• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prioritas Perbaikan Defect Foreign Material

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 181-187)

Narrow Bead

B. Faktor Metode

8 Proses Curing: 1. Program PLC rusak

4.6.1 Menentukan Prioritas

4.6.1.3 Prioritas Perbaikan Defect Foreign Material

Berikut ini adalah beberapa tindakan antisipasi yang akan dilakukan terhadap defect Undercure.

Tabel 4.49 Prioritas Perbaikan Defect Foreign Material.

Potential Failure

Mode

Potential Cause (s) /

Mechanism of Failure RPN Recommended Action (s)

Pemeriksaan rutin bladder sebelum melakukan proses curing, apakah sisa hasil curing sebelumnya masih tersisa atau tidak

Foreign Material

Sisa over flow tire yang masuk ke mold, dan silikon yang menempel pada bladder

120

Memeberikan instruksi dengan tegas, supaya operator selalu menjaga kebersihan bladder.

Tindakan antisipasi lain agar tidak terjadi defect Foreign Material adalah selalu memberikan instruksi kepada operator agar selalu menjaga kebersihan mesin dan bahan penunjang yang dipakai pada setiap proses produksi ban. Serta selalu mengadakan training secara rutin, agar para pekerja selalu menjalankan SOP dengan baik, untuk mencegah kegagalan suatu proses produksi yang akan mengakibatkan banyak terjadinya kecacatan dari produk yang dihasilkan.

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan analisa defect tire yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pareto chart lima besar defect tire selama bulan Januari – April 2010 adalah defect Blown Side Wall (14,10%), defect Undercure (10,6 %), defect Foreign Material (9,09%), defect Blown Tread (8,06%), defect Narrow Bead (6,83%).

2. Berdasarkan nilai DPMO dan Sigma yang didapat dari perhitungan selama bulan Januari – April 2010 adalah DPMO terbesar yaitu pada bulan Januari 2010 ( DPMO= 1.314, dan nilai Sigma= 4,508 ), sedangkan nilai DPMO yang didapat pada bulan Febuari ( DPMO=554, dan nilai Sigma=4,762 ), Maret ( DPMO=601, dan nilai Sigma=4,739), April ( DPMO=551, dan nilai Sigma=4,763 )

3. Dari hasil PFMEA dapat diambil kesimpulan penyebab potensial terjadinya lima defect terbesar pada proses produksi tire selama Bulan Januari hingga April 2010 adalah sebagai berikut :

Defect Blown Side Wall diakibatkan oleh selang stitcher yang bocor, paku venting patah, venting pressure dan frekuensi venting yang kurang dari standard menyebabkan stitcher pressure kurang dari standard pada mesin Building, hasil venting green tire tidak sesuai

standard sehingga menyebabkan terdapat banyak gelembung udara yang terjebak di dalam green tire. Steam trap abnormal, supply steam anbnormal, steam pressure drop menyebabkan platen pressure kurang dari standard, temperature platen kurang dari standard, inner pressure steam kurang dari standard sehingga mengakibatkan tire hasil proses curing terdapat defect blown tread. Defect Under Cure diakibatkan oleh steam trap abnormal, supply

steam anbnormal, steam pressure drop menyebabkan platen pressure kurang dari standard, temperature platen kurang dari standard, inner pressure steam kurang dari standard sehingga mengakibatkan tire hasil proses curing terdapat defect blown tread. Defect Foreign Material diakibatkan oleh Compound yang tidak

sesuai, Feed strip yang terlalu kotor dikarenakan operator tidak melakukan pemeriksaan dan pembersihan secara rutin, Colour marking berantakan dikarenakan Valve marking tank feeder terlalu terbuka lebar karena operator tidak melakukan pemeriksaan dan penyetingan ulang, Dirty mold dikarenakan operator tidak melakukan pembersihan kerak pada bladder, dan Foreign material itu sendiri secara umum dikarenakan operator tidak melakukan inspeksi terhadap bladder apakah ada sisa hasil pemasakan green tire yang masih tersisa di dalam bladder tersebut.

Defect Blown Tread diakibatkan oleh selang stitcher yang bocor sehingga stitcher pressure kurang dari standard pada mesin Building

sehingga menyebabkan terdapat banyak gelembung udara yang terjebak di dalam green tire. Steam trap abnormal, supply steam anbnormal, steam pressure drop menyebabkan platen pressure kurang dari standard, temperature platen kurang dari standard, inner pressure steam kurang dari standard sehingga mengakibatkan tire hasil proses curing terdapat defect blown tread.

Defect Narrow Bead diakibatkan oleh operator yang lalai tidak mensetting ulang sewaktu mengganti size pada mesin Bead Grommet sehingga menyebabkan BIC Bead dan L x S Bead tidak sesuai dengan standard, dan setting angle yang tidak sesuai standard pada Bias Cutting section sehingga menyebabkan ply angle kurang dari standard.

4 Perbaikan untuk defect Blown side wall dan Blown Tread dengan RPN 112 yaitu dengan pemeriksaan rutin sebelum menggunakan solution ( SBPxx ) , serta penggantian rutin SBPxx minimal satu meinggu sekali atau bila SBPxx mengalami kondensasi, serta memeberikan intruksi yang lebih di pertegas kepada operator untuk selalu memeriksa SBPxx sebelum memekai solution tersebut.

5. Perbaikan untuk defect Blown side wall dan Blown Tread dengan RPN 120 yaitu dengan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin preassure gauge dan menggantinya setiap satu tahun sekali atau jika terjadi kerusakan.

6. Perbaikan untuk defect Blown side wall dan Blown Tread dengan RPN 147 yaitu dengan Selalu memeriksa secara rutin identitas cement apakah sudah sesuai dengan standard yang ditetapkan atau tidak

7. Perbaikan untuk defect Undercure dengan RPN 120 yaitu dengan pemeliharaan dan pemeriksaan rutin preassure gauge dan menggantinya setiap satu tahun sekali atau jika terjadi kerusakan.

8. Perbaikan untuk defect Foreign Material dengan RPN 120 yaitu dengan melakukan pemeriksaan dan pembersihan bladder sebelum dan sesudah melakukan proses curing, apakah bladder masih terdapat sisa hasil proses pemasakan green tire atau tidak, jika tidak dibersihkan ban hasil dari pemasakan kondisinya tidak layak.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian dan analisa terhadap defect tire yang terjadi pada perusahaan P.T. Gajah Tunggal Tbk. Plant B, beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perusahan adalah sebagai berikut :

1. Lebih memfokuskan operator untuk mensetting ulang pada saat mengganti size pada Mesin Bead Grommet.

2. Sebaiknya perusahaan dapat lebih mengidentifikasi jumlah atau penyebab kegagalan proses produksi, sehingga dapat diketahui proses mana yang akan memberikan dampak defect yang terbesar

3. Perlu ditingkatkanya instruksi dan pengarahan kepada operator mengenai cara kerja atau metode untuk mencegah kesalan dalam kerja yang mengakibatkan timbulnya suatu defect produk.

4. Komponen – komponen mesin seperti selang stitcher pada mesin building, steam trap, piston valve pada mesin Curing perlu diperhatikan

5. Kegiatan untuk mengatasi defect tire di berbagai proses produksi perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan untuk lebih mendekati zero defect.

Assauri Sofyan, 1993. Manajemen produksi dan Operasi. Edisi Keempat. LPFE UI. Jakarta.

Chrysler, 2001. Potential Failure Mode And Effect Analysis (FMEA).Jakarta Reference Manual Third Edition, PT Gajah Tunggal, Tbk

Chrysler, 2008. Potential Failure Mode And Effect Analysis (FMEA).Jakarta Reference Manual Fourth Edition, PT Gajah Tunggal, Tbk

Dorothea W, Ariani. 1999. Pengendalian Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Dorothea W, Ariani. 2003. Pengendalian Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Gasperz, Vincent. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Tama.

Montgomery, Douglas C. 1998. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Jakarta. Gajah Mada University Perss

Sentral Sistem. 2009. Failure Mode Effect Analysis (FMEA). Jakarta: Sentral Sistem Consulting.

M. Fajar Hariadi 2006 ”Upaya Penurunan Jumlah Cacat Pada Mesin Dual

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 181-187)

Dokumen terkait