• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PRINSIP BUSINESS JUDGMENT RULE DI DALAM

B. Prinsip Fiduciary Duty bagi Direksi dalam

Perseroan terbatas sebagai suatu badan hukum dalam melakukan perbuatan hukumnya harus melalui pengurusnya, karena tanpa adanya pengurus, badan hukum itu tidak akan dapat berfungsi. Ketergantungan antara badan hukum dan pengurus menjadi sebab mengapa antara badan hukum dan pengurus lahir hubungan fidusia (fiduciary duties). Pengurus harus selalu menjadi pihak yang dipercaya dalam bertindak dan menggunakan wewenangnya hanya untuk kepentingan perseroan semata.

Hubungan antara direksi dan perseroan selain didasarkan pada hubungan kerja, direksi juga memiliki hubungan fidusia dengan perseroan. Sehingga direksi memiliki kedudukan fidusia (fiduciary position) di dalam perseroan.76 Hal ini sesuai dengan ketentuan di Pasal 97 ayat (2) UUPT yang menyebutkan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

Kata fidusia (fiduciary) berasal dari bahasa Latin. Kata yang dikenal sebagai fiduciaries ini bermakna kepercayaan dan keyakinan. Menurut Stephen W Mayson dan Derek French77, seorang fidusia yaitu “seseorang yang telah berkomitmen untuk bertindak untuk atau atas nama orang lain dalam keadaan tertentu yang menyebabkan hubungan kepercayaan dan keyakinan” atau “seseorang yang setuju, untuk berbuat, atau untuk bertindak, atas nama, atau atas kepentingan orang lain dalam menjalankan kekuasaan atau kebijakan yang akan mempengaruhi kepentingan orang lain tersebut baik dalam arti hukum maupun praktis”.

Sedangkan Munir Fuady78 berpendapat bahwa seseorang yang memiliki tugas fidusia (fiduciary duty) yaitu seseorang yang apabila ia memiliki kapasitas fidusia (fiduciary capacity) dan jika bisnis yang ditransaksikannya, harta benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang memberinya kewenangan tersebut, memiliki

76

Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 204 77

Stephen W. Mayson, Derek French, Company Law, (London: Blackstone Press Ltd, 2001), hal 496

78

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law – Eksistensinya dalam Hukum

kepercayaan yang besar kepadanya. Namun, secara teknis79 istilah ini dimaknai sebagai “memegang sesuatu dalam kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang”.

Fiduciary duty akan tercipta jika ada fiduciary relationship. Konsep ini menyatakan bahwa fiduciary relationship terjadi ketika terdapat dua pihak dimana salah satu pihak (beneficiary) mempunyai kewajiban untuk bertindak atau memberikan nasehat demi dan untuk kepentingan pihak kedua (fiduciary) mengenai persoalan-persoalan tertentu yang ada di dalam ruang lingkup hubungan tersebut. Bentuk fiduciary relationship yang paling umum antara lain trustee – beneficiary, agent – principal, corporate director/officer – corporation, dan partnership. Walaupun demikian, pengadilan menegaskan bahwa bentuk fiduciary relationship tidak hanya semata-mata itu saja.80

Pemegang amanah (fiduciary) memiliki tugas untuk melindungi orang yang memberikan amanah kepada mereka. Tugas-tugas ini diberikan untuk mencegah para fiduciary dari tindakan yang merugikan orang-orang yang memberikan amanah kepada mereka dan untuk mencegah mereka menyalahgunakan keyakinan dan kepercayaan yang diberikan kepada mereka. 81

Di dalam Perseroan Terbatas, yang menjalankan tugas fiduciary ini adalah direksi, sebagai pengurus suatu perseroan. Dengan adanya fiduciary duty ini, maka

79

Andrew D. Shaffer, Corporate Fiduciary – Insolvent: the Fiduciary Relationship Your

Corporate Law Professor (Should Have) Warned You About, (8 American Bankruptcy Institute Law

Review, 2000), hal 483 80

Ridwan Khairandy, Op. Cit., hal 206 81

pemegang saham dan perusahaan mendapatkan perlindungan. Hal dikarenakan direksi dapat melakukan apa saja terhadap perusahaan, sedangkan pemegang saham dan perusahaan tidak dapat sepenuhnya melindungi dirinya sendiri dari tindakan direksi yang merugikan, dimana direksi bertindak atas nama perusahaan dan pemegang saham. Sehingga, untuk menghindari adanya penyalahgunaan aset-aset perusahaan dan wewenang oleh direksi maka direksi dibebankan dengan adanya fiduciary duty.

Lebih lanjut, Black’s Law Dictionary82, mengartikan fiduciary duty sebagai: A duty to act with the highest degree of honesty and loyalty toward another person and in the best interest of the other person (such as the duty that one partner owes to another).

Dari defenisi di atas dapat dikatakan bahwa hubungan fiduciary timbul ketika satu pihak berbuat sesuatu bagi kepentingan pihak lain dengan mengesampingkan kepentingan pribadinya sendiri. Fiduciary duty direksi ini mengandung prinsip- prinsip sebagai berikut:83

1) Direksi dalam melakukan tugasnya tidak boleh melakukannya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga, tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan perseroan.

2) Direksi tidak boleh memanfaatkan kedudukannya sebagai pengurus untuk memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya sendiri maupun pihak ketiga, kecuali atas persetujuan perseroan.

3) Direksi tidak boleh menggunakan atau menyalahgunakan aset perseroan untuk kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga.

Pada umumnya, fiduciary duty direksi dibagi menjadi dua komponen utama yaitu duty of care dan duty of loyalty. Duty of care pada dasarnya merupakan

82

Bryan A. Garner, Op. Cit., hal 523 83

kewajiban direksi untuk tidak bertindak lalai, menerapkan ketelitian tingkat tinggi dalam mengumpulkan informasi yang digunakan dalam membuat keputusan bisnis, dan menjalankan manajemen bisnisnya dengan kepedulian dan kehati-hatian yang masuk akal. Sedangkan duty of loyalty mencakup kewajiban direksi untuk tidak menempatkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan perusahaan dalam melakukan transaksi dimana transaksi tersebut dapat menguntungkan direksi dengan menggunakan biaya-biaya yang ditanggung oleh perusahaan atau corporate opportunity. Duty of loyalty ini dapat pula dipahami sebagai kewajiban untuk bertindak tanpa rasa egois atau kewajiban beneficiary untuk mengutamakan kepentingan fiduciary-nya.84

Ketentuan mengenai fiduciary duty ini di dalam UUPT, diatur di dalam Pasal 97 ayat (1) yang berbunyi:

“(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).”

dan Pasal 98 ayat (1) yang berbunyi:

“(1) Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.”

C. Doktrin Ultra Vires bagi Direksi dalam Menjalankan Pengurusan

Dokumen terkait