• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEP EKONOMI SYARIAH

B. Prinsip Ekonomi Syariah

Dalam aktivitas ekonomi manusia dapat memenuhi kebutuhan yang sifatnya tak terbatas. Untuk dapat melaksanakan kegiatan ekonominya, manusia menggunakan faktor-faktor produksi yang terbatas. Sehingga dengan begitu keberlanjutan kehidupan manusia akan terus berjalan seiring dengan perputaran bumi pada orbitnya. Dari sini dapat disimpulkan, bahwa tingkah laku manusia pada hakekatnya selalu untuk memuaskan keinginan yang tak terbatas mencerminkan manusia berkarakter individual selain juga bersifat sosial. Oleh karenanya, untuk menunjang pemenuhan kebutuhan manusia yang tak terbatas itu, dalam aktivfitas perekonomian harus memiliki prinsip-prinsip penopang perekonomian.8

Thomas Khun menyatakan bahwa setiap sistem ekonomi mempunyai inti paradigma. Inti paradigma ekonomi Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Ekonomi Islam mempunyai sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani. Disebut Ekonomi Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiyah. Sedangkan ekonomi Insani karena ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. Menurut Yusuf Qardhawi, ilmu ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar yaitu tauhid, akhlak, dan keseimbangan. Ketiganya memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, karena pada dasarnya sama-sama menggunakan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan menurut Chapra, disebut sebagai ekonomi Tauhid. Keimanan mempunyai peranan penting dalam ekonomi Islam, karena secara

8

Jaih Mubarak, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia”. Artikel ini diakses

langsung akan mempengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian, perilaku, gaya hidup, selera, dan preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya dan lingkungan. Saringan moral bertujuan untuk menjaga kepentingan diri tetap berada dalam batas-batas kepentingan sosial dengan mengubah preferensi individual sesuai dengan prioritas sosial dan menghilangkan atau meminimalisasikan penggunaan sumber daya untuk tujuan yang akan menggagalkan visi sosial tersebut, yang akan meningkatkan keserasian antara kepentingan diri dan kepentingan sosial. Karasteristik Ekonomi Islam bersumber pada Islam itu sendiri yang meliputi tiga asas pokok, yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah).

Dalam prinsip ekonomi syariah terdapat prinsip utama yang di syaratkan dalam al-Quran:9 Pertama, hidup hemat dan tidah bermewah-mewah dan implementasi zakat, pada tingkat negara mekanisme zakat adalah obligatory zakat sistem bukan voluntary zakat sistem. Disamping itu ada juga instrumen sejenis bersifat suka rela seperti infak, shadaqah, wakaf dan hadiah . Kedua, penghapusan atau pelarangan Riba, Gharar dan Maisir, menjadikan sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah dan musharakah sebagai pengganti sistem kredit berikut instrumen bunganya dan membersihkan ekonomi dari segala perilaku buruk yang merusak sistem, seperti perilaku menipu. Ketiga, menjalankan usaha-usaha yang halal; dari produksi atau komoditi, manajemen, proses produksi hingga proses sirkulasi atau distribusi haruslah ada dalam kerangka halal. Usaha–usaha tersebut

9

Ali Sakti, Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta : Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), h. 59-60.

tidak boleh bersentuhan dengan judi dan spekulasi atau tindakan-tindakan lainya yang dilarang secara syariah.

Berbicara mengenai prinsip ekonomi, berikut ini penulis akan sajikan prinsip-prinsip berekonomi dalam pandangan Islam, yaitu:

1. Prinsip Ilahiah10

Dengan mengacu kepada aturan Ilahiah, maka setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan ibadah. Ekonomi Islam pengaturannya bersifat ketuhanan/Ilahiah (nizhamun rabbaniyyun) mengingat dasar-dasar pengaturanya yang tidak diletakkan oleh manusia, akan tetapi didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan Allah SWT sebagaimana dalam al-Quran dan as-Sunnah.

2. Berdimensi Akidah11

Pada dasarnya ekonomi syariah lahir atas dasar akidah Islamiah yang didalamnya akan dimintakan pertanggungjawaban. Atas dasar ini maka seorang muslim terikat dengan sebagian kewajibannya, contohnya zakat, sedekah dan lain-lain. Hal ini lebih cenderung pada suatu keyakinan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT di hari kiamat kelak.

3. Memiliki Elastisitas

Elastisitas dalam ekonomi syariah ini didasarkan pada kenyataan bawa al-Quran dan al-Hadis, dijadikan sebagai sumber asas ekonomi, tidak memberikan doktrin

10 Muhammad Amin Suma, “Arah Pengembangan Hukum Ekonomi Islam di Indonesia,”

Departemen Hukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional, ed., Seminar Nasional Reformulasi Sistem ekonomi Syariah dan Legislasi Nasional, Semarang 6-8 Juni 2006 (Jakarta : DepHum HAM, 2006), h. 128.

11

ekonomi secara tekstual tetapi memberikan garis besar yang bersifat instruktif. Implementasinya secara riil di lapangan diserahkan kepada kesepakatan sosial

(masyarakat ekonomi) sepanjang tidak menyalahi syari‟at.

4. Kebebasan Individu12

Dalam Islam, Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu terlebih untuk kegiatan ekonomi. Sehingga individu dapat melaksanakan kewajiban mendasar dan menikmati kesejahterahan dalam masyarakat.

5. Ketidaksamaan Ekonomi Dalam Batas yang Wajar

Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi di antara orang-perorang, tetapi tidak membiarkannya menjadi bertambah luas, ia mencoba menjadikan perbedaan tersebut dalam batas-batas yang wajar, adil dan tidak berlebihan dan sesuai batas-batas perbedaan dan keterpautan kondisi antar keduanya.

6. Kesamaan Sosial

Dalam Islam mendukung dan menggalakkan kesamaan sosial dan tidak menganjurkan kesamaan ekonomi antara yang satu dengan yang lainnya.

7. Mekanisme Distribusi Kekayaan13

Negara yang bertanggungjawab dan menjamin kebutuhan pokok rakyatnya, mendistribusikan harta orang kaya yang menjadi hak fakir miskin, serta

12

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Terj.), (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1995), h. 8.

13

M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 200-201.

mengawasi pemanfaatan hak milik umum maupun negara. Kesenjangan kekayaan di tengah masyarakat diatasi dengan keseimbangan ekonomi melalui mekanisme distribusi. Sebagaimana Allah SWT. berfirman:

....











....



Artinya: ”....Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di

anatara kamu ....’’(QS:59 (Al-Hasyr):7).

8. Larangan Menumpuk Kekayaan

Dalam Islam dilarang untuk menumpuk atau menimbun harta kekayaan dan mewajibkan pembelanjaan terhadap harta tersebut, agar beredar dan diambil manfaatnya. Penggunaan harta benda dapat dilakukan dengan mengerjakan sendiri ataupun bekerjasama dengan orang lain dalam suatu pekerjaan yang tidak diharamkan. Sebagaimana Allah SWT berfiman:

....

























Artinya: “....Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menginfakkan di jalan Allah, maka berilah mereka kabar gembira

dengan siksaan yang pedih.”(QS:8 (Al-Taubah): 34).

9. Larangan Terhadap Organisasi Anti Sosial14

Dalam sistem ekonomi syariah terdapat larangan terhadap semua praktek yang merusak dan anti sosial yang terdapat dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum srak, riba, menumpuk harta, pasar gelap dan sebagainya.

14

10. Kesejahteraan Individu dan Masyarakat

Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat yang saling melengkapai satu dengan yang lain, bukannya saling bersaing dan bertentangan sehingga terwujud kemanfaatan bersama.

11. Jaminan Sosial15

Setiap orang berhak dan bebas mendapatkan, serta memiliki setiap hasil jerih payahnya, namun dari hak milik tersebut juga harus memperhatikan fungsi sosial harta hasil usahanya untuk kebaikan orang-orang yang nasibnya kurang beruntung. Sebagaimana tertuang dalam al-Quran al-Karim:



















Artinya: “Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,. Bagi orang(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa(yang tidak mau meminta).”(QS:70 (Al-Ma’arij): 24-25).

12. Mengakui Hak Memiliki16

Dalam hal ini ekonomi Islam memadukan antara maslahat individu dengan maslahat umum, mengakui hak seseorang untuk memiliki apa yang dinginkan dari barang-barang produksi misalnya ataupun barang-barang konsumsi. Lebih mendahulukan kemaslahatan umum sehingga tidak mengedepankan kepentingan individu semata. Ekonomi berbasis syariah yang hakikatnya menggunakan prinsipi-prinsip syariah sangat mengakui hak milik.

15Abdul Rouf, “Persepsi Moral Dalam Ekonomi Islam,” AHKAM VII, no. 15 (2005), h. 37.

16

Mustafa Kemal, Wawasan Islam dan Ekonomi : Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997), h. 114.

13. Adanya Profesionalisasi Pekerjaan17

Konsep Musyarakah, Qardul Hasan, dan lain-lain adalah profesionalisasi pekerjaan yang diterapkan dalam ekonomi syariah. Dimana berbagai sarana yang terbaik digunakan untuk mendapatkan hasil yang besar dengan pembiayaan yang sekecil-kecilnya yang kesemuanya itu terkendali oleh iman.

Dokumen terkait