• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan kualitas

2.6.3. Produk Berwawasan Lingkungan

Adanya industrialisasi ternyata selain memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi, juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah industri sebagai produk sampingan dari proses produksi merupakan salah satu masalah yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 baik berupa limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas. Gejala masalah lingkungan sifatnya saling terkait dan bersumber pada rangkaian masalah pokok yaitu :

1. Dinamika kependudukan

2. Pengembangan sumberdaya alam dan energi 3. Pertumbuhan ekonomi

4. Perkembangan IPTEK

5. Benturan terhadap tata lingkungan

Pendekatan strategis dalam pengelolaan lingkungan dilakukan melalui pendekatan berikut (Pramono, 1999) :

1. Analisis daur hidup produksi (life cycle analysis);

2. Evaluasi terhadap teknologi dan proses yang ada maupun yang baru; 3. Pengelolaan secara bijaksana terhadap sumberdaya alam yang terbatas; 4. Penyediaan alternatif sumberdaya alam lain untuk menggantikan yang

hampir habis.

Strategi produksi bersih dan pengurangan limbah akan merupakan dasar pengelolaan limbah B3 di semua sektor, dimana limbah baik yang baru diproduksi maupun yang sudah ada akan dikelola dengan pendekatan cradle to grave. Strategi pengelolaan lingkungan pada awalnya didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Akibat terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah menetralisir pencemaran yang semakin meningkat, maka upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah terbentuk (end of pipe treatment). Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusahan lingkungan. Namun pada kenyataannya tidak memecahkan masalah. Pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap terjadi dan cenderung terus berlanjut karena dalam prakteknya pendekatan melalui pengolahan limbah menghadapi berbagai kendala yaitu:

1. Masih rendahnya compliance atau penataan dan penegakan hukum. 2. Pendekatan reaktif (bereaksi setelah limbah terbentuk).

3. Tidak efektif dalam memecahkan masalah pencemaran lingkungan karena hanya merubah bentuk limbah dan memindahkan dari satu media ke media lain.

4. Biaya investasi dan operasi pengolahan limbah dan pembuangan limbah termasuk mahal sehingga meningkatkan biaya produksi.

5. Memberi peluang mengembangkan teknologi rekayasa teknis pengolahan limbah sehingga upaya mengurangi limbah pada sumbernya sejak awal cenderung kurang diperhatikan.

Dengan kendala tersebut timbul pemikiran untuk mengatasi secara proaktif yaitu dengan cleaner production (produksi bersih) yang di Indonesia dikenal sejak 1993. (Gabbut, 1996). Pengertian produksi bersih menurut Bappedal yaitu: ”A preventive and integrated environmental management strategy that needs to be implemented continuously in the production process and product life cycle in order to reduce risks to human and the environment”. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP): “The continuous application of an integrated preventive environmental strategy to process and products to reduce risks to human and the environment. Pada prinsipnya kedua pengertian tersebut sama bahwa semuanya memperhatikan hal-hal berupa input, proses, dan output. Input terdiri atas bahan baku, energi, penghilangan sifat racun bahan baku, pengurangan jumlah dan toksisitas emisi dan buangan sebelum meninggalkan proses. Output difokuskan pada pengurangan akibat daur hidup produk dari bahan baku sampai produk tidak terpakai atau dibuang.

Penerapan sistem manajemen lingkungan (Environment Management Systems/EMS) terdorong adanya kekhawatiran dunia terhadap kondisi lingkungan yang semakin rusak. Standar EMS pertama diterbitkan di Inggris oleh BSI (British Standar Institute) bernama S 7750 dengan proses seperti pada Gambar 15. Selanjutnya ISO mengembangkan suatu spesifikasi internasional untuk EMS yang dikenal dengan ISO 14001 yang juga didukung sejumlah standar petunjuk ISO 14000 mengenai topik-topik: audit lingkungan (ISO 14010-14015), label lingkungan (14020-14024), keragaan lingkungan (ISO 14031), dan analisis daur hidup (ISO 14041-14044).

Pengelolaan lingkungan dilakukan berdasarkan prosedur kerangka kerja yang terutama untuk upaya pencegahan. Melalui upaya pencegahan, dapat dihasilkan penataan, peningkatan daya saing dan penghematan ekonomis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Dalam pengeloaan lingkungan untuk menghasilkan produk bersih terdapat prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih yaitu :

1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan input bahan baku, air, dan energi serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya disertai dengan pengolahan bahan baku dan house keeping yang baik; 2. Perubahan pola produksi dan konsumsi sehingga perlu dipahami analisis

daur hidup produk;

Tabel 3. Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan Melalui Upaya Pencegahan.

KONSEP Pengelolaan Lingkungan Melalui Upaya Pencegahan

*Kebijakan*Tujuan*Strategi*Instrumen Sistem Pengelolaan Lingkungan

*Kebijakan*Pengumpulan*Pelaksanaan*Penyimpanan*Pelaporan*Penyebarluasan SISTEM

Produksi bersih Proses bersih Produk bersih

PERANGKAT • AMDAL • Analisis Risiko • K3 • Audit Energi • Audit Lingkungan • Kajian minimisasi limbah • Keseimbangan massa dan energi • Analisis alur bahan & energi

• Konsep daur hidup

• Pemilahan daur hidup

• Kajian sifat raun bahan kimia • Kajian biaya daur

hidup Prosedur ; • Perencaan • Inventarisasi • Evaluasi . Pelaksanaan . Tindak lanjut

PENERAPAN • Pengesahan hukum

• Sertifikasi S 7750 • Registrasi EMAS * Sertifikasi ISO 14000

Perbaikan Ecodesign

Eco-label

HASIL Penataan Meningkatkan daya saing Penghematan ekonomis

Sumber : Bratasida, 1998

Peninjauan ide lingkungan

Peraturan dan hukum Dampak lingkungan Pihak yang terlibat

Kebijakan lingkungan (target)

Manajemen lingkungan

Verifikasi sumberdaya dan

Komunikasi dan training kontraktor

Laporan lingkungan manual Dokumen kontrol Operasional kontrol Verifikasi dan tes Persiapan dan repon Tindakan korektif Catatan lingkungan Audit lingkungan Tinjuauan manajemen Dokumentasi EMS

Gambar 15. Diagram Pengelolaan Lingkungan (Gabbut, 1996).

Minimisasi limbah dapat dilakukan melalui reduksi pada sumber dan pemanfaatan limbah menjadi produk-produk berharga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 16. Secara garis besar penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan menjadi bagian-bagian sebagai berikut :

1. Good House Keeping: yaitu mencakup prosedural, administratif, atau institusional yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi;

2. Perubahan material input: tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk dan digunakan untuk proses produksi sehingga dapat juga menghindari B3 dalam proses produksi. Perubahan material input dapat termasuk permurnian bahan dan substitusi bahan;

3. Perubahan teknologi: mencakup modifikasi proses dan peralatan untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan ini mulai dari yang paling sederhana, waktu yang singkat, dan biaya murah, sampai perubahan dengan investasi tinggi. Tindakan ini mencakup perubahan proses produksi, perubahan peralatan, tata letak, perpipaan, penggunaan peralatan otomatis, dan perubahan kondisi proses;

4. Perubahan produk: meliputi substitusi produk, konservasi produk dan perubahan komposisi produk;

5. On-Site Reuse : yaitu penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan kembali dalam proses awal atau sebagai material input dalam proses lain.

Minimisasi limbah

Reduksi pada sumber Pemanfaatan limbah

Bahan baku

operasi teknologi Produk reuse recycle recovery

•Pengolah an bahan •modifikasi •Housekeeping •Segresi limbah •Preventive maintenance •Pengaturan kondisi operasi dan proses •Modifikasi proses •Teknologi bersih •Pengubahan produk On-site Off-site Waste exchange On-site Off-site Waste exchange On-site Off-site Waste exchange