BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik)
2.4.1 Prinsip/Azas Good Governance
Istilah “governance” tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan,
pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah public governance, private governance, corporate governance dan banking governance. Governance sebagai terjemahan dari pemerintahan kemudian berkembang dan menjadi populer dengan istilah kepemerintahan, sedangkan praktek terbaiknya disebut kepemerintahan yang baik (good governance).
Menurut teori para pakar, lembaga pemerintah dan peraturan perundang- undangan, berdasarkan urutan waktu prinsip/azas good governance/ kepemerintahan yang baik dapat dikemukakan sebagai berikut;
I. Prinsip Good Governance Menurut Bhatta, Gambir, Tahun 1996 1.Accountability (Akuntabilitas)
2.Transparency (Transparansi) 3.Openness (Keterbukaan)
4.Rule of Law (Kepastian Hukum)
5.Management of Competency (Manajemen Kompetensi) 6.Human Right (Hak Asasi manusia)
II. Prinsip Good Governance Menurut UNDP (United Nation Development Programme), Tahun 1997
1.Participation (Partisipasi) 2.Rule of Law (Kepastian Hukum) 3.Transparency (Transparansi) 4.Responsiveness (Tanggung Jawab)
5.Consensus Orientation (Berorientasi Pada Kesepakatan) 6.Equity (Keadilan)
7.Effectiveness and Effficiency (Efektivitas dan Efisiensi) 8.Accountability (Akuntabilitas)
III. Prinsip Good Governance Menurut Mustopadidjaja, Tahun 1997 1.Demokrasi dan pemberdayaan
2.Pelayanan
3.Transparansi dan Akuntabilitas 4.Partisipasi
5.Kemitraan 6.Desentralisasi
7.Konssistensi Kebijakan dan Kepastian Hukum
IV. Azas Good Governance Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
No. Azas Penjelasan
1. Kepastian Hukum - Mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggaraan Negara.
2. Tertib Penyelenggaraan Negara
- Mengutamakan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan
dalam pengendalian dan
penyelenggaraan negara.
3. Kepentingan Hukum - Mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Keterbukaan - Membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Proporsionalitas - Mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggaraan negara.
6. Profesionalitas - Mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
7. Akuntabilitas - Setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara
harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
V. Prinsip Good Governance Menurut (Bintoro, Tahun 2000) 1.Akuntabilitas
2.Transparansi 3.Keterbukaan 4.Kepastian Hukum 5.Jaminan
VI. Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
1. Profesionalitas 2. Akuntabilitas 3. Transparansi 4. Pelayanan Prima 5. Demokrasi 6. Efisiensi 7. Efektivitas 8. Supermasi Hukum
9. Diterima Seluruh Masyarakat
VII. Prinsip Good Governance Menurut Musyawarah Konferensi Nasional Kepemerintahan Daerah yang Baik, Disepakati Anggota: Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI), dan Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (ADEKSI), Tahun 2001
No Prinsip Indikator Minimal
1. Prinsip Partisipasi - Meningkatanya kepercayaan massyarakat kepada pemerintah, - Meningkatnya jumlah masyarakat
yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah,
- Meningkatnya kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk pembangunan daerah, dan
- Terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi lebih peduli
terhadap seriap langkah
pembangunan.
2. Prinsip Penegakan
Hukum
- Berkurangnya praktek KKN dan pelanggaran hukum,
- Meningkatnya (kecepatan dan kepastian) proses penegakan hukum,
- Berlakunya nilai/norrma di masyarakat (living law), dan
- Adanya kepercayaan pada aparat penegak hukum sebagai pembela kebenaran.
3. Prinsip Transparansi - Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah,
- Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, - Meningkatnya jumlah masyarakat
yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, dan
- Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan.
4. Prinsip Kesetaraan - Berkurangnya kasus diskriminasi, - Meningkatnya kesetaraan gender, - Meningkatnya pengisian jabatan
sesuai ketentuan mengenai kesetaraan gender.
masyarakat terhadap pemerintah, - Tumbuhnya kesadaran masyarakat, - Meningkatnya jumlah masyarakat
yang berpartisipasi dalam
pembangunan daerah dan
berkurangnya jumlah
pengangguran. 6. Prinsip Wawasan ke
Depan
- Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan kekuatan hukum yang sesuai,
- Adanya dukungan dari pelaku dan pelaksanaan visi dan strategi, dan - Adanya kesesuaian dan konsistensi
antara perencanaan dan anggaran. 7. Prinsip Akuntabilitas - Meningkatnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah daerah,
- Tumbuhnya kesadaran masyarakat, - Meningkatnya keterwakilan
berdasarkan pilihan dan
kepentingan masyarakat, dan - Berkurangnya kasus-kasus KKN 8. Prinsip Pengawasan - Meningkatnya masukan dari
masyarakat terhadap penyimpangan
(kebocoran, pemborosan,
penyalahgunaan wewenang dan lain-lain) melalui media massa, dan - Berkurangnya penyimpangan-
penyimpangan 9. Prinsip Efisiensi dan
Efektivitas
- Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan masyarakat,
- Berkurangnya penyimpangan pembelanjaan,
- Berkurangnya biaya operasional pelayanan,
- Prospek memperoleh standar ISO pelayanan,
- Dilakukannya swastanisasi pelayanan masyarakat
10. Prinsip Profesionalisme - Meningkatnya kesejahteraan dan nilai tambah dari pelayanan
masyarakat,
- Berkurangnya pengaduan
masyarakat,
- Berkurangnya KKN,
- Prospek mendapatkan ISO pelayanan, dan
- Dilaksanakannya “fit and proper” test terhadap PNS.
VIII.Prinsip Good Governance Menurut Undang-Undang No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
1. Kepastian Hukum 2. Keterbukaan 3. Akuntabilitas
4. Kepentingan Hukum 5. Proporsionalitas
IX. Prinsip Good Governance Menurut LAN (Lembaga Administrasi Negara), Tahun 2003 1. Akuntabilitas 2. Transparansi 3. Kesetaraan 4. Supermasi Hukum 5. Keadilan 6. Partisipasi 7. Desentralisasi 8. Kebersamaan 9. Profesionalitas 10.Cepat Tanggap 11.Efektif dan Efisien 12.Berdaya Saing
X. Azas Good Governance Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 20 Tentang Azas Penyelenggaraan Pemerintah
1. Kepastian Hukum
2. Tertib Penyelenggaraan Negara 3. Kepentingan Umum 4. Keterbukaan 5. Proporsionalitas 6. Profesionalitas 7. Akuntabilitas 8. Efisiensi 9. Efektivitas
XI. Prinsip Good Governance Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 Tentang Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, Bab 14 Tentang Penciptaan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa
1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari tataran (jajaran) pejabat yang paling atas;
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel;
3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat;
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik; 5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, pada tahun 2002 pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menginstruksikan kepada seluruh pimpinan unit kerja dan PNS di jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mempedomani sepuluh prinsip
good governance. Ke sepuluh prinsip-prinsip good governanace yang menjadi acuan aparatur dan pada umumnya di pajang di kantor-kantor instansi pemerintah provinsi Sumatera Utara itu adalah :
1. AKUNTABILITAS
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2. PENGAWASAN
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swassta dan masyarakat luas.
3. DAYA TANGGAP
Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. PROFESIONALISME
Meningkatkan kemampuann dan moral peyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
5. EFISIENSI & EFEKTIVITAS
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung jawab.
6. TRANSPARANSI
Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.
7. KESETARAAN
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
8. WAWASAN KE DEPAN
Membangun daerah berdasarkan Visi & strategi yang jelas & mengikit sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. PARTISIPASI
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10. PENEGAKAN HUKUM
Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa kecuali, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.