• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Problematika Pembelaj aran

Secara istilah kata problematika berarti teka-teki, kesulitan- kesulitan, suasana bahaya, gangguan godaan, keterusikan (mengusik), dan rintangan (Webster, 1994:200). Sedangkan, problematika menurut bahasa adalah rintangan yang harus dipecahkan seseorang, masyarakat, sistem, atau organisasi. (Webster, 1994:200).

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa problematika pembelajaran adalah suatu rintangan yang harus dipecahkan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan (Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal I No. 20).

Lembaga pendidikan adalah sebuah wadah yang digunakan untuk proses pembelajaran, adapun menurut Islam tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:99). Namun dalam menyukseskan tujuan pendidikan tersebut tidaklah mudah. Pasti ada kendala di dalamnya.

Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (1991:255), problematika atau kendala dalam proses pendidikan itu menyangkut 5 W dan 1 H, yaitu: a. Problematika Who ?

Problematika Who (Siapa) yaitu menguraikan kendala dari pendidik dan anak didik sebagai subjek pendidikan.

1) Problem Pendidik

Masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain: a) Problem kemampuan ekonomi

b) Problem kemampuan pengetahuan dan pengalaman c) Problem kemampuan

d) Problem kewibawaan e) Problem kepribadian f) Problem attitude (sikap) g) Problem sifat

h) Problem kebijaksanaan i) Problem kerajinan j) Problem tanggung jawab

k) Problem kesehatan dan sebagainya (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:255).

Sementara itu menurut M. Shiddiq Al-Jawi, masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain rendahnya kualitas guru dan rendahnya kesejahteraan guru. Kedua masalah ini saling berkaitan. Kualitas guru yang rendah dipengaruhi oleh kesejahteraan guru

16

yang rendah, begitu juga sebaliknya. Rendahnya penghasilan yang diterima para guru memaksa mereka untuk mencari pekerjaan sampingan. Hal ini tentunya membuat kualitas para guru menurun karena perhatian mereka tidak hanya tertuju pada tugas mereka sebagai guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problem yang dialami oleh pendidik dapat muncul dari dalam dirinya sendiri ataupun dari luar dirinya seperti problem tentang kesejahteraan pendidik. Dari semua problem di atas diperlukan kesadaran dari setiap pihak antara lain dari pendidik itu sendiri, masyarakat, dan pemerintah agar proses pendidikan berlangsung dengan baik.

2) Problem Anak Didik

Problem yang berkaitan dengan anak didik juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, dipikirkan dan dipecahkan, karena anak didik adalah pihak yang digarap untuk dijadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Adapun problem-problem yang ada pada anak didik antara lain: a) Problem kemampuan ekonomi keluarga

b) Problem intelegensi c) Problem bakat dan minat

e) Problem kepribadian f) Problem sikap g) Problem sifat

h) Problem kerajinan dan ketekunan i) Problem pergaulan

j) Problem kesehatan (Ahmadi, Uhbiyati, 1991: 256)

Selain masalah di atas, ada lagi satu masalah yang sering di alami oleh para siswa yaitu rendahnya prestasi yang dimiliki oleh para siswa. Berdasarkan teori di atas, faktor penyebab masalah yang dihadapi oleh peserta didik dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, seperti faktor lingkungan dan faktor keluarga.

b. Problematika Why ?

Dalam proses pendidikan, tidak semua pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar, tetapi dijumpai rintangan-rintangan atau hambatan-hambatan. Kesulitan-kesulitan tersebut bisa terdapat pada semua faktor pendidikan yang menghambat jalannya proses pendidikan. Hambatan-hambatan yang dapat dijumpai dalam proses pendidikan antara lain:

1) Mengapa anak-anak sulit bekeija sama sesama mereka.

2) Mengapa masyarakat tidak menghargai jasa guru yang mendidik putra-putri mereka.

18

3) Mengapa masyarakat sulit dimintai sumbangan tenaga, pikiran dan dana dalam pembangunan prasarana, pendidikan untuk kepentingan anak-anak mereka

4) Mengapa orang tua anak-anak menghalangi kegiatan ekstra kurikuler putra-putranya.

5) Mengapa pejabat setempat mengizinkan mendirikan pabrik di sebelah sekolah yang mengganggu jalanya proses belajar mengajar. 6) Mengapa penyaluran buku-buku paket tidak sampai atau selalu

terlambat datang di sekolah.

7) Mengapa kasus amoral terjadi di kalangan guru, murid, dan orang tua anak (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:258).

Menurut M. Shiddiq Al-Jawi, salah satu hal yang sering menjadi hambatan dalam pendidikan adalah rendahnya kualitas sarana fisik. Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, pendidikan dipandang sebagai suatu pemborosan; pemborosan waktu, tenaga dan materi. Hal ini terlihat sangat jelas pada masyarakat pedesaan yang lebih suka anaknya

bekerja daripada bersekolah. Jadi, problematika why sangat berkaitan dengan masih kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi anak.

c. Problematika Where ?

Pada umumnya pendidikan itu biasanya dapat dilaksanakan pada yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:258). Sistem pendidikan pada masing-masing tempat tersebut tidak sama dan metodenya pun juga berbeda. Pendidikan di sekolah- sekolah merupakan pendidikan formal yang diselenggarakan pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai

pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, antara lain meliputi; play group, Taman Pendidikan Al Quran yang banyak terdapat di setiap masjid, dan Sekolah Minggu yang terdapat di semua gereja. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

Lokasi dan letak tempat pendidikan pun mempengaruhi bagi jalannya pendidikan, seperti di desa dengan di kota, di masyarakat religius dengan masyarakat heterogen pemeluk agamanya, serta tempat pendidikan yang berada pada masyarakat kumuh dengan tempat yang

21

1) Kapan sesuatu materi itu disampaikan 2) Kapan sesuatu hukuman itu dijatuhkan 3) Kapan sesuatu ganjaran itu diberikan 4) Kapan sesuatu kewajiban itu dibebankan

5) Kapan sesuatu perintah itu dilaksanakan (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:260).

Masalah when (kapan) tidak hanya berkenaan dengan sesuatu yang diberikan, tetapi juga berkenaan usia anak, seperti:

1) Pada usia berapa anak mulai dididik

2) Pada usia berapa pendidikan berakhir (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:261).

Anak dari segi pertumbuhan dan perkembangan mengalami perubahan dengan standar periodesasi usia, baik usia kronologis, psikologis, biologis, kejasmanian, dan pengalaman. Yang menjadi problem adalah berkenaan dengan anak penyandang cacat seperti halnya anak autis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran harus dilaksanakan secara bertahap mulai dari pendidikan untuk anak usia dini, pendidikan untuk anak sekolah dasar, dan pendidikan untuk anak sekolah menengah. Selain itu, diperlukan pendidikan khusus bagi anak -anak yang memiliki kebutuhan khusus yang mana semua aspek pembelajarannya harus dibedakan dengan anak-anak pada umumnya. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

e. Problematika What ?

Problem what (apa) menyangkut dasar, tujuan, bahan atau materi, sarana, prasarana, dan media. Masalah materi erat hubungannya dengan kurikulum, silabi dan SAP. Apakah kurikulum, silabi dan SAP sesuai dengan situasi saat itu dan kondisi anak. Masalah sarana adalah bila tidak lengkap sarana pendidikan hal ini akan mengganggu jalannya pendidikan, seperti kurangnya kursi, meja dan buku (Ahmadi, Uhbiyati, 1991:263)..

Perubahan sistem pendidikan secara otomatis juga mempengaruhi perubahan kurikulum, silabi, dan SAP. Apabila kurikulum selalu berubah maka pendidik dan anak didik di sekolah akan terombang-ambing. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

Berdasarkan urain tersebut, terlihat bahwa pemerintah belum begitu memperhtikan pendidikan secara kesuluruhan. Kurikulum yang selama ini dipakai mungkin tidak sesuai dengan semua kondisi siswa. Di saat siswa baru bisa beradaptasi dengan kurikulum yang lama, sudah muncul lagi kurikulum yang baru. Ini tentunya akan sangat mengganggu proses pembelajaran karena butuh waktu yang lama agar siswa mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang baru.

23

f. Problematika How ?

Masalah how (bagaimana) berkenaan dengan metode atau cara yang akan digunakan dalam proses pendidikan. Anak didik mempunyai sifat dan bakat yang berbeda-beda dan pendidik harus mengakui adanya perbedaan tersebut ( Ahmadi, Uhbiyati, 1991:265).

Problematika how sangat berkaitan dengan problem pendidik. Di sinilah pendidik diuji kualitasnya dalam mengelola pembelajaran. Akan tetapi, banyak guru yang masih memiliki kualitas pengelolaan pembelajaran yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan- pelatihan yang berkenaan dengan peningkatan kualitas dan kompetensi pendidik agar kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik.

Sedangkan M. Ngalim Purwanto (1994:77) menjabarkan beberapa kendala dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Keras Hati

Keras hati adalah sifat anak-anak yang sering sangat menyulitkan para orang tua dan pendidik. Sifat keras hati dapat timbul karena:

1) Pembawaan anak; dapat terlihat dari sifatnya yang mudah marah, menunjukkan kemauan yang keras, dan segala yang dilarang selalu diacuhkan.

2) Keadaan badan yang terganggu; terlihat dari hasratnya untuk berbuat sesuatu yang lebih besar dibandingkan ketika kondisi badannya tidak terganggu.

3) Perkembangan rohani anak; terlihat saat masa krisis pertama dan masa remaja. Pada saat ini anak selalu menentang apapun yang tidak sesuai dengan keinginannya.

4) Kesalahan-kesalahan dalam pendidikan; kebiasaan memanjakan anak dan pendidikan yang setiap waktu berubah-ubah dapat menimbulkan sifat keras hati (Purwanto, 1994:78).

Berdasarkan teori di atas, sifat keras hati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor bawaan dan faktor dari luar diri anak. Faktor dari luar harus sedini mungkin diatasi agar nantinya anak tidak semakin keras hati. Dalam proses pembelajaran, keras hati tentunya sangat mengganggu karena anak tidak akan mau menuruti apa yang diperintahkan padanya,

b. Keras kepala

Keras kepala adalah bantahan terhadap suruhan orang lain, tetapi dia tidak ada alasan lain yang bertujuan. Sifat keras kepala dapat timbul karena:

1) Terlalu dimanjakan

2) Iri hati terhadap adiknya yang baru lahir

3) Banyak dicela, ditertawakan, diejek, atupun dihina

4) Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh kasih sayang 5) Perasaan takut dan perasaan tidak percaya diri

6) Tidak dapat memecahkan soal yang sulit-sulit dalam pelajaran sekolah

25

7) Meniru perbuatan orang lain (Purwanto, 1994:81).

Berdasarkan uraian di atas, sifat keras kepala mengganggu proses pembelajaran karena anak yang keras kepala akan selalu meminta pertolongan dalam mengerjakan tugas-tugas. Hal ini dapat membuat seorang anak menjadi pemalas dan tidak mandiri.

c. Anak yang manja

Memanjakan anak berarti mengabulkan segala keinginan anak, membiarkan dan membolehkan anak berbuat sekehendak hatinya. Hal- hal yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya antara lain: 1) Karena ketakutan yang berlebih-lebihan akan bahaya yang

mungkin mengancam si anak.

2) Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan si anak.

3) Karena orang tua sendiri tidak mau susah.

4) Karena kebodohan orang tua (Purwanto, 1994:83).

Berdasarkan penjelasan di atas, sifat manja dapat ditimbulkan oleh seorang pendidik kepada peserta didiknya. Ini terlihat ketika guru memberi perlakuan istimewa pada salah satu siswa. Oleh karena itu, seorang pendidik harus berlaku sama kepada semua anak didiknya. d. Perasaan takut pada anak

Perasaan takut adalah sejenis naluri {insting). Perasaan takut pada anak kebanyakan disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Akan

tetapi ada hal-hal lain yang dapat menimbulkan perasaan takut pada anak seperti berikut ini:

1) Tidak tahu apa yang sebenarnya teijadi di sekitarnya.

2) Kesukaran-kesukaran dalam kehidupan yang menghilangkan kepercayaan terhadap diri sendiri.

3) Berpisah dengan orang yang dicintai atau dikenal.

4) Pengaruh-pengaruh salah dari orang-orang lain yang dilakukan dengan sadar atau tidak sadar (Purwanto, 1994:87).

Dari uraian tersebut, perasaan takut pada anak akan mengganggu pembelajaran anak itu sendiri. Hal ini dikarenakan dia tidak akan berani untuk mengekspresikan perasaannya ataupun untuk menanyakan suatu materi yang belum dimengerti. Sehingga anak tersebut dapat tertinggal dengan teman-temannya di segala bidang, e. Anak berdusta

Dusta termasuk salah satu cacat atau kesalahan yang sering terdapat pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab anak-anak melakukan dusta antara lain:

1) Pengamatannya yang belum sempurna 2) Karena daya ingatan anak belum sempurna

3) Karena fantasinya yang sangat kuat (Purwanto, 1994:90).

Dusta pada anak merupakan kesukaran yang paling rumit karena ini adalah penggabungan dari sifat-sifat sebelumnya. Ketika seorang anak memiliki salah satu sifat di atas, dia akan berdusta untuk

27

menutupi sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sifat dusta pada anak dalam pembelajaran dapat merugikan orang lain dan terutma dirinya sendiri.

2. Pengajaran Agama Islam

Dokumen terkait