• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-Prinsip Dasar Seni dan Desain

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

J. Prinsip-Prinsip Dasar Seni dan Desain

Irama/ritme adalah gerak perulangan atau gerak mengalir/aliran yang “ajek”, runtut, teratur, teratur, terus-menerus. Pengertian “ajek” dalam irama artinya bisa “keajekan” pengulangan dan kesamaan-kesamaan, bisa “keajekan” pengulangan dengan perubahan-perubahan (dekat), atau bisa “keajekan” pengulangan dengan kekontrasan-kekontrasan/pertentangan-pertentangan, yang kesemuanya dilakuukan secara runtut, teratur, terus-menerus seperti sebuah aliran

commit to user

yang tanpa henti. Ajek sesungguhnya istilah bahasa Jawa yang artinya terus-menerus dengan jarak, waktu, gerak, yang sama.

Dari pengertian irama tersebut terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan proses penciptaan karya seni dan desain. Kedua hal itu sebagai berikut.

a. Gerak pengulangan; jika objek yang kita susun merupakan objek yang sama atau mirip, objek tersebut dapat kita susun berulang sehingga menimbulkan gerak karena pengulangan objek yang satu ke objek yang lain, dan gerak pengulangan tersebut melahirkan garis semu atau garis imajinasi tertentu.

b. Gerak mengalir/aliran; jika kita menyusun suatu objek yang bermacam-macam rautnya, maka rangkaian dari objek satu dengan objek yang lain harus membentuk aliran yang melahirkan garis semu atau garis imajinasi tertentu (Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:182-183).

2. Kesatuan/Unity

Kesatuan/unity merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa. Unity bisa disebut juga keutuhan. Prinsip kesatuan sesungguhnya ialah “adanya saling hubungan” antar unsur yang disusun. Karya seni/desain harus menyatu, utuh, tampak menjadi satu, unsur-unsur yang disusun satu sama lain tidak dapat dipisah-pisah, sema menjadi satu unit (unity) atau utuh. Tanpa adanya kesatuan , suatu karya seni/desain akan terlihat cerai-berai, kacau-balau, buyar seperti sapu tanpa ikatan. Akibatnya karya tersebut tidak enak dilihat.

commit to user

Dengan demikian pendekatan untuk mencapai kesatuan dapat meliputi :

a. Pendekatan kesamaan-kesamaan unsur seni/rupa. b. Pendekatan kemiripan-kemiripan unsur seni/rupa. c. Pendekatan keselarasan-keselarasan unsur seni/rupa. d. Pendekatan keterikatan-keterikatan unsur seni/rupa. e. Pendekatan keterkaitan-keterkaitan unsur seni/rupa.

f. Pendekatan kerapatan-kerapatan unsur seni/rupa (Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:233).

3. Dominasi/Penekanan

Dominasi bisa disebut keunggulan, keistimewaan, keunikan, keganjilan, kelainan/penyimpangan. Setiap karya seni harus memiliki dominasi agar menarik, artistik/memiliki nilai seni. Dominasi digunakan sebagai daya tarik dan pusat perhatian. Dominasi bisa juga disebut center of interest (pusat perhatian/fokus perhatian) (Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:243).

4. Keseimbangan/Balance

Keseimbangan menurut ilmu pesawat (matematis) adalah keadaan yang dialami oleh sesuatu (benda) jika semua daya yang bekerja saling meniadakan. Dalam bidang seni/desain siatnya perasaan, tetapi pengertiannya hampir sama, yaitu suatu keadaan ketika di semua bagian karya tidak ada yang lebih terbebani. Jadi sebuah karya dikatakan seimbang manakala di semua bagian pada karya bebannya sama, sehingga pada gilirannya akan membawa rasa tenang dan enak dilihat.

commit to user

Ada beberapa jenis keseimbangan, antara lain adalah sebagai berikut.

a. Keseimbangan simetris (symmetrical balance) b. Keseimbangan memancar (radial balance) c. Keseimbangan sederajat (obvious balance)

d. Keseimbangan tersembunyi (axial balance) (Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:259).

5. Proporsi

Proporsi atau prbandingan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa untuk memperoleh keserasian. Proporsi bisa juga disebut kesepadanan. Karya seni/desain harus serasi agar enak dinikmati. Tujuan pokok mempelajari proporsi adalah untuk melatih ketajaman rasa/feeling, agar selanjutnya feeling seseorang secara cepat dapat mengatakan apakah objek/benda yang dihadapi tersebut serasi atau tidak (Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:273).

K. Stencil Print

Stencil Print ialah jenis pembuatan cetakan memanfaatkan bagian dari material yang dapat tembus tinta. Teknik seperti ini dapat menggunakan bahan kertas atau kain sutera (nilon). Teknik ini sering disebut “cetak saring “atau “serigraphy”.Cetak saring atau serigraphy atau orang banyak mengenal dengan sebutan cetak sablon merupakan teknik yang banyak digunakan masyarakat seperti pembuatan sablon pada kaos, spanduk, stiker dan lain-lain. Banyak sekali teknik yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada pembuatan huruf dengan menggunakan kertas yang dilubangi kemudian

commit to user

disemprot, hal ini sebenarnya sudah termasuk teknik cetak, demikian juga pada stempel (Dharsono Sony Kartika, 2004: 38).

Salah satu contoh seniman yang menggunakan teknik stencil dalam pembuatan karyanya adalah Banksy. Banksy adalah seniman yang menekuni street art, dan karyanya pada umumnya di eksekusi di bidang permukaan dinding ruang publik. Beberapa penulis kesulitan untuk menulis biografi Banksy, karena identitas asli sang seniman masih menjadi misteri. Yang dapat diketahui oleh public yaitu artis ini berasal dari Bristol, Inggris. Stencil Banksy dapat dilihat di dinding-dinding, bahkan hampir di seluruh penjuru dunia.

Banyak karya seni Banksy yang awalnya dieksekusi di dinding publik berubah menjadi koleksi pribadi dalam bentuk print dengan edisi yang terbatas (limited edition prints). Karya tersebut seringkali diproduksi dalam jumlah besar di balai lelang seperti Christies dan Bonhams. Karya Banksy juga sudah banyak yang masuk ke museum seni modern di New York dan London.

Beberapa contoh karya stensil 3D yang di ciptakan oleh Banksy ;

Gb.1. Karya Banksy di Palestina

commit to user

Gb.2. Karya Banksy yang menyindir tentara

Di unduh dari http://tumblr.com 17/04/2012

Gb.3. Karya Banksy yang Menyindir lahan parkir

commit to user Gb.4. Karya Banksy tentang politik

Di unduh dari http://tumblr.com 17/04/2012

Gb.5. Karya Banksy yang menyindir pengacara

commit to user

Bab III

PROSES PENCIPTAAN KARYA

A. Implementasi Teoritis

Berbagai ekspresi protes yang terjadi di sekitar kita khususnya di negeri Indonesia, muncul dari berbagai elemen masyarakat dan berbagai bidang. Akan tetapi yang nampak begitu jelas dan dapat diamati secara langsung oleh orang-orang yang berada di sekitarnya adalah berbagai aksi protes yang secara terang-terangan atau radikal, yang biasanya disebut demonstrasi. Seringkali aksi-aksi tersebut identik dengan kaum buruh atau kalangan menengah ke bawah. Tuntutan-tuntutan yang muncul acap kali tentang pasar bebas, perdagangan yang tidak adil, atau menuntut biaya kesehatan dan pendidikan murah. Hal itu dikarenakan mereka mensinyalir adanya ketidak adilan sosial, di mana pemerintah dianggap hanya memuluskan jalannya para pengusaha-pengusaha besar atau korporat. Pada akhirnya hal-hal tersebut melahirkan berbagai aksi dengan bentuk kekerasan. Peristiwa pada tahun 1998 bisa dilihat dengan pandangan yang sama. Pecahnya kekerasan di berbagai daerah di Indonesia jelas merupakan protes yang keras terhadap ketidak adilan sosial Orde Baru.

Memandang pada sisi lain yang juga nampak jelas dapat kita lihat muncul gerakan-pergerakan seperti punk misalnya, yang didominasi oleh kalangan remaja dan anak-anak. Pada akhirnya gerakan ini menjadi sebuah sub budaya baru di tengah-tengah budaya negara Indonesia yang sudah ada. Walaupun sebenarnya yang terjadi di Indonesia hanyalah pengadopsian dari negara asing, akan tetapi para pelakunya mampu menerimanya meskipun masih terjadi akulturasi dengan

commit to user

norma-norma dan adat yang berlaku di negeri ini, dan juga dengan keadaan ekonomi, sosial, dan budaya. Ini dikarenakan kualitas dari sumber daya manusia di negeri ini yang berada di bawah negara yang lebih besar, maka kecenderungannya adalah untuk meniru budaya dari negara luar yang masuk ke negara Indonesia ini. Gerakan seperti punk ini akhirnya menjadi komunitas, yang identik dengan dandanan yang juga diadopsi dari para pelaku di negara asalnya juga, dan melakukan tindakan-tindakan yang bersifat anarki yang membuat masyarakat memandangnya sebagai sebuah kriminalitas.

Tetapi apakah sepenuhnya komunitas punk ini hanya memiliki nilai negatif? Penulis mendapati hal di balik semua itu, bahwa komunitas ini memiliki estetika tersendiri dari pergerakannya. Walaupun tidak semua pengikut dari komunitas ini memiliki pemikiran atau ideologi yang sama karena sebenarnya ada yang hanya sekedar meniru untuk style dan fashion semata. Tapi gerakan ini adalah sebuah fenomena sosial yang awalnya muncul hanya sekedar musik dan fashion dari pandangan masyarakat sekitarnya, dan pada akhirnya menjadi sebuah ideologi bagi para pelakunya, yang merasa jenuh akan kemapanan, ataupun merasa dibatasi ruang geraknya oleh pemerintah. Sebenarnya inti dari ideologi gerakan ini juga sama dengan aksi demonstrasi yang berbentuk kekerasan. Bahkan komunitas ini melakukan protes secara radikal dan frontal, yang melawan sebuah sitem besar yaitu kapitalisme global. Para pengikut komunitas ini yang memiliki kecenderungan dalam satu bidang maka mereka akan melakukan aksi-aksi protesnya melalui bidangnya. Namun yang sangat menonjol adalah di bidang seni, baik seni musik, seni rupa, maupun prosa. Lirik lagunya yang berisikan tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah

commit to user

agama. Di bidang seni rupa salah satu kegiatan yang sering dilakukan punker adalah membuat grafiti yang berisi slogan kesejahteraan sosial, lingkungan hidup, propaganda anarkis, atau tuntutan pada pemerintah. Seperti yang dilakukan oleh salah satu kelompok punk, AFRA, misalnya, di sepanjang tahun 2000-2003 mereka telah membuat banyak kegiatan aksi sebagai bentuk dukungan terhadap buruh dan mahasiswa.

Kelompok ini dikenal sebagai kelompok yang anti kompromi, dan dalam berkegiatan biasanya sering terlibat bentrok dengan pihak keamanan. Lewat grafiti, mereka mengungkapkan berbagai hal yang menyangkut ketidakadilan dengan lugas dan tegas.

Apabila dilihat dan dikaji lebih detail, aksi protes yang dilakukan oleh rakyat Indonesia adalah wujud dari cintanya kepada bangsa sendiri. Akan tetapi karena berbagai faktor seperti keadaan ekonomi dan pendidikan yang tidak memadai bagi kalangan menengah kebawah khususnya, maka bukan jalan negosiasi atau edukasi melainkan dengan demonstrasi yang syarat dengan unsur kekerasan. Apalagi untuk menghadapi aksi massa yang demikian pun dikerahkan kekuatan tentara untuk menakut-nakuti penduduk setempat. Penggunaan kekuatan bersenjata oleh pemerintah maupun kelompok-kelompok pemerintah mengalihkan berbagai sumber daya yang sesungguhnya lebih berguna dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai masalah kemiskinan di Indonesia, seperti kekurangan pangan, papan, dan sarana hidup sehat lainnya Sebenarnya yang perlu diperhatikan lebih serius adalah masalah kemiskinan, seperti kata Mahatma Gandhi, “Poverty is the worst form of violence”, yang artinya kemiskinan adalah bentuk terburuk dari kekerasan. Hal ini menyentuh perasaan dan sisi batiniah

commit to user

penulis dan kemudian bermaksud untuk mengekspresikan protes terhadap ketidak adilan sosial berdasarkan kesadaran pribadi penulis.

Dari peristiwa-peristiwa yang sudah ada berdasarkan kajian melalui berbagai media terhadap kasus-kasus yang terjadi, difokuskan kepada berbagai penyimpangan atau ketidak adilan sosial sebagai manifesto atau nilai pesan penciptaan untuk dijadikan pesan sosial yang disampaikan kepada masyarakat. Tetapi manifesto ini akan difokuskan pada subject matter dalam karya seni lukis, yaitu visualisasi yang metaforik dengan muatan misi kemanusiaan sebagai bahasa estetik dan pertanggung jawaban sebagai seorang perupa.

Sesuai dengan bidang penulis yang menempuh studi pada jurusan seni rupa murni, Fakultas Sastra Seni Rupa UNS surakarta, maka penulis menuangkan ide gagasan untuk menciptakan sebuah karya seni lukis berdasarkan teknik yang diperoleh selama masa studi baik secara formal mulai dari studio lukis satu yang ditempuh pada semester lima sampai dengan studio lukis empat pada semester delapan, dan juga non formal selama penulis berkesenian khususnya seni rupa di luar wilayah akademis. Penulis berharap ekspresi protes terhadap ketidak-adilan sosial yang menjadi konsep penciptaan karya seni lukis di sini dapat memberikan gambaran tentang representasi realita kehidupan dan masalah-masalah sosial yang aktual sebagai masalah yang lebih penting untuk dikemukakan daripada sentimen-sentimen pribadi.

commit to user

B. Implementasi Visual 1. Proses Perwujudan

Dalam pembuatan karya seni lukis ini penulis menghadirkan bentuk lukisan yang menggunakan cara melukisnya menggunakan teknik cetak stensil yang berjumlah lima buah dengan papan kayu triplek sebagai bidang lukisnya.

Dari konsep “Ekspresi Protes Terhadap Ketidak Adilan Sosial” maka ide-ide yang dituangkan adalah tentang ekspresi protes dari diri penulis yang akan divisualisasikan dalam karya seni lukis I sampai dengan V. Pada karya, penulis sebagai perupa membuang sejauh mungkin pembatasan seni rupa murni hanya di sekitar wilayah seni lukis, seni patung, maupun seni grafis. Keseluruhannya berada dalam satu kategori, dan semuanya didasari dengan estetika yang berbeda. Oleh karena itu pemilihan media, bahan dan teknik yang bermacam-macam dirasakan paling tepat untuk menampung gagasan tersebut. Karya yang diciptakan menggunakan visualisasi yang metaforik dengan muatan misi kemanusiaan sebagai bahasa estetik.

Dari berbagai kasus yang telah terjadi dan menimbulkan ketidak adilan sosial maka penulis akan melukiskan hasil olahan imajinasi dengan teknik yang dikehendaki. Di sini penulis lebih mengarah pada kecenderungan dan kepercayaan terhadap masalah-masalah sosial yang aktual sebagai masalah yang lebih penting untuk dikemukakan, di mana dalam hal ini kekayaan ide atau gagasan lebih didahulukan daripada keterampilan dalam menggarap elemen-elemen bentuk.

Sebuah penciptaan karya membutuhkan sebuah media/medium untuk megimplementasiakan ide dan gagasanya, apakah itu dengan menggunakan kanvas, kertas, papan dan sebagainya agar karya tersebut dapat dinikmati dan

commit to user

diamati. Sehigga tidak hanya sekedar pemikiran dan angan-angan yang ada tetapi ada bentuk kongkritnya yaitu sebuah karya seni. Pemilihan medium yang tepat sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah karya seni, pesan yang disampaikan seorang seniman juga dapat diwakilkan dengan menggunakan medium yang ready made, medium yang salah akan mempengaruhi komunikasi antara seniman dengan penikmat seni. Pemilihan papan triplek dengan memberikan pewarnaan menggunakan cat tembok dan ditambah dengan teknik stensil dipilih karena dianggap sangat bisa mewakili gagasannya dan menampung ekpresi penulis sebagai seorang perupa.

2. Teknik Penggarapan

Dalam pengerjaan karya, penulis menggunakan bahan papan kayu triplek dengan tebal tiga millimeter sebanyak lima buah, dengan ukuran panjangnya 244 cm dan lebar 122 cm, lalu kayu reng dengan tebal 3x4 cm dan panjang empat meter sebanyak dua belas buah yang digunakan sebagai span ram, dan plastik mika film setebal 0,12 milimeter dengan lebar 144 cm dan panjang delapan meter yang digunakan sebagai negatif cetak sablon/stensil. Untuk bahan pewarna menggunakan cat aerosol semprot kalengan (Pilox) warna hitam dof, cat tembok Decolith warna putih lima kilogram, binder dua kilogram, dan pigmen dengan warna primer yaitu merah, kuning, biru, dan warna hitam masing-masing dua ons. Untuk alat yang digunakan dalam proses pengerjaan karya penulis menggunakan kuas Eterna dengan berbagai macam ukuran, dan juga peralatan seperti paku, martil, amplas. Namun dalam prosesnya, perangkat komputer dan kamera juga menjadi alat dalam pengerjaan karya penulis.

commit to user

Untuk proses pengerjaannya ada beberapa langkah sebagai berikut;

a. Langkah pertama dalam pembuatan karya lukis adalah dengan membuat sketsa dari ide dan gagasan penulis, kemudian membuat foto yang akan menjadi bagian dari objek dalam lukisan dengan menggunakan kamera.

b. Langkah ke dua, triplek sebagai bidang yang akan dilukis dipasangi kerangka di bagian belakangnya dengan menggunakan kayu reng dan diamplas permukaanya. Kemudian di dasari warna putih, dengan menggunakan cat akrilik yang dicampur dengan binder.

c. Langkah ke tiga, blok dengan warna yang telah ditentukan sebagai background, dengan menggunakan cat akrilik yang dicampur dengan pigmen.

d. Langkah ke empat, edit gambar yang akan menjadi objek lukisan dengan menggunakan software photoshop Cs5, kemudian diprint dan digambar sekala besar diatas mika, kemudian di lubangi dengan menggunakan cutter ataupun solder, atau cara seperti ini biasa disebut teknik stencil.

e. Langkah ke lima, setelah mika sudah dilubangi dan menjadi master dari stensil, kemudian mika dibentangkan diatas bidang yang akan dilukis lalu disemprot dengan cat kaleng aerosol (pilox). Disini penyemprotan tipis karena hanya sebagai sketsa objek yang akan di lukis.

f. Langkah ke enam yaitu, mengecat background dengan cat akrilik sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

g. Langkah ke tujuh membuat sket objek yang merupakan bagian dari lukisan dengan cat akrilik.

h. Langkah ke delapan, blok warna objek dengan menggunakan cat akrilik dan digoreskan dengan kuas. Kemudian mika yang merupakan master dari stensil,

commit to user

sekali lagi dibentangkan di atas objek dan disemprot dengan pilox warna hitam dof.

i. Pemasangan list pada tepi karya untuk penyajian akhir.

3. Proses Visualisasi Karya

1. Sketsa gambar

Setelah mendapatkan ide dan gagasan bentuk dari konsep penciptaan karya lukis, lalu mulai membuat sketsa rancangan gambar yang akan dilukis. Ada banyak alternatif sketsa yang berikutnya dipilih yang paling sesuai dengan gagasan bentuk yang dikehendaki. Dalam proses pembuatan karya ini sketsa hanya sebagai rancangan bentuk yang akan divisualisasikan, karena objek yang akan dimunculkan adalah figur-figur manusia dan benda-benda nyata yang diambil dari foto, baik dari internet maupun hasil memotret model yang telah disesuaikan dengan sketsanya. Walaupun semua figurnya realis akan tetapi setelah diolah dan digabung-gabungkan dengan objek yang lain dan disusun dengan olahan imajinasi maka bentuk yang muncul dalam karya ini adalah metaforik/kiasan.

2. Pembuatan background

Dalam pembuatan background kelima karya akan disesuaikan dengan gagasan bentuk yang akan divisualisasikan. Untuk tekhniknya menggunakan teknik melukis dengan menggunakan kuas seperti pada umumnya, tetapi juga digunakan berbagai macam alat guna memunculkan berbagai efek yang dikehendaki dan sesuai dengan objeknya. Alat yang digunakan adalah sapu

commit to user

lidi, amplas, dan kertas. kemudian untuk pewarnaannya menggunakan cat akrilik.

3. Pewarnaan dan pembentukan objek

Dalam proses pewarnaan karya yang akan dilukis yaitu menggunakan cat akrilik dan cat aerosol kalengan. Setelah pewarnaan pada background maka berikutnya menggambar objeknya. Objek yang akan divisualisasikan yang berupa foto sebelumnya diedit di photoshop untuk membuat negatif cetak sablon/stensil. Kemudian diprint lalu dicutting atau dilubangi untuk kemudian disemprot dengan cat aerosol. Pertama-tama disemprot tipis karena stensil hanya untuk penekanan warna yang paling gelap/outline saja, dan bagian dalam objek diwarnai dengan cat akrilik sesuai dengan warna yang dikehendaki. Baru setelah itu negatif cetak sablon/stencil di semprot kembali dengan cat aerosol warna hitam dof.

Dalam proses pembuatan karya I sampai dengan V semuanya menggunakan teknik yang sama hanya visualisasinya saja yang berbeda. Dan warna-warna yang digunakan juga berbeda karena disesuaikan dengan gagasan visual pada tiap karya.

4. Penerapan prinsip seni/desain pada karya

Irama, dalam proses penciptaan karya ini menggunakan pengulangan bentuk bidang sebagai ruang yang berbentuk persegi panjang. Lalu penggunaan teknik stencil pada kelima karya juga merupakan salah satu cara untuk memunculkan irama pada karya.

commit to user

Kesatuan/unity, merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam karya ini. Maka penggunaan jenis warna dan teknik yang sama pada kelima karya menjadi dasar dalam proses penciptaan karya untuk mendapatkan kesatuan atau unity. Selain itu juga dengan penyajian kelima karya dengan arah yang sama yaitu horizontal.

Dominasi/penekanan, pada karya ini dominasi/penekanan lebih kepada objek yang merupakan simbolisasi metaforik sebagai center of interest.

Keseimbangan/balance, pada kelima karya menggunakan keseimbangan tersembunyi/axial balance atau sering juga disebut keseimbangan asimetris (asymmetrical balance).

Proporsi, sangat diperhatikan dalam proses penciptaan karya ini karena objek-objek yang ditampilkan merupakan objek yang biasa dilihat oleh mata sehari-harinya, walaupun objeknya diolah sesuai dengan imajinasi.

5. Tahapan dalam proses penciptaan karya

Kelima karya menggunakan tahapan yang sama dalam proses pengerjaannya, walaupun objek yang ditampilkan dalam karya I-V berbeda. dan pada halaman berikutnya akan dicontohkan dengan gambar tahapan proses pembuatan karya.

commit to user

TAHAPAN DALAM PROSES PEMBUATAN KARYA

a. Karya Pertama

Gb.6. Sketsa karya I. Foto dokumentasi, 2012.

Gb.7. langkah pertama pembuatan karya lukis, triplek sebagai bidang yang akan dilukis dipasangi kerangka di bagian belakangnya dan diamplas permukaanya. Kemudian di dasari warna putih, dengan menggunakan

cat acrylic yang dicampur dengan binder. Foto dokumentasi, 2012.

commit to user

Gb.8. langkah kedua pembuatan karya lukis, blok dengan warna yang telah ditentukan sebagai background, dengan menggunakan cat acrylic yang

dicampur dengan pigmen. Foto dokumentasi, 2012.

Gb.9. langkah ketiga pembuatan karya lukis, edit gambar yang akan menjadi objek lukisan dengan menggunakan software photoshop, kemudian diprint

dan digambar sekala besar diatas mika, kemudian di lubangi dengan menggunakan cutter ataupun solder, atau cara seperti ini biasa disebut

teknik stencil. Foto dokumentasi, 2012.

commit to user

Gb.10. langkah ke empat pembuatan karya lukis, setelah mika sudah dilubangi dan menjadi master dari stencil, kemudian mika dibentangkan

Dokumen terkait