• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Utama Junzi

Dalam dokumen Kelas VIII PA Khonghucu BG (Halaman 195-198)

1. Berubah Menjadi Lebih Baik (Berkembang)

Prinsip utama seorang

Junzi

adalah ’selalu berubah menjadi lebih baik atau berkembang’. Nabi

Kongzi

bersabda, “Majunya (bergerak) seorang

Junzi

menuju ke atas (berkembang), dan seorang

Xiao Ren

(Rendah Budi) itu menuju ke bawah”

(Lunyu XIV: 23).

Seperti kita ketahui bersama bahwa di dunia ini tidak ada yang tetap, selalu berubah. Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Artinya, bahwa segala sesuatu akan mengalami perubahan (tidak ada yang tetap). Bila perubahan adalah sebuah keniscayaan, maka pertanyaannya adalah:

“Kemana arah perubahan itu?” Berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk itulah masalahnya! Arah perubahan inilah yang secara signifikan membedakan antara seorang

Junzi

dan seorang Xiaoren.

Junzi

selalu berubah menjadi lebih baik, ini adalah prinsip dasar dan hakikat seorang

Junzi

(maju/bergeraknya seorang

Junzi

menuju ke atas). Seorang rendah budi berubah menjadi lebih buruk (maju/bergeraknya seorang

Xiaoren

menuju ke bawah).

Tidak peduli dimana level kita sekarang. Tidak ada titik nol sebagai titik awal (standar ukur). Dimanapun kita sekarang, prinsipnya adalah: kita harus menuju ke atas (berubah menjadi lebih baik), atau dengan kata lain ‘berkembang’, demikianlah Junzi. Serupa dengan hal itu, maka ketika kita berubah/bergerak ke arah yang lebih buruk, demikianlah Xiao ren. Jadi bukan level/kelas sebagai ukurannya, tetapi arah perubahannya yang akan menentukan seseorang itu Junzi atau Xiao ren.

Kenyataanya, seringkali orang membandingkan hal yang sebenarnya tidak sebanding. Mengharapkan orang lain atau mungkin dirinya sendiri menjadi seperti orang lain. Sering kali kita berharap seseorang mencapai kemampuan atau dapat melakukan seperti yang dapat dilakukan orang lain yang jelas-jelas berbeda keadaan dan kemampuannya. Kita lupa untuk melihat dan menghargai perubahan baik yang telah ia lakukan dengan kapasitas/kemampuan yang ia miliki. Jangan sembarangan membandingkan, karena mungkin yang dijadikan pembandingnya adalah sesuatu yang tidak sebanding. Orang berjuang bukan untuk melawan kemampuan yang dimiliki orang lain, atau apapun di luar dirinya, tetapi setiap orang berjuang untuk menang atas dirinya sendiri, berjuang optimal dengan kapasitas/kemampuan yang ia miliki. Jadi prinsipnya, “berjuang menjadi lebih baik dari yang telah kita dapat/miliki, bukan berjuang untuk menjadi lebih baik dari orang lain.”

Ini jelas bukan sebuah persoalan mudah. Kemampuan untuk bertahan pada satu keadaan/kondisi sudah memerlukan usaha dan konsentrasi yang tinggi, apalagi untuk berubah menjadi lebih baik atau berkembang.

2. Menempatkan Kebenaran di Tempat Teratas

Nabi Bersabda, “Seorang Junzi hanya mengerti akan Kebenaran, sebaliknya Xiao Ren hanya mengerti akan keuntungan” (Lunyu IV: 16).

Nabi Bersabda, “Seorang Junzi memegang kebenaran sebagai pokok pendiriannya, kesusilaan sebagai pedoman perbuatannya, mengalah dalam pergaulan dan menyempurnakan diri dengan Laku dapat dipercaya. Demikianlah Junzi”(Lunyu XV: 18).

Seorang Junzi mencari kebenaran. Oleh karena itu, moralnya terus meningkat dari hari ke hari. Berbeda dengan Xiao Ren, hanya mencari kepuasan bagi dirinya. Oleh karena itu, sikap moralnya menurun dari hari ke hari.

3. Prinsip Memimpin Diri Sendiri

Kemampuan untuk memimpin diri sendiri berarti kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh lingkungan, atau orang–orang di sekitarnya. Banyak orang menjadi suatu pribadi karena terpengaruh oleh lingkungan. Seperti, “Mengapa kamu jadi penjudi/suka berjudi?”

maka jadilah saya seorang pejudi!” Banyak orang menjadi didikte oleh suara mayoritas. Tetapi orang yang dapat memimpin dirinya (proaktif) tidak didikte oleh suara-suara mayoritas.

Ini serupa dengan cara bergaul yang diajarkan nabi Kongzi. Murid Zi Xia bertanya kepada Zi Zhang tentang cara bergaul. Zi Zhang berkata, “Apa yang dikatakan Zi Xia kepadamu?” Jawabnya: “Bergaullah dengan orang yang patut diajak bergaul, dan jangan bergaul dengan orang yang tidak patut diajak bergaul.”

Zi Zhang berkata, “Yang kudengar tidak demikian, seorang kuncu/Junzi memuliakan para bijaksana dan bergaul dengan siapapun; ia memuji orang yang pandai dan menaruh belas kasihan kepada orang yang bodoh. Kalau orang benar-benar bijaksana, mengapa tidak mau bergaul dengan siapapun? Kalau tidak bijaksana, orang lain yang akan menolak kita. Bagaimana kita berani menolak orang lain?”

Nabi Kongzi tidak mempersoalkan perbedaan pandangan antara dua orang muridnya itu. Masing-masing pendapat memiliki alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Perbedaan keduanya hanya dalam hal sudut pandang dan pendekatannya. Zi Xia melihat dengan sudut pandang manusia dengan kapasitas rata-rata (kapasitas manusia secara umum) yang cenderung mudah dipengaruhi/terpengaruh oleh sesuatu yang mayoritas atau sesuatu yang lebih dominan. Pertama, manusia dengan kapasitas rata-rata akan terbawa arus/mudah terpengaruh, ia menjadi penjudi jika ia bergaul di lingkungan pejudi dalam waktu yang lama. Ia akan menjadi tidak baik bila hidup dalam lingkungan yang tidak baik. Kedua, ia sulit menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lain dari sesuatu yang telah ada/melekat dalam dirinya, seperti orang miskin sulit menyesuaikan diri bergaul dengan orang kaya dan sebaliknya, atau seorang penganut agama X sulit menyesuaikan diri dengan penganut agama Y dan sebaliknya.

Suatu kali Kongzi mendukung pendapat ini dengan mengatakan: “… Janganlah bergaul dengan orang yang tidak seperti dirimu.”

Filsuf MoZi (468-376 SM.), mengatakan: ”Warna sutra apapun yang dicelupkan ke dalam warna biru akan menjadi biru. Bila dicelupkan ke dalam warna kuning akan menjadi kuning. Setelah diberi pewarna beberapa kali, maka warna asli dari sutra itu menjadi tidak dapat dikenali lagi. Hal ini berlaku bukan saja pada sutra, tetapi juga pada manusia.”

Sementara Zi Zhang dengan pendekatannya yang lain. Bila orang benar-benar bijaksana tentu tidak akan terpengaruh oleh kondisi yang berbeda dengan apa yang telah ada/melekat pada dirinya (melihat dari sudut pandang orang dengan kapasitas di atas rata-rata/bijaksana). Suatu ketika nabi Kongzi juga mendukung pendapat Zi Zhang dengan mengatakan:

“Seorang muda di rumah bersikap bakti, di luar bersikap rendah hati, hati-hati dalam perkataan dan perbuatan sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat (semua orang), dan berhubungan erat dengan orang-orang yang berperi cinta kasih…”

Bagaimana pendapat Kongzi tentang hal ini?

“Jangan jadi seperti batu yang tidak berubah meski dimasukkan ke dalam air panas, jangan seperti telor yang menjadi keras karena air panas, jangan pula menjadi seperti wortel yang lembek karena air yang panas. Jadilah

gula batu yang larut dan melebur dalam air yang panas, tetapi perhatikanlah siapa sebenarnya yang terpengaruh? Melebur dan larut tapi airnya menjadi manis…?

Dalam dokumen Kelas VIII PA Khonghucu BG (Halaman 195-198)