• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

Salah satu tujuan pembangunan sacara makro adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembanganyang berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan

sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-tahun sebelumnya.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu :

7. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

8. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

9. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.

10. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi).

11. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional.

12. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional.

(Jhingan, 2010).

Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara. Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi statistik perekonomian. Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara. Desentralisasi fiskal Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar 1 persen desentralisasi fiskal akan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Desentralisasi fiskal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut memberikan arti bahwa pengaruh desentralisasi fiskal selama periode tahun pengamatan 2004-2010 di daerah penelitian memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sehingga hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ebel dan Yilmaz dalam Wibowo (2008) menemukan hubungan positif antara desentralisasi dan pertumbuhan ekonomi, Hasil penelitian Akai dan Sakata dan penelitian Martinez dan Robert dalam Zuliyanto (2010) menemukan desentralisasi mendorong pertumbuhan ekonomi di India dan China. Hal ini juga sejalan dengan penelitian di Indonesia, seperti Sasana (2006) menemukan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan Wibowo (2008) menemukan bahwa (1) desentralisasi fiskal di Indonesia secara umum memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan daerah selama periode 1999-2004. (2) Era baru desentralisasi fiskal yang diluncurkan sejak tahun 2001 ternyata memberikan dampak yang relatif lebih baik terhadap pembangunan daerah dibanding dengan rezim desentralisasi fiskal sebelumnya. (3) Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan yang dapat menjelaskan fenomena otonomi fiskal yang kurang favourable sebelum periode reformasi

fiskal, yakni (i) kurangnya kompetensi para aparatur dan politisi daerah dalam menetapkan instrumen pendapatan daerah, dan (ii) monitoring pemerintah pusat atas penerapan Perda tentang pajak retribusi daerah yang kurang efektif.

Menurut Susiyati (2007) implementasi desentralisasi fiskal di Indonesia ditandai dengan proses pengalihan sumber keuangan bagi daerah dalam jumlah yang sangat signifikan. Dibandingkan dengan era sebelum desentralisasi, transfer dari pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Perimbangan, melonjak drastis, baik secara proporsi maupun jumlah absolut. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ini berkontribusi kepada lebih dari 85% rata-rata penerimaan Kabupaten/Kota, dan sekitar 70% rata-rata penerimaan daerah Provinsi. Sebagai ilustrasi, ketika memasuki era desentralisasi, jumlah total dana APBD berbagai daerah melonjak menjadi 5 sampai dengan 20 kali lipat dari APBD-nya di tahun-tahun terakhir Orde Baru. Penyebabnya adalah Dana Perimbangan yang sangat signifikan tersebut. Apabila pada tahun anggaran 1999/00 dana pusat yang didaerahkan baru sekitar Rp 30 trilyun, maka pada tahun 2001 jumlah Dana Perimbangan adalah sebesar Rp 81 trilyun. Jumlah ini dari tahun ke tahun meningkat dengan signifikan hingga mencapai lebih dari Rp 200 trilyun pada tahun 2006, atau rata-rata kenaikan diatas 20% per tahunnya. Dari keseluruhan dana yang didaerahkan (Dana Perimbangan) tersebut, jumlah terbesar adalah DAU, meskipun ada kecenderungan penurunan proporsi dari sekitar 75% di tahun 2001 menjadi sekitar 60% untuk tahun 2005 dan 2006. Sementara DAK, yang mencerminkan kepentingan pusat di daerah, adalah komponen yang terkecil,

walaupun jumlahnya terus diupayakan meningkat yakni dari sekitar 1% di tahun 2001 menjadi 3% di tahun 2006.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendapatan perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan Perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara yang bertanda positif berarti memiliki hubungan yang searah menaik yang artinya setiap penambahan atau kenaikan sebesar Rp. 1 juta pendapatan perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara akan menaikkann pertumbuhan ekonomi, hal tersebut memberikan arti bahwa pengaruh pendapatan perkapita selama periode tahun pengamatan 2004-2010 di daerah penelitian memberikan pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pusporini (2004) yang menyatakan bahwa hasil estimasi terhadap variabel kontrol pendapatan perkapita dan jumlah penduduk menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut secara konsisten mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa jika pendapatan perkapita dan jumlah penduduk meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Pendapatan perkapita menjadi penting dalam sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi karena menjadi indikator bagi kesejahteraan penduduknya.

Tidak berpengaruhnya secara signifikan pendapatan perkapita terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Medan, kondisi ini disebabkan 1 diantara 7 Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki pendapatan perkapita yang rendah sehingga kesejahteraan penduduknya juga rendah.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :

1. Secara simultan desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita.

Hasil penelitian Brodjonegoro dan Darianto (2003), dan Sasana (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh desentralisasi fiskal.

2. Secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara, hal ini sejalan dengan penelitian Sasana (2006) desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Pendapatan perkapita berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Hal ini sejalan dengan penelitian Pusporini (2004) yang menyatakan bahwa hasil estimasi terhadap variabel pendapatan perkapita secara konsisten mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

5.2. Keterbatasan Data

Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sampel penelitian ini dibatasi pada Pemerintah Kota tertentu yang memiliki ketersedian data, yaitu 7 Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk Pemerintah Kota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum dapat digeneralisasikan untuk seluruh Pemerintah Kota di Indonesia.

2. Variabel independen dalam penelitian ini dibatasi hanya pada desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita, sementara itu banyak lagi variabel independen, seperti : investasi, jumlah penduduk, inflasi, jumlah tenaga kerja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang belum diteliti.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, beberapa saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang agar dapat memperluas atau menambah sampel penelitian seperti dari luar Provinsi Sumatera Utara atau seluruh Indonesia dan/atau dengan menambah periode pengamatan.

2. Peneliti berikutnya sebaiknya menambah variabel atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti investasi, jumlah penduduk dan tingkat inflasi.

3. Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara harus dapat mengupayakan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan PAD melalui cara

meningkatkan audit dan pengawasan terhadap wajib pajak dan retribusi dan meminimalisir pengeluaran yang kurang efesien dalam belanja modal.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2010. Kota Medan Dalam Angka.

Boediono. 2001. Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.

Brodjonegoro, B. 2003. Dua Setengah Tahun Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap Upaya Mengurangi Kemiskinan dan Mendorong Investasi, Kongres ISEI. Malang.

Brodjonegoro, B. dan T. Dartanto. 2003. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Daerah : Analisa Model Makro Ekonometrik Simultan”, Indonesian Journal of Economic and Development, Vol.4 No.1 Juli 2003. Hal. 17-37. FE UI. Jakarta.

Darwanto dan Y. Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol.08 No.01. Februari 2007. BPFE UGM. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik “Akuntansi Keuangan Daerah”, Salemba Empat, Jakarta.

Haryanto, D. dan P.H. Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli 2007. Unhas Makasar.

Jhingan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Krisnamurthi, Y.B. 1995. Agribisnis Dan Transformasi Struktur Ekonomi. Tinjauan Aspek Ekonomi Makro dari Agribisnis Indonesia. Bunga Rampai Agribisnis. MMA-IPB, Bogor.

Kunarjo.1996. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. UI –Press. Jakarta.

Kuncoro, M. 2009. Ekonomika Indonesia; Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global, UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Mankiw, N.G. 2006. Teori Makro Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mardiasmo. 2002a. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002b. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Perekonomian Daerah. Makalah. Disampaikan dalam seminar pendalaman ekonomi rakyat.

Masjkuri, S.U. 2007. Perbaikan Kampung Komprehensif dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Sosial Serta Kemandirian Masyarakat Miskin Kampung Kumuh di Kota Surabaya. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Surabaya.

Munir, B. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah. Dalam Perspektif Otonomi Daerah. Badan Penerbit BAPPEDA Propinsi NTB.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Citra Umbara. Bandung.

Prihatin, S. 1999. Analisis Dampak APBD Tingkat I Terhadap Struktur Perekonomian Wilayah Sumatera. Tesis S2 Program Pascasarjana USU, Medan.

Pusporini, D. 2004. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Era Desentralisasi Fiskal 2001-2003. Tesis Program Pascasrajan Universitas Indonesia. Jakarta.

Rizal, M. 2006. Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan. Jurnal Siasat Bisnis. Vol 11 No. 3 Desember 2006.

Sasana, H. 2006. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Dinamika Pembangunan, Vol.3 No.2 Hal.145-170, Desember 2006.

Sidik, M. 2002. Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Jakarta.

Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dan Ekonomi. USU Press. Medan

Sukirno, S. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Bina Rena Pariwara. Jakarta.

Suparmoko, M. 1999. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Keempat. Balai Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Susiyati, B.H. 2007. Desentralisasi Fiskal Sebagai Suatu Upaya Meningkatkan Penyediaan Layanan Publik (Bagi Orang Miskin) di Indonesia. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta, 24 Pebruari 2007.

Tjiptoherijanto, P. 2000. Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.

http://www.bapennas.go.id.

Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh.

Erlangga, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

Zuliyanto, A. 2010. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bengkulu. Tesis Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Lampiran 1. Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2010 (%)

No. Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan

Lampiran 2. Realisasi Jumlah PAD, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2010 (Rp. Milyar)

Lampiran 3. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2010 (Rp.Milyar)

No. Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Lampiran 4. Desentralisasi Fiskal Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 5. PDRB Perkapita Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2010 (Rp.Jutaan)

Lampiran 6. Deskripsi Statistik

Statistics

Std. Deviation 1.12500 6.01382 2.41849

Range 5.67 23.21 11.22

Minimum 2.50 2.47 3.89

Maximum 8.17 25.68 15.11

a Multiple modes exist. The smallest value is shown

Uji Normalitas

Statistics One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 49

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .90877254

Most Extreme Differences

Absolute .142

Positive .136

Negative -.142

Kolmogorov-Smirnov Z .994

Asymp. Sig. (2-tailed) .276

a Test distribution is Normal.

0.00.2Observed Cum Prob0.40.60.81.0

0.00.20.40.60.81.0Expected Cum ProbDependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

-4-3-2-10123Regression Standardized Residual

02468101214Frequency Mean = 1.78E-15Std. Dev. = 0.979N = 49

Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Histogram

Coefficients(a)

Model t Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) 9.062 .000

Desentralisasi Fiskal 3.087 .003 .438 2.281

Pendapatan Perkapita .248 .805 .438 2.281

a Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Coefficient Correlations(a)

Model

Pendapatan Perkapita

Desentralisa si Fiskal

1 Correlations Pendapatan Perkapita 1.000 -.749

Desentralisasi Fiskal -.749 1.000

Covariances Pendapatan Perkapita .007 -.002

Desentralisasi Fiskal -.002 .001

a Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .589(a) .347 .319 .92832 2.033

Uji Heteroskedastisitas

Uji Glesjer

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .698 .363 1.925 .060

Desentralisasi Fiskal -.011 .023 -.107 -.485 .630

Pendapatan Perkapita .003 .058 .010 .044 .965

a Dependent Variable: abs_res

-10123Regression Standardized Predicted Value

-4-3-2-10123Regression Studentized Residual

Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Scatterplot

Lampiran 8. Uji Hipotesis

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), Pendapatan Perkapita, Desentralisasi Fiskal b Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

ANOVA(b)

a Predictors: (Constant), Pendapatan Perkapita, Desentralisasi Fiskal b Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Coefficients(a)

a Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Dokumen terkait