• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A.Telaah Pustaka

2. Produk Perbankan Syariah a. Pengertian Perbankan Syariah

Bank islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan tata cara bermuamalat secara islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan “Muamalat” adalah ketentuan-ketentuan yang yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun perorangan dengan masyarakat (Abdul Wahaf Khailaf, 1983, hal.46). Menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syarah disebut bahwa Bank Syriah adalah yang menjalankan kegiatan ushanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat.

b. Prinsip-Prinsip Perbankan Syariah

Bank syariah dituntut untuk menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah (hukum Islam). Berikut ini

lii

beberapa prinsip-prinsip yang ada dalam bank syariah (Antonio, 2001: 85 - 134):

2) Prinsip titipan atau simpanan (Al-Wadi’ah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)

Yaitu akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b) WadiahYad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)

Merupakan akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

liii 3) Prinsip Bagi Hasil

b) Mudharabah

Mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga ia mendapatkan presentase keuntungan (Al-Mushlih dan Ash-Shawi, 2004). Berdasarkan kewenangan, prinsip mudharabah dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Mudharabah Mutlaqah, yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga tedapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

b. Mudharabah Muayyadah, yaitu yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib di mana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara dan obyek investasi.

c) Musyarakah

Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik berhak ikut serta dalam

liv

manajemen perusahaan, tetapi tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian untuk usaha tersebut.

4) Prinsip Jual Beli

Jual beli (buyu’, jamak dari ba’i) atau perdagangan atau perniagaan atau trading secara erminologi fikih Islam berarti tukar menukar harta atas dasar saling ridho (rela), atau memindhkan kepemilikan dengan imbalan pada suatu yang diizinkan (Santoso, 2003). Implikasinya berupa:

a. Murabahah, yaitu istilah dalam fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya yang lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.

b. Salam, merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.

c. Istisna’, adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan

lv

tertentu yang disepakati antara kedua belah pihak Mustashni’ (pembeli) dan Shani’ (penjual).

d. Ijarah wa iqtina’ (sewa beli) adalah bentuk akad turunan dan kombinasi antara sewa menyewa dan jual beli.

5) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Sewa atau ijarah adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat imbalan imbalan jasa. Dalam implikasi akad ijarah bisa diaplikasikan dalam dua bentuk meliputi: (1) Ijarah; (2) Ijarah Muntahiya Bittamlik merupakan transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa. 6) Prinsip Multijasa

Pembiayaan multi jasa merupakan pembiayaan yang didasarkan atas dasar memberikan jasa baik berupa sewa barang maupun sewa jasa di mana pihak bank akan memperoleh kompensasi berup upah atau sewa. Jenis akad yang biasa digunakan perbankan syariah, yaitu:

a. Al-Wakalah, adalah pelimpahan kekuasaan oleh sau pihak (muwakil) kepada pihak lain (wakil) daam hal-hal yang boleh diwakilkan.

b. Al-Kafalah, adalah Jaminan, beban, atau tanggungan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk

lvi

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful).

c. Al-Hawalah, merupakan pengalihan utang/piutang dari orang yang berhutang/berpiutang kepada orang lain yang wajib menaggungnya/menerimanya.

d. Rahn, merupakan limpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain (bank) dalam hal yang boleh diwakilkan.

e. Sharf, adalah jual beli suatu valuta dengan valuta lain. B. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian menggambarkan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terkait, yaitu faktor kepribadian dan faktor kepercayaan terhadap preferensi memilih produk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan tentang keputusan nasabah untuk memilih produk pada Lembaga Keuangan Syariah di BMT Sumber Usaha Kembangsari Tengaran, dimana variabel bebas (independent) terdiri dari faktor kepribadian nasabah (X1) dan kepercayaan nasabah (X2), sedangkan variabel terkait (dependent) adalah preferensi memilih produk (Y). Untuk memperjelas variabel yang mempengaruhi nasabah memilih produk Lembaga Keuangan Syariah di BMT Sumber Usaha Kembangsari, Tengaran penulis membuat kerangka penelitian sebagai berikut:

Dari hasil analisis penelitan yang telah dilakukan oleh peneliti lain serta penjabaran tentang teori-teori mengenai masing-masing variabel dan

lvii

hubungannya, maka dapat dirumuskan suatu kerangkan penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian C. Hipotesis

Penelitian yang menggunakan hipotesis adalah penelitian dengan pendekatan ilmiah, sedangkan yang tidak menggunakan hipotesis adalah riset dengan menggunakan pendekatan naturalis. Ada beberapa sumber yang menyebutkan pengertian hipotesis, yaitu

1. F.M, Andrews, et al, L. (2011) menyebutkan bahwa hipotesis merupakan suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

2. J.W, Buckley et al. M.H (2006) mendefinisikan bahwa hipotesis adalah suatu bentuk pernyataan yang sederhana mengenai harapan peneliti akan berhubungan antara variabel-variabel dalam suatu masalah untuik diuji dalam penelitian.

3. Kelinger (2006) mendefinisikan hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.

Kepribadian Nasabah Kepercayaan Nasabah Preferensi memilih produk lembaga keuangan syariah (LKS)

lviii

Berdasarkan tinjauan dan kajian terhadap penelitian terdahulu yang relevan, maka hipotesis yang akan diujikan kebenarannya secara empiris adalah :

1. Faktor kepribadian nasabah terhadap preferensi memilih produk

Dokumen terkait