• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Dan Pembahasan

4. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Dependen

Uji-t digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen secara individu mempengaruhi variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Dalam penelitian ini uji parsial digunakan untuk uji satu arah karena hipotesis yang diajukan sebelumnya sudah menunjukkan arah antara positif dan negatif. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Keputusan menolak atau menerima H0 didasarkan pada perbandingan nilai hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih besar (>) dari pada t-tabel artinya H0 ditolak yang artinya variabel independen secara individu berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Selain itu, uji parsial dilakukan dengan membandingkan probabilitas masing-masing variabel independen pada

115

output regresi data panel dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya. Jika nilai probabilitas variabel independen lebih kecil (<) dari tingkat signfikansi α sebesar 5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan variabel tersebut secara individu berpengaruh signfikan terhadap variabel dependen. Adapun nilai probablitas dalam penelitian ini didapat dengan membagi dua nilai probablitas yang ada pada output regresi data panel. Dikutip Widarjono (2009 : 47), hal tersebut perlu dilakukan karena uji-t yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji satu arah sedangkan output probabilitas variabel yang muncul pada software Eviews yang digunakan oleh peneliti untuk mengolah data adalah nilai probabilitas untuk uji dua arah sehingga nilai probabiltas harus dibagi dua. Berikut adalah hasil uji parsial regresi data panel:

116

Tabel 4.18 Hasil Uji Parsial Dependent Variable: LOG_PER

Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:14 Sample: 2009 2013

Periods included: 5 Cross-sections included: 9

Total panel (balanced) observations: 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.368112 0.188765 1.950103 0.0603 LOG_DR 0.935841 0.094231 9.931392 0.0000 LOG_ROE -1.005022 0.042208 -23.81133 0.0000 LOG_EPS 0.012054 0.032795 0.367547 0.7157 LOG_DPR -0.024928 0.031063 -0.802510 0.4284 LOG_PBV 0.878556 0.039103 22.46758 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.985400 Mean dependent var 1.228665 Adjusted R-squared 0.979278 S.D. dependent var 0.204503 S.E. of regression 0.029439 Akaike info criterion -3.963463 Sum squared resid 0.026866 Schwarz criterion -3.401390 Log likelihood 103.1779 Hannan-Quinn criter. -3.753927 F-statistic 160.9470 Durbin-Watson stat 1.829693 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Data diolah

Lalu dengan tingkat signfkansi α 5% atau 0,05 dan n=45, maka dapat diperoleh nilai t-tabel sebagai berikut:

t-tabel = |α ; df (n-K)| = 5% ; df (45-6) = 5% ; df (39) = 1,68488

117

a. Uji Parsial Variabel Debt Ratio (DR) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t menunjukkan besarnya t-hitung / t-statisticvariabel Debt Ratio (DR) sebesar 9,931392 yang berarti lebih besar dari (>) t-tabel sebesar 1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,0000 (0,0000/2) yang lebih kecil dari (<) tingkat signifikansi α 5% atau 0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel independen Debt Ratio (DR) secara individual berpengaruh signifkan dan positif terhadap variablel dependen Price Earning Ratio (PER).

Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh positif antara variabel Debt Ratio (DR) dan Price Earning Ratio (PER). Diungkapkan oleh Kodrat dan Indonanjaya (2010 : 235), penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham (return on equity) dengan cepat. Lalu teori yang diungkapkan oleh Noor (2009 : 224), bahwa pendanaan atau struktur modal perusahaan akan mempengaruhi laba bersih (EAT) perusahaan. Namun jika pedanaan lebih banyak dengan modal sendiri, perusahaan akan berkurang peluangnya untuk mendapatkan keringanan pajak karena tidak memiliki bunga hutang yang harus dibayar. Karena penghematan pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dibanding

118

nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Maka dalam penelitian ini perusahaan berbasis syariah dinilai telah mampu memanfaatkan penggunaan financial leverage dengan optimal karena mampu menciptakan return dan memanfaatkan penghematan pajak perusahaan atas penghasilan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Talat Afza dan MS. Samya Tahir (2013), dan Farida Wahyu Lusiana (2013) yang mengungkapkan bahwa hubungan antara variabel Debt Ratio (DR) dan Price Earning Ratio (PER) adalah signifikan dan positif.

Nilai koefisien X1 atau Debt Ratio (DR) sebesar 0,935841 menunjukkan hubungan yang searah bahwa jika variabel X1 atau Debt Ratio (DR) mengalami kenaikkan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,935841%.

b. Uji Parsial Variabel Return On Equity (ROE) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t menunjukkan besarnya t-hitung / t-statisticvariabel Return On Equity (ROE) sebesar -23,81133 yang berarti lebih besar dari (>) t-tabel sebesar -1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,0000 (0,0000/2) yang lebih kecil dari (<) tingkat signifikansi α 5% atau

119

0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel independen Return On Equity (ROE) secara individual berpengaruh signifkan dan negatif terhadap variabel dependen Price Earning Ratio (PER).

Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara variabel Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER). Terjadinya krisis global mempengaruhi investor untuk sangat berhatihati dalam berinvestasi di pasar modal karena investor tidak menyukai risiko. Akibatnya, walaupun rata-rata Return On Equity (ROE) perusahaan-perusahaan berbasis syariah periode 2008-2010 mengalami kenaikan Return On Equity (ROE) direspon secara asimetris oleh investor. Jadi, walaupun ada prospek pertumbuhan laba di masa mendatang namun investor tidak mau mengambil resiko. Sehingga kelesuan terjadi pada pasar saham menyebabkan harga saham anjlok yang juga berakibat pada turunnya nilai Price Earning Ratio (PER) perusahaan. Kemungkinan lainnya adalah laba perusahaan yang semakin menurun, sedangkan harga saham relatif tetap sehingga Price Earning Ratio (PER) menjadi semakin meningkat. Jadi ketika laba menurun, Return On Equity (ROE) akan menurun, Price Earning Ratio (PER) justru akan meningkat jika tidak ada peningkatan harga saham. Jadi meningkatnya Price Earning Ratio

120

(PER) disebabkan karena menurunnya laba, dan bukan karena peningkatan harga saham.

Dikutip oleh Riadi (2012 : 8), secara teoritis Price Earning Ratio (PER) dirumuskan sebagai perbandingan harga per lembar saham perusahaan dengan laba yang mampu dihasilkan oleh setiap lembar saham (EPS). Sedangkan Return On Equity (ROE) dirumuskan sebagai perbandingan laba perusahaan setelah pajak (EAT) dengan modal sendiri. Kedua rumus ini memiliki persamaan dimana kedua variabel ini sama-sama dipengaruhi oleh laba setelah pajak (EAT), akan tetapi perubahan laba setelah pajak (EAT) memberikan pengaruh berbeda pada kedua variabel. Pada variabel Return On Equity (ROE) peningkatan laba setelah pajak menyebabkan nilai return meningkat. Sedangkan pada variabel Price Earning Ratio (PER) peningkatan laba setelah pajak menyebabkan perubahan pada EPS yang juga akan meningkat. Peningkatan EPS menyebabkan hasil pembagian harga per lembar saham dengan EPS menjadi menurun, sehingga hal ini menyebabkan nilai Price Earning Ratio (PER) menurun.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Premkanth (2014), Erlin Yulia Rahma, Djumahir, dan Atim Djazuli (2014), Vivian Firsera Arisona (2013), dan Heni Suslowati dan Ratnaningrum (2010) yang mengungkapkan bahwa hubungan variabel

121

Return On Equity (ROE) dan Price Earning Ratio (PER) adalah negatif dan signifikan.

Nilai koefisien X2 atau Return On Equity (ROE) sebesar -1,005022 menunjukkan hubungan yang tidak searah bahwa jika variabel X2 atau Return On Equity (ROE) mengalami kenaikkan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER) sebesar -1,005022%.

c. Uji Parsial Variabel Earning per Share (EPS) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t menunjukkan besarnya t-hitung / t-statisticvariabel Earning per Share (EPS) sebesar 0,367547 yang berarti lebih kecil dari pada t-tabel sebesar 1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,3576 (0,7157/2) yang lebih besar dari tingkat signifikansi α 5% atau 0,05. Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel independen Earning per Share (EPS) secara individual berpengaruh tidak signifkan terhadap variabel dependen Price Earning Ratio (PER).

Hasil ini tidak sesuai dengan gagasan yang menyatakan semakin tinggi Earning per Share (EPS) maka semakin tinggi kepercayaan para investor yang akan menanamkan investasinya dalam

122

bentuk saham pada perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mayoritas saham perusahaan berbasis syariah telah memiliki kemampuan dalam pengelolaan dana untuk menghasilkan laba dengan baik. Sehingga investor tidak perlu mempertimbangkan fluktuasi nilai Earning per Share (EPS) dalam pertimbangan investasinya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma, Djumahir, dan Djazuli (2014) yang mengungkapkan bahwa hubungan Earning per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) adalah tidak signifikan.

Nilai koefisien X3 atau Earning per Share (EPS) sebesar 0,012054 menunjukkan hubungan yang searah terhadap variabel Y atau Price Earning Ratio (PER), namun karena Earning per Share (EPS) dalam penelitian ini tidak terbukti berpengaruh signifikan, maka jika nilai Earning per Share (EPS) mengalami kenaikan atau penurunan maka tidak akan mempengaruhi nilai Price Earning Ratio (PER).

d. Uji Parsial Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t menunjukkan besarnya t-hitung / t-statisticvariabel Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar -0,802510 yang berarti lebih kecil dari (<) t-tabel sebesar -1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,2142

123

(0,4284/2) yang lebih besar dari (>) tingkat signifikansi α 5% atau 0,05. Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel independen Dividend Payout Ratio (DPR) secara individual berpengaruh tidak signifkan terhadap variabel dependen Price Earning Ratio (PER).

Dalam tinjauan teori sebelumnya disebutkan, pada awal perkembangannya, ada tiga teori yang beertentangan satu sama lain berkenaan dengan kebijakan dividen. Ada yang berpendapat bahwa kenaikan dividen akan menaikkan nilai perusahaan. Pandangan yang lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi memiliki efek berlawanan terhadap nilai perusahaan, yang berarti menurunkan nilai perusahaan. Pandangan yang ketiga menyatakan bahwa dividen seharusnya tidak relevan dan semua upaya yang ditunjukkan untuk mengubah kebijakan dividen akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak akan mampu mempengaruhi nilai perusahaan (Gumantii, 2013 : 40). Hal ini kemungkinan terjadi karena investor lebih menginginkan kelebihan penghasilan perusahaan dialokasikan untuk investasi perusahaan dibandingkan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Sesuai dengan pandangan atas kebijakan dividen yang disebutkan sebelumnya bahwa dividen seharusnya tidak relevan dan semua upaya yang ditunjukkan untuk mengubah kebijakan dividen

124

akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak akan mampu mempengaruhi nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil temuan Rahma, Djumahir, dan Djazuli (2014) yang menyebutkan bahwa pengaruh Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) tidak signifikan.

Nilai koefisien X4 atau Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar -0,024928 menunjukkan hubungan yang tidak searah terhadap variabel Y atau Price Earning Ratio (PER), namun karena Dividend Payout Ratio (DPR) dalam penelitian ini tidak terbukti berpengaruh signifikan, maka jika nilai Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami kenaikan atau penurunan maka tidak akan mempengaruhi nilai Price Earning Ratio (PER).

e. Uji Parsial Variabel Price to Book Value (PBV) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Dengan melihat hasil uji parsial pada tabel 4.18, uji-t menunjukkan besarnya t-hitung / t-statistic variabel Price to Book Value (PBV) sebesar 22,46758 yang berarti lebih besar dari (>) t-tabel sebesar 1,68488 dengan probabilitas / p-value sebesar 0,0000 (0,0000/2) yang lebih kecil dari (<) tingkat signifikansi α 5% atau 0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel independen Price to Book Value (PBV) secara individual

125

berpengaruh signifkan dan positif terhadap variabel dependen Price Earning Ratio (PER).

Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh positif antara Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). Price to Book Value (PBV) yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai saham diatas nilai bukunya. Semakin besar nilai Price to Book Value (PBV) maka daya tarik investor untuk menanamkan modalnya ke dalam perusahaan juga semakin besar. Hal ini akan berdampak pada semakin banyaknya investor yang meminati saham perusahaan sehingga meningkatkan harga di pasar modal. Dalam studi kasus penelitian ini, perusahaan-perusahaan berbasis syariah yang menjadi sampel penelitian pada rentang periode penelitian ini dinilai telah mampu menciptakan nilai saham diatas nilai bukunya sehingga hal tersebut akan mempengaruhi perubahan variasi peningkatan Price Earning Ratio (PER) perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erlin Yulia Rahma, Djumahir, dan Atim Djazuli (2014), dan Rr. Fitria Agustin (2014) yang mengungkapkan adanya pengaruh positif dan signifikan variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Price Earning Ratio (PER).

Nilai koefisien X5 atau Price to Book Value (PBV) sebesar 0,878556 menunjukkan hubungan yang searah bahwa jika variabel X5

126

atau Price to Book Value (PBV) mengalami kenaikkan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,878556 %.

Dokumen terkait