• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perseroan terbatas sebagai suatu perusahaan atau suatu entitas ekonomi dimana salah satu karakteristiknya adalah terpusatnya manajemen dibawah struktur dewan direksi. Dalam perkembangannya penerapan prinsip fiduciary duty telah 116Pasal 61ayat(1); Pasal 97 ayat (6); Pasal 20 ayat (6); Pasal 45 ayat (3); Pasal 149 ayat (4); Pasal 150 ayat (1); dan Pasal 150 ayat (2)

menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagi para direktur untuk mengambil keputusan bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi direktur untuk mengambil keputusan yang bersifat spekulatif karena ketatnya persaingan usaha. Permasalahan timbul ketika keputusan bisnis yang diambilnya ternyata merugikan perusahaan, padahal direktur telah melakukannya dengan jujur dan itikad baik. Untuk melindungi para direktur yang beritikad baik tersebut maka timbul teori business judgment rule.118

Dalam ilmu hukum teori business judgment rule diartikan sebagai aplikasi spesifik dari standar tingkah laku direktur pada sebuah situasi dimana setelah pemeriksaan secara wajar, direktur yang tidak mempunyai kepentingan pribadi menggunakan serangkaian tindakan dengan itikad baik, jujur dan secara rasional percaya bahwa tindakannya dilakukan hanya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.119

Prinsipbusiness judgment rule adalah suatu prinsip hukum yang berasal dari

system common law dan merupakan derivative dari Hukum Korporasi di Amerika Serikat. Konsep ini mencegah pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat untuk mempertanyakan pengambilan keputusan usaha oleh Direksi, yang diambil dengan itikad baik.

Dalam Black’s Law Dictionary, “Business Judgment Rule is rule immunizes management from liability in corporate transaction undertaken within power of

118

Bismar Nasution, makalah disampaikan pada seminar Bisnis 46 tahun FE USU : “ Pengaruh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara”, Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 November 2007.

corporation and authority of management where there is reasonable basis to indicate that transaction was made with due care and good faith”.

Berdasarkan pengertian yang diberikan Black’s Law Dictionary dapat diketahui bahwa business judgment rule melindungi direksi atas setiap keputusan bisnis yang merupakan transaksi perseroan, selama hal tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik.

Dasar pertimbangan adanya prinsip business judgment ruleyaitu bahwa tidak setiap keputusan direksi dapat memberikan keuntungan bagi perseroan, seperti lazimnya dalam dunia usaha ada untung dan ada rugi. Walaupun begitu, direksi dalam mengambil keputusannya atau melakukan tindakan lainnya mendasarkannya hanya untuk kepentingan perseroan (tidak ada kepentingan pribadi) dengan kehati-hatian dan dengan itikad baik.

Secara umum prinsip business judgment rule dianut dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 97, yaitu:

1. Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

2. Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.

3. Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaiamana dimaksud pada ayat (2).

4. Dalam hal direksi terdiri dari 2 (dua) anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.

5. Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Menurut hal-hal tersebut diatas, syarat direksi dapat dimintakan tanggung jawab secara pribadi adalah bersalah atau lalai menjalankan tugas kepengurusannya dengan tidak beritikad baik dan tidak penuh tanggung jawab, direksi harus dengan penuh tanggung jawab memperhatikan perseroan dengan seksama dan tekun. Dari hal-hal tersebut diatas dapat dilihat suatu ukuran dapat diberlakukannya konsep

business judgment ruleadalah :

1) Adanya kerugian yang timbul bukan karena kesalahan atau kelalaian;

2) Beritikad baik dan penuh kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

4) Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Direksi dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi harus memenuhi syarat adanya kerugian yang timbul dari kesalahan atau kelalaiannya. Adanya kesalahan dan kelalaian dari direksi dilihat dari formalitas tindakannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan.Dilihat dari substansinya tindakan tersebut tidak didasarkan atas itikad baik dan prinsip kehati-hatian (duty to act in good faith, duty of care, duty of loyalty) sehingga merugikan perseroan.

Dari hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip business judgment rule merupakan satu-satunya pertahanan yang dapat dipakai oleh direksi yang mengajarkan bahwa suatu putusan direksi mengenai aktivitas perseroan tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun, meskipun putusan tersebut merugikan perseroan, sepanjang putusan tersebut sesuai hukum yang berlaku, dilakukan dengan itikad baik (good faith), dilakukan dengan tujuan yang benar (proper purpose),

putusan tersebut mempunyai dasar-dasar yang rasional (rational bases), dilakukan dengan kehati-hatian (due care) seperti dilakukan oleh orang yang cukup hati-hati pada posisi yang serupa, dan dilakukan dengan cara yang secara layak dipercayainya (reasonable belief) sebagai yang terbaik (best interest) bagi perseroan, dan dengan memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham perseroan, khususnya pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan perseroan, dalam hal ini adalah para

pembeli tanah dari perusahaan pengembang. Direksi perusahaan harus menyelesaikan seluruh perbuatan hukum yang belum selesai dilaksanakannya.120

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh direksi perusahaan pengembang dalam kondisi tidak cakap karena perbuatan tersebut berada di luar cakupan maksud dan tujuan perusahaan dikenal sebagai perbuatanultra vires. Perbuatan ultra virespada prinsipnya adalah perbuatan yang batal karena hukum, dan oleh karena itu tidak mengikat perusahaan. Pada pelaksanaannya sulit untuk memastikan kapan suatu perbuatan dari direksi perusahaan pengembang merupakan perbuatanultra vires, hal ini berkenaan dengan maksud dan tujuan perusahaan. Tidak jarang diperlukan penafsiran atas rumusan maksud dan tujuan PT yang wajar (reasonable sense), yaitu arti yang lazim menurut kebiasaan.

Perbuatan direksi perusahaan pengembang yang sekalipun adalah ultra vires

tetap mengikat perusahaan, asalkan dapat dibuktikan bahwa pihak ke tiga dengan pihak siapa perusahaan melakukan transaksi, beritikad baik serta telah bertindak dengan kecermatan yang wajar(reasonable care). Tentang itikad baik tersebut perlu diperhatikan kaedah hukum bahwa setiap orang yang harus diduga beritikad baik sampai terbukti kebalikannya.

BAB V

Dokumen terkait