• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problema Komunikasi Kebijakan Pendidikan

Dalam dokumen Buku Daras Kebijakan Pendidikan (Halaman 126-131)

Tahap V. Pelaksanaan kebijakan Publik; usulan kebijakan

SOSIALISASI DAN KOMUNIKASI KEBIJAKAN PENIDIKAN

U. Problema Komunikasi Kebijakan Pendidikan

Problema komunikasi kebijakan dapat dibedakan atas tiga sumber yaitu yang bersumber dari komunikatornya, yang bersumber dari pesannya sendiri, dan yang bersumber dari komunikannya. a. Problema yang bersumber dari komunikator kebijakan pendidikan

adalah:

1) Kurang ahlinya komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan kebijakan, sehingga kebijakan pendidikan yang rumusannya jelas, bisa tidak jelas karena tidak disampaikan dengan baik oleh komunikatornya.

2) Komunikator mempunyai referensi yang berbeda dengan komunikan dalam banyak hal.berbedanya referensi ini bisa

menjadi penyebab taktepatnya jargon-jargon yang dipakai

oleh komunikator dalam menyampaikanpesan-pesan

kebijakan pendidikan, dari visi komunikan.

3) Kurangnya kredibilitas komunikator di mata komunikan. Kredibilitas komunikator, meliputi banyak hal, mulai dari tingkat ketokohannya di masyarakatnya (di mata komunikan), perilaku dan sikapnya, serta kemampuan aktingnya.

Bagaimanapun juga, komunikator adalah orang yang menjadi pusat perhatian khalayak. Karena itu, kapasitas pribadinya tidak akan lepas dari penilaian khalayak.

b. Problema-problema komunikasi kebijakan pendidikan yang bersumber dari pesannya sendiri adalah:

1) Pesan itu sendiri, ialah rumusan kebijakannya tidak begitu jelas. Ketidakjelasan rumusan ini terjadi sebagai akibat dari banyaknya kompromi dan upaya konsensus yang dilakukan oleh para aktor pada saat merumuskan kebijakan. Jika rumusan kebijakan itu tidak jelas, maka akan ditangkap komunikator secara tidak jelas, lebih-lebih jika disampaikan kepada komunikan atau khalayak, akan tertangkap tidak jelas lagi.

2) Sebagai rumusan kebijakan yang baru dan belum

mengkhalayak,bisa jadi rumusan kebijakan tersebut dirasakan asing oleh khalayak. Karena dirasakan asing, memberikan peluang bagi munculnya penolakan dari komunikan. Sebab, seberapa pun kadarnya, komunikan pasti telah punya referensi mengenai banyak hal.Referensi yang telah ada dalam dirinya tersebut, bisa menjadipenyebab resistensinya terhadap hal-hal yang baru, terlebih dengan hal-hal yangasing.

3) Sebagai akibat dari komprominya banyak aktor dalam merumuskankebijakan, tidak jarang rumusan kebijakan tersebut sangat ideal dan kurangrealistik. Ini bisa menjadi penyebab komunikan yang menerima pesan darikomunikator tersebut apatis, karena menganggap apa yang disampaikan

oleh komunikator sekedar isapan jempol. Misalnya saja, rumusan kebijakan yang terlalu ambisius dan tidak mungkin dapat dilakukan.

Di dunia pendidikan, contoh demikian pernah terjadi, misalnya saja dengan mandeknya kebijakan pendidikan di SMA, yang memecah program menjadi program A dan program B. Sampai dengan sekarang, program B tersebut ternyata macet sampai dengan waktu yang tidak diketahui, karena apa yang baik dalam gagasan belum tentu realistik dengan keadaan yang ada di SMA-SMA. Fasilitas dan sumber daya manusia yang cakap untuk pelaksanaan program tersebut ternyata terbatas dalam dunia pendidikan kita.

Perlu diketahui, bahwa program B yang ditunda

pelaksanaannya tersebut memang telah pernah diujicobakan dan berhasil, melalui eksperimentasi yang cukup panjang, ialah melalui SMA PPSP di sepuluh LPTK. Mengingat di SMA PPSP, segala sumber-sumber potensial yang dibutuhkan telah tersedia, maka hasil eksperimentasi tersebut mengalami hambatan pada sekolah-sekolah konvensional yang sumber daya pendidikannya terbatas.

b. Problema komunikasi kebijakan pendidikan yang bersumberdari komunikannya adalah:

1) Heterogennya komunikan. Heterogenitas komunikan ini, bisa dalam hal tingkatan pendidikannya, ragam etnik, kepercayaan dan agamanya, dan ragam simbol-simbol yang dipakai dalam kehidupannya.Heterogenitas komunikan ini, menjadikan penyebab sulitnya mencari “bahasa” yang cocok untuk mereka.Penyesuaian penyampaian pesan berdasarkan mereka yang berada di strata atas, tentu menjadi penyebab tidak dipahaminya pesan-pesan tersebut oleh rakyat kebanyakan,

sementara jika menyesuaikan dengan mereka yang

tingkatannya rendah, bisa dianggap tak berbobot oleh mereka yang berada di tingakatan atas.

2) Adanya pengetahuan sebelumnya dari pihak komunikan yangberbeda sama sekali dengan pesan-pesan kebijakan yang baru saja ia terima. Seleksi yang dilakukan ini bisa menjadi penyebab diterimanya kebijakan tersebut secara sepotong-sepotong dan tidak utuh.Tidak utuhnya penerimaan atas rumusan kebijakan bisa menjadi penyebab kelirunya pemahaman seseorang mengenai kebijakan.

V. Rangkuman

Sosialisasi, pada dasarnya, memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan manusia, antara lain. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan kedua memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu. Komunikasi kebijakan pendidikan adalah sosialisasi atas rumusan-rumusan kebijakan pendidikan yang sudah dilegitimasikan. Sebagai komunikatornya adalah para aktor perumusan kebijakan pendidikan, sedangkan sebagai komunikannya adalah para pelaksana kebijakan pendidikan beserta dengan perangkat dan khalayak pada umumnya. Adapun bahan yang dikomunikasikan adalah rumusan-rumusan kebijakan, mulai dari konsiderannya, isinya, sampai dengan penjelasannya. Dengan demikian para pelaksana kebijakan pendidikan bersama dengan perangkatnya mengkomunikasikan lagi rumusan kebijakan tersebut kepada khalayak umum.

Komunikasi diperlukan dalam implemetasi kebijakan tidak terkecuali dalam implementasi kebijakan pendidikan, karena itu, memeiliki dua alasan yaitu, agar khalayak memahami lebih dalam, menghindari kesalahan pemahaman.

Model komunikasi kebijakan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam; yaitu komunikasi satu, arah, komunikasi dua arah, dan kmunikasi multi arah antau transaksional.

Problema komunikasi kebijakan dapat dibedakan atas, tiga sumbur, yaitu yang bersumber dari komunikatornya, yang bersumber dari pesannya sendiri, dan yang bersumber dari komunikannya.

W. Bahan Bacaan Utama

Arni Muhammad. 1989. Komunikasi Oganisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Imron, Ali. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori Komunikasi.

Yogyakarta: Media Pressindo (Anggota IKAPI).

Said Zainal Abidin, 2006. Kebijakan Publik, Jakarta: Suara Bebas, Joko Widodo, 2007. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aolikasi

Analisis Proses Kebijakan Publik, Malang: Bayumedia Publishing,

Anjuran

Sherwyn P. Morreale, Brian H. Spitzberg, J. Kevin Barge 2007. Human Communication: Motivation, Knowledge, and Skills. Anonimus, 2013. Alasan-Alasan Perlunya Komunikasi Kebijakan

Pendidikan, (Online), (http://ebookbrowse.

com/alasan-alasan-perlunya-komunikasi-kebijakan-pen

didikan-pdf-d355894780), diakses 28 Agustus 2014. X. Latihan Soal

Jawablah soal berikut ini dengan jelas!

1. Jelaskan definisikan soalisasi dan komunikasi Kebijakan Pendidikan?

2. Jelaskan alasan-alasan perlunya Sosialisasi dan komunikasi kebijakan pendidikan?

3. Jelaskan model komunikasi kebijakan pendidikan? 4. Jelaskan problema dalam kebijakan pendidikan?

BAB VII

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENIDIKAN

Dalam dokumen Buku Daras Kebijakan Pendidikan (Halaman 126-131)