuti, 2004 : 37). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tersebut. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham, namun rasio ini tidak memperhitungkan dividen dan capital gain untuk pemegang saham (Kodrat dan indonanjaya, 2010 : 240). Untuk mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan total modal sendiri.

Dokumen terkait