• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-Prinsip Keadilan Bermartabat dan Pemenuhan Hak Narapidana

KONSISTENSI PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

2. Prinsip-Prinsip Keadilan Bermartabat dan Pemenuhan Hak Narapidana

20 Teguh Prasetyo, Pembaharuan Hukum…., Op.Cit, hlm.99.

21 Yogya Sukamna, “Jumlah Narapidana Melonjak ,Uang Makan Capai Rp.1.3 Triliun”

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/0 3/13245111/jumlah-narapidana-melonjak-uang-makan-capai-rp-13-triliun diakses tanggal 21 Januari 2019

harus sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M.HH-01.PK.07.02 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.

2. Prinsip-Prinsip Keadilan Bermartabat dan Pemenuhan Hak Narapidana

Keadilan Bermartabat itu bukan suatu jenis konsep keadilan seperti yang sudah sangat umum dipahami selama ini, maka ada baiknya deskripsi singkat mengenai Keadilan Bermartabat itu saya gambarkan secara singkat sebagai berikut. Keadilan Bermartabat adalah suatu Grand Teori Hukum. Sebagai Teori Hukum yang baru, Keadilan Bermartabat berfungsi untuk menjelaskan dan memberi justifikasi suatu sistem hukum yang berlaku, yang berbeda dengan teori-teori barat yang selama ini dirujuk. Teori 22 Sugiyarto “Biaya Makan Napi di Lapas Sukamiskin Rp 15ribu sehari, Eks Napi Sebut

Tempe Gorengnya Enak”

http://www.tribunnews.com/regional/2018/0 7/23/biaya-makan-napi-di-lapas-sukamiskin- rp-15-ribu-sehari-eks-napi-sebut-tempe-gorengnya-enak?page=all diakses tanggal 21 Januari 2019

Keadilan Bermartabat menjelaskan dan memberi justifikasi suatu sistem hukum dengan antara lain suatu postulat bahwa hukum itu adadan tumbuh dalam jiwa bangsa atau Volksgeist23.

Sebagai suatu sistem berpikir atau berfilsafat/jurisprudence yang identik dengan apa yang dikenal dalam banyak literature sebagai legal theory atau teori hukum, maka postulat dasar lainya dari teori keadilan bermartabat itu tidak sekedar mendasar dan radikal. Lebih daripada mendasar dan radikal, karakter teori keadilan bermartabat itu, antara lain juga adalah suatu sistem filsafat hukum yang mengarahkan atau memberi tuntutan serta tidak memisahkan seluruh kaidah dan asas atau substantive legal discplines Termasuk di dalam substantive legal discplines yakni jejaring nilai / values yang saling terkait dan mengikat satu sama lain. Jejaring nilai dalam kaidah dan asas hukum itu ibarat suatu struktur dasar atau fondasi yang menyebabkan suatu bangunan besar atau fabric menjadi utuh, spesifik, hidup karena ada jiwanya atau

23 Teguh Prasetyo, “Kejahatan Pertambangan Dalam Perspektif Keadilan Bermartabat”, Jurnal PERSPEKTIF Vol XXI No. 1 Tahun 2016 Edisi Januari , Nomor ISSN Cetak 1410- 3648 dan ISSN Online 2406-7385.

the living law dan yang berlaku juga benar dalam satu unit politik atau Negara tertentu24.

Teori Keadilan Bermartabat tidak anti terhadap teori-teori yang selama ini ada dan dirujuk dalam menjelaskan hukum yang berlaku di Indonesia. Namun Keadilan Bermartabat berusaha memberi teladan untuk ber-hukum, termasuk mencaridan membangun atau melakukan konstruksi maupun rekonstruksi atas hukum serta penjelasan tentang hukum itu dari falsafah atau filosofis yang digali dari dalam bumi Indonesia sendiri; tidak harus bergantung kepada teori-teori, konsep-konsep yang dikembangkan di dalam sistem hukum yang lain. Dalam perspektif Teori Keadilan Bermartabat, atau Keadilan Bermartabat, keadilan itu adalah tempat berhimpunnya tiga tujuan hukum yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch (keadilan, kepastian dan kemanfaatan).25

Teori keadilan bermartabat menempuh proses kegiatan berpikir yang dicirikan sebagai pemikiran secara 24 Ibid, hlm.34

25 Teguh Prasetyo, Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum, (Bandung: Nusa Media, 2015), hlm,112-113.

mendasar. Proses pengamatan atau kegiatan berpikir daripada teori keadilan bermartabat, sebagai ilmu dan yang menghasilkan teori keadilan bermartabat menempuh cara, jalan atau pendekatan ilmiah26.

Teori keadilan bermartabat adalah filsafat hukum yang identik dengan suatu sistem hukum positif. Sebagai sesuatu yang identik dengan sistem hukum positif dan praktik hukum, teori keadilan bermartabat berisi gambaran abstrak mengenai seluruh kaidah atau rules , norma atau norms, berikut asas-asas atau principles dari hukum yang berlaku di dalam suatu sistem yakni hukum positif Indonesia. Teori keadilan bermartabat juga menelaah praktik, penegakan atau aktivitas dari hukum positif itu memecahkan persoalan manusia dan masyarakat sehari-hari dari suatu perspektif hukum, sampai ke hakikat yang paling dalam, hakikat yang melampaui pengetahuan inderawi. Hakikat tersebut dalam sistem peradilan pidana Indonesia yakni keyakinan. Pada pokoknya bahwa teori keadilan bermartabat adalah suatu

26 Ibid, hlm.19.

27 Hasil Wawancara dengan Prof. Dr. Teguh Prasetyo, S.H., M.Si. Guru Besar Hukum

usaha untuk mendekati atau memahami pikiran Tuhan27.

Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) UU Pemasyarakatan bahwa narapidana berhak: a. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b. mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; e. menyampaikan keluhan; f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan; h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya; i. mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi); j. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; k. mendapatkan pembebasan bersyarat; l. mendapatkan cuti menjelang bebas; dan m. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pidana di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan tanggal 19 Januari 2019 di FH UPH Karawaci

Berdasarkan Penjelasan Pasal 14 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d bahwa Hak ini dilaksanakan dengan memperhatikan status yang bersangkutan sebagai Narapidana, dengan demikian pelaksanaannya dalam batas-batas yang diizinkan. Berdasarkan Penjelasan Pasal 14 ayat (1) huruf e bahwa Yang dimaksud dengan "menyampaikan keluhan" adalah apabila terhadap Narapidana yang bersangkutan terjadi pelanggaran hak asasi dan hak-hak lainnya yang timbul sehubungan dengan proses pembinaan, yang dilakukan oleh aparat LAPAS atau

sesama penghuni LAPAS, yang

bersangkutan dapat menyampaikan keluhannya kepada Kepala LAPAS. Berdasarkan Penjelasan Pasal 14 ayat (1) huruf i dan j bahwa Diberikan hak tersebut setelah Narapidana yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. . Berdasarkan Penjelasan Pasal 14 ayat (1) huruf k bahwa Yang dimaksud dengan "pembebasan bersyarat" adalah bebasnya Narapidana setelah menjalani sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan. Berdasarkan Penjelasan Pasal 14 ayat (1)

huruf l bahwa Yang dimaksud dengan "cuti menjelang bebas" adalah cuti yang diberikan setelah Narapidana menjalani lebih dari 2/3 (dua pertiga) masa pidananya dengan ketentuan harus berkelakuan baik dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir paling lama 6 (enam) bulan. Berdasarkan Penjelasan Pasal 14 ayat (1) huruf m bahwa Yang dimaksud dengan "hak-hak lain" adalah hak politik, hak memilih, dan hak keperdataan lainnya.

Salah satu hak narapidana ialah

mendapatkan pemberdayaan yang

berguna bagi narapidana setelah keluar dari LAPAS. Menurut penelitian yang dilakukan Syaiful Saleh dan Jamaluddin Arifin di LAPAS Kelas 1 Makassar bahwa

narapidana yang mendapatkan

pemberdayaan melalui fasilitas kerja sangat merasakan dampak positif yakni: 1.

Menghilangkan rasa jenuh; 2.

Mendapatkan keahlian dalam bekerja; 3.

Dapat menafkahi keluarga; 4.

Mendapatkan kesadaran hukum, bahwa mematuhi norma hukum adalah sangat

penting; 5. Membangun etos kerja yang dibutuhkan setelah keluar dari LAPAS28.

Berdasarkan UU Pemasyarakatan jo. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun

1999 tentang Pembinaan dan

Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan (PP 31/1999) bahwa

pembinaan dan pembimbingan

kepribadian dan kemandirian meliputi: a. ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kesadaran berbangsa dan bernegara; c. intelektual; d. sikap dan perilaku; e. kesehatan jasmani dan rohani; f. kesadaran hukum; g. reintegrasi sehat dengan masyarakat; h. ketrampilan kerja; dan i. latihan kerja dan produksi29.

Oleh karena itu, Pemerintah melalui KUMHAM dan Kementerian Keuangan wajib mengkaji ulang bahwa penambahan anggaran berkaitan erat dengan kesejahteraan dan untuk memenuhi nilai-nilai kemanusiaan di LAPAS untuk mencegah korupsi di LAPAS. Pemenuhan hak makan yang bergizi, tempat tidur yang layak, pengawasan terhadap pungutan liar adalah bentuk-bentuk keadilan bermartabat.

28 Syaiful Saleh dan Jamaluddin Arifin, “Pola Pemberdayaan Narapidana”, Jurnal Equlibirium Pendidikan Sosiologi, Vol. III

3. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan &