• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika pada proses penerimaan diri subjek…

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

2. Problematika pada proses penerimaan diri subjek…

126

127 Rasulullah SAW yang membahas tentang pentingnya pengaruh lingkungan dalam perkembangan seorang anak (Baqi, 2017: 992).

اَنَ ث َدَح ُهجنَع ُّللّا َيِضَر َةَرج يَرُه ِبَِأ نَع ىَلَص ُِّبيَن َلاَق :َلاَق نَجحَِّرلا ِدجبَع ِنجبا ٍةَمَلَس ِبَِأ جنَع ِّيِرجهُّزلا ِنَع ٍبجئِذ ِبَِأ ُنجبا

:َمَّلَسَو ِهجيَلَع ُّللّا َوَ بَأَف ِةَرجطِفجلا ىَلَع ُدَلجوُ ي ٍدجوُلجوَم ُّلُك

اَهج يِف ىَرَ ت جلَه ِةَمجيِهَبجلا ِلَثَمَك ِهِناَسِّجَُيم جوَأ ِهِناَرِّصَنُ ي جوَأ ِهِناَدِّوَهُ ي ُها

؟َءاَعجدَج

Artinya: setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu yahudi, nashrani, atau majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan dengan sempurna apakah kalian melihat cacat di dalmnya? (HR.

Bukhori)

Hasil tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Rosdiana & Muzakkir (2019: 102-103) yang menjelaskan bahwa diketahui begitu besarnya peran lingkungan dalam proses perkembangan seorang anak meskipun hal tersebut bersifat dinamis, dalam artian setiap pengaruh dari luar akan direspon dengan sifat reaktif atau responsif dalam diri anak.

Sumber selanjutnya yaitu konsep diri yang stabil dalam diri subjek, yang diindikasikan dengan adanya pengakuan dan tanggung jawab atas sifat dan perilaku yang subjek miliki, pada aspek ini subjek memahami konsekuensi dari setiap sifat dan perilaku yang diterimanya dengan tanggung jawab. Sumber penerimaan diri lainnya adalah yang berupa keyakinan subjek akan keberhargaan diri adalah suatu nilai yang penting dalam diri subjek.

Namun mengenai sumber konsep diri yang stabil, masih terdapat beberapa sifat dan perilaku yang belum bisa diterima oleh subjek. Selain itu, mengenai keyakinan akan nilai keberhargaan diri pada proses penerimaan diri subjek saat ini belum bersifat persisten sehingga subjek terkadang masih merasa sedikit tidak berharga pada

128 kondisi-kondisi tertentu. Kedua hal tersebut menjadi bagian dari penyebab subjek belum bisa dikatakan menerima dirinya secara utuh saat ini.

Sumber penerimaan diri lainnya adalah proses kognitif. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa proses kognitif ini juga merupakan sumber penerimaan diri pada diri subjek, yang diindikasikan dengan adanya kesadaran diri subjek akan kemampuannya dalam mengembangkan bakat dan minat, yaitu dengan cara meningkatkan kepekaan dan merealisasikannya. Hal tersebut mampu memunculkan rasa bangga pada diri subjek, meskipun dalam prosesnya masih terdapat lingkungan yang tidak mendukung subjek dalam meningkatkan bakat dan minat.

Berdasarkan pembahasan mengenai sumber penerimaan diri berdasarkan perspektif psikologi dan islam dapat digambarkan dengan tabel perbandingan berdasarkan teori konvergensi William Stern (1971-1937) dan Hadits Rasulullah SAW pada tabel 10.

Tabel 10. Tabel Perbandingan Sumber Penerimaan Diri Suralaga (2021: 15-16); &

Baqi (2017: 992).

No Komponen Psikologi Islam

1. Nativisme Schopenhauer

- perkembangan manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor bawaan (potensi) ata faktor internal

َِة رْطِفْلاَى ل عَُد لوُيَ دوُل ْو مَُّلُك

2. Empirisme John Locke

- lingkungan adalah faktor penentu perkembangan manusia, dengan doktrin yang sering digunakan adalah ‘tabula rasa’.

ََِهِنا ر ِّص نُي َ ْو أ َِهِنا دِّو هُي َُها و ب أ ف

َِهِنا س ِّج مُيَ ْو أ

3. Konvergensi William Stern

- yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah selain dipengaruhi oleh faktor bawaan perkembangan manusia juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan

َُّلُك

َِة رْطِفْلاَى ل عَُد لوُيَ دوُل ْو م

ََِهِنا ر ِّص نُي َ ْو أ َِهِنا دِّو هُي َُها و ب أ ف

َِهِنا س ِّج مُيَ ْو أ

129 b. Proses penerimaan diri subjek

Menurut Germer (2009) Proses pencapaian penerimaan diri yang harus dilalui subjek terdapat lima tahapan yang dapat digunakan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman dalam diri subjek. kelima tahapan tersebut yaitu kebencian, keengganan, penghindaran, atau resisten (aversion); melawan rasa tidak nyaman dengan memberikan perhatian (curiosity); menanggung rasa sakit dengan tenang (tolerance); membiarkan perasaan datang dan pergi (allowing); dan merangkul dan memperhatikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (friendship) (Riadi, 2017).

Pada kondisi penerimaan diri subjek saat ini, kondisi penerimaan diri subjek sudah mencapai tahap friendhip, meskipun dari ke lima tahapan tersebut terdapat tahapan yang belum seutuhnya terpenuhi. Tahap pertama, aversion. pada tahap ini terdapat beberapa sikap subjek yang menunjukan penyangkalan atas kondisi keluarga, sikap enggan ketika dihadapkan dengan perasaan atau kondisi tidak nyaman. Namun dengan adanya respon tersebut atas kondisi yang subjek alami akhirnya dapat memunculkan solusi berupa keinginan untuk bekerja untuk mengatasi masalah finansial yang pada dasarnya ini merupakan masalah yang sering terjadi pada diri subjek selama mengalami kondisi broken home dan sikap menghindar untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman.

Tahap kedua, curiosity. Pada tahap ini subjek mampu menentukan sikap dalam memberikan perhatian terhadap perasaan tidak nyaman berdasarkan bentuk perasaan yang dialami subjek, dengan menanyakan penting atau tidaknya perasaan tersebut untuk diri subjek. salah satu sikap yang menunjukan hal tersebut adalah kemampuan subjek meninggalkan (tidak memberikan perhatian) perasaan-perasaan tidak nyaman yang diketahui beresiko akan menimbulkan masalah pada diri subjek.

130 Tahap ketiga, tolerance. Pada tahap ini ditemukan bahwa subjek mampu menyikapi kondisi buruk dengan tenang untuk mengatur emosinya dengan baik dan memperbaiki hubungan interpersonal dengan orang sekitar. Hal tersebut dilakukan dengan cara diam dan berusaha untuk berpikir dan memahami setiap sebab akibat atas kondisi yang subjek rasakan, dan atas perlakuan yang subjek lakukan.

Tahap keempat, allowing. Pada tahap ini subjek sudah mencoba melakukan upaya untuk menerima segala perasaan yang datang dan pergi, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai pengalaman bagi subjek. namun subjek belum sepenuhnya melewati tahap ini, dikarenakan subjek masih sempat melakukan penolakan terhadap beberapa perasaan yang datang dan pergi. Karena subjek menganggap bahwa mengenai membiarkan, menerima, atau menolak sebuah perasaan adalah bersifat fleksibel yang dapat disesuaikan dengan bentuk dan seberapa penting perasaan tersebut untuk diri subjek.

Tahap kelima friendship, pada kondisi penerimaan diri subjek saat ini dapat disimpulkan bahwa subjek sudah berada pada tahap friendship. Yaitu tahapan yang menggambarkan bahwa subjek mampu mengambil setiap nilai yang terkandung di dalam setiap masalah dan kondisi dalam hidupnya. pada tahap ini subjek percaya bahwa setiap hal yang diterima dalam hidupnya pasti memiliki nilai yang terkandung di dalamnya. Cara subjek mengambil nilai dalam suatu hal terutama dalam kondisi buruk, adalah dengan memahami kondisi tersebut, maka dengan seperti itu menurut subjek nilai yang terkandung dalam sutu hal atau kondisi akan timbul dengan sendirinya.

131 c. Akibat Kurangnya Penerimaan Diri Pada Subjek

Selama subjek mengalami broken home, terdapat beberapa suatu kondisi yang merupakan akibat kurangnya penerimaan diri subjek atas kondisi yang timbul akibat broken home. Akibat-akibat tersebut cenderung bersifat negatif pada diri subjek diantaranya yaitu munculnya gejala psikologis seperti menyakiti diri sendiri (self-harm), yang sampai saat ini gejala tersebut masih belum hilang sepenuhnya. Dikarenakan subjek masih berada dalam proses penerimaan dirinya. Oleh karena itu, dampak psikologis ini masih terjadi dalam diri subjek, meskipun dengan intensitas yang berkurang dari sebelumnya. Berdasarkan keterangan subjek, gejala self-harm ini dalam diri subjek diindikasikan dengan perilaku subjek yang sering memukul dirinya sendiri pada bagian paha ketika mendapati perlakuan tidak baik dari orang sekitar yang lumayan intens pada tahun 2020, dan pada tahun 2022 terakhir kali subjek memukul bagian perut ketika subjek merasa kelaparan yang diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan finansial subjek.

Dampak psikologis lainnya yaitu munculnya gejala stress pada diri subjek seperti merasa tertekan ketika mendapat suatu kondisi berupa stigma dari orang sekitar yang tidak sesuai dengan pola pikir subjek, dan munculnya perilaku temperamental pada diri subjek yang diindikasikan dengan mendobrak atau memukul orang yang menurut subjek tidak sesuai dengan pola pikir tentang hidupnya.

Akibat lain dari kurangnya penerimaan diri pada diri subjek adalah munculnya emosi-emosi negatif seperti merasa tidak memiliki orang tua yang memunculkan perasaan sedih, kesepian, dan tidak dianggap, dan munculnya masalah pada hubungan interpersonal. Selain hal-hal tersebut terdapat dampak lain yang muncul pada diri subjek, yaitu munculnya perilaku menyalahkan diri

132 sendiri dan orang lain atas kondisi yang dialami subjek, menurunnya kepercayaan terhadap orang lain (trust issue/attachment issue), munculnya kebencian terhadap diri sendiri, dan terjadinya self-talk negatif berlebihan.

Berdasarkan hasil pembahasan diatas problematika pada proses penerimaan diri subjek dapat dikelompokkan sebagaimana terdapat pada tabel 11.

Tabel 11. Problematika penerimaan diri subjek

No Problem Kategori Indikasi

1. Sumber penerimaan diri

Lingkungan Lingkungan pertemanan yang baik

Konsep diri yang stabil

Pengakuan dan tanggung jawab atas sifat dan perilaku subjek Proses kognitif Mampu mengembangkan bakat

dan minat 2. Proses

penerimaan diri

Aversion Penyangkalan, rasa enggan, dan keinginan mencari solusi Curiosity Mampu menentukan perasan

yang akan diberi perhatian Tolerance Menyikapi kondisi buruk

dengan tenang

Allowing Mencoba menerima segala

perasaan yang datang dan pergi Friendship Mampu mengambil setiap nilai yang terkandung dalam setiap masalah dan kondisi

3. Akibat kurangnya penerimaan diri

Dampak psikologis self-harm (menyakiti diri sendiri)

gejala stress

Perilaku temperamental Emosi negatif Sedih, kesepian, sensitive

(mudah marah)

Perilaku negatif Trust issue / attachment issue (menurunnya kepercayaan terhadap orang lain)

Menyalahkan diri sendiri dan orang lain

membenci diri sendiri Self-talk negatif berlebihan

133 dari pengelompokkan kategori problematika dalam penerimaan diri subjek dapat digambarkan pada gambar 11.

Gambar 11. Problematika penerimaan diri subjek

problematika penerimaan diri subjek

sumber

internal

keberhargaan diri

konsep diri yang stabil

eksternal lingkungan

proses

reguler

curiosity

tolerance

allowing

ireguler

aversion

friendship

dampak

psikologis

self-harm

stress

tempramental

emosi

perasaan tidak memiliki orang tua

mudah marah

perilaku

trust issue

menyalahkan diri sendiri membenci diri

sendiri self-talk negatif

berlebihan

134 Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Josefanny & Sanjaya (2021: 68) yang mengungkapkan bahwa kondisi keluarga dengan broken home akan memberikan dampak buruk yang cukup besar bagi psikologis remaja, seperti munculnya rasa sedih, merasa tidak beruntung, kesepian, merasa tidak dilindungi, dan cenderung memiliki regulasi emosi negatif. Muttaqin

& Sulistyo (2019: 253) dampak broken home pada anak mulai usia anak-anak hingga dewasa adalah menurunnya prestasi, munculnya perilaku agresif yang diakibatkan kecemasan dan kesepian, perilaku menyimpang berupa kenakalan remaja yang dikarenakan kurangnya bekal agama dari orangtua, putus asa, dan bahkan munculnya keinginan bunuh diri. selain itu pada penelitian yang dilakukan Khoiroh, Arisanti, & N (2022: 89) broken home berdampak pada psikis seperti munculnya trauma, malas, rentan memiliki kecenderungan emosional negatif, dan permasalahan finansial.

Selain itu broken home juga menimbulkan kenakalan remaja seperti mabuk dan pergaulan bebas.