i
Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap
Price Earning Ratio
(PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang
Tergabung Dalam
Jakarta Islamic Index
(JII) Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2009-2013
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh : Jaka Pratama NIM. 109081000134
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Jaka Pratama
Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 16 Januari 1991 Alamat : Jl. Cabe 1 no.67 RT.003/004
Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan Nomor Telepon : 089680077315
Email : [email protected] [email protected]
II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta S1 Program Studi Manajemen Konsentrasi Keuangan
Periode kelulusan 2015
SMA Negeri 1 Pamulang Periode kelulusan 2009
SMP Negeri 1 Ciputat Periode kelulusan 2006
SD Negeri 1 Cireundeu Periode kelulusan 2003
TK Islam R.A Salman Periode kelulusan 1997
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Ajat Sudrajat
Ibu : Heni Husaeni
Alamat : Jl. Cabe 1 no.67 RT.003/004
vii
Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2009-2013
Jaka Pratama
ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the fundamental factors affecting the Price Earning Ratio (PER) companies as the basis of shares in the shares of sharia-based company incorporated in the Jakarta Islamic Index (JII) in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2009- 2013. Fundamental company measured by several indicators such as the level of solvency / leverage as measured by Debt Ratio (DR), the level of earnings / profitability as measured by Return On Equity (ROE) and Earning Per Share (EPS), dividend policy which is measured through the Dividend Payout Ratio (DPR), and the book value of shares measured by the Price to Book Value (PBV).This study uses panel data regression analysis with the help of software EViews 7.1. The test results stated that the variable that has positive influence on Price Earning Ratio (PER) is Debt Ratio (X1) equal to 0.935841, and Price to Book Value (X5) equal to 0.878556. While the variables that negatively affect the Price Earning Ratio (PER) is Return On Equity (X2) of -1.005022.Variables Earning Per Share (X3) and Dividend Payout Ratio (X4) has no effect on Price Earning Ratio (Y). Adjusted R-square value of 0.979278 which shows the ability of the independent variable (X) used in this study include the Debt Ratio (X1), Return on Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4) , and Price to Book Value (X5) can explain the dependent variable (Y) is Price Earning Ratio of 97.9278%, the rest is equal to 2.0722% explained by variables included in the model such as stock market prices, the level of liquidity, risk investment, and macroeconomic factors such as inflation and changes in interest rates.
viii
Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2009-2013
Jaka Pratama
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) perusahaan sebagai dasar penilaian saham pada saham perusahaan yang berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Fundamental perusahaan diukur melalui beberapa indikator seperti tingkat solvabilitas/leverage yang diukur melalui Debt Ratio (DR), tingkat rentabilitas/profitabilitas yang diukur melalui Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), kebijakan dividen yang diukur melalui Dividend Payout Ratio (DPR), dan nilai buku saham yang diukur melalui Price to Book Value (PBV). Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan bantuan software EViews 7.1. Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER) adalah Debt Ratio (X1) sebesar 0,935841, dan Price to Book Value (X5) sebesar 0,878556.
Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif terhadap Price Earning Ratio (PER) adalah Return On Equity (X2) sebesar -1,005022. Variabel Earning Per Share (X3)
dan Dividend Payout Ratio (X4) tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (Y).
Nilai adjusted R-square sebesar 0,979278 yang menunjukkan kemampuan variabel independen (X) yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi Debt Ratio (X1),
Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan
Price to Book Value (X5) dapat menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu Price
Earning Ratio sebesar 97,9278%, sisanya yaitu sebesar 2,0722% dijelaskan oleh variabel yang tidak masuk dalam model seperti harga pasar saham, tingkat likuiditas, risiko investasi, dan faktor ekonomi makro seperti inflasi dan perubahan suku bunga.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis, bapak Ajat Sudrajat dan mama Heni Husaeni atas support , doa, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis yang tidak akan terukur jumlahnya. I’ve made it guys!!
2. Kedua mertua penulis, ayah Latif dan mama Evi atas kepercayaan serta doa yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.
3. Istri tercinta Avila yang telah memberikan support, doa, kepercayaan, kesabaran, serta semua hal yang tidak terukur jumlahnya yang telah diberikan kepada penulis baik dalam suka maupun duka. You’ll Never Walk Alone bebb!!
4. Kedua kakak penulis, Vika dan Vina yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah ini. Dan tidak lupa Samir selaku suami dari Vika.
5. Dr. M. Arief Mufraini Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Dr. Ir. Muniaty MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
permasalahan skripsi yang dibuat oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini
8. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Dosen Pembimbing 2 Skripsi yang juga telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan tambahan ilmu serta solusi penyelesaian permasalahan skripsi yang dibuat oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
10.Kawan sepergaulan, Moker, Gondrong, Taprojai, Erte, Gepeng, Ucil, Dokur atas support dan respect yang diberikan kepada penulis selama masa-masa kuliah
11.Seluruh teman-teman Manajemen D 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala support yang diberikan kepada penulis
12.Deva dan Alin yang banyak memberi pengetahuan tambahan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
13.Seluruh staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuangan.
Jakarta, 22 April 2015
Penulis,
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENYERTAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
A. Landasan Teori ... 16
1. Investasi ... 16
2. Saham ... 19
3. Pasar Modal Efisien ... 23
4. Analisis Fundamental ... 24
xii
6. Price Earning Ratio (PER) ... 27
7. Solvabilitas ... 30
8. Profitabilitas ... 32
9. Kebijakan Dividen ... 34
10.Nilai Buku ... 39
11.Keterkaitan Antar Variabel ... 40
a. Pengaruh variabel Debt Ratio (DR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 40
b. Pengaruh variabel Return On Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 42
c. Pengaruh variabel Earning Per Share (EPS) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 43
d. Pengaruh variabel Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 43
e. Pengaruh variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 44
B. Penelitian Terdahulu ... 45
C. Kerangka Penelitian ... 51
D. Hipotesis Penelitian... 52
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 55
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 55
B. Metode Penentuan Sampel ... 55
C. Metode Pengumpulan Data ... 57
D. Metode Analisis Data ... 59
1. Metode Analisis Regresi data Panel ... 59
a. Pendekatan-pendekatan model regresi data panel ... 61
b. Pemilihan model regresi data panel ... 63
2. Uji Asumsi Klasik ... 66
5. Uji Koefisien Determinasi ... 73
xiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 76
1. Pasar Modal Syariah ... 76
2. Jakarta Islamic Index (JII) ... 79
B. Pengujian Dan Pembahasan ... 82
1. Deskriptif Sampel ... 82
2. Deskriptif Variabel ... 83
a. Price Earning Ratio (PER) ... 83
C. Analisis Dan Pembahasan ... 98
1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel... 98
a. Uji Chow / Likehood Test Ratio ... 98
3. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 112
4. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 114
a. Uji parsial variabel Debt Ratio (DR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 117
b. Uji parsial variabel Return On Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 118
c. Uji parsial variabel Earning Per Share (EPS) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 121
d. Uji parsial variabel Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 122
xiv
5. Uji Koefisien Determinasi ... 126
6. Persamaan Regresi Data Panel ... 128
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 132
A. Kesimpulan ... 132
B. Implikasi ... 133
C. Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2008-2013 (dalam Rp) ... 3
1.2 Perbandingan Indeks dan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ-45, dan JII ... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ... 46
3.1 Operasional Variabel ... 75
4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 83
4.2 Deskriptif variabel Price Earning Ratio... 84
4.3 Deskriptif variabel Debt Ratio ... 87
4.4 Deskriptif variabel Return On Equity ... 89
4.5 Deskriptif variabel Earning Per Share ... 92
4.6 Deskriptif variabel Dividend Payout Ratio ... 94
4.7 Deskriptif variabel Price to Book Value ... 97
4.8 Hasil Uji Regresi Data Panel Common Effect Model ... 100
4.9 Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model ... 101
4.10 Hasil Uji Chow / Likehood Test Ratio ... 102
4.11 Hasil Uji Regresi Data Panel Random Effect Model ... 104
4.12 Hasil Uji Hausman / Hausman Test... 105
4.13 Hasil Uji Multiklinieritas ... 108
4.14 Hasil Uji Park ... 109
4.15 Hasil Uji Autokorelasi ... 111
xvi
4.17 Hasil Uji Simultan Uji Koefisien Determinasi ... 113
4.18 Hasil Uji Parsial ... 116
4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 127
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 51 3.1 Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbn-Watson ... 71
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pasca krisis finansial tahun 2008 yang melanda sebagian besar bursa di
seluruh Negara memberikan daya tarik kembali terhadap para investor untuk
kembali meramaikan atmosfer investasi dalam bentuk perdagangan efek.
Disisi lain, masalah klasik yang kerap melanda perusahaan-perusahaan dalam
usaha pengembangan bisnis adalah keterbatasan sumber dana yang dimiliki.
Dengan kondisi tersebut, seperti dikutip oleh Rhidho dan Prabawa (2012 : 85)
bahwa peran Bursa Efek menjadi sangat vital karena meliputi dua hal.
Pertama, mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat melalui
kepemilikan saham-saham perusahaan swasta. Kedua, meningkatkan
penghimpunan dana masyarakat untuk digunakan secara produktif dalam
pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal tahun 2008 adalah tahun yang penuh kejadian yang luar
biasa. Semua pihak yang berkecimpung di pasar modal, tentu merasakan
keparahan krisis pasar modal saat itu. Hampir semua orang tidak menyangka,
2
lembaga keuangan dan perusahaan besar minta dibailout pemerintah USA.
Kejatuhan pasar modal Indonesia tahun 2008, secara umum mayoritas
disebabkan faktor eksternal. Sementara faktor internal sebenarnya secara
umum cukup kuat, namun karena interlink keuangan dunia, internal pun tidak
mampu menghadapi (https://islamiconomics.wordpress.com/, 2009).
Pada umumnya perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dikatakan cukup pesat. Dikutip oleh Handayani, Salim, dan Ananda (2010 : 1)
ada beberapa indikator yang penting untuk melihat perkembangan pasar
modal yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai kapitalisasi pasar,
nilai rata-rata perdagangan perhari, dan porsi perdagangan investasi asing dan
investasi domestik.
Indeks saham adalah harga atau nilai dari sekelompok saham yang
dikumpulkan berdasarkan kategori tertentu. Indeks ini merupakan indikator
pergerakan harga dari seluruh saham yang diwakilinya. Misalnya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mewakili seluruh pergerakan harga
saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau Jakarta Industrial
Classification (JASICA) yang mewakili pergerakan harga dari sektor industri
tertentu (Hanif, 2012 : 1-2). Kenaikkan dan penurunan angka indeks
merupakan penanda arah pasar. Jika indeks cenderung meningkat, artinya
3
cenderung menurun, artinya rata-rata harga saham di bursa mengalami
penurunan.
Tabel 1.1
Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2008 – 2013 (dalam Rp)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
High 2.830,26 2.534,36 3.786,10 4.193,44 4.375,17 5.214,98 Low 1.111,39 1.256,11 2.475,57 3.269,45 3.654,58 3.967,84 Close 1.355,41 2.534,36 3.703,51 3.821,99 4.316,69 4.274,18
Sumber: Fact Book 2014
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI),
pada akhir 2008 ditutup pada level 1.355,41 rupiah, dan naik hampir 54
persen pada tahun berikutnya 2009 di level 2.534,36 rupiah. IHSG terus
merangkak naik di 2010 pada level 3.703,51 rupiah, di 2011 pada level
3.821,99 rupiah, dan di 2012 pada level 4.316,69 rupiah. Bahkan di 2013
IHSG sempat mencapai level 5.214,98 rupiah, tertinggi sejak 5 tahun terakhir.
Dengan gambaran tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan harga saham
di Bursa Efek Indonesia pasca krisis finansial tahun 2008 masih bisa
dikatakan postif dan investor yang berinvestasi pada instrumen keuangan di
Bursa Efek dalam bentuk saham masih menunjukkan kepercayaan terhadap
pertumbuhan nilai.
Investasi pasar saham memberikan earning yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menyimpan uang di Bank misalnya dalam bentuk
4
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363). Karena selain pertimbangan mengenai
keputusan investasi, investor juga dihubungkan dengan risiko yang akan
didapat atas kegiatan investasi yang dilakukan. Semakin tinggi earning yang
diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan didapat. Namun hal
tersebut dapat diwaspadai dengan analisa yang tepat terhadap kinerja
perusahaan sehingga investor mampu memperkirakan keuntungan dan risiko
yang akan didapat di masa yang akan datang.
Investasi dalam bentuk saham memerlukan analisa untuk mengukur
nilai dari saham. Analisa yang dilakukan guna mencoba memperkirakan harga
saham di masa yang akan datang. Dikutip oleh Foster (1986) dalam Husnan
(1996 : 259), adanya jumlah analis keuangan yang banyak dan persaingan
antar mereka, akan membuat harga sekuritas wajar, dan mencerminkan
informasi yang relevan. Para analis akan berupaya untuk memperoleh
informasi selengkap mungkin, bahkan kalau mungkin lebih lengkap dari
analis yang lain, melakukan analisis secermat mungkin, sehingga akan
membuat harga saham menjadi wajar.
Husnan (1996 : 260) menyebutkan, banyak para analis yang
mempelajari bisnis perusahaan dan mencoba membuka informasi tentang
profitabilitas yang akan memberikan informasi baru terhadap harga saham.
Para peneliti disebut sebagai fundamental analysts. Persaingan diantara para
5
mencerminkan semua informasi yang relevan dan perubahan harga tidak bisa
diramalkan.
Rahma, Djumahir, dan Djazuli (2014 : 363) menyatakan, analisis
fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang
dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan
hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham membuat
investor sulit untuk mendapatkan tingkat pengembalian diatas normal. Model
perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian
variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham.
Dikutip oleh Halim (2005 : 21), terdapat beberapa pendekatan perhitungan
harga saham, salah satunya adalah pendekatan Price Earning Ratio (PER).
Purwaningrum (2013 : 47-48) menyatakan, harga saham di pasar pada
dasarnya telah memasukkan berbagai faktor ekspektasi yang akan datang,
baik situasi perekonomian maupun prestasi perusahaan. Oleh karena itu, PER
mencerminkan seberapa besar seorang investor bersedia membayar harga
sebuah saham untuk memperoleh pendapatan setelah pajak. Sehingga saham
dengan PER yang tinggi memberikan indikasi bahwa prospek ke depan saham
6
tersebut menggambarkan betapa pentingnya PER dalam mengambil
keputusan investasi untuk memperoleh keuntungan yang menarik.
Riadi (2013 : 2) menyatakan, dalam berinvestasi, seorang investor
tidak hanya melihat pada hasil jangka pendek saja tetapi juga melihat prospek
jangka panjang yaitu prospek pertumbuhan perusahaan, prospek kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba maupun peningkatan nilai saham. Untuk
melakukan penilaian prospek saham dengan pendekatan PER, pemodal dan
analis sekuritas diharapkan memahami faktor-faktor fundamental perusahaan
sebagai pedoman dalam menilai PER sehingga kewajaran harga saham
perusahaan dapat dinilai juga.
Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan beberapa variabel yang
mampu memprediksi variabilitas nilai suatu variabel keuangan, yaitu Price
Earning Ratio (PER). Pemilihan Price Earning Ratio (PER) sebagai variabel
yang diprediksi dalam penelitian ini karena konsep penilaian saham dengan
pendekatan Price Earning Ratio (PER) mudah dipahami oleh investor. Selain
itu, dikutip oleh Ramadhani (2013 : 1), investasi di saham lebih banyak terkait
dengan ekspektasi terhadap laba perusahaan. Laba bersih yang dipakai dalam
perhitungan biasanya laba bersih proyeksi untuk tahun berjalan. Dengan
begitu jika perusahaan berhasil membukukan laba besar, maka sahamnya akan
diburu investor karena proyeksi laba untuk tahun berjalan kemungkinan besar
7
perubahan harga di pasar dan proyeksi laba bersih perseroan. Jika harga naik,
proyeksi laba tetap, praktis Price Earning Ratio (PER) akan naik. Sebaliknya
jika proyeksi laba naik, harga di pasar tidak bergerak maka Price Earning
Ratio (PER) akan turun.
Beberapa variabel prediksi digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keterkaitan variabel tersebut dalam memprediksi variabilitas dari Price
Earning Ratio (PER). Variabel-variabel tersebut merupakan faktor-faktor
fundamental perusahaan yang diukur melalui rasio-rasio keuangan yang
dianalisis oleh penulis melalui laporan keuangan tahunan perusahaan. Rasio
tersebut memberikan gambaran kondisi perusahaan melalui beberapa sudut
pandang fundamental perusahaan yang meliputi solvabilitas / leverage,
rentabilitas / profitabilitas, keputusan kebijakan dividen, dan nilai buku
saham.
Solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar semua utang-utang perusahaan,baik utang jangka pendek maupun
utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total
aktiva dengan total utang,ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan
mampu memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan dalam
kondisi ideal, apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka
8
(solvable). Analisis Solvabilitas memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui
apakah kekayaan perusahaan mampu untuk mendukung kegiatan
perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini Debt Ratio (DR) digunakan untuk
menganalisis tingkat solvabilitas perusahaan. Debt Ratio (DR) merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan total aktiva perusahaan.
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan manajemen. Oleh karena itu, profitabilitas menggambarkan hasil
akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan. Secara
umum, ukuran pofitabilias dihitung dengan membandingkan laba dengan
modal. Rasio-rasio porfitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari
likuiditas, aktiva, dan penggunaan hutang terhadap operasi (Moeljadi, 2006 :
73). Beberapa rasio digunakan dalam penelitian ini yang menggambarkan
kemampuan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, diantaranya adalah
mengukur laba yang mampu dihasilkan per lembar saham atau Earning Per
Share (EPS) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari eqity
yang dimiiki atau Return On Equity (ROE).
Kebijakan pembayaran dividen memberikan dampak penting dalam
suatu perusahaan karena melibatkan kepentingan berbagai pihak seperti
pemegang saham, manajer dan kreditor. Pada umumnya pemegang saham
mempunyai tujuan utama meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan
9
dividen maupun capital gain. Dilain pihak, manajer juga mengharapkan
adanya pertumbuhan perusahaan secara terus menerus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, yang sekaligus juga harus memberi
kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya melalui
kewenangan yang diberikan untuk membuat keputusan baik berupa keputusan
investasi, pendanaan maupun dividen. Kreditor memerlukan informasi tentang
kebijakan dividen yang diukur dengan menggunakan dividend payout ratio
suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan
pengembalian pokok dan bunga pinjaman yang akan ia peroleh apabila
memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan (Prabowo dan Salim, 2013 :
418). Kebijakan dividen yang ditentukan perusahaan dapat diukur dengan
rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR).
Nilai buku merupakan indikasi penilaian pasar terhadap saham
perusahaan. Secara umum, jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham
perusahaan bernilai lebih rendah dari nilai buku maka saham undervalue, dan
sebaliknya jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham peusahaan
bernilai lebih besar dari nilai buku maka saham overvalue. Pengukuran nilai
saham berbasis nilai buku dapat melalui indikator Price to Book Value (PBV)
(Murhadi, 2009 : 147).
Geliat pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan
10
Syariah pada tahun 1997, dan disusul kemudian dengan peluncuran indeks
syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000. Di Indonesia,
tonggak awal yang berkaitan dengan pembuatan peraturan pasar modal
syariah bisa dikatakan baru dimulai pada tahun 2001, yakni bersamaan dengan
dikeluarkannya fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman
investasi untuk reksadana syariah. Kemudian diikuti oleh fatwa DSN MUI
tahun 2002 tentang obligasi syariah, serta nota kesepahaman Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM) dengan DSN-MUI tentang pembentukan pasar
modal yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jakarta Islamic Index (JII),
yang merupakan benchmark saham syariah di Indonesia terdiri dari 30 saham
yang diseleksi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) per semester, tepatnya
setiap bulan Januari dan Juni. Sampai akhir tahun 2006, kapitalisasi pasar JII
telah mencapai 48 % dari total kapitalisasi saham di BEI
(http://echopedia.blogspot.com/ ,2011).
Tabel 1.2
Perbandingan Indeks dan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ-45, dan JII Indeks (Rp) Kapitalisasi Pasar (Rp Miliyar) Periode IHSG LQ-45 JII IHSG LQ-45 JII
2008 1.335,41 270,23 216,19 1.076.490,53 710.394,70 428,.525,74 2009 2.534,36 498,29 417,18 2.019.375,13 1.569.639,86 937.919,08 2010 3.703,51 661,38 532,90 3.247.096,78 2.119,963,65 1.134.632 2011 3.821,99 673,51 537,03 3.537.294,21 2.332.675,26 1.414.983,81 2012 4.316,69 735,04 594,79 4.126.994,93 2.552.252,91 1.671.004,24 2013 4.274,18 711,14 585,11 4.219.020,24 2.539.878,32 1.672.099,91
11
Pasar modal syariah menunjukkan perkembangan yang cukup baik
sepanjang periode 2008-2013. Secara konsisten, indeks JII mengalami tren
pertumbuhan mengikuti indeks IHSG dan LQ-45, yaitu keaikkan harga indeks
pada periode 2008-2012 masing-masing sebesar 216,19 rupiah pada 2008,
417,18 rupiah pada 2009, 532,90 rupiah pada 2010, 53,03 rupiah pada 2011,
dan 594,79 pada 2012. Walaupun di tahun berikutnya terdapat penurunan
harga indeks JII menjadi sebesar 585,11 rupiah, namun kapitalisasi pasar
indeks JII mengalami pertumbuhan dari tahun 2012 sebesar 1.671.004,24
miliyar rupiah menjadi 1.672.099,91 miliyar rupiah di tahun 2013, berbeda
dengan kapitalisasi indeks IHSG dan LQ-45 yang mengalami penurunan nilai.
Kapitalisasi pasar merupakan nilai perusahaan yang dihitung dari
jumlah seluruh saham perusahaan beredar dikalikan dengan harga pasar
saham. Dengan demikian semakin mahal harga saham maka semakin tinggi
nilai kapitalisasinya. Dikutip Hanif (2012 : 8-9) berdasarkan fungsi ekonomi,
meningkatnya nilai kapitalisasi saham syari’ah menunjukkan keberhasilan
pasar modal syariah sebagai pengumpul sumber dana alternatif bagi investasi
perusahaan yang berlandaskan prinsip syariah, disamping itu menunjukkan
meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya umat Islam, yang memiliki
kelebihan dana, untuk memilih jenis investasi keuangan yang halal.
Adanya suatu penelitian yang berkaitan dengan pasar modal syariah
12
ketertarikan terhadap instrumen keuangan syariah untuk dapat memperoleh
informasi mengenai perkembangan instrumen keuangan syariah, selain juga
menginformasikan implementasi dari kebijakan serta arah pengembangan
prospek pertumbuhan nilai yang dapat dihasilkan oleh instrumen keuangan
syariah.
Berdasarkan uraian latar belakang serta fenomena-fenomena investasi
saham yang digambarkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah Debt Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Price Earning
Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
2. Apakah Return On Equity berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
13
3. Apakah Earning Per Share berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
4. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
5. Apakah Price to Book Value berpengaruh secara parsial terhadap Price
Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?
6. Apakah Debt Ratio, Return On Equity, Earning Per Share, Dividend
Payout Ratio, dan Price to Book Value berpengaruh secara simultan
terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2009-2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Debt Ratio secara parsial
terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
14
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Return On Equity secara
parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
3. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Earning Per Share secara
parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
4. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio
secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah
yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
5. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Price to Book Value secara
parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2009-2013
6. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Debt Ratio, Return On
Equity, Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, dan Price to Book
Value secara simultan terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis
syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek
15 D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
berbagai manfaat kepada:
1. Emiten
Memberi gambaran terhadap pihak-pihak yang memberi kebijakan bagi
emiten perusahaan tentang implikasi dari kebijakan yang telah dibuat,
serta sebagai landasan untuk mengkaji ulang kebijakan yang telah
diterapkan sehingga peningkatan kesejahteraan pemegang saham dapat
terus ditingkatkan.
2. Investor
Memberikan gambaran faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
Price Earning Ratio (PER) perusahaan berbasis syariah sehingga investor
mampu menerapkan strategi investasi saham dengan baik.
3. Akademisi
Memberikan gambaran keterkaitan teori-teori keuangan yang telah di
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Investasi
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi
pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil
(real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang,
misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga
pasar uang, dan lainnya. Investasi pada aset-aset finansial dapat juga
dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi,
dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk
pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan, dan lain-lain (Halim, 2005 : 4).
Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan
yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek mana
yang akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang akan tetap
17
investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat
dipasarkan dan kapan dilakukan. Dikutip oleh Halim (2005 : 4), proses
investasi memerlukan beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return),
tingkat risiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang
akan diinvestasikan. Umumnya hubungan antara risiko dan tingkat
pengembalian yang diharapkan bersifat linier, artinya semakin
tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat
pengembalian yang diharapkan,
b. Melakukan analisis
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek
atau sekelompok efek. Terdapat dua pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu:
a) Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang
diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.
Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri
di mana perusahaan tersebut berada dalam perekonmian secara
18
masa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhinya.
b) Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham
di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham
di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis
memperkirakan pergeseran penawaran dan permintaan dalam
jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung
mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan
barometer dari penawaan dan permintaan.
c. Membentuk portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana
yang akan dipilih dan berupa proporsi dana yang akan
diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang
dipilih dalam rangka pembentukkan portofolio adalah efek-efek
yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan
berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko.
d. Mengevaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang
telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang
diharapkan maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. Tolak
19
adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar aset yng telah
ditanamkan dalam portofolio tersebut. Kedua perbandingan
(comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua
set portofolio dengan tingkat risiko yang sama.
e. Merevisi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
prtofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi
(perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio
tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah
dibentuk tidak sesuai dengan jumlah investasi.
2. Saham
Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan,
disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan.
Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada
modal yang disetorkan (Husnan, 2001 : 285).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
20
penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan
Fakhrudin, 2001 : 5).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim
atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham:
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin
mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang
saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui
sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau
21
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah
dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
saham di pasar sekunder.
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim saham
terbagi atas (Darmaji dan Fakhrudin, 2001 : 6):
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap
pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Beberapa karakteristik
yang dimiliki saham biasa adalah sebagai berikut:
Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh
laba.
Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham
(one share one vote).
Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian
kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi
22
Memiliki tanggung jawab teerbatas terhadap klaim pihak
lain sebesar proporsi sahamnya.
Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor. Beberapa karakteristik yang dimiliki
saham preferen adalah sebagai berikut:
Memiliki hak lebih dulu memperoleh dividen.
Dapat mempengaruhi manajeemen perusahaan terutama
dalam pencalonan pengurus perusahaan.
Memiliki hak pembayaran maksimal sebesar nilai nominal
saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi.
Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian
laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima
secara tetap.
Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak
23
pemegang saham biasa seetelah semua kewajiban
perusahaan dilunasi.
3. Pasar Modal Efisien
Satu artikel yang sangat penting di bidang keuangan telah ditulis oleh
Fama (1970) berkaitan dengan konsep pasal modal efisien (efficient
capital market). Dikutip oleh Arifin (2005 : 7), efisiensi pada pasar modal
didefinisikan sebagai kecepatan dan kelengkapan suatu harga sekuritas
dalam merespon informasi yang relevan. Dalam pasar modal yang efisien,
harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang
berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang, dan ketika muncul informasi baru tentang perusahhaan
tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya
informasi baru tersebut.
Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar
yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi
yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga
sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan
sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk
memperoleh tingkat keuntungan diatas normal secara konsisten dengan
cara melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam
artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional (Husnan,
24
Hipotesis pasar efisien yang dikemukakan oleh Fama telah mengubah
cara pandang tentang bagaimana cara kerja pasar modal. Persaingan antar
investor yang sangat ketat menyebabkan harga saham telah secara akurat
merefleksikan seluruh informasi yang relevan, sehingga investor dapat
mempercayai bahwa harga tersebut adalah harga yang wajar.
4. Analisis Fundamental
Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan
dasar, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis
fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para
analisis sekuritas dan perkembangan penelitian sehubungan dengan
konsep pasar modal yang efisien.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, serta
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga memperoleh
taksiran harga. Model ini sering disebut share price forecasting model.
Dalam pembuatan model peramalan harga saham tersebut, langkah yang
penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang
diperkirakan akan mempengaruh harga saham. Setelah itu, bagaimana
membuat suatu model dengan memasukkan faktor-faktor tersebut dalam
25
rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi
(Husnan, 2001 : 315).
Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang
memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi,
politik, sosial, industri, dan laporan keuangan perusahaan. Analisis ini
digunakan untuk membuat keputusan tentang saham apa yang perlu
diinvestasikan. Analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek
pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan (Rodoni, 2005 :
61-62).
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrumen investasi
mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan
melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat
sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Ide dasar pendekatan
ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan
(Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 1).
5. Penilaian Saham
Upaya untuk merumuskan bagaimana menentukan harga saham yang
seharusnya, telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan
untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Meskipun
26
sulit bagi pemodal untuk terus bisa melampaui pasar dan memperoleh
tingkat keuntungan diatas normal (Husnan, 2001 : 285).
Husnan (2001 : 288) menyebutkan, analisis saham bertujuan untuk
menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian
membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price)
saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang
diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan dalam proses
penilaian saham adalah sebagai berkut:
Apabila nilai intrinsik lebih besar dari (>) harga pasar saat ini,
maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu
rendah), dan karenanya seharusnya dibeli dan ditahan apabila
saham tersebut telah dimiliki.
Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari (<) harga pasar saat ini,
maka nilai tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal),
dan karenanya harus dijual.
Apabila nilai intrinsik sama dengan (=) harga ppasar saat ini,
aka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berrada dalam
kondisi seimbang.
Meskipun para analis dan pemodal selalu mengupayakan untuk
melakukan analisis dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat
27
sebaiknya dibeli dan dijual, tetapi apabila pasar modal efisien akan sangat
sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa memperoleh tingkat
keuntungan diatas normal. Walaupun demikian, terlepas dari efisien
tidaknya pasar modal, dan seberapa jauh para analis dan pemodal percaya
akan efisiensi tersebut, bagaimana melakukan penilaian saham untuk
menaksir nilai intrinsik saham tersebut, perlu dipahami oleh para analis
sekuritas.
Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan
atau yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Dikutip oleh
Husnan (2001 : 290), terdapat dua model penilaian yang sering digunakan
untuk analisis sekuritas, yaitu pendekatan present value (model
kapitalisasi penghasilan) dan model Price Earning Ratio atau PER
(metode kelipatan laba). Pendekatan present value mencoba menaksir
present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang
diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Sedangkan pendekatan
Price Earning Ratio (PER) menaksir nilai saham dengan mengalikan laba
per lembar saham.
6. Price Earning Ratio (PER)
Rasio yang sering digunakan dalam pendekatan analisis saham adalah
Price Earning Ratio (PER). Dalam pendekatan ini diharapkan dapat
28
sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali
(Agustin, 2014 : 66).
Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang
sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Rasio
ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan
investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan. Bagi para
investor Price Earning Ratio (PER) dipandang sebagai ukuran kekuatan
perusahaan untuk memperoleh laba di masa yang akan datang (Rahma,
Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363).
Price Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan perusahaan
mempunyai prospek yang tinggi untuk bertumbuh. Sebaliknya,
perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah akan
mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang rendah. Dari segi investor,
Price Earning Ratio (PER) yang terlalu tinggi tidak menarik karena harga
saham kemungkinan akan sulit untuk naik lagi. Ini berarti kemungkinan
memperoleh capital gain akan lebih kecil lagi (Kodrat dan Indonanjaya,
2010 : 241).
Dikutip oleh Wibowo (2013 : 2-3), PER juga merupakan angka
psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan lebih menarik
dibandingkan dengan PER tinggi. Jika Price Earning Ratio (PER) tinggi,
berarti harga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya
29
memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat Price
Earning Ratio (PER) rendah karena saham cenderung akan mengalami
kenaikan harga, sementara jika Price Earning Ratio (PER) menunjukkan
nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual
saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER)
bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan
menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari selisih harga (capital gain).
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang
dilaporkan (Astuti, 2004 : 38). Price Earning Ratio (PER) adalah
perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar
saham) dengan earning per share (laba per lembar saham). Price Earning
Ratio (PER) dapat dihitung dengan cara membagi harga pasar per saham
dengan pendapatan per saham. Artinya semakin tinggi nilai PER akan
semakin baik karena dapat menunjukkan tingginya tingkat pendapatan
yang diharapkan oleh pemodal dan rendahnya tingkat risiko pada saham
tersebut (Moeljadi, 2006 : 54).
= ℎ
30
7. Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini juga
disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan
perusahaan dalam meminjam uang. Tujuan analisa solvabilitas adalah
untuk mengetahui posisi keuangan jangka pendek dan jangka panjang,
dengan membandingkan antara total aktiva yang dimiliki perusahaan
dengan total hutang yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang
(Aprianty, 2014 : 457).
Pengukuran kinerja keuangan dengan rasio solvabilitas adalah untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya
dengan total aset yang dimiliki. Pengukuran ini lebih bersifat untuk
menjadi penjamin bagi pihak kreditor, bilamana pada saat yang bersamaan
perusahaan dalam kondisi terlikuidasi. Dikutip oleh Noor (2008 : 224),
leverage / solvabilitas menunjukkan ketergantungan perusahaan kepada
sumber dana dari luar, atau ketergantungan pada hutang.
Rasio leverage menunjukkan ukuran besarnya dana yang diperoleh
dari kreditur. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio leverage dapat diartikan
sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari
31
=
risiko atas hasil bagi para pemegang saham karena adanya beban tetap
pembayaran bunga pinjaman (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 234).
Debt Ratio mengukur proporsi dana dari hutang. Semakin rendah
maka perusahaan dikatakan semakin aman. Rasio yang tinggi
menunjukkan perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi.
Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas
modal saham dengan cepat. Namun apabila penjualan menurun,
rentabilitas modal saham akan cepat turun pula (Kodrat dan Indonanjaya,
2010 : 235).
Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio hutang
(debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor
terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil perhitungan
rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang total yang didapat
dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio hutang menunjukkan
risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena hutang
32 8. Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008 : 196), rentabilitas adalah merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan rasio
ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi. Intinya adalah pengginaan rasio ini
menunjukkan efesiensi perusahaan.
Rasio profitabilitas atau rasio kemampulabaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sehubungan dengan hal
itu, kemampulabaan merupakan rasio efektivitas manajemen dalam
mengelola perusahaan. Artinya kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham
tertentu. Efektivitas ini dinilai dengan mengaitkan laba bersih dengan
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Kodrat dan
indonanjaya, 2010 : 238).
Rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba, dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun
dengan menggunakan modal sendiri. Profitabilias adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio
ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan
operasional perusahan. Secara umum, rasio profitabilias dihitung dengan
33
= ( )
ℎ
pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan hutang terhadap operasi
(Moeljadi, 2006 : 52). Ada beberapa pengukuan indikator dalam rasio
profitabilitas, diantaranya adalah mengukur laba yang mampu dihasilkan
per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiiki atau Return
On Equity (ROE) (Moeljadi, 2006 : 73). Earning Per Share (EPS)
Earning per Share (EPS) atau pendapatan per lebar saham
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Earnings per Share (EPS) menilai pendapatan bersih yang
diperoleh setiap lembar saham biasa. Earnings per Share
(EPS) menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan
kepada pemegang saham. Earnings per Share (EPS) yang lebih
tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar
dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham
(Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365). Untuk
mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar (Fahmi, 2013
34
= ( )
ℎ ℎ
Return On Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil
pengembalian investasi pemegang saham dan menekan pada
hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang
diinvestasikan (Astuti, 2004 : 37). Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tersebut. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham, namun rasio ini tidak
memperhitungkan dividen dan capital gain untuk pemegang
saham (Kodrat dan indonanjaya, 2010 : 240). Untuk
mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba
setelah pajak dengan total modal sendiri.
9. Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembagian sisa hasil laba bersih perusahaan yang
didistribusikan kepada pemegang saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2001 :
9). Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada
pemegang saham yang dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham
35
Pengelompokkan dividen dengan variasi sudut pandang yang berbeda.
Darmadji dan Fakhrudin (2001 : 129), dividen dari alat pembayarannya
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Dividen tunai (cash dividend), merupakan dividen yang dibagikan
dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari pemberian dividen dalam
bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek,
yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Untuk
membayarkan dividen dalam bentuk tunai diperlukan likuiditas.
2) Dividen saham (stock dividend), merupakan dividen yang
diberikan dalam bentuk saham, dengan dibagikannya dividen
dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas
perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin
menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara memperluas
kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak
memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.
3) Sertifikat dividen (script dividend), merupakan dividen yang
dibayarkan dengan sertifikat atau surat prompes yang dikeluarkan
oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu
dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin
membagikan dividen dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu
perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai
36
Pembayaran dividen biasanya dilakukan dalam beberapa tahap dalam
setahun. Di Amerika Serikat, pembayaran dividen umumnya dilakukan
setiap kuartal. Di negara-negara lain ada yang melakukannya dua kali
setahun dan satu tahun sekali. Di Indonesia, praktik pembayaran dividen
ada yang dua kali dan satu kali. Hal lain yang membedakan praktik
keputusan dividen adalah berkenaan dengan siapa yang memutuskan besar
kecilnya dividen. Berbeda dengan kelaziman Negara-negara maju,
misalnya Amerika Serikat dimana besar kecilnya dividen ditentukan oleh
dewan direktur atau manajemen perusahaan, di Indonesia keputusan
seberapa besar dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham
berada dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Artinya, RUPS
memegang peran kunci dalam kebijakan dividen di Indonesia, sehingga
dalam banyak hal, keputusan dividen bukan merupakan keputusan
strategis dari manajemen perusahaan semata (Gumanti, 2013 : 17).
Pada awal perkembangannya, ada tiga teori yang bertentangan satu
sama lain berkenaan dengan kebijakan dividen. Ada yang berpendapat
bahwa kenaikan dividen akan menaikkan nilai perusahaan. Pandangan
yang lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi memiliki efek
berlawanan terhadap nilai perusahaan, yang berarti menurunkan nilai
perusahaan. Pandangan yang ketiga menyatakan bahwa dividen
37
mengubah kebijakan dividen akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak
akan mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga pandangan tersebut
melahirkan teori kebijakan dividen, yang akan dijelaskan sebagai berikut
(Gumantii, 2013 : 40):
1) Hipotesis ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance
proposition)
Teori hipotesis kebijakan dividen dipopulerkan oleh Miller dan
Modigliani (1961). Mereka memulai analisis kebijakan dividen
mereka dengan mengasumsikan suatu dunia yang bercirikan
pasarnya sempurna, perilaku pelaku pasarnya rasional, dan pasar
dalam kondisi kepastian yang sempurna (Gumanti, 2013 : 44).
Anggapan teori ini bahwa, dipasar yang sempurna dimana tidak
ada pajak, tidak ada biaya transaksi atau tidak ada ketimpangan
informasi, kebijakan dividen suatu perusahaan seharusnya tidak
memiliki efek terhadap nilai pasar perusahaan tersebut. Asumsi
penting dalam pendapat tersebut menyebutkan bahwa kebijakan
investasi perusahaan tidak memiliki keterkaitan dengan kebijakan
dividennya. Jadi, argumentasi “ketidak-relevanan” hanya berlaku
jika keputusan investasi tidak dipengaruhi oleh keinginan
manajemen untuk mempertahankan atau menaikkan dividen. Jika
38
hanya akan mempengaruhi besar kecilnya pendanaan dari luar
(disamping dana dari laba ditahan) yang diperlukan untuk
mendanai investasi baru dan membayar dividen. Satu-satunya
pembatas dari nilai pasar perusahaan adalah kebijakan
investasinya, karena kebijakan investasi bertanggungjawab
terhadap keuntungan masa depan perusahaan (Gumanti, 2013 :
48-49).
2) Teori burung ditangan (bird in the hand theory)
Gordon (1959) mendukung teori burung di tangan (bird in the
hand theory) dan mengemukakan pendapat bahwa aliran dividen di
masa mendatang akan didiskonto pada tingkat yang lebih redah
daripada keuntungan modal harapan (Gumanti, 2013 : 52).
Menurut teori ini, dividen lebih disukai oleh investor dibandingkan
capital gain karena unsur kepastiannya. Secara sekilas, teori ini
lebih rasional dan mudah dipahami, khususnya terkait dengan
bukti bahwa perusahaan dengan dividen tinggi akan cenderung
memiliki risiko saham yang lebih rendah (Gumanti 2013 : 53).
3) Teori efek pajak
Menurut teoi ini, yang dikenal dengan teori preferensi pajak (tax
preference theory), semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan
pada dividen relatif terhadap capital gain dan adanya
39
= ℎ
ℎ
membuat sebagiian akademisi (peneliti) menyimpulkan bahwa
investor mungkin akan berbalik untuk tidak mengharapkan dividen
yang tinggi (Gumanti, 2013 : 55).
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba
atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan
yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan
pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham.
Kebijakan dividen yang ditentukan perusahaan dapat diukur dengan rasio
pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout
Ratio (DPR) diukur dengan cara membagi besarnya dividen per lembar
saham dengan laba bersih per lembar saham (Gumanti, 2013:22).
10.Nilai Buku
Hubungan antara nilai pasar dan nilai buku tidak dapat dipandang
sebelah mata oleh investor. Nilai buku merupakan indikasi penilaian pasar
terhadap saham perusahaan. Secara umum, jika nilai pasar yang tercermin
dalam harga saham peusahaan bernilai lebih rendah dari nilai buku maka
saham undervalue, dan sebaliknya jika nilai pasar yang tercermin dalam