• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

Dengan amandemen Undang-undang No.3 Tahun 2006 atas perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, banyak permasalahan yang timbul akibat amandemen Undang-undang tersebut. Kesiapan hakim Pengadilan Agama dalam menangani perkara ekonomi syariah merupakan permasalahan yang sangat mendasar. Berbagai problematika muncul ketika hakim Pengadilan Agama belum siap dalam menghadapi kompetensi baru tersebut. Hakim Pengadilan Agama dituntut untuk mampu melayani kepentingan masyarakat khususnya dalam

menangani perkara ekonomi syari’ah secara cepat, sederhana dan biaya ringan serta

adil sesuai dengan amanat undang-undang. Hakim Pengadilan Agama juga masih memiliki kendala dalam memahami manajemen peradilan. Oleh karena itu, kemampuan mengelola administrasi peradilan atau manajemen peradilan untuk mewujudkan peradilan yang efisien, efektif, bersih dari celaan publik masih terus harus dilakukan secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

AL-Qur‟an Al-Karim. Jakarta: Departemen Agama, 2004.

Abdullah, Abdul Gani. “Penemuan Hukum (Rechtsvinding) dan Penciptaan Hukum (Rechtsschepping) bagi Para Hakim” dalam Jurnal Ahkam, Volume 8 No. 2. Jakarta: 2006.

Abdullah, Abdul Gani. “Politik Hukum di Bidang Ekonomi Syariah dan Agenda Legislasi,”. Jakarta: Departemen Hukum dan HAM RI. 2006.

Adnan, M. Akhyar. Akuntansi Syariah: Arah, Prospek dan Tantangannya,

Yogyakarta: UII, 2005.

Affandi, Wahyu. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung: Alumni, 1981.

Afzalur Rahman. Doktrin Ekonomi Islam, (Terj.). Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1995.

Ahyar. Implementasi Kekuasaan Kehakiman Dalam Era Reformasi: Himpunan Karya Tulis Bidang Hukum. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Dept. Kehakiman RI. 1999.

Al-'Asqalani, Imam Abi al-Fadhil Ahmad bin 'Ali bin Hajar. Bulughul Maram. Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

Al-'Asqalani, Imam Abi al-Fadhil Ahmad bin 'Ali bin Hajar, Bulughul Maram, Surabaya: Darul Ilmi, 1352.

Al-Khafid, Ibnu Rusyd. Bidayah al- Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid. Beirut: Dar al-Fikr, 1995.

Al-Mawardi, Imam. Al-Ahkam As-Sulthaniyah (Hukum-Hukum Penyelenggaan

Negara dalam Syari’at Islam). Jakarta: Darul Falah, 2006

Husin, Said Aqil Al-Munawir. “Pelaksanaan Arbitrase di Dunia Islam,” dalam

Arbitrase di Indonesia. Jakarta: BAMUI & BMI, 1994.

Al-Syarbini, Mahmud. Qadha Islamiyah: Al-Qadha fi Al-Islam. Beirut : Muthabi‟ Al

Anshori, Abdul Ghafur Anshori. Peradilan Agama di Indonesia Pasca Undang-Undang No. 3 Tahun 2006. Yogyakarta: UII Press, 2007.

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah Dari Teoti ke Praktik. Jakarta: Tazkia Cendikia, 2001.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama. Yogyakarta: Pustaka, tt.

Arto, Mukti. Mencari Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Ash-shiddieqy. Teuku Muhammad Hasby. Peradilan dan Hukum Acara Islam.

Semarang: PT. PustakaRizky Putra, 1997.

Az-Zain, S. A. Syari'at Islam: Dalam Perbincangan Ekonomi, Politik dan Sosial Sebagai Studi Perbandingan (Terjemahan). Bandung: Husaini, 1981.

Bissri, Cik Hasan. Peradilan Agama Di Indonesia. Cet. II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1998.

C.S.T. Kansil. Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman (KUKK). Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986.

Djalil, A. Basiq. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006. Duverger, Maurice. Sosiologi Politik. Jakarta: CV Rajawali, 1981.

Effendi, Deden. Kompleksitas Hakim Pengadilan Agama. Jakarta: Departemen Agama R.I., 1985.

Harahap, Yahya. Ruang Lingkup Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Hasan, Hasbi. Kompetensi Peradilan Agama Dalam Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramata Publishing, 2010.

Jaafar, Moh. Ilham Bin Haji. Sistem Kehakiman Islam. Kuala Lumpur: Pustaka Haji Abdul Majid, 2000.

Kadafi, Binzaid Kadafi, dkk. Pembentukan Organisasi Advokat Indonesia, Keharusan dan Tantangan. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2004.

Lev, Daniel S. Peradilan Agama di Indonesia: Studi tentang Landasan Politik Lembaga-Lembaga Hukum. alih bahasa H. Zaini Ahmad Noeh, Jakarta: PT Intermasa, 1980.

Lewis, Mervyn K dan Latifa M. Algaoud. Perbankan syariah: Prinsip, Praktik, dan Prospek (Terj.). Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007.

Lubis, Suharwadi, K. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Lubis, Sulasikin. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Kerjasama antara badan penerbit fakultas hukum UI dan Prenada Media Grup, 2006.

M. Luthfi Hamidi. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003.

Manan, Abdul. Etika Dalam Penyelenggaraan Peradilan. Jakarta: Kencana, 2007. Manan, Abdul. Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006.

Marhijanto. Bambang, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer. Surabaya: CV. Bintang Timur, 1996.

Mas‟adi, Gufron A. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 2002.

Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosada Karya, 2000. Muchsin. Fungsi Strategis Penyusunan Himpunan Ekonomi Syariah. dalam suara

Uldilag No. 13, MARI-Urusan lingkungan Peradilan Agama, Jakarta, 2008. Mufti, Aries dan Muhammad Syakir Sula. Amanah Bagi Bangsa Konsep Sistem

Ekonomi Syariah. Jakarta : PT. Econ Citra Lintas, Kerjasama Dengan Masyarakat Ekonomi Syariah Kerja Sama dengan MUI, BI, Departh.

Pangaribuan, Luhut, M.P. Hukum Acara Pidana: Surat-Surat Resmi di Pengadilan Oleh Advokat. Jakarta: Djambatan, 2005.

Penjelasan umum atas UU RI No. 7 Th. 1989 Tentang Peradilan Agama., Surabaya : Pustaka Tinta Mas, 1994.

Purbacaraka, Purnadi dan Soejono Soekanto. Perihal Kaedah Hukum. Bandung, Penerbit alumni, 1997.

Putra, Murasa Sarkani. Pengantar Ekonomi Islam Bahan Pengajaran dan Pengajaran di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta : 1999.

Raco. Metode Penelitian Kulitatif Jenis, Karakter dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo, 2010.

Rahman, Hasanuddin Rahman. Contract Drafting. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Rosyadi, A. Rahmat. Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Rouf, Abdul. “Persepsi Moral Dalam Ekonomi Islam,” AHKAM VII. no. 15, 2005. Sakti, Ali. Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekuatan Ekonomi Modern. Jakarta :

Paradigma & AQSA Publishing, Maret 2007.

Salam, Muhammad. Peradilan dalam Islam. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 2003. Salim, Peter dan Yeni Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English Press, 2002.

Sholahuddin. Asas-Asas Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Simongkir, dkk. Kamus Hukum. Jakarta : Sinar Grafika, 2004.

Sjah Deini, Sutan Remy. Perbankan Islam. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2007. Soekanto, Soerjono. "Ilmu-ilmu Hukum dan Pembangunan Hukum." Analisis

Pendidikan. No.02, Tahun ke-IV , 1983.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi). Yogyakarta : ekonisia, 2004.

Sudarsono, Heti. Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekosonia, 2004.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Suma, Muhammad Amin. Respon Ilmu-Ilmu Syariah Dalam Berbagai Masalah Kontemporer. disampaikan dalam Seminar Nasional: Prospek Ilmu-Ilmu Syariah, Peluang dan Tantangannya di Indonesia. Jakarta, 2008.

Sumaryono,E,. Etika Profesi Hukum, Norma-Norma Bagi Penegak Hukum. Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Sutiyoso, Bambang dan Sri Hastuti Puspita Sari. Aspek-Aspek Kekusaan Kehakiman di Indonesia. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Syafi‟i, Rahmat. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, Jilid 2. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2005.

Tim Penyusun. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 1. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999.

Winata, Frens Hendra. Advokat Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995. Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenada Media, 2005. INTERNET

Agustianto, “Urgensi Kodifikasi Hukum Ekonomi Islam,” Artikel diakses 31 Agustus

2007 dari http://www.pesantrenvirtual.com/index.php.

Agustianto, ”Buku III Ushul Fiqh”, Berita ini diakses pada tanggal 6 Mei 2011 dari http://esharianomics.com/esharianomics/fikih-hukum/ushul-fikih/definisi-hakim/

Firman, Syarat Menjadi Hakim, Artikel ini diakses 18 November 2010 dari http://anggijuve.blogspot.com/2009/03/syarat-syarat-menjadi-hakim.html. Mubarak, Jaih, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia”. Artikel ini

Manan, Abdul, Sengketa ekonomi syariah sebagai kewenangan baru, artikel ini diakses pada tanggal 18 November, 2010, 13:14 http://pa-wates.net.

Muhaemin,”Kesiapan Pengadilan Agama Tangani Sengketa Ekonomi Syari’ah”; dalam Republika On Line, diakses tanggal 17 Maret 2010.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum.

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 8 Tahun 2008 Tentang Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah Nasional.

Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Perbankan Syariah. Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 Tentang komisi Yudisial.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum.

Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan Kholis pada tanggal 18 November 2010. Wawancara pribadi dengan Masrum pada tanggal 16 November 2010. Wawancara pribadi dengan Yusron pada tanggal 22 November 2010.

WAWANCARA HAKIM

1. Apa yang menjadi latar belakang masuknya perkara ekonomi syariah menjadi kewenangan Peradilan Agama, khususnya di Pengadilan Agama Jakarta Pusat ?

Sebagian masyarakat menganggap bahwa Peradilan Agama adalah satu-satunya lembaga Peradilan di Indonesia yang mampu mengakomodir kebutuhan dengan baik akan hukum-hukum yang bermuatan syariah dan tradisi keislaman yang mengental. Sehingga dalam sengketa ekonomi syariah Pengadilan Agama lah yang pada dasarnya lebih berkompeten dalam menangani sengketa ekonomi syariah.

2. Kedudukan dan kewenangan Peradilan Agama sebelum Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 ?

Wewenang Pengadilan Agama telah dibatasi Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, yang hanya dapat memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang menyangkut hal masalah perkawinan, warisan, wakaf, hibah, dan sedekah. 3. Kedudukan dan kewenangan Peradilan Agama setelah Undang-Undang No. 3

Tahun 2006 ?

Perluasan wewenang pengadilan agama setelah diundangkannya Undang-undang No 3 tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang-undang No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, antara lain meliputi ekonomi syariah.

4. Bagaimana dampak lahirnya Undang-Undang No. 3 tahun 2006 ?

Dengan adanya tambahan kewenangan memeriksa, mengadili dan

menyelesaikan perkara ekonomi syari‟ah bagi lembaga Peradilan Agama, di

samping merupakan peluang, namun juga sekaligus tantangan. Peluangnya

adalah “undang-undang telah memberikan kewenangan kepada Pengadilan

Agama untuk menangani perkara ekonomi syari‟ah”, adanya dukungan dari

para ulama, cendekiawan dan masyarakat Islam pada umumnya yang menghendaki berharapan agar sengketa ekonomi syari‟ah dapat ditangani oleh

Pengadilan Agama dengan baik. sedangkan tantangannya adalah hakim Pengadilan Agama harus menangani perkara ekonomi syari‟ah secara cepat,

sederhana dan biaya ringan serta adil sesuai dengan amanat undang-undang. 5. Problematika apa yang dihadapi Peradilan Agama dalam menangani sengketa

ekonomi syariah karena merupakan kewenangan baru ?

Belum memadainya hukum materiil di bidang ekonomi syariah sehingga belum dapat menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat terhadap kualitas hakim tersebut.

6. Mengenai perkara sengketa ekonomi syariah yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat dengan Register pendaftaran Nomor 792/Pdt.G/2009/PA.JP yang Bapak tangani, bagaimana pendapat Bapak mengenai perkara tersebut ?

Majelis Hakim dalam putusan ini lebih mengarah kepada pembatalan karena putusan arbritrase tersebut diduga mengandung unsur-unsur antara lain putusan diambil dari hasil tipu muslihat dan tidak mengarah kemana-mana termasuk kepada isi amar putusan BASYARNAS, oleh karenanya petitum tersebut agar Majelis Hakim menyatakan cacat karena dalam putusan BASYARNAS isi amarnya saling bertentangan satu sama lain harus dikesampingkan dan tidak perlu dipertimbangkan lagi, menyatakan Putusan BASYARNAS No. 16/tahun 2008/BASYARNAS/Ka.Jak tanggal 16 September 2009 tersebut diatas tidak mempunyai kekuatan hukum;

7. Apa landasan yuridis pemeriksaan perkara ekonomi syariah yang digunakan pada saat itu ?

Undang-undang No. 30 tahun 1999 dan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 8 tahun 2008, dan pasal 49 UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, jo. Pasal 55 UUNo. 21 tahun

2008 tentang Perbankkan Syari‟ah secara tegas menentukan penyelesaian

sengketa Perbankan Syari‟ah dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama

8. Bagaimana dengan peran basyarnas menurut Bapak, jika ditinjau dari efisiensi pelaksanaan penyelesaian sengketa ekonomi syariah ini ?

Secara lebih lengkap peran basyarnas telah diatur dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum.

9. Bagaimana optimalisasi peran hakim dalam penanganan sengketa ekonomi syariah pasca Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 di Pengadilan Agama baik dipandang dalam Hukum Islam maupun Sosial Kultur?

Meningkatkan kualitas hakim baik secara pribadi maupun kolektif dengan melakukan penemuan hukum (rechtsfinding / ijtihad) dengan cara menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, dilaksanakan pelatihan dan workshop ekonomi syariah bagi hakim di lingkungan Peradilan Agama, pembentukan lembaga penelitian dan pengembangan ekonomi syariah di dalam setiap Pengadilan Agama juga menjadi sangat penting untuk dilakukan. 10.Bagiamana usaha Pengadilan Agama dalam sosialisasi agar menumbuhkan

kepercayaan masyarakat dan mengurangi kecenderungan masyarakat terhadap BASYARNAS dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah ?

Peradilan Agama harus tampil bersih, transparan, akuntabel, bisa memenuhi rasa keadilan, kebenaran dan melakukan pembenahan sarana prasarana berupa pengadaan perpustakaan dengan konten berbagai literatur hukum di bidang ekonomi syariah.

Jakarta, 16 November 2010 Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara pembatalan Putusan Badan Arbritrase Syariah Nasional ( BASYARNAS ) Nomor 16/Tahun 2008/BASYARNAS/Ka.Jak antara :

PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Perseroan Terbatas ( PT ) yang berkedudukan di Gedung Bank Syariah Mandiri Jalan MH. Thamrin No. 5 Jakarta yang dalam hal ini memberi kuasa kepada Drs. Iyan Risyadi Riksan, SH. Heri Bertus S. Hartojo, SH., MH. Dan Muhammad Bastian, SH., para advokat yang tergabung pada DIAS dan Associates Low Office yang berkantor di Citylofs Sudirman Tower lanntai 7 unit 729, Jl. KH. Mas Mansyur No. 121, Jakarta,

selanjutnya disebut sebagai “PEMOHON" ;-

Melawan

I. MAJELIS ARBITER BASYARNAS, yang memeriksa dan memutus perkara Nomor: 16/tahun 2008/BASYARNAS/Ka.Jak atas nama Prof. H. Bismar Siregar, SH., Hj. Fatimah Achyar , SH. Dan Prof. Dr. Sutan Remi Sjahdeini, SH. Yang berkedudukan dan berkantor di Gedung MUI, Lantai 3, Jl. Proklamasi No. 51 Menteng, Jakarta yang dalam hal ini memberi kuasa kepada Dr. Maqdir Ismail , SH. LL.M, Dr. S. F. Merbun, SH., MH., M. Rudjito, SH., MH., Dasril Effendi, SH., MH., Syahrial Zainuddin, SH., Masayun Donny Kertopati, SH. dan Ilham Nur Akbar, SH. Para advokat dan konsultan Hukum pada Maqdir Ismail dan Partners Law Firm, yang beralamat di Jl. Bandung No. 4, Menteng, Jakarta Pusat, Selanjutnya disebut

sebagai “TERMOHON I”;

II. PT. ATRIUMASTA SAKTI, suatu Perseroan Terbatas (PT) yang berkedudukan dan berkantor di Taman Gandaria Velley Estate blok A I., RT 012 RW. 005, kelurahan Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang dalam hal ini memberi kuasa kepada Iran Syahril Siregaer, SH., MH., Hendra K. Siregar, SH., Rendy Tanamo, SH. dan Azis Yanuar, SH., MH. para advokat yang tergabung pada Firma Hukum H.I Siregar dan Rekan yang beralamat di Gedung Setia Budi Atrium Lantai 2 Ruang 209, Jl. HR. Rasuna Said Kav. 62 Kuningan, Jakarta Selatan,

selanjutnya disebut sebagai “TERMOHON II”;

Pengadilan Agama Tersebut ;-

Telah mendengar keterangan para pihak ;- Telah meneliti berkas perkara ;-

Telah meneliti alat bukti ;-

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Pemohon dalam permohonannya tertanggal 10 Nopember 2009 yang didaftarkan pada tanggal yang sama di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat dengan Register pendaftaran Nomor 792/Pdt.G/2009/PA.JP. mengemukakan dalil-dalilnya sebagai berikut:

1. Bahwa Majelis Arbiter BASYARNAS pada tanggal 16 September 2009 telah membacakan Putusan Perkara No.16/Tahun 2008/BASYARNAS/Ka.Jak antara TERMOHON II (semula Pemohon Arbitrase) dengan PEMOHON (semula Termohon Arbitrase) (Bukti P – 1), serta telah mendaftarkan Putusan tersebut pada Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat sebagaimana ternyata dalam Akte Pendaftaran No.01/BASYARNAS/ 2009/PAJP tertanggal 12 Oktober 2009 (Bukti P – 2).

2. Bahwa adapun Amar Putusan BASYARNAS yang dimohonkan pembatalannya oleh PEMOHON selengkapnya adalah sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

Menyatakan eksepsi Termohon tidak dapat diterima. DALAM POKOK PERKARA

Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;

Menyatakan Termohon melakukan cidera janji;

Menyatakan batal demi hukum Akad Pembiayaan Murabahah No.53 tanggal 23 Februari yang dibuat oleh dan dihadapan Efran Yuniarto, S.H., Notaris di Jakarta;

Menghukum Termohon untuk mengembalikan kepada Pemohon dana sebesar Rp.878.791.366,- (delapan ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus sembilan puluh satu ribu tiga ratus enam puluh enam Rupiah) yang terdiri atas :

a. Pembayaran biaya provisi Bank sebesar Rp.350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta Rupiah) atau sebesar 1% (satu persen) dari nilai fasilitas pembiayaan yang berjumlah Rp.35.000.000.000,- (tiga puluh lima miliar Rupiah) karena Akad Murabahah No.53 dinyatakan batal demi hukum;

b. Pembayaran uang asuransi proyek (PT. Asuransi Dayin Mitra) sebesar Rp.45.027.000,- (empat puluh lima juta dua puluh tujuh ribu Rupiah);

c. Pembayaran uang muka iuran Jamsostek sejumlah Rp.5.962.700,- (lima juta sembilan ratus enam puluh dua ribu tujuh ratus Rupiah);

d. Pembayaran uang retribusi kepada Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebesar Rp.298.135.000,- (dua ratus sembilan puluh delapan juta seratus tiga puluh lima ribu Rupiah);

e. Uang pengembalian cicilan margin sejumlah Rp.179.666.666,- (seratus tujuh puluh sembilan juta enam ratus enam puluh enam ribu enam ratus enam puluh enam Rupiah).

Menghukum Termohon untuk mengembalikan kepada Pemohon biaya-biaya lainnya sepanjang biaya-biaya tersebut didukung oleh bukti-bukti pengeluaran yang telah diverifikasi oleh Kantor Akuntan Publik mengenai kebenarannya, baik mengenai keaslian bukti-bukti tersebut maupun mengenai besarnya biaya;

Memutuskan agar Kantor Akuntan Publik yang ditugasi untuk melakukan verifikasi terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh Pemohon adalah Kantor Akuntan Publik yang disetujui oleh Pemohon dan Termohon dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Putusan Majelis dibacakan.

penunjukan Kantor Akuntan Publik akan dilakukan oleh Majelis setelah Majelis memperoleh laporan dari salah satu pihak yang berperkara, yaitu atau dari Pemohon atau dari Termohon.

Memutuskan biaya Kantor Akuntan Publik, baik yang ditunjuk oleh Pemohon dan Termohon maupun yang ditunjuk oleh Majelis ditanggung oleh Pemohon dan Termohon masing-masing sebesar 50% (lima puluh persen).

Menolak permohonan Pemohon untuk meletakkan sita jaminan.

Menolak permohonan Pemohon mengenai uang paksa (dwangsom).

Menyatakan putusan ini bersifat final dan mengikat (final and binding) dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap sejak diucapkan sehingga karena itu tidak dapat dibatalkan melalui upaya hukum apapun.

Menolak tuntutan Pemohon selebihnya.

Menghukum Termohon untuk melaksanakan putusan ini selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak putusan ini diucapkan.

Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Pemohon dan Termohon masing-masing sebesar ½ bagian dari biaya perkara ini.

Memutuskan bahwa apabila Termohon menolak baik dengan cara berdiam diri atau melakukan upaya-upaya hukum yang bertujuan dibatalkannya amar putusan ini, antara lain dengan mengajukan keberatan atau membuat gugatan baru melalui Pengadilan Agama atau Pengadilan Umum sehingga eksekusi putusan ini, menjadi tertunda apalagi menjadi berlarut-larut, maka Pemohon dapat mengajukan pengaduan dan permohonan kepada Bank Indonesia agar Bank Indonesia menjatuhkan sanksi administratif dan menurunkan tingkat kesehatan PT. BANK SYARIAH MANDIRI dan Bank Indonesia wajib berdasarkan kekuatan hukum putusan ini memenuhi permohonan Pemohon yang demikian itu.

Memerintahkan kepada Sekretaris Sidang selaku Kuasa Arbiter untuk mendaftarkan turunan resmi Putusan Arbitrase ini di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam tenggang waktu sebagaimana ditetapkan UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa jo Surat Edaran Mahkamah Agung No.08 Tanggal 10 Oktober 2008.

II. MENGENAI DASAR HUKUM PERMOHONAN PEMBATALAN PUTUSAN BASYARNAS KE PENGADILAN AGAMA

3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 70 dan Penjelasan Umum Bab VII Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU Arbitrase”) jo Undang -Undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana diubah dengan -Undang- -Undang No.3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Surat Edaran Mahkamah Agung No.8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan

Arbitrase Syari‟ah, diberikan hak oleh undang-undang kepada salah satu pihak dalam perkara

arbitrase untuk mengajukan pembatalan putusan arbitrase ke Pengadilan Agama dengan alasan-alasan yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 70 dan dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Penjelasan Umum Bab VII UU Arbitrase.

III. PUTUSAN DIAMBIL DARI HASIL TIPU MUSLIHAT YANG DILAKUKAN OLEH SALAH SATU PIHAK DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA.

keyakinan kepada PEMOHON bahwa TERMOHON I dan TERMOHON II telah memenuhi unsur-unsur yang dimaksud dalam Pasal 70 serta dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Penjelasan Umum Bab VII UU Arbitrase.

5. Bahwa salah satu butir amar Putusan BASYARNAS adalah bahwa PEMOHON semula Termohon Arbitrase melakukan cidera janji. Putusan Majelis Arbiter tersebut didasarkan pada dalil TERMOHON II semula Pemohon Arbitrase dalam Permohonan Arbitrase-nya yang menyatakan bahwa PEMOHON semula Termohon Arbitrase cidera janji karena telah tidak melakukan pencairan tahap kedua dan seterusnya dari fasilitas pembiayaan Murabahah. Dalil TERMOHON II semula Pemohon Arbitrase tersebut diterima secara bulat oleh Majelis Arbiter (TERMOHON I) dengan mengesampingkan fakta hukum bahwa yang cidera janji terlebih dahulu sesuai Akta Akad Pembiayaan Al-Murabahah No.53 tanggal 23 Februari 2005 yang dibuat dihadapan EFRAN YUNIARTO, SH, Notaris di Jakarta (Bukti P – 3), adalah TERMOHON II semula Pemohon Arbitrase (exceptio et adiplenti contractus).

Cidera janji TERMOHON II semula Pemohon Arbitrase yang mengakibatkan PEMOHON semula Termohon Arbitrase untuk tidak mencairkan tahap kedua dan seterusnya dari fasilitas pembiayaan Murabahah adalah sebagai berikut :

(a). TERMOHON II telah tidak menunjukkan asli dan memberikan fotocopy dokumen/perijinan

Dokumen terkait